Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................
BAB II: ISI...............................................................................................................................
KEPRIBADIAN PARANOID.................................................................................................
2.1 Pengertian ..............................................................................................
2.2 Epidemologi...........................................................................................
2.3 Etiologi..................................................................................................
2.4 Gambaram Klinis.....................................................................................
2.5 Diagnosa Banding....................................................................................
2.6 Kriteria diagnostik...................................................................................
2.7 Perjalanan Penyakit dan Prognosa..............................................................
2.8 Terapi.....................................................................................................
Psiko terapi.............................................................................................
Farmakoterapi.........................................................................................
BAB III: KESIMPULAN........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan
perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang
biasanya; kepribadian relative stabil dan dapat diramalkan. Gangguan kepribadian
adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang
ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel
dan maladaptive dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna
atau penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.1
Terdapat berbagai defenisi atau pengertian mengenai kepribadian.
Kusumanto Setyonegoro mengatakan: kepribadian adalah ekspresi keluar dari
pengetahuan dan perasaan yang dialami secara subjektif oleh seseorang. Defenisi
lain mengemukakan bahwa kepribadian adalah perilaku yang khas seseorang yang
menyebabkan orang itu dapat dikenal dan dibedakan dari orang lain karena pola
perilakunya. Ada juga pengertian gaya kepribadian yang menunjuk pada
keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang mempengaruhi seseorang
dalam usaha adaptasi yang terus menerus dalam hidupnya, alhasil interaksi antara
genotiope (pengaruh keturunan) dan fenotipe (pengaruh lingkungan).2
Pasien dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola maladaptif,
mendarah daging, tidak fleksibel yang berhubungan dan mengesankan lingkungan
dan dirinya sendiri. Orang tersebut jauh lebih mungkin menolak bantuan
psikiatrik dan menyangkal masalahnya dibandingkan orang dengan gangguan
kecemasan, gangguan depresif, atau gangguan obsesif kompulsif. Gejala
gangguan kepribadian adalah aloplastik (yaitu, mampu mengadaptasi dan
mengubah lingkungan eksternal) dan ego-sintonik (yaitu, dapat diterima oleh
ego); mereka dengan gangguan kepribadian tidak merasa cemas tentang perilaku
maladaptifnya. Karena orang tersebut tidak secara rutin merasakan sakit dari apa
yang dirasakan oleh masyarakat sebagai gejalanya, mereka sering kali dianggap
sebagai tidak bermotivasi untuk pengobatan dan tidak mempan terhadap
pemulihan.1

Gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok dalam


Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorder-IV(DSM-IV). Kelompok A
terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid dan skizotipal, orang
kelompok ini sering tampak aneh dan eksentrik

sehingga disebut kelompok

eccentric or odd. Kelompok B terdiri dari gangguan kepribaadian anti social,


ambang , histrionic, dan narsisistik dimana kelompok ini disebut sebagai
kelompok dramatic, emotional, or eratic. Kelompok C terdiri dari gangguan
kepribadian menghindar, dependen dan obsesif kompulsif, dimana kelompok ini
disebut dengan anxious or fearfull, dimana dalam hal ini akan dibahas secara
detail gangguan paranoid.1

BAB II
ISI
GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID
2.1 Defenisi
Terdapat banyak jenis gangguan kepribadian yang dapat menyerang
mental seseorang, salah satunya adalah gangguan kepribadian paranoid, yang
mana berbentuk kesalahan dalam mengartikan perilaku orang lain sebagai suatu
hal yang bertujuan menyerang atau merendahkan dirinya. Gangguan biasa muncul
pada masa dewasa awal yang mana merupakan manifestasi dari rasa tidak percaya
dan kecurigaan yang tidak tepat terhadap orang lain sehingga menghasilkan
kesalah pahaman atas tindakan orang lain sebagai sesuatu yang akan merugikan
dirinya.4
Menurut W.F. Maramis dalam bukunya Catatan Kedokteran Jiwa
Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga
yang menonjol, orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain yang
dilihatnya dianggap sebagai agresor terhadapnya. Ia bersikap sebagai
pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang
lain sebagai akibat dari proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dengan demikian
ia kehilangan banyak teman dan mendapatkan banyak musuh.2
Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki
kemampuan untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka miliki terhadap
orang lain, selain itu mereka pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan
dengan dunia nyata, dengan kata lain berada dalam kesadaran saat mengalami
kecurigaan yang mereka alami walau secara berlebihan. Penderita akan merasa
sangat tidak nyaman untuk berada bersama orang lain, walaupun di dalam
lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang hangat dan ramah. Dimana dan
bersama siapa saja mereka akan memiliki perasaan ketakutan akan dikhianati dan
dimanfaatkan oleh orang lain.4
2.2 Epidemiologi

Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5 persen.


