Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

MENGANALISIS JENIS-JENIS MANGROVE DAN STRUKTUR


KOMUNITAS VEGETASI MANGROVE YANG TERDAPAT DI
TANJUNG BATU KELURAHAN PANTAI AMAL LAMA

OLEH:
ASMINI SUPRIYANTI
NPM : 12.601030.054

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2015

PROPOSAL PENELITIAN

MENGANALISIS JENIS-JENIS MANGROVE DAN STRUKTUR


KOMUNITAS VEGETASI MANGROVE YANG TERDAPAT DI
TANJUNG BATU KELURAHAN PANTAI AMAL LAMA

OLEH:
ASMINI SUPRIYANTI
NPM : 12.601030.054

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2015

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada penulis dalam menyusun proposal penelitian sehingga penulis
dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Porosal ini di ajukan sebagai menyelesaikan program S1 dalam menyusun
penelitian ini saya banayak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik dari pikiran
dan dorongan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Endik Deni Nugroho. M.pd. selaku dosen pengampuh mata kuliah ini
2. Teman-teman sekalian yang memberikan kami semangat dan dorongan dalam
penyelesaian lapran ini.
Di dalam racangan penelitian penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan
dan bimbingan yang mendukung dari berbagai pihak baik itu berupa saran-saran dan
masukan, maka penulis akan banyak mengalami kesulitan dan hambatan yang cukup
berarti. Bantuan dan bimbingan tersebut merupakan faktor pendukung yang sangat
penting dan bermanfaat bagi penulis.

Tarakan, 3 Januari 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA .....................................................................................4
A. Tujuan Umum Hutan Mangrove.........................................................................4

B. Karakteristik Morfologi Mangrove ............................................................... 5


C. Struktur Vegetasi Mangrove ......................................................................... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................17
A. Waktu dan tempat ...............................................................................................17
B. Poulasi dan sampel .............................................................................................17
C. Alat dan Bahan .....................................................................................................17
D. Metode Penelitian.................................................................................................18
E. Prosedur Penelitian...............................................................................................19
F. Analisis Data ........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota Tarakan merupakan suatu pulau yang terletak di bagian utara
Kalimantan Utara, yang secara geografis terlatak pada 30 14, 23 30 26,37
lintang Utara dan 1170 30,30 1170 40, 12 Bujur Timur, terdiri dari 2
(dua) pulau, yaitu Pulau Tarakan dan pulau sadau dengan luas wilayah
mencapai 657,33 km2 . Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut:
sebelah utara : Kecamatan Pulau bunyu, sebelah Timur: Laut Sulawesi,
Sebelah Selatan : Kecamatan Tanjung palas, Sebelah Barat : Kecamatan
sesayap dan Kecamatan Sekatak.

Kota tarakan terdapat Pantai yang

terkenal sebagai tempat objek wisata salah satunya pantai Amal, Pantai
Amal terdiri dari 2 buah pantai yaitu pantai Amal Baru dan Pantai Amal
Lama, pantai ini terletak di kelurahan Pantai Amal Lama Kecamatan
Tarakan Timur. Pemandangan di pantai amal sangat indah karena
memiliki banyak pohon kelapa dan sebagaian tempat Pantai Amal Lama
ada terdapat juga seperti pohon-pohon Bakau yang hamper memenuhi
bibir pantai sepanjang bibir pantai hingga terlatak bagian Tanjung batu
Kelurahan Pantai Amal Lama. Di temapat tersebut terdapat suatu hutan
yang disebut Hutan Mangrove

Hutan Mangrove juga disebut Hutan bakau, Hutan mangrove


adalah hutan yang tumbuh atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada
garis pantai dan di pengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh
khusunya di tempat-tempat dimana terjadi pelumpulan dan akumulasi
bahan organic. Baik diteluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak.
Maupun disekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan
lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya
pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah, salinitas
tanahnya yang tinggi, serta mengalami dau penggenangan oleh pasangsurut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat
semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakkan bersifat khas hutan bakau
karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi. Bermacam-macam
jenis tumbuhan yang hidup di sekitar. Mengingat pentingnya hutan
mangrove dalam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas bota
laut, maka usaha konservasi hutan mangrove merupakan hal yang harus
diperhatikan.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik ingin
melakukan penelitian dengan judul Menganalisis jenis-jenis Mangrove
dan Struktur Komunitas Mangrove yang terdapat di Tanjung Batu,
Kelurahan Pantai Amal Lama.

