Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Tuberkulosis Paru
Etiologi
Penyakit tuberkulosis adalah disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). M.tuberculosis berbentuk batang
lurus tidak berspora dan juga tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 - 0,6
mm dan panjang 1-4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks dan terdiri
dari lapisan lemak yang cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M.
tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa
dimikolat yang disebut cordfactor dan mycobacterial sulfolipids yang berperan
dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan
dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada
dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan
arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri
M. tuberculosis bersifat tahan asam. Komponen antigen ditemukan di dinding sel
dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik
antigen M. tuberculosis dapat di identifikasi dengan menggunakan antibody
monoclonal. Penyebaran TB paru melalui perantara ludah atau dahak penderita
yang mengandung basil tuberkulosis paru. 2,10
2.1.2 Epidemiologi
Data profil kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah
kasus baru TB paru BTA (+) sebanyak 202.301. Sedangkan jumlah kasus TB
paru BTA (+) tahun 2011 yang sebesar 197.797 kasus.8
2.1.3 Patogenesis
Penularan TB paru ditularkan melalui udara yang mengandung bakteri
Mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TB Paru batuk
dan mengeluarkan droplet. Droplet tersebut akan terhirup dan melewati sistem
pertahanan mukosilier bronkus, menuju alveolus. Makrofag alveolus memfagosit
kuman TB yang kemudian sebagian besar sanggup dihancurkan. Sebagian kecil
yang tidak mampu dihancurkan mengakibatkan kuman bereplikasi dalam
makrofag dan membentuk koloni pertama / Fokus Primer (Gohn). Selanjutnya
kuman TB menyebar ke kelenjar limfe regional melalui pembuluh limfe sehingga
kelenjar limfe membesar (limfadenitis) dan saluran limfe meradang (limfangitis).
Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks
primer (primary complex). Pada saat terbentuknya kompleks primer, infeksi TB
primer dinyatakan telah terjadi. Setelah terjadi kompleks primer, imunitas seluler
2.1.1

tubuh terhadap TB terbentuk, yang dapat diketahui dengan adanya


hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin berubah dari
negatif menjadi positif. Setelah terjadi infeksi primer maka perjalanan penyakit
selanjutnya tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon
daya tahan tubuh (imunitas seluler). Jika respon daya tahan tubuh baik maka
reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB
Paru. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman
persisten atau dormant (tidur) dan apabila daya tahan tubuh tidak mampu
menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang
bersangkutan akan menjadi terinfeksi TB Paru.2
2.1.4 Penularan
o Pasien TB paru BTA positif.
o Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
o Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
o Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kumanyang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut. 3,9

Klasifikasi penyakit tuberculosis berdasarkan pemeriksaan dahak


mikroskopis
a; TB paru BTA positif
1; Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
Sewaktu (dahak sewaktu saat kunjungan ), Dahak pagi (keesokan harinya )
dan sewaktu ( pada saat mengantarkan dahak pagi)..
2; 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran TB.
3; 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
4; 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b; TB paru BTA negatif
2.1.5

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1; Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
2; Foto thoraks abnormal menunjukkan gambaran TB.
3; Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4; Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.3
2.1.6

Kriteria penderita TB paru berdasarkan riwayat pengobatan


1; Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2; Kambuh (Relaps) Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).
3; Pengobatan setelah putus berobat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.

4; Gagal (Failure)

2.1.7

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau


kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5; Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari sarana pelayanan kesehatan yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6; Lain-lain:
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami
kambuh, gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun
sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik, bakteriologik
(biakan), radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.2,3
Gejala-gejala tuberkulosis

Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala


respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
1; Gejala respiratorik

batuk 3 minggu minggu


batuk darah
sesak napas
nyeri dada
2; Gejala sistemik
Demam
Gejala sistematik lain: rasa kurang enak badan(malaise),keringat
malam, nafsu makan menurun (anoreksia), berat badan
menurun.15,16

Diagnosis TB paru secara umum


1; Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang
terlibat yaitu :
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya
tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan.Kelainan paru pada
umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan
segmen posterior , serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan
jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara
napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma &
mediastinum.23
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari
banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada
auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi
yang terdapat cairan.23
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor),
kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat
menjadi cold abscess.15,16
2; Pemeriksaan bakteriologik
2.1.8

a;

Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan

bakteriologik

untuk

menemukan

kuman

tuberkulosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan


untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor

cerebrospinal,

bilasan

bronkus,

bilasan

lambung,

kurasan

bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan


biopsy (termasuk biopsi jarum halus/BJH).
b;

