LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Acute Decompensated Heart Failure Suatu kegagalan jantung dalam
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Purnawan Junadi, 1982 :
79)
Gagal jantung kongestif adalah ketidak mampuan jantung untuk
memopa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jarngan
terhadap oksigen dan nutrien dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung
yang berkaitan jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Padila, 2012: 365).
Acute Decompensated Heart Failure merupakan gagal jantung akut
yang didefinisikan sebagai serangan yang cepat (rapid onset) dari gejala
gejala atau tanda tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Disfungsi ini
dapat berupa disfungsi sistolik maupun diastolik, abnormalitas irama jantung,
atau ketidakseimbangan preload dan afterload. Acute Decompensated Heart
Failure dapat merupakan serangan baru tanpa kelainan jantung sebelumnya,
atau dapat merupakan dekompensasi dari gagal jantung kronik (chronic heart
failure) yang telah dialami sebelumnya. Acute Decompensated Heart Failure
muncul bila cardiac output tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh.
2.
Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ dalam tubuh manusia yang termasuk
dalam system sirkulasi. Jantung bertindak sebagai pompa sentral yang
memompa darah untuk mengantarkan bahan-bahan metabolisme yang
diperlukan keseluruh jaringan tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme
untuk dikeluarkan dari tubuh (Ns Andra Saferi Wijaya dan Ns Yessie Mariza
Putri, 2013)
c. Darah
Medium teransportasi dimana darah akan membawah oksigen dan nutrisi.
Darah berjalan melalui system sirkulasi ke dan dari jantung melalui 2 lenkung
vaskuler (pembuluh darah) yang terpisah. Sirkulaasi paru terdiri atas lengkung
tertutup atas pembuluh darah yang mengangkut darah antara jantung dan paru.
Sirkulasi sistemik terdiri atas pembulu darah yang menganngkut antara jantung
dan sistem organ. Walaupun secara anatomis jantung adalah suata organ, sisi
kanan dan kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisa. Jantung
terbagi atas separuh kanan dan kiri serta memiliki empat ruang, bilik bagian
atas dan bawah di kedua belahannya. Bilik bagian atas disebut dengan atrium
yang menerima darah yang kembali kejantung dan memindahkannya ke bilik
bawah, yaitu ventrikel yang berfungsi memompa darah dari jantung.
Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2002: 806), penyebab dari gagal jantung yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
demam,
tirotoksikosis).
Hipoksia
dan
anemia
memerlukan
Patofisiologis
dengan
menggunakan
mekanisme
yang
berfariasi
untuk
b.
c.
d.
Respon terhadap serum redium dan regulasi dan regulasi ADH dan
reabsorbsi terhadap cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume
yang bervariasi
Manisfestasi Klinis
a. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguaan pada
mekanisme control pernapasan Gejala:
1) Dispnea
2) Orthopnea
3) Paroximal nocturnal dispnea
4) Batuk
5) Mudah lelah
6) Ronchi
7) Gelisa
8) Cemas
b. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik Gejala:
1) Oedema perifer
2) Peningkatan BB
3) Distensi vena jugularis
4) Hepatomegaly
5) Asites
6) Pitting edema
7) Anorexia
8) Mual dan lain-lain
c. Secara luas peningkatan COP dapat menyebabkan perfusi oksigen
kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala:
1) Pusig
2) Kelelahan
3) Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
4) Ekstermitas dingin
d. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi
aldosterone dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan peningkatan
6.
volume intravaskuler.
Pemeriksaan Penunjang
a. Radiogram dada
1) Kongesti vena paru
Komplikasi
a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
b. Syok kardiogenik: stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung dan otak).
c. Episode trombolitik
Thrombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas thrombus dapat menyumbat pembuluh darah
d. Efusi perikardial dan tamponade jantung.
Masuknya cairan kekantong pericardium, cairan dapat meregangkan
pericardium sampai ukuran maksimal. COP menurun dan aliran balik vena
kejantung tamponade jantung.
8.
f.
g.
h.
i.
kafein
7) Penggunaan diuretic
Tanda :
1) Penambah BB cepat
2) Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau pitting)
Hygiene gejala:
Keletihan, kelemahan, kelemahan selama aktivitas perawatan diri
Tanda:
Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
Neurosensory gejala:
Kelemahan, peningkatan episode pingsan
Tanda:
Latergi, kuat fiker, disorentasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung
Nyeri atau kenyamanan gejala:
1) Nyeri dada, angina akut atau keronis
2) Nyeri abdomen kanan atas
Tanda :
1) Tidak tenang, gelisah
2) Fokus menyempit (menarik diri)
3) Perilaku melindungi diri
Pernapasan gejala:
1) Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal
2) Batuk dengan atau tanpa sputum
3) Riwayat penyakit paru kronis
4) Penggunaan bantuan pernapasan, missal oksigen atau midikasi
Tanda :
a) Kriteria Hasil
- erpartisipasi pada aktivitas yang di inginkan
- Memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur
b) Intervensi
1) Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivita
2) Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas
3) Kaji presipitator atau penyebab kelemahan atau contoh
pengobatan
4) Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas
5) Berikan bantuan dalam perawatan aktivitas perwatan diri sesuai
indikasi
6) Kolaborasi mengimplementasikan program rehabilitas jantung
atau aktivitas
c) Rasional
1) Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasolidasi), perpindahan cairan (diuretic) tau pengaruh
pungsi jantung
2) Penurunan atau
ketidak
mampuan
miokardium
untuk
stress
perawatan
miokard
atau
diri
pasien
kebutuhan
tanpa
oksigen
berlebihan
6) Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung
atau komsumsi oksigen berlebihan
c. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane kapiler alveolus
a) Kriteria hasil
normal
Bebas gejala distress pernapasan
Berpartisipasi dalam program
pengobatan
dalam
batas
individual
b) Intervensi
1) Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari
dimana diuresis terjadi
2) Pantau atau hitung kesimbangan pemasukan dan pengeluaran
selama 24 jam
3) Pertahankan duduk atau tira baring dengan posisi semi fowler
berlebihan
dapat
dimanifestasikan
oleh