B. Rumusan Masalah
Melihat

kondisi

daerah

kota

keanekaragman mangrove khususnya

tarakan

yang

sedikit

daerah tanjung batu

akan

kelurahan

pantai amal lama kota tarakan, maka peneliti ingin menganalisis jenis-jenis
mangrove dan struktur komunitas mangrove yang terdapat di daerah
tersebut.
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis mangrove
yang mendominasi

yang terdapat di daerah Tanjung batu

Kelurahan Pantai amal lama kota trakan.


2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas yang
terdapat di daerah Tanjung Batu Kelurahan Pantai Amal Lama.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Mahasiswa, sebagai informasi bahan referensi pada mata
kuliah biologi laut dan Ekologi Tumbuhan serta informasi lanjutan
bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi.
2. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi ilmiah tentang struktur
komunitas vegetasi mangrove yang terdapat di Tanjung batu
Kelurahan Pantai Amal Lama.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hutan Mangrove


Mangrove merupakan kombinasi antara kata Mangue (bahasa
protugis) yang berarti tumbuhan dan Grove (bahasa inggris) yang berrti
belukar (Arief, 2003), selanjutnya menurut Mastaller (dalam Noor, 2006)
bahwa kata Mangrove berasal dari kata melayu kuno yaitu mangi-mangi
yang di gunakan untuk menerangkan marga Avecennia.
Menurut arief, 2003 Mangrove di katakan sebagai hutan yang
terdapat disepanjang pantai dan muara sungai yang masih di pengaruhi
oelh pasang surut air laut, yakni tergenang pada saat pasang dan bebas
genangan saat surut. Selanjutnya menurut kitamura (2003) menyatakan
bahwa mangrove merupaka tumbuhan tropis dan komunitasnya di daerah
pasang surut.. Daerah psang surut merupakan daerah yang mendapat
pengaruh pasang surut dan terletak di sepanjang garis tepi pantai termasuk
tepi laut, muara sungai dan tepi sungai.
Berdasarkan uraian tersebut, hutan mangrove dapat dikatakan
sebagai vegetasi pantai tropis dan su-tropis yang didominasi

oleh

bebetapa spesies mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada


daerah pasang surut, lumpur dan berpasir. Namun demikian tidak semua

pantai ada terdapat pohon mangrove,

karena unutk pertumbuhannya

memiliki persyaratan, anatara lain adalah kondisi pantainya terlindung dan


relative tenang, landai dan mendapat sedimen dari muara sungai.
Hutan mangrove sering di katakan hutan bakau. Baku sebenarnya
hanya salah satu spesies tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu
rhizopora sp yang merupakan spesies yang mendominasi hutan mangrove.
Meskipun

demikian

penggunaan

istilah

hutan

bakau

untuk

menggambarkan hutan mangrove kurang tepat karena dalam kawasan


mangrove terdapat beberapa jenis spesies yang berasosiasi di dalamnnya.
B. Karakteristik Morfologi Mangrove
Terdapat beberapa spesies mangrove yang menyusun vegetasi
mangrove termasuk dalam genus Rhizophora, Sonneratia, Avicennia
Xylocarpus dan dari uku palma Nypa Fructicans (Arief 2003). Berikut
beberapa cirri morfologi dari setiap spesies tumbuhan mengrove dengan
melihat karakteristik morfologi akar, daun bunga dan buah yaitu :
1. Rhizopora apiculata blume
Rhizopora apiculata dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian
15 m pada habitat yang baik dengan sistem perakaran berupa akar
tunjang. Daun sebelah atas berwarna hijau sampai kuning kehijauan.
Bagian bawahnya hijau kekuningan dan memiliki binitk-binitk hitam
kecil yang menyebbar diseluruh permukaan bawah daun. Panjang daun
antara 9-18 cm dan berbentuk elips. Bunganya selalu kembar dengan