Cara pengumpulan dan pengiriman bahan


Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturu turut atau dengan
cara:
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Bahan pemeriksaan spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung
dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup
berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen
tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum
dikirim ke laboratorium.16
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas
objek atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan
NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium.18
Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke
dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan
telah tertulis identitas penderita yang sesuai dengan formulir permohonan
pemeriksaan laboratorium.16
Bila lokasi fasilitas laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan
penderita, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa
pos.16
Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dengan pemeriksaan


mikroskopik biasa yaitu pewarnaan Ziehl-Nielsen dan pewarnaan Kinyoun
Gabbett. Mikroskopik fluoresens menggunakan pewarnaan auraminrhodamin (khususnya untuk screening)
Interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan adalah:

2 kali positif, 1 kali negatif Mikroskopik positif


1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali , kemudian
bila 1 kali positif, 2 kali negatif Mikroskopik positif
bila 3 kali negatf Mikroskopik negatif
3; Pemeriksaan radiologik
Radiografi thoraks merupakan uji yang sensitif namun tidak spesifik untuk
mendeteksi TB sehingga diagnosis TB tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan
radiografi, namun dapat dipakai untuk mengidentifikasi seseorang untuk evaluasi
TB lebih lanjut. Apabila radiografi dipakai sebagai satu-satunya alat diagnostik
untuk TB, dapat terjadi over-diagnosis maupun missed diagnosis.16
Radiografi thoraks berguna untuk mengevaluasi pasien dengan suspek TB namun
BTA negatif untuk mencari bukti untuk TB paru dan untuk mengidentifikasi
kelainan lain yang dapat menyebabkan gejala.
Pemeriksaan standar menggunakan foto toraks PA.
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB aktif adalah.
;

Bayangan berawan atau noduler pada segmen apikal dan posterior lobus

atas paru dan segmen superior lobus bawah


Kavitas (terutama lebih dari satu) yang dikelilingi bayangan opak berawan

;
;

atau nodular.
Bayangan bercak milier
Efusi pleura, umumnya unilateral
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif yaitu.

;
;
;

Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura
Gambaran radiologi pada luluh paru yang menunjukkan kerusakan

jaringan paru yang berat yaitu atelektasis, ektasis atau multikavitas, serta fibrosis
parenkim paru. 16
4;

Pemeriksaan penunjang ( PDPI, 2006)

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional.
Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang dapat mengidentifikasi
kuman tuberkulosis secara lebih cepat.

Polymerase chain reaction (PCR)


2;
Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a; Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
b; Mycodot
c; Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
d; ICT
3;
Pemeriksaan BACTEC
4;
Pemeriksaan Cairan Pleura
5;
Pemeriksaan histopatologi jaringan
6;
Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan.
Data ini sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai
keseimbangan biologik penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu
respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi
tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit bisa
menggambarkan biologik/ daya tahan tubuh penderida , yaitu dalam keadaan
supresi / tidak. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah
yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.16
7;
Uji tuberculin
1;

Gambar 1:algoritma diagnosa TB paru.7


Gambar

2:algoritma diagnosa TB paru.16


Diagnosis TB Paru BTA (+)
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi -sewaktu (SPS).
TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA).
2.1.10 Pengobatan Penyakit Tuberkulosis paru
Tujuan pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan mata rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Tabel 1 Dosis OAT untuk dewasa:
2.1.9

Tahapan pengobatan TB Paru


1; Tahap intensif

Melalui kegiatan bakterisid memusnahkan kuman dengan


menggunakan sedikitnya 2 obat bakterisid. Diberikan setiap hari selama 2

bulan, optimal pada 2 bulan dimana konversi sputum terjadi pada akhir
bulan kedua 2
2; Tahap lanjutan
Melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek,
atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional selama sisa
masa pengobatan: dengan menggunakan 2 obat setiap hari atau berkala 3
kali seminggu.2
Kategori pengobatan TB paru BTA(+)pada Program Penanggulangan TB
di Indonesia menggunakan OAT sebagai berikut:2
a; Kategori 1: 2 (HRZE) / 4 (HR)3
Tahap intensif diberikan untuk penderita baru TB Paru BTA positif,
penderita TB Paru BTA negatif Rontgen positif dan penderita TB ekstra
paru terdiri dari Isoniazid ( H ) , Rifampisin ( R ), Pirazinamid ( Z ) dan
Etambutol ( E ). Obat obatan ini diberikan setiap hari selama 2 bulan.
Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan
tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan 2
b;
Kategori 2: 2 ( HRZE ) S / ( HRZE ) /5 ( HR ) 3E3
Tahap intensif diberikan untuk penderita kambuh ( relaps ) , penderita
gagal ( failure ) dan penderita dengan pengobatan setelah lalai ( after
default ) diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan HRZE
dan suntikan streptomisisn ( S ), diberikan setelah penderita selesai
menelan obat setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari.
Setelah itu diteruskan dengan lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang
diberikan tiga kali dalam seminggu. 2
c; Kategori anak: 2 ( HRZ ) / ( 4 HR )
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan
dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada
tahap intensif maupun lanjutan. Dosis obat harus disesuaikan dengan berat
badan anak.2
Efek samping OAT
Tabel 1 :Efek samping obat anti tuberkulosis mayor

