Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Hipoglikemia adalah keadaan klinis yng ditandai oleh penurunan kadar glukosa
darah dari normalnya. Kadar normal glukosa plasma pada bayi 24 jam pertama
adalah <30 mg/dL dan <45 mg/dL setelahnya.1, 2
Bayi-bayi yang beresiko tinggi sebaiknya diperiksa kadar glukosanya skrinning.
Ciri bayi beresiko tinggi: bayi berat lahir <2000 atau >4000, bayi kecil masa
kehamilan (KMK) dan besar masa kehamilan (BMK), bayi asfksia, infants born
to insulin-dependent mothers, usia gestasi <37 minggu, chorioamnionitis, bayi
dengan: jitteriness (gelisah), tachypnea, hypotonia, poor feeding, apnea,
temperature intstable, lethargy, bayi dengan distress pernapasan, suspek infeksi. 3
Hipoglikemia pada neonatus disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: limited
glycogen stores (prematuritas, pertumbuhan janin terhambat), increase glucose
use (hipertermia, polisitemia-Hct 70%, sepsis, defisiensi hormon pertumbuhan),
penurunan

glikogenolisis,

glukoneogenesis

(insufisiensi

adrenal),

deplesi

simpanan glikogen (asfiksia-prenatal stress, puasa).1


Manifestasi klinik neonatus dengan hipoglikemia adalah sebagai berikut:
hypotonia, jitteriness, seizure, cyanosis, apnea, hypothermia, tachycardia, pallor,
lethargy, apathy, poor feeding, anxiety, diaphoresis, nausea, vomiting.3, 4
Pilihan penatalaksanaan utama pada hipoglikemia adalah pemberian dekstrosa
baik secara oral maupun intravena. Berikan dekstrosa 10% 200 mg/kg (2 ml/kg)
secara oral/bolus yang dilanjutkan dengan dekstrosa 10% 5 8 ml/kg/menit.
Setelah bolus, GDS dipantau kembali 30 menit kemudian dan 1 2 jam setelah
stabil.6
Bila GDS kurang dari normal, maka tingkatkan konsentrasi glukosa menjadi 12%
dan seterusnya sampai 15%. Pantau kembali 30 menit kemudian seperti langkah
di atas.5, 6
Terapi tetap dipertahankan sampai hasil pemeriksaan GDS >40 mg/dl dalam 3 kali
pemeriksaan pada 4 jam pertama. 1, 3, 4, 5
1

Bayi-bayi dengan asfiksi juga dapat menderita transient tachipnea of the newborn
(TTN). Penyakit ini merupakan suatu self-limited diaseas tersering yang terjadi
pada jam pertama kehidupan dengan takipnea dan peningkatan konsumsi
oksigen.7

LAPORAN KASUS
Bayi dengan jenis kelamin lahir pada 2 November 2013 dengan asfiksia,
ketuban keruh, sesak, dan sianosis. Berat badan lahir 2800 gram dan panjang
badan lahir 48 cm.
ANAMNESIS (diberikan oleh nenek bayi)
Ibu tidak memiliki penyakit diabetes melitus. Tidak jelas apakah ada riwayat
infeksi TORCH atau tidak. Obat yang dikonsumsi selama kehamilan hanya tablet
besi. Ibu melahirkan secara sectio cessaria atas indikasi ketuban pecah dini
(KPD).
PEMERIKSAAN FISIK
KU

: Tampak sakit berat

Kulit

: sawo matang, lapisan lemak cukup, tonus otot normal, tampak

ikterus pada hari ke-4 perawatan. Krammer 2.


Kepala

: bentuk bulat lonjong, rambut hitam, lurus, sukar dicabut.

Telinga: tidak ada sekret.


Hidung

: tidak ada sekret.

Mulut

: bibir kering, lidah basah, tampak sianosis berat.

Tonsilofaring : kesan normal/tidak hiperemis.


Leher

: tidak ada pembesaran KGB.

Dada

: simetris, ruang ICS tidak melebar, tidak terlihat ictus cordis

(hanya teraba pada palpasi toraks).