panjang kelopak antara 12-14 mm, lebarnya antara 9-10 mm, berwrana
orens kekuningan. Panjang buahnya antara 20-25 cm berdiameter 1,31,7 cm, buahnya berwarna hiaju sampai kecoklatan dan kulit buah
kasar (kitamura,2003).
2. Rhizopora Mucronata
Bakau besar merupakan salah satu spies mangrove yang
banyak digunakan masyarakat unutk mengambil kayunya sebagai
bahan keperluan rumah tangga. Bakau merupakan spesies mangrove
yang umum di jumpai karena oenyebaran yang luas. Spesies ini dapat
tumbuh mencapai 25 meter dan berakar tunjang.bentuk daunnya lebar
dengan panjang mecapai 15-20 cm, berwarna hijau kekuningan,
terdapat bercak hitam kecil, yang menyebar pada permukaan bawah
daun.
Bunga berwarna putih dengan rangkaian bunga 4-8 kelopak
bunga yang terletak diketiak daun dan berukuran kecil. Buahnya
berbentuk memanjang dengan ukuran mencapai 70 cm dan meruncing
pada bagian ujungnya. Kulit batang berwrna coklat sampai abu-abu
gelap dengan permukaan yang kasar. Akar berbentuk tongkat yang
keluar dari batang dan memiliki lentisel untuk pernafasan (noor,2006).

3. Sonneratia Alba J.E.Smith/S.Caesolaris (L).Eng


Tumbuhan mangrove spesies ini paling banyak dijumpai adalah
sonneratia laba. Spesies ini biasanya tumbuh bersama dengan

Sonneratia Caseolaris. Sehingga sulit unutk membedakan kedua


spesies ini. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan
melihat bunganya. Spsies Sonneratia Alba dapat tumbuh hingga
menacapai ketinggian 16 meter. Sonneratia Caseolaris memiliki akar
berupa akar napas dengan kulit halus dan sinneratia Alba berakar banis
dan akar papan dengan kulit kayu halus dan berwarna coklat.
Susunan daun tunggal bersilang dengan bentuk daun bulat
telur sungsang unutk spesies Sonneratia Alba dan panjang 10-15 cm
sedangkan spesies sonneratia Caseolaris bentuk daunnya jorong dan
panjang 4-8 cm.
Bunga Spsies Sonneratia Alba berwarna putih sedangkan sonneratia
caesolaris berwarna merah. Buahnya agak besar dengan lebar 4 cm dan
berwarna hijau denganbentuk seperti bintang dank eras. Kulit batang
hijau, berwarna krem sampai coklat dan Nampak agak retak-retak
dengan akar napas, beebentuk kerucut (Kitamura, 2003).

4. Avicennia Marina (Forsak) Vierh


Api-api (Grey mangrove) spesies mangrove ini umumnya hidup
pada substrat berpasir atau berlumpur tipis. Bertoleransi baik pada
salinitas tinggi (salinitas laut),tinggi pohon dapat mencapai 12 meter
dengan bentuk akar berupa akar napas.
Daun bersusun tunggal dan bersilang, bentuk elips dengan ujung
daun runcing hingga membulat. Daun pada sisi sebelah atas berwarna