10

10

Tabel 2 :Efek samping obat anti tuberkulosis minor

10

Tabel 1 :Efek samping obat anti tuberkulosis minor

10

11

Faktor-Faktor internal yang mempengaruhi kesembuhan


2.2.1 Usia
2.2;

Usia adalah usia penderita pada saat terkena tuberkulosis paru BTA (+)
Usia seseorang menentukan imunitas yang dimilikinya, semakin
bertambah usia, semakin menurun pula daya tahan yang dimilikinya. Depkes
menjelaskan bahwa pada penderita lanjut usia lebih sering mengalami efek
samping obat yang ditimbulkan oleh OAT sehingga dapat mempengaruhi
penderita untuk meminum obat yang dapat berakibat pada pada kesembuhannya.
Menurut widarto terdapat hubungan antara usia dengan kesembuhan TB
paru.25
Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan.
2.2.2

Laki laki kemungkinan mendapatkan resiko untuk tertular TB paru lebih


besar daripada perempuan. Hal tersebut dapat dikarenakan keterpaparan laki laki
terhadap lingkungan lebih besar daripada perempuan
Tuberkulosis menyerang sebagian besar wanita pada usia yang produktif,
namun pada negara berkembang diperkirakan jumlah penderita laki laki sama
banyak dengan perempuan. Kesembuhan TB paru pada wanita cenderung lebih
besar karena tingkat kesadaran berobat lebih baik daripada pria.22
Menurut Rizkiani
adalah jenis kelamin.22
2.2.3

Status gizi

faktor yang berhubungan dengan kesembuhan paru

12

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang akan berpengaruh terhadap
kekuatan, daya tahan, dan respons imunologis terhadap penyakit.25
Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya
tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit. infeksi dapat
mengakibatkan gangguan gizi dengan mempengaruhi nafsu makan. Asupan
yang tidak adekuat menimbulkan pemakaian cadangan energi yang berlebihan
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan penurunan berat badan
yang memperlambat penyembuhan tuberkulosis paru.15
Diperlukan dukungan nutrisi yang adekuat yang akan mempercepat
perbaikan status gizi dan

meningkatkan

sistem

imunitas,

yang

dapat

mempercepat proses penyembuhan. pemberian obat TB yang teratur sesuai


metode pengobatan.15
Penelitian Murtaningsih tahun 2010 menunjukkan bahwa status gizi
berpengaruh dengan kesembuhan penderita Tuberkulosis paru. Penelitian lain
menyebutkan kondisi gizi buruk akan meningkatkan infeksi basil tuberkulosis,
mempersulit penyembuhan dan memudahkan kambuhnya penyakit TB15
2.2.4 Keteraturan berobat
Keteraturan berobat adalah adalah perilaku penderita dalam mengambil
obat ( baik oleh penderita sendiri, maupun keluarga atau PMO).20
Pengetahuan seorang

penderita

Tuberkulsosis

tentang

proses

pengobatannya akan membantu penderita tersebut untuk lebih patuh dalam


berobat.20
Dalam proses penyembuhan, penderita TB Paru dapat diberikan obat anti
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan yang
ketat. Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus, sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain. Oleh sebab itu,
para penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur. Tanpa
adanya keteraturan minum obat, penyakit sulit disembuhkan. Jika tidak teratur
minum obat penyakitnya sukar diobati, kuman TB dalam tubuh akan berkembang
semakin banyak dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu
lebih lama untuk dapat sembuh.12,13
Tujuan pengobatan TB adalah agar penderita dinyatakan sembuh.
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan. Pada

13

tahap intensif penderita TB paru mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT. Pada fase awal / intensif
diperlukan kombinasi bakterisidal dan pencegahan resistensi obat (RHZES) untuk
membunuh

kuman

dalam

jumlah

besar

dengan

cepat

yaitu

populasi

mycobacterium tuberculosa yang mempunyai kemampuan multiplikasi cepat dan


mencegah terjadinya resistensi obat. Selanjutnya pada fase lanjutan diberikan obat
yang mempunyai aktivitas

sterilisasi (RHZ) untuk membunuh kuman yang

kurang aktif atau populasi kuman yang membelah secara intermiten dan
mencegah terjadinya kekambuhan.11
Murtatningsih terdapat hubungan antara keteraturan berobat dengan
kesembuhan karena kepatuhan memiliki pengaruh yang besar terhadap
kesembuhan15 .
2.2.5 Kepatuhan memeriksa ulang dahak
Kepatuhan memeriksa ulang dahak adalah Perilaku penderita dalam
memeriksakan dahaknya pada satu bulan sebelum akhir pengobatan.
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan
dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan ulang dahak
pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir pengobatan bertujuan untuk
menilai hasil pengobatan.19
Pada penelitian Rizkiani faktor yang berhubungan dengan kesembuhan
paru adalah Kepatuhan memeriksa ulang dahak.19