Paru

: simetris, perkusi sonor, suara pernapasan vesikular, tidak ada

rhonki.

Jantung

: BJI/BJII kesan normal, murni, reguler, ictus cordis tidak tampak,

tidak ada bising jantung.


Abdomen

: tampak cembung, bising usus normal, tidak ditemukan

pembesaran organ.
Genitalia

: matur.

Ektremitas

: hangat.

Refleks

: refleks fisiologis normal.

Pemeriksaan Ballard score yaitu 34 yang artinya usia gestasi bayi antara 36-38
minggu. Tidak ada trauma lahir. Diagnosis kelahiran: BCB/SMK.
Penunjang:
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan laboratorium glukosa
darah sewaktu (GDS).
-

Hari 1: 41 mg/dL
Hari 3: 70 mg/dL
Hari 5: 85 mg/dL

Anjuran pemeriksaan: bilirubin total, bilirubin direct, bilirubin indirect.


Diagnosis kerja: susp. Hipoglikemia + susp. TTN
Terapi: dekstrosa 10% 20 mg/dL/menit sampai hasil pemeriksaan GDS >40 mg/dl
dalam 3 kali pemeriksaan dan oksigen 2 lpm.
Data follow-up
2 November 2013 (hari 2)
S: panas (-), muntah (-), batuk (-), sesak (+), BAB/BAK biasa.
O: KU rewel/gelisah; tanda vital HR 120 kali/menit RR 82 kali/menit T 36,9 C;
kulit sianosis (dengan O2), takipnea, retraksi dinding dada, bunyi napas expiratory

grunting walau tanpa stetoskop; Downe score: frek (2), air entry (0), retraksi (1),
sianosis (2),merintih (0)4
A: gawat napas
3 November 2013 (hari 3)
S: panas (-), muntah (-), batuk (-),sesak (+), BAB/BAK biasa.
O: KU rewel/gelisah; tanda vital HR 96 kali/menit RR 84 kali/menit T 36,9 C;
kulit sianosis (dengan O2), takipnea, retraksi dinding dada; Downe score: frek (0),
air entry (0), retraksi (1), sianosis (2),merintih (0)3
A: sesak napas ringan/tidak ada gawat napas
4 November 2013 (hari 3)
S: panas (-), muntah (-), batuk (-),sesak (+), BAB/BAK biasa.
O: KU rewel/gelisah; tanda vital HR 96 kali/menit RR 84 kali/menit T 36,9 C;
kulit sianosis (dengan O2), napas cuping hidung, takipnea, retraksi dinding dada;
Downe score: frek (2), air entry (0), retraksi (1), sianosis (2),merintih (0)4
A: sesak napas sedang/gawat napas
5 November 2013 (hari 3)
S: panas (-), muntah (-), batuk (-),sesak (-), BAB/BAK biasa.
O: KU rewel/gelisah; tanda vital HR 108 kali/menit RR 52 kali/menit T 37,2 C;
kulit sianosis (dengan O2), napas cuping hidung, takipnea, retraksi dinding dada;
Downe score: frek (0), air entry (0), retraksi (1), sianosis (1),merintih (0)2
A: sesak napas ringan/tidak ada gawat napas
6 November 2013 (hari 3)
S: panas (-), muntah (-), batuk (-),sesak (-), BAB/BAK biasa.
O: KU rewel/gelisah; tanda vital HR 104 kali/menit RR 48 kali/menit T 36,7 C;
kulit sianosis (dengan O2), napas cuping hidung, takipnea, retraksi dinding dada;
Downe score: frek (0), air entry (0), retraksi (0), sianosis (0),merintih (0)0
A: tidak ada gangguan napas

DISKUSI
5

Hasil pemeriksaan GDS pertama 4 jam setelah kelahiran menunjukkan


bahwa bayi N mengalami hipoglikemia. Hal ini dapat terjadi akibat beberapa hal
yang kemudian ditemukan pada bayi N, yaitu ditemukannya beberapa faktor
risiko.
Bayi N termasuk bayi berisiko tinggi untuk menderita hipoglikemia. Dari
beberapa ciri bayi berisiko tinggi, berikut adalah ciri yang dimiliki oleh bayi N:
-

Bayi dengan: jitteriness (gelisah), sianosis, dan tachypnea


Bayi dengan asfiksia
Bayi dengan sesak napas (distress pernapasan)
Pemeriksaan yang diakukan untuk mendiagnosis di antaranya, anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berikut disajikan hasil-hasil


pemeriksaan yang menunjang diagnosis hipoglikemia pada bayi N.
-

Anamnesis: bayi lahir dengan asfiksia, sesak, dan sianosis.