hijau sedangkan sisi sebelah bawah berwarna abu-abu keperakan atau


putih. Panjang daun berkisar antara 5-11 cm.
Rangkain bunga 8-11 yang terletak diketiak daun pada pucuk.
bunganya biasanya berwarna kuning hingga orens dengan diameter antara
0,4-0,5 cm. Bentuk buah membulat dengan permukaan halus. Panjang
buah 1,5-2,5 cm dan berwarna hijau hingga kuning. Kulit batang halus,
berwarna keabu-abuan hingga hijau. (kitamura, 2003)
5. Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk.
Pada kondisi baik spesies mangrove ini dapat tumbuh hingga
mencapai ketinggian 20-31 meter dengan bentuk akar lutu dan banir kecil
berasal dari bentukan seperti akar tunjang.
Daun memiliki panjang antara 8-15 cm dan lebarnyaantara5-8 cm,
daun biasanya berbentuk elips, mengumpulkan pada ujung tangkai batang,
dengan warna bagian atas hijau kekuningan dengan ujung daun runcing.
Bunga pada umumnya berwarna merah dan menempel pada
buahnya ketika jatuh. Buahnya berwarna hijau dan berbentuk memanjang
ramping, dengan panjang berkisar anatara 20-31 cm. kulit kayu berwarna
abu-abu tua sampai coklat denga permukaan kasar. (nor,2006)
6. Crips decandra
Spesies mangrove ini apabila berada pada habitat yang cocok/baik
dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 3-15 meter dengan bentuk akar
berupa akar banir yang berasal dari akar tunjang. Bentuk daun bulat telur
sungsang dengan panjang 3-6 cm. daun berwarna hijau mengkilap dengan

ujung daun membundar dan letak berlawanan. Bunga berwarna putih


hingga coklat berdiameter 0,8-1,2 cm, dengan sepasang benang sari yang
terlindung oleh daun bunga. Buah biasanya berwarna hijau hingga hijau
kecoklatan dengan bentuk akar berupa akar papan. Daunnya berwarna hijau
gelap. Bentuk daun elpis sampai bulat sungsang (Noor,2006).

7. Xylacorpus granatum koen.


Spesies ini dapat tumbuh mencapai lebih dari 8-20 meter dengan
bentum akar berupa akar papan. Daunnya berwarna hijau gelap, bentuk
daun elpis sampai bulat sungsang (nor, 2006)
Susunan daun berpasangan, letak berlawanan dengan ujung
membulat. Bunga mempunyai ukuran yang kecil danberwarna puith susu
hingga ptuih kehijauan. Buah berbentuk bulat dengan diameter berkisar
antara 15-20 cm, berwrna coklat kekuningan. Kulir batang agak licin an
berwarna kecoklatan dengan permukaan halus (kitamura 2003)
Sebagai ekosistem pantai, hutan mengrove merupakan suatu
kawasan yang rumit karena terkait dengan ekosistem darat dan ekosistem
pantai di luarnya sehingga hutan mangrove dapat dikatakan sebagai
interface ecosystem, yang menghubungkan daratan kea rah pedalman serta
dalam pesisir muara (Nybakken dalam Arief 2003)

Hutan mangrove merupakan sumber

bahan organik yang

dibutuhkan bagi hewan atau biota yang hidup di ekosistem mangrove.

10

Kawasan mangrove secara nyata menjadi penyedia bahan makanan dan


energi bagi kehidupan di pantai tropis, serupa dengan peranan fitoplankton
dan berbagai spesies alga di laut (Fortes dalam Arief, 2003).
Fungsi biologi hutan mangrove sebagai habitat dari berbagai
macam kepiting, udang,

ikan, selain itu sebagai tempat bersarangnya

burung-burung serta sebagai pemasok bahan organik, sehingga dapat


menyediakan makanan untuk organisme yang hidup pada perairan
sekitarnya (Man dalam Noor, 2006). Fungsi fisik hutan mangrove yaitu
sebagai pelindung pantai dan wilayah pesisir dari hempasan gelombang,
angin dan badai, sedangkan fungsi hutan mangrove dalam bidang industri,
yaitu sebagai penghasil arang berkualitas tinggi disamping sebagai
penghasil kayu bakar dan bahan penyamak kulit (Pramudji, 2003).
Rhizophora apiculata agak pendek dan lurus, yang hampir sama
dengan spesies Rhizophora stylosa hanya buah Rhizophora stylosa kurus
dan kecil.
Spesies vegetasi lain adalah dari famili Sonneratiaceae dan dari
famili Verbenaceae, yakni Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris,
Sonneratia ovata, Avicenia alba, Avicenia marina, dan Avicenia officinali
L.
C. Struktur Vegetasi Mangrove
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri
dari beberapa spesies yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik di