Jumlah kasus TB Paru BTA positif puskesmas cukir tahun 2011-2013


46
45
44
43

2.3.
42

Puskesmas Cukir

2.3.1
41 Data pasien tuberkulosis
Angka penderita Penyakit TB Paru BTA positif di wilayah kerja puskesmas cukir
40
Penyakit
TB Paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Cukir
39
38
37
36
tahun 2011

tahun 2012

14

Sumber data program P2TB Puskemas Cukir.17

Sumber data program P2TB Puskemas Cukir.26


Jumlah penderita penyakit TB paru BTA positif di wilayah kerja puskesmas cukir
dari tahun ke tahun terus meningkat jumlahnya pada tahun 2011 sebanyak 37
penderita, pada tahun 2012 sebanyak 39 pasien dan pada tahun 2013 sebanyak 45
penderita.

Angka kesembuhan Penyakit TB Paru BTA positif di wilayah kerja puskesmas


Cukir

Sumber data program P2TB Puskemas Cukir.17

15

Pada tahun 2013 didapatkan angka kesembuhan yang mencapai 86 % dimana hal
ini menunjukkan bahwa angka kesembuhan tuberkulosis sudah memenuhi
standart nasional (85%).
2.3.2 Pelayanan Pemberantasan Penyakit Menular (P3M)
2.3.2.1 Penyuluhan
Dilakukan dengan melakukan penyuluhan ke desa desa

memberikan

informasi kalau penyakit TB bisa disembuhkan , gejala TB itu batuk lebih dari 2
minggu.

Harus

diperiksakan

bila

batuk

melebihi

minggu.

Lalu

menginformasikan ke masyarakat tentang pengobatan tuberkulosis itu diberikan


secara gratis. Biasanya untuk penyuluhan 2 X dalam 3 bulan.
2.3.2.2

Pendataan Pasien TB

Pendataan pasien TB dilakukan dengan mencatat kunjungan periksa pasien


ke Puskesmas dan melalui pendataan keluarga pasien yang terkena TB. Keluarga
yang tinggal serumah dengan penderita yang berobat atau periksa ke puskesmas
akan didata juga.
2.3.2.3

Pengadaan Obat Anti TB (OAT)

Pengadaan OAT dikirim langsung oleh Pusat sesuai dengan kebutuhan


masing-masing daerah. Penerimaan OAT dilakukan oleh panitia penerima obat
tingkat kabupaten/kota maupun propinsi. Obat disimpan di gudang penyimpanan
obat. Distribusi dari tempat penyimpanan obat ke puskesmas dilakukan sesuai
dengan permintaan yang telah disetujui oleh Dinas Kesehatan setempat.
Pengiriman OAT disertai dengan dokumen yang memuat jenis, jumlah, kemasan,
nomor batch dan bulan serta tahun kadaluarsa.
2.3.2.4

Putus Obat

Apabila pasien berhenti minum obat akibat halangan tertentu atau lalainya
pasien dalam kunjungan ke Puskesmas untuk kontrol, maka petugas TB akan
mengunjungi rumah penderita, sebab apabila pasien tersebut berhenti minum obat,
maka upaya pemberantasan dikatakan gagal dan pasien harus mengulang tahap
pengobatan dari awal

16

Kerangka teori

M. Tuberculosis

Penularan melalui Droplet nuclei

Droplet terhirup dan masuk alveolus

Makrofag alveolus memfagosit kuman TB

Sebagian besar sanggup dihancurkan.

Sebagian kecil tidak mampu dihancurkan.

Kuman bereplikasi dalam makrofag

Membentuk koloni pertama / Fokus Primer GOHN

Kompleks primer

Kuman TB menyebar ke kel. limfe regional melalui sal. limfe

Kel.limfe membesar (limfadenitis) & sal.limfe yang meradang (limfangitis)

Dalam
beberapa
bulan akan
terinfeksi
TB paru
Sebagian kecil
kuman
TB menetap
( kuman
persisten
atau dormant tidur
Menghentikan perkembangan kuman TB
Perjalanan penyakit tergantung banyaknya kumanImunitas
yang masuk
baik dan respon daya tahan tubuh

Anda mungkin juga menyukai