Pemeriksaan fisik:
Tanda vital:
HR 120/menit
RR 82/menit
T 36,9 C
Downe score: frek (2), air entry (0), retraksi (1), sianosis (2),merintih
(0)4=gawat napas
Pemeriksaan penunjang: GDS 41 mg/dL

Bayi mengalami asfiksia yang berlanjut menjadi distress pernapasan. Bayi


yang mengalami distress pernapasan akan terlihat sianosis seperti yang ditemukan
pada bayi N. Hal ini dapat timbul akibat kurangnya oksigen yang beredar dalam
darah sehingga tampak sianosis pada mukosa bibir dan kuku.
Kekurangan oksigen ini direspon dengan meningkatkan usaha napas
dengan

memanfaatkan

otot-otot

pernapasan

tambahan

yang

kemudian

memberikan gambaran retraksi. Dengan ini, tubuh membutuhkan energi (ATP)


yang lebih. Pembentukan ATP berasal dari molekul glukosa. Oleh sebab itu,
peningkatan kebutuhan inilah yang menyebabkan deplesi glukosa dalam tubuh.

Tata laksana untuk hipoglikemia sendiri yaitu dengan bolus dekstrosa 10%
2 ml/kg selama 5 menit dan infus dekstrosa 10% 20 mg/menit sampai kadar
glukosa kembali normal.
Pada bayi N telah dilakukan tata laksana untuk hipoglikemia dengan bolus
dekstrosa 10% 20 mg/menit. Selain itu, ditambah dengan bolus dekstrosa 10% 2
ml/kg selama 5 menit.
Selain menderita hipoglikemia, bayi N kemungkinan menderita Transient
Tachypnea of the Newborn, yang merupakan suatu penyakit dengan manifestasi
berupa sesak yang dapat terjadi selama beberapa jam sampai beberapa hari setelah
kelahiran dan akan membaik seiring dengan terreabsorbsinya cairan dari alveoli
oleh sistem limfatik.
Bayi yang lahir dengan sectio cesaria seperti bayi N berisiko terjadinya
penumpukan cairan di paru yang menyebabkan terganggunya pertukaran gas di
paru sehingga memberikan gejala sesak pada bayi.
Tata laksana pada bayi dengan TTN yaitu terapi suportif berupa pemberian
cairan intravena dan terapi oksigen. Namun bila TTN memberat bahkan setelah
beberapa hari, perlu dipikirkan untuk penggunaan CPAP (continous positive
airway pressure). Dalam beberapa kasus, perlu diberikan antibiotik sebagai
profilaksis.
Oleh sebab itu, bayi N dipuasakan dengan IVFD dekstrosa 10 % dan terapi
oksigen 2 lpm.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cranmer H. Neonatal hypoglycemia [serial online]. WebMD: 2013.

2. Lee KG. Low blood sugar Newborns [serial online]. NLM-NIH: 2011.
3. Wight N, Marinell KA. Guidelines for glucose monitoring and treatment
and treatment of hypoglycemia in breastfed neonates [serial online]. Mary
Ann Lieber Inc: 2006.
4. Queensland maternty.

Newborn

hypoglycaemia

[serial

online].

Queensland: 2013.
5. Narayan S. Management of neonatal hypoglycemia [serial online]. NNF
Publication clinical guideline.
6. McGowan JE. Neonatal hypoglycemia pediatrics in review. American
Academy of Physician: 2013.
7. Subramanian KS. Transient tachypnea of the newborn [serial online].
2012. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/976914overview

Anda mungkin juga menyukai