Disusun Oleh :
1.
P 17420213107
2.
Nurul Chafifah
P 17420213108
3.
Pangestu Rakhmawati
P 17420213109
4.
Rasika Wiguna
P 17420213110
5.
Rendi Faridawati
P 17420213111
6.
P 17420213112
7.
Robula Emir
P 17420213113
8.
Saguh Febrianto
P 17420213114
9.
P 17420213115
10.
Anggres
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata adalah salah satu organ yang memiliki sistem pelindung yang
cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan retrobulbar.Selain
itu terdapatnya refleks memejam dan mengedip, tetapi mata masih sering
mendapatkan trauma dari dunia luar.Trauma dapat mengakibatkan
kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata, dan rongga orbita.
Kerusakan mata akan dapat menimbulkan penyulit sehingga mengganggu
fungsi penglihatan.
Trauma mata merupakan tindakan sengaja maupun tidak disengaja
yang dapat mengakibatkan perlukaan pada mata. Perlukaan yang
ditimbulkan dapat ringan, sedang, maupun berat. Pada mata dapat terjadi
beberapa trauma terdiri dari trauma tumpul, trauma tembus bola mata,
trauma kimia, dan trauma radiasi.
Trauma kimia mata merupakan salah satu kegawatdaruratan mata
yang membutuhkan penatalaksanaan sesegera mungkin. Akibat buruk yang
akan ditimbulkan jika penatalaksanaan trauma terlambat adalah timbulnya
berbagai komplikasi yang salah satunya menyebabkan kebutaan bahkan
kehilangan mata. Lebihdari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan
dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya. Dibandingkan dengan wanita,
laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih besar. Dari data
WHO tahun 2008 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19
juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta
mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%)
merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa
antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi
dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan1.
Trauma kimia pada mata adalah trauma yang mengenai bola mata
akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa pada
bola mata. Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7
ataupun zatbasa pH > 7 yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola
mata.Tingkat
keparahan trauma
konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut.
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan dalam laboratorium,
industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan
peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat
rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan
segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang
harus segera dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang
spesifik mengenai trauma mata yang sering terjadi di lingkungan
masyarakat, salah satunya adalah trauma kimia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dari mata ?
2. Apa pengertian dari trauma kimia pada mata ?
3. Apa etiologi dari trauma kimia pada mata ?
4. Bagaimana klasifikasi trauma kimia pada mata ?
5. Bagaimana patofisiologi pada trauma kimia pada mata ?
6. Bagaimana gejala klinis pada trauma mata ?
7. Bagaimana pemeriksaan pada trauma mata ?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada trauma kimia pada mata ?
9. Bagaimana komplikasi pada trauma mata ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Mata
1) Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna
putih dan relatif kuat. Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan
memberikan bentuk pada mata.
2) Jaringan uvea: merupakan jaringan vaskular yang terdiri dari iris, badan
siliar, dan koroid. Jaringan uvea dan sklera dibatasi oleh ruang yang
potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa
(perdarahan suprakoroid).
3) Retina: merupakan lapisan yang terletak paling dalam dan mempunyai
susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapisan membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
optik dan diteruskan ke otak.
4) Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan
bagian luar sklera.
5) Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah yang tembus cahaya,
merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya. Merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
depan dan secara histologis terdiri dari epitel, membran bowman, stroma,
membran descement, dan endotel.
a.
b. Gambar Histologi kornea4
11) Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di
depan retina (mengisi segmen posterior mata).
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
1) Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus
sel.
Akibat
saponifikasi
tersebut,
maka
akan
yang
berkelanjutan
dengan
ulkus
kornea
akan
Sumber Utama
Catatan
Pembersih industri, air Percampuran dengan air
accu
mata
cedera
menyebabkan
panas,
dapat
Terbentuk
percampuran
jaringan
dari Relatif
lebih
sulfur berpenetrasi
air mata
Pengawet
buah/sayuran
Bahan pemutih
10
mudah
lainnya
asam
- Bahan pendingin
Asam hidrofluorik (HF) Bahan
pemoles/pemutih Mudah berpenetrasi dan
kaca,
pemisah
mineral, menyebabkan
trauma
silicon
Digunakan sebagai larutan Kerusakan
berat
bila
31-38%
pekat
dan
konsentrasi
pajanan kronis
cuka Cuka 4-10%, cuka biang Trauma
ringan
Asam
(CH3COOH)
Chromik (Cr2O3)
bila
<10%,
90%
konsentrasi pekat
Pajanan yang kronis
dapat
menyebabkan
konjungtivitis
kronis
dengan
brown
discoloration
Trauma kimia asam yang paling parah disebabkan oleh asam
hidrofluorik karena berat molekulnya yang rendah dan ukurannya yang
kecil, fluroride akan menembus masuk ke stroma dan menyebabkan cedera
kornea serta segmen anterior. Asam sulfat merupakan penyebab trauma
kimia mata tersering. Asam sulfat bereaksi dengan air dan masuk ke dalam
robekan pre kornea untuk memproduksi panas yang mendestruksi epitel
kornea serta konjungtiva. Salah satu kejadian yang mengakibatkan luka
bakar asam sulfat adalah ledakan accu mobil, yang mungkin merupakan
penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata.