11

antara sesama individu penyusunan vegetasi itu sendiri maupun organisme


lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup serta dinamis (marsono
dalam Irwanto, 2007).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan
berbeda dengan vegetasi di temapat lain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sutu sistem yang selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Vegetasi mangrove secara spesifik memperlihatkan adanya pola zonasi.
Hal tersebut berkaitan erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir atau Gambut),
keterbukaan (terhadap hempasan gelombang), salinitas serta pengaruh pasang
surut air laut (Champman, Bunt dan williams dalam Noor 2006).
Hutan mangrove terdiri atas berbagai spesies vegetasi. Beberapa spesies
mangrove yang dikenal antara lain Tanang Waduk (Rhizophora apicalata
BL.) atau bakau putih atau bakau gede, Tanjang Lanang (Rhizophora
mucronata LMK).
Istilah tanjang sebutan khusus untuk Brugiera yang digolongkan dalam
famili yang sama dengan Rhizophoraceae, namun dalam lingkungan
masyarakat pesisir terjadi salah pengertian karena bercampur dengan istilah
daerah atau bahasa daerah. Famili Rhizophoraceae terdiri atas berbagai
spesies, yaitu Bruguiera gymnorrhiza (L.), Bruguiera parviflora (L.),
Bruguiera sexangula (Lour), Bruguiera hainesii, Bruguiera exsaristata Ding

12

Hou, Ceriops decandra (Griff) Ding Hou dan Ceriop tagal (Perr.) CB. Robin,
(Arief, 2003).
Beberapa spesies yang masih satu famili, khususnya spesies Rhizophora
spp., berbeda dalam hal pertumbuhan akar. Rhizophora mucronata dan
Rhizophora apiculata tumbuh tegak, sedangkan Rhizophora stylosa perakaran
memanjang, rebah dan sedikit menjangkar. Buah Rhizophora apiculata agak
pendek dan lurus, yang hampir sama dengan spesies Rhizophora stylosa hanya
buah Rhizophora stylosa kurus dan kecil.
Spesies vegetasi lain adalah dari famili Sonneratiaceae dan dari famili
Verbenaceae, yakni Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris,

Sonneratia

ovata, Avicenia alba, Avicenia marina, dan Avicenia officinali L.


Vegetasi hutan mangrove tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut air
laut yang banyak mengandung lumpur dan pasir. Vegetasi ini mampu hidup
dalam genangan air laut dan tanah yang berawa dan mengandung sedikit
oksigen. Oleh karena itu vegetasi mangrove dapat menyesuaikan diri dengan
genangan air laut dan lumpur dengan cara sebagai berikut :
a. Untuk mencegah kelebihan kadar garam maka vegetasi mangrove dapat
membentuk pori-pori khusus pada daun, batang dan akarnya, sehingga dapat
mengeluarkan partikel garam pada saat surut.
b.

Dengan membentuk akar napas vegetasi mangrove dapat bernapas dalam


lumpur.

c. Akar-akar yang menegakan dan menopang tumbuhan pada habitat lumpur.

13

d. Mempunyai cara berkecambah yang khas yaitu kecambah terbentuk sewaktu


buah masak masih tergantung didahan atau pohon, kemudian jatuh dan
tertancap di lumpur secara tegakan lurus pada waktu surut dan dapat terbawa
oleh arus laut keberbagai lokasi yang cocok untuk berkecambah pada waktu
air pasang.
Kemampuan adaptasi mangrove terhadap lingkungan menunjukan adanya
perbedaan vegetasi. Noor (2006) membagi vegetasi mangrove dalam empat zona
yakni:
a. Mangrove terbuka
Mangve ini berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Pada
zona ini didominasi oleh Sonnertatia alba, Avecennia marina dan Rhizophora
yang merupakan spesies yang mendominansi daerah lumpur bercampur pasir.
b. Mangrove tengah
Mangrove dibagian ini terletak di belakang mangrove zona terbuka.
Dizona ini didominasi oleh spesies Rhizophora.