Orang dengan gangguan ini jarang mencari pengobatan sendiri; jika dirujuk ke
pengobatan oleh pasangan atau perusahaanya, mereka sering kali menarik orang
lain bersama-sama dan tidak tampak menderita. Sanak saudara pasien skizofrenik
menunjukkan insidensi gangguan kepribadian paranoid yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok control. Gangguan adalah lebih sering pada laki-laki
dibandingkan wanita, dan gangguan tampaknya tidak memiiki pola familial.
Insidensi diantara homoseksual tidak lebih tinggi daripada umumnya, seperti yang
dulu diperkirakan, tetapi dipercaya lebih tinggi kelompok minoritas, imigran, dan
tunarungu dibandingkan populasi umum.1
2.3 Etiologi
Faktor Genetika
Bukti yang terbaik bahwa factor genetika berperan terjadap timbulnya
gangguan kepribadian berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000
pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar manazigotik, angka
kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu, menurut satu penelitian tentang
panilaian multiple kepribadian temperamen, minat okupasional dan waktu luang,
dan sikap social, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira
sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.1
Gangguan kepribadian kelompok A (paranoid, schizoid, dan skizotipal)
adalah lebih sering ditemukan pada sanak saudara biologis dari pasien skizofrenik
dibandingkan kelompom kontrol. Secara bermakna lebih banyak sanak saudara
dengan gangguan kepribadian skizotipal ditemukan di dalam riwayat keluarga
orang dengan skizofrenia dibandingkan kelompok kontrol. Korelasi yang lebih
jarang ditemukan antara gangguan kepribadian paranoid atau schizoid dan
skizofrenia.1

Faktor Temperamental

Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin


berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Sebagai contoh,
anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami gangguan
kepribadian menghindar. Gangguan kepribadian tertentu mungkin berasal dari
kesesuaian parental yang buruk yaitu ketidaksesuaian antara temperamen dan cara
membesarkan anak. Sebagai contoh, seorang anak yang pencemas dibesarkan oleh
ibu yang pencemas.1
Faktor Biologis
Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsif sering kali juga menunjukkan
peningkatan kadar testosteron, 17 estradiol, dan estrone. Neorotransmitter,
Endorfin memiliki efek yang serupa dengan morfin eksogen, termasuk analgesia
dan supresi rangsangan.1
Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud pada awalnya menyatakan bahwa sifat kepribadian adalah
berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual.
Sebagai contoh, suatu karakter oral adalah pasif dan dependen karena terfiksasi
pada stadium oral, dimana ketergantungan pada orang lain untuk asupan makanan
adalah menonjol. Karakter anal adalah keras keapala, kikir, dan sangat teliti
karena perjuangan di sekitar latihan toilet selama periode anal.1
2.4 Gambaran Klinis
Gejala inti gangguan kepribadian paranoid adalah ketidakpercayaan umum
orang lain. Komentar dan tindakan bahwa orang sehat tidak akan memperhatikan
tampil sebagai penuh penghinaan dan ancaman terhadap seseorang dengan
gangguan tersebut. Namun, secara umum, pasien dengan gangguan kepribadian
paranoid tetap berhubungan dengan realitas; mereka tidak memiliki salah satu dari
halusinasi atau delusi terlihat pada pasien dengan psikosis. Namun demikian,
kecurigaan mereka bahwa orang lain bermaksud menyakiti atau mengeksploitasi
mereka begitu meresap dan intens bahwa orang-orang dengan gangguan
kepribadian paranoid sering menjadi sangat terpencil. Mereka menghindari

interaksi sosial yang normal. Dan karena mereka merasa tidak aman dalam apa
yang merupakan dunia yang sangat mengancam bagi mereka, pasien dengan
gangguan kepribadian paranoid mampu menjadi kekerasan. komentar berbahaya,
lelucon tidak berbahaya dan komunikasi sehari-hari lain sering dianggap sebagai
penghinaan6.
Karena mereka terus-menerus mempertanyakan motivasi dan kepercayaan
orang lain, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid tidak cenderung untuk
berbagi keintiman. Mereka takut informasi tersebut dapat digunakan untuk
melawan mereka. Akibatnya, mereka menjadi bermusuhan dan tidak bersahabat,
argumentatif atau menyendiri. ketidaknyamanan mereka sering menarik
tanggapan negatif dari orang di sekitar mereka. Menampik ini menjadi "bukti" di
dalam pikiran pasien bahwa orang lain, memang, bermusuhan dengan mereka.
Mereka memiliki wawasan sedikit menjadi efek dari sikap dan perilaku interaksi
mereka umumnya tidak berhasil dengan orang lain. Ketika ditanya apakah mereka
bertanggung jawab untuk interaksi negatif yang mengisi hidup mereka, orangorang dengan gangguan kepribadian paranoid cenderung untuk menempatkan
semua menyalahkan orang lain.6
Adapun tipe manusia dengan gangguan kepribadian paranoid adalah
sensitive dan mencurigai, mereka tidak mempercayai orang lain dan tindakannya,
sering timbul rasa cemburu, sangat mudah tersinggung, bersifat iritabel,
argumentatif dan nakal, sebagian dari mereka memiliki pendirian yang kuat, serta
mempunyai bakat yang terpendam namun potensi itu terhambat oleh karena
dibiarkan karena tidak dihargai oleh orang lain3. Ciri-ciri lainnya seperti
mempertanyakan motif tersembunyi di dalam orang lain, perasaan kepastian,
tanpa pembenaran atau bukti, bahwa orang lain bermaksud menyakiti atau
mengeksploitasi mereka isolasi social, agresivitas dan permusuhan, sedikit atau
tidak ada rasa humor.6