2. Etiologi trauma kimia basa
Beberapa bahan penyebab trauma kimia basa, antara lain:
a. Produk pembersih dalam rumah tangga (amoniak)
b. Pupuk (amoniak)
c. Shampoo, sabun
d. Semen, tiner, lem, kapur gamping
11
Konjungtiva
Prognosis
Iskemia (-)
Baik
Iskemia
<
Baik
III
limbus
Kerusakan epitel total, stroma Iskemia 1/3 Kurang baik
IV
limbus
12
>
Jelek
lepasnya kornea.
Derajat 4: Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.
Gambar 2.11 Klasifikasi Trauma Kimia menurut Thoft20, (a) derajat 1, (b) derajat
2, (c) derajat 3, (d) derajat 4.
E. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase,
yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase
13
14
H. Penatalaksanaan
Penatalaksana trauma mata bergantung pada berat ringannya
trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat
tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular, yaitu memperbaiki
penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan
anatomi mata, serta mencegah sekuele jangka panjang. Tata laksana
trauma kimia mencakup tata laksana secara umum dan secara khusus.
1. Tata Laksana Umum
15
kasus
emergensi/darurat,
sebaiknya
pertolongan
terjadinya
perlengketan
antara
konjungtiva
16
pemeriksaan oftalmologis
b) Fase akut (sampai hari ke-7)
Tujuan tindakan pada fase ini adalah mencegah terjadinya
penyulit. Prinsip terapi dengan medikamentosa dan pembedahan.
Medikamentosa ditujukan untuk mempercepat proses reepitelisasi
kornea,
sekunder,
mengontrol
mencegah
tingkat
peradangan,
peningkatan
mencegah
tekanan
bola
infeksi
mata,
17
IV 50-200 mg.
Sikloplegik
Untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia
anterior. Atropin 1% eye drop atau Scopolamin 0,25%
3)
penyembuhan
jaringan
luka
scorbutik
dengan
dan
membantu
5)
efektif
untuk
aktivitas
menghambat
neutrophil
dan
kolagenase,
mengurangi
18
lanjut. Tindakan
pembedahan
segera merupakan
tetes 6x
Prednisolon
Prednisolon
tetes 4-6x
AB
+ Tetrasiklin
tetes/jam
tetes/ 30 menit
Tetrasiklin salep Tetrasiklin salep
steroid
salep 4x
4x
4x
tetes 4-6x
Doxysiklin
Doxysiklin
Doxysiklin
2x100mg
2x100mg
2x100mg
Timolol 0,5% Timolol 0,5% Timolol 0,5%
tetes 2x
Gradasi III
Gradasi IV
Bandage lens
Bandage lens
Dexamethasone/ Dexamethasone/
tetes 2x
tetes 2x
Asetazolamide
Asetazolamide
Sulfas
2x500mg
2x500mg
Sulfas atropin Sulfas atropin Sulfas atropin
atropin
1% tetes 2x
1%
1% tetes 2x
1% tetes 2x
tetes Vitamin
C Vitamin
C Vitamin
2000mg
2000mg
2000mg
Nekrotomi
2x
Vitamin C
F
4x500mg
-
+ Nekrotomi
graft
graft
konjungtiva
konjungtiva
limbus
limbus
c) Fase pemulihan dini (early repair: hari ke-7 sampai dengan hari ke-21)
Tujuan tindakan pada fase ini yaitu membatasi tingkat penyulit.