Namun Samingan

menemukan spesies-spesies yang lain Di Karang Agung adalah B.erioptela,


B.gymnorrhiza, excoeceria aggalocha, R. Mucronata, Xylocarpus granatum,
dan X. mollucensis.
c.

Mangrove payau
Mangrove ini berada disepanjang aliran sungai yang berair payau dan
hampir tawar. Di zona ini didominasi oleh spesies Nypa atau Sonneratia.

14

d. Mangrove daratan
Mangrove ini berada dizona perairan payau atau hampir tawar
dibelakang

mangrove

hijau

yang

sebenarnya.

Spesies-spesies

yang

mendominasi zona ini adalah Ficus microcapus, Intsia bijuga, N. fritucans.


Lumnitzera racemosa, Pandanus sp., dan Xylocarpus molucensis.
Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk
tegakan di dalam suatu ruang (Danserau dalam Lover, 2009). Struktur vegetasi
merupakan dasar yang harus diketahui guna mencapai pengolahan hutan yang
lestari. Menurut Kershaw (dalam Onrizal, 2006)

bahwa Struktur vegetasi

merupakan dasar utama kajian ekologi.


Struktur vegetasi dinyatakan dalam tiga komponen, yaitu (a) Struktur
vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan lapisan tumbuhan
bawah, herba, semak, dan pohon penyusun vegetasi dalam suatu komunitas, (b)
Sebaran horisotal spesies-spesies penyusun yang menggambarkan letak dari suatu
individu dan (c) Kelimpahan setiap jenis dalam suatu komunitas (Kershaw
dalam Onriza, 2006).
Menurut Ewusie (dalam Utami, 2010) bahwa Vegetasi suatu komunitas
dapat diukur secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Selanjutnya menurut
Gopal dan Bhardwaj (dalam Indriyanto, 2006) bahwa Struktur vegetasi
tumbuhan memiliki sifat kualitatif

dan kuantitatif. Ciri kualitatif

yang

terpenting pada komunitas antara lain adalah susunan flora dan fauna serta
pelapisan berbagai unsur dalam komunitas. Ciri kuantitatifnya meliputi beberapa
parameter yang dapat diukur seperti densitas, dominansi dan Frekuensi.

15

Menurut Indriyanto (2006) bahwa Parameter kuantitatif yang digunakan


untuk analisis vegetasi anatara lain; densitas, frekuensi, luas penutupan,indeks
nilai

penting,

perbandingan

nilai

penting,

indeks

dominansi,

indeks

keanekaragaman, indeks kesamaan, dan homogenitas suatu komunitas.


Kerapatan/densitas adalah jumlah individu suatu spesies tumbuhan dalam
suatu luasan tertentu (Idriyanto, 2006). Kerapatan dari suatu jenis merupakan
nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas.
Makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per
satuan luas.
Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran suatu jenis dalam suatu
areal. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang
besar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil
mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (Fachrul, 2007). Dengan kata lain
makin banyak ditemukannya suatu spesies dalam sejumlah petak contoh yang
dibuat berarti makin besar frekuensi spesies tersebut, sebaliknya makin kecil
ditemukannya suatu spesies dalam sejumlah petak contoh maka semakin kecil
frekuensi spesies tersebut.
Dominasi merupakan nilai yang menunjukan peguasaan suatu jenis
terhadap komunitas (Indriyanto 2006). Dominansi dapat dinyatakan dengan
menggunakan luas penutupan tajuk atau luas basal area. Untuk menentukan
dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas yang bersifat heterogen, yakni
dengan menggunakan rumus Indeks Nilai Penting (INP). Penggunaan indeks nilai
penting dalam menentukan dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas

16

karena kerapatan/densitas, dominansi dan frekuensi tidak dapat digunakan satu


demi satu untuk menunjukkan kedudukan relatif spesies dalam suatu komunitas
tumbuhan. Menurut Soegianto (dalam Indriyanto, 2006) bahwa Indeks Nilai
Penting (INP) atau Inpontant Value Index merupakan indeks kepentingan yang
digunakan untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu
komunitas tumbuhan.
Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari seluruh nilai Frekuensi
Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR) setiap spesies. Menurut Indriyanto (2006)
bahwa Suatu daerah yang hanya didominasi oleh jenis-jenis tertentu, maka
daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah.
Daerah yang hanya didominansi oleh spesies-spesies tertentu, memiliki
pengaruh terhadap tingkat keanekaragaman spesies.
Keanekaragaman

jenis

menyatakan

suatu

ukuran

yang

menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang


dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari setiap jenis.
Parameter kuantitatif yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan
vegetasi tumbuhan, baik dari segi vegetasi maupun tingkat kesamaannya dengan
vegetasi lain yakni dengan menghitung indeks keanekaragaman spesies
(Soegianto dalam Indriyanto, 2006). Untuk mengetahui keanekaragaman spesies
yakni dengan menggunakan rumus Shannon_Wienner (H).
Berdasarkan uraian di atas,

maka parameter yang di lakukan untuk

analisis struktur vegetasi mangrove di Tanjung Batu adalah Kelimpahan Relatif,


Frekuensi Relatif, Dominasi, Kanekaragaman dan Indeks Nilai Penting.

17

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan di laksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu dari bulan
Mei sampai bulan Juli 2015. Bertempat di Tanjung Batu Kelurahan Pantai
Amal Lama Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan.
B. Populasi dan Sampel
Populasi

dalam penelitian ini adalah keseluruhan tumbuhan

mangrove yang terdapat di kawasan hutan mangrove Tanjung batu


kelurahan Pantai Amal Lama.
Sampel penelitian ini adalah semua jenis spesies mangrove yang
terdapat pada 4 stasiun pengamatan. Pembagian stasiun didasarkan pada
kenampakkan vegetasi mangrove, karakteristik setiap wilayah pengamatan
dan kemudahan dalam peletakan garis transek.
C. Alat dan Bahan
Alat :
1. Role Meter, Di gunakan unutk membuat plot (kuadrant)
2. Soil Tester, digunakan untuk menentukan Ph tanah dari wilayah
pengambilan sampel.

18

3. Termometer, digunakan untuk mengukur suhu lingkungan.


4. Kunci Determinasi/identifikasi, digunakan untuk mengidentifikasi
tanaman mangrove.
5. Kamera, digunakan untuk dokumentasi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jenis
penyusun vegetasi mangrove yang masuk ke dalam plot pengamatan.
D. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan
metode Line Transek dengan pendekatan deskriptif. Berdasarkan survey
awal, maka titik pengambilan data penelitian akan di bagi menjadi
beberapa stasiun pengamatan, berdasarkan sebaran mangrove, kondisi
mangrove dan keadaan lingkungan sekitar mangrove. Pada setiap stasiun
dibuat transek tegak lurus dari garis pantai kearah darat, pada setiap
transek dibuat 5 buah plot yang di letakkan pada bagian kanan dan kiri
secara berselang, sehingga jumlah plot dari ke 4 stasiun ada berjumlah 20
plot.
Line transek tersebut dibuat tegak lurus memotong garis pantai
dengan panjang garis.line transek 50 m yang terbagi 5 plot/kuadrant
dengan ukuran plot masing-masing 10 X 10 m di mana jarak antar transek
10 meter dan jarak antar plot satu dengan yang lainnya 10 meter.