2.5 Diagnosa Banding

Gangguan kepribadian paranoid biasanya dapat dibedakan dari gangguan


delusional karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan
kepribadian paranoid. Keadaan ini dapat dibedakan dari skizofrenia paranoid
karena halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan pada gangguan kepribadian
paranoid. Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan
kepribadian ambang karena pasien paranoid jarang mampu terlibat secara
berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien
ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial sepanjang riwayat
perilaku antisosial. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid adalah menarik
diri dan menjauhkan diri tetapi tidak memiliki gagasan paranoid.1
2.6 Kriteria Diagnostik
Beradasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) III diagnostik dari kepribadian paranoid memiliki ciri-ciri:5
1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
2. Kecendrungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
3. Kecurigan dan kecendrungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalah artikan tindakan orang lain yng netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
4. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan
situasi yang ada (actual situation)
5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tentang kesetiaan
seksual dari pasangannya
6. Kecendrungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
brmanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self refferential
attitude)
7. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantif dari

suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri

maupun dunia pada umumnya.


Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari ciri-ciri diatas.

Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian paranoid sesuai DSM IV :


a. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain
sehingga motif mereka dianggap sebagai motif mereka dianggap
sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak
dalam berbagai konteks, seperti yang ditujukkan oleh empat( atau
lebih) berikut :

Curiga tanpa dasar yang cukup bahwa orang lain memanfaatkan,


membahayakan, atau menghianati dirinya

Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang


loyalitas atau kejujuran teman atau rekan kerja

Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut


yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat
melawan dirinya

Membaca arti merendahkan atau ada ancaman yang tersembunyi


dari ucapan atau kejadian yang biasa

Secara persisten menaruh dendam, yaitu tidak memaafkan


kerugian, cedera, atau kelalaian

Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak


tampak bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah
atau balas menyerang

Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pertimbangan, tentang


kesetiaan pasangan atau mitra seksual

b. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu


gangguan mood dengan ciri psikotik atau gangguan psikotik lain dan
bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.
Catatan : jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizofrenia, tambahkan "
premorbid" misalnya, " gangguan kepribadian paranoid (pramorbid)". (8)

2.7 Perjalanan Penyakit dan Prognosa


Tidak ada penelitian jangka panjang yang adekuat terhadap pasien
gangguan kepribadian paranoid yang telah dilakukan. Pada beberapa orang
gangguan kepribadian paranoid adalah terjadi seumur hidup. Pada orang lain
gangguan ini adalah tanda dari skizpfrenia. Pada orang lain lagi, saat mereka
menjadi semakin matang dan stress menghilang, sifat paranoid memberikan jalan
untuk pembentukan reaksi, perhatian yang tepat terhadap moralitas, dan perhatian
altruistik. Tetapi, pada umumnya, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
memiliki masalah seumur hidupnya dan tinggal bersama orang lain. Masalah
pekerjaaan dan perkawinan adalah sering ditemukan. 1
2.8 Terapi
Meskipun perbedaan pengobatan berdasarkan jenis gangguan kepribadian,
beberapa prinsip umum dapat digunakan untuk semuanya. Karena hampir semua
orang dengan gangguan kepribadian tidak melihat perlunya terapi, motivasi
seringkali datangnya dari orang lain. Namun demikian, penderita dapat merespon
mendukung tetapi penuh dengan konfrontasi terhadap akibat dari pemikiran dan
pola prilaku mereka yang tidak tepat. Hal ini biasanya efektif bila datangnya dari
teman sebaya atau psikoterapis.7
Terapis berulang-ulang menunjukkan konsekwensi yang tidak diinginkan
karena pola pikir dan prilaku penderita, kadang-kadang membuat batas tingkah
laku, dan berulang-ulang mengkonfrontasi penderita dengan kenyataan yang ada.7
2.8.1 Psikoterapi
Psikoterapi adalah pengobatan yang terpilih. Ahli terapi harus langsung
dalam menghadapi pasien. Jika ahli terapi dituduh tidak konsisten atau gagal,
seperti terlambat untuk suatu perjanjian, kejujuran dan permintaan maaf adalah
lenih baik daripada penjelasan yang membela diri. Ahli terapi harus mengingat
bahwa kejujuran dan toleransi keintiman adalah bidang yang sulit bagi pasien
dengan gangguan. Dengan demikian psikoterapi individual memerlukan gaya
professional dan tidak terlalu hangat dari pihak ahli terapi. Pasien paranoid tidak