Masalah yang dihadapi pada fase ini antara lain hambatan reepitelisasi
19
sempurna
Bandage
lens
diteruskan
AB + steroid Kortikosteroid
tetes
tapering tetes
off
Dexamethasone/ Dexamethasone/
tapering Prednisolon
off
Prednisolon
tetes
tappoff/ tetes
tappoff/
stop,
ganti stop,
ganti
dengan:
dengan:
NSAID
tetes NSAID
(Indometason/
C
Gradasi IV
Bandage lens
tetes
(Indometason/
AB + steroid Tetrasiklin
Diclofenax) 6x
Diclofenax) 6x
Tetrasiklin salep Tetrasiklin salep
tetes
2x
2x
tapering salep 2x
off
Doxysiklin
Doxysiklin
Doxysiklin
2x100mg
Peningkatan
2x100mg
Peningkatan
2x100mg
Timolol 0,5%
stop
Asetazolamid +
ion K diteruskan
atropin Sulfas atropin
dihentikan
Vitamin
1% tetes 3x
2000 mg
Retinoic
salep 2x
Jaringan
mg/hari
acid Vitamin A dan E
Jaringan
eksisi
eksisi
bibir/amnion (+)
:
stem
cell
limbus / sklera/
facial
d) Fase pemulihan akhir (late repair: setelah hari ke-21)
Tujuan tindakan pada fase ini adaah rehabilitasi fungsi penglihatan.
Prinsipnya mempercepat proses reepitelisasi kornea atau optimalisasi
fungsi epitel permukaan.
Tabel 2.5 Penatalaksanaan pada Fase IV
Tindakan Gradasi I
A
Solcosery 3x
Gradasi II
Epiteliopati
Gradasi III
Gradasi IV
Epiteliopati (+) : Reepitelialisasi
(+)
bandage
4x
Retinoic
NSAID tetes4x
1% 1x malam
NSAID tetes 4x
NSAID tetes 4x
Medroxy
Medroxy
progesteron 1% progesteron
C
4x
-
1%
4x
Tetrasiklin salep
4x
Doxyiklin
2x100mg
Peningkatan TIO
(-)
Timolol
0,5% tappoff
Asetazolamid
E
ion K dihentikan
Uveitis (-) :
sulfas
atropine
dihentikan
21
Vitamin C 2000
mg/hari
F
Vitamin A dan E
Graft
konjungtiva
limbus / terapetik
keratoplasti,
keratoprostesis
Trauma Asam
a) Komplikasi segera:
1. Glaukoma akut
Dapat terjadi 2-4 jam setelah trauma, hal ini karena adanya
pelepasan prostaglandin yang merangsang terjadinya uveitis
2. Ekspose kornea, perlunakan kornea
b) Komplikasi jangka panjang :
1. Simblefaron
Merupakan kelainan dengan gejala gerak mata terganggu,
diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
Dapat diatasi dengan simblefarektomi.
22
23
6. Entropion
Adalah kelopak mata yang terbalik atau membalik ke dalam
tepi jaringan, terutama tepi kelopak bawah. Entropion dapat terjadi
akibat senilitas, spasme, sikatriks. Dalam kasus trauma kimia asam
entropion terjadi akibat adanya spasme dan sikatriks.
2. Trauma Basa
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara
lain :
a) Segera:
1) Kornea keruh, pembentukan jaringan parut, edema, neovaskuler
2) Glaukoma, luka bakar alkalis menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular dengan segera karena terjadi kontraksi sklera dan
kerusakan anyaman trabekular Peningkatan tekanan sekunder (2-4
jam kemudian) terjadi akibat pelepasan prostaglandin, yang
berpotensi menimbulkan uveitis berat, tetapi sulit dipantau melalui
kornea yang opak.
3) Perlunakan kornea akibat perforasi akibat berlanjutnya aktivitas
kolagenase.
b) Jangka Panjang:
1) Simblefaron,
adalah
gejala
gerak
mata
terganggu,
diplopia,
24
BAB III
KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam
dengan pH < 7 dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa
biasanya memberikan dampak yang lebih berat dari pada trauma asam, karena
bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat
masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata depan,
bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi
protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam
tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma mata
adalah epifora, blefarospasme dan nyeri yang hebat. Trauma kimia merupakan
satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan
yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata
dengan segera samapai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian
obat terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, Selain itu dilakukan juga
upaya promotif dan preventif kepada pasien. Menurut data statistik 90% kasus
trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan
pelindung yang tepat.
25
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Ilyas, Sidarta. 2010. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4.
5.
6.
7.
Belin MW, Catalano RA, Scott JL. Burns of the eye. In: Catalano RA, Belin
MW, editors. Ocular emergencies. Philadelphia: WB Saunders; 1992. p. 179
96.
8.
Ilyas, Sidarta. 2008. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
9.
26