19

E. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian dalam pengambilan data adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan sebaran vegetasi mangrove pembagian 4 stasiun yang
akan di teliti.
2. Membuat sebaran garis transek sepanjang 50 meter dengan
menggunakan role meter dengan ukuran masing-masing plot/kuadrant
10 X 10 meter.
3. Mengamati bagian-bagain morfologi (akar, batang dan daun) dan
masing-masing vegetasi mangrove yang menjadi sampel.
4. Mencocokkan data hasil pengamatan (cirri-ciri morfolgi dari batang,
akar dan daun dari tumbuhan mangrove) yang di peroleh dengan cirriciri masing-masing spesies mangrove yang terdapat pada buku
determinasi/identifikasi (buku panduan lapangan).
5. Memberikan nama (penamaan) spesies dari masing-masing tumbuhan
mangrove berdasarkan kunci determinasi/identifikasi (buku panduan
lapangan).
6. Mengukur Ph tanah dari wilayah sampel yang menjadi lokasi
penelitian menggunakan Soil Tester.
7. Mengukur suhu lingkungan dari wilayah sampel yang menjadi lokasi
penelitian dengan menggunakan thermometer.

20

F. Analisis Data
1. Analisis data Kualitatif
Mendeskripsikan jenis-jenis Mangrove yang diperoleh dari tempat
penelitian berdasarkan panduan yang digunakan atau buku kunci
determinasi.
2. Analisis data Kuantitatif
a. Nilai kelimpahan relatif (KR)
KR =

X 100%

FR=

INP= FR+KR
Keterangan :
KR = Kelimpahan relatif
FR = Frekuensi Relatif
ni = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah individu seluruh jenis

b. Indeks Dominansi Simpson


D=

Pi2
Keterangan :
D = Indeks Dominansi Simpson
ni = banyaknya spesies i
N = jumlah seluruh individu i
Pi = ni/ N (rasio antara spesies dan jumlah individu spesies i )

21

Nilai criteria indeks dominasi Adalah :


0 < D < 0,5

: Tidak ada jenis yang mendominasi

0,5 < D < 1

: Ada jenis yang mendominasi

c. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner


Keanekargaman spesies dapat di katakana sebagai keheterogen
spesies dan merupakan cirri khas struktur komunitas. Rumus ini dapat
di gunakan unutk menghitung keanekaragman adalah ShannonWienner (odum, 1993) yaitu :
H = - pi ln pi, dengan pi = ni / N
Keterangan :
H = Indeks Dominansi Simpson
ni = banyaknya spesies i
N = jumlah seluruh individu i
Pi = ni/ N (rasio antara spesies dan jumlah individu spesies i )
Indeks keanekargaman mempunyai asumsi keanekaragaman penyebaran
jumlah tiap individu dan kestabilan komunitas jika :
H < 1

: Keanekaragaman rendah

1 < H < 3

: Keanekaragaman sedang

H > 3

: Keanekaragaman tinggi

22

d. Indeks Kemerataan
E=
Keterangan :
E = Indeks Kemerataan jenis
H = Indeks Keanekaragaman jenis
S = jumlah organisme yang di temukan

Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1 jika 0 berarti jumlah


individu tiap jenis cenderung berbeda, jika 1 berarti keseragaman pada
suatu komunitas semakin tinggi atau jumlah individu tiap spesies
relative sama.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Yogyakarta:
Kanisus
Bengen, Dietriech. 2002. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
IPB: Bogor
Ezwardi, Ivan. 2009. Struktur Vegetasi Dan Mintakat Hutan Mangrove Di Kuala
Bayeun Kabupaten Aceh Timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
(online)
Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi
Aksara
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara
Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi Untuk Pengolahan Kawasaaan Hutan Lindung
Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.
Tesis Program Studi Ilmu Kehutatan, Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian.
. 2008. Hutan Mangrove Dan Manfaatnya.
Kitamura, Shozo., Chairil Anwar, Amalyos Chaniago dan Shingeyuki Baba.
2003. Buku Panduan Manggrove Di Indonesia. Denpasar: Jaya Abadi
Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam.
Ledheng, ludgardis., IPG. Ardhana dan I Ketut Sundra . 2009. Komposisi dan
Struktur Vegetasi Mangrove Di Pantai Tanjung Bastiankabupaten
Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Lover, Nature. 2009. Analisis Vegetasi.
Munawar. 2010. Geologi Ilmu Tanah

Anda mungkin juga menyukai