10

bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, mereka juga tidak mungkin


mentoleransi

intrusivitas

menggunakan

interpretasi

terapi

perilaku.

khusysnya

Klinisi

interpretasi

yang

terlalu

mengenai

banyak
perasaan

ketergantungan yang dalam, masalah seksual, dan keinginan untuk keintiman,


secara jelas meningkatkan ketidakpercayaan pasien.1
Pada suatu waktu, perilaku pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
menjadi sangat mengancam sehingga ahli terapi harus mengendalikannya atau
menentukan batas dalam hal tersebut. Tuduhan delusional harus dihadapi dengan
cara yang realistik tetapi jelas tanpa menghina pasien. Pasien paranoid terlanda
ketakutan jika mereka merasa bahwa orang yang akan mencoba menolong mereka
adalah lemah dan tidak berdaya; dengan demikian, ahli terapi tidak boleh
mengancam mengambil kendali kecuali mereka berdua mau dan mampu
melakukannya.1
Terapi perilaku telah digunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial
dan umtuk menghilangkan kecurigaan terhadap permainan pasien.1
2.8.2 Farmakoterapi
Farmakoterapi adalah berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan.
Pada sebagian besar kasus suatu obat antiansietas seperti diazepam (valium)
adalah memadai. Tetapi mungkin perlu untuk menggunakan suatu antipsikotik,
seperti thioridazine (Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan
dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat
delusional.1
Obat antipsikotik pimozide (Orap) telah digunakan secara berhasil
menurunkan gagasan paranoid pada beberapa pasien.1

11

BAB III
KESIMPULAN

12

Menurut W.F. Maramis dalam bukunya Catatan Kedokteran Jiwa Kepribadian


paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol,
orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain yang dilihatnya dianggap
sebagai agresor terhadapnya. Ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk
menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat dari proyeksi
rasa bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan banyak teman dan
mendapatkan banyak musuh2. Gejala inti gangguan kepribadian paranoid adalah
ketidakpercayaan umum orang lain. Komentar dan tindakan bahwa orang sehat
tidak akan memperhatikan tampil sebagai penuh penghinaan dan ancaman
terhadap seseorang dengan gangguan tersebut6. Untuk menegakkan diagnosa dari
gangguan kepribadian paranoid berdasarkan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III. Adapun terapi yang bisa diberikan pada
pasien gangguan kepribadian paranoid dengan psikoterapi dan farmakoterapi
dengan antipsikosis.1

REFERENSI

13

1. Kaplan,HI, Sadock,BJ, dan Greb,JA. Gangguan Kepribadian: Dalam dr. I


Made

Wiguna

(eds).

Kaplan-Sadock

Sinopsis

Psikiatri

Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Dua. Edisi. Jakarta: Bina Rupa
Aksara Publisher 2010; 258-265.
2. Maramis,WF, Maramis,AA. Gangguan Kepribadian dan perilaku Masa
Dewasa: Dalam W. F Maramis, A. A Maramis (eds). Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press
2008; 325-334.
3. Gelder M, Mayou R, Geddes J. Personality and Its Disorders: Dalam M.
Gelder, R. Mayou, J. Geddes (eds). Psychiatry. Edisi Ketiga. New York:
Oxford University Press 2005; 59.
4.

Amarildo, 2010. Mengenal Gangguan Kepribadian Paranoid:


Definisi, Gejala, Penyebab dan Penanggulangan. Ruangpsikologi.
Available From :
http://www.psychologytoday.com/conditions/paranoid-personalitydisorder [Accesed 20 Oktober 2015]

5.

Maslim, Rusdi
Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III
Oleh dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ
Cetakan I Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unila Atma Jaya, Jakarta
2001.

6.

Harri Croft, MD. 2010. Gangguan Kepribadian Paranoid. Health


Place.
Available From :
http://www.healthyplace.com [Accesed 21 oktober 2015]

14

7.

Media Informasi Obat Penyakit. 2010. Gangguan Kepribadian Paranoid.


Medicastore.
Available From:
http://www.medicastore.com [Accesed 20 Oktober 2015]

8. American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision. Washington, DC,
American Psychiatric Association, 2000.

15

Anda mungkin juga menyukai