Kuliah PSGJ
Kuliah PSGJ
GEOMETRIK JALAN
PENDAHULUAN
KONTRAK PERKULIAHAN
Perencanaan
geometrik
merupakan
bagian
dari
suatu
Perencanaan
geometrik
jalan
DEFENISI
dirancang
berdasarkan
berdasarkan
acuan
Standar Perencanaan
1. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/
1990
2. Standar Perencanaan Geometrik untuk jalan Perkotaan
1992
3. Peraturan Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar
kota 038/T/BM/1997
kecelakaan
yang
pernah
terjadi
akibat
permasalahan geometrik
4. Tingkat perkembangan lalu lintas
5. Alternatif route selanjutnya dalam rangka pengembangan
jaringan jalan
KLASIFIKASI JALAN
Klasifikasi menurut Fungsi/Peranan
A. Sistem Jaringan Jalan Primer adalah jalan-jalan yang menghubungkan
simpul-simpul jasa distribusi dalam struktur pengembangan wilayah,
dengan ciri-ciri :
1. Melayani angkutan umum dengan perjalanan Jauh
2. Kecepatan rata-rata tinggi
3. Jumlah jalan dibatasi secara efesien
B.
KLASIFIKASI JALAN
dengan ciri-ciri :
1.
2.
3.
4.
C.
1.
2.
3.
KLASIFIKASI JALAN
Klasifikasi Jalan menurut Wewenang pembinaan
A. Jalan Nasional;
- Jalan Arteri Primer
- Jalan Kolektor Primer
- Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional
B.
Jalan Propinsi ;
- Jalan Kolektor primer yang menghubungkan ibukota propinsi
dengan ibukota kabupaten / kotamadya
KLASIFIKASI JALAN
-Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota
Kabupaten/Kotamadya
-Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan propinsi
-Jalan dalam daerah khusus Ibukota
C.
Jalan kabupaten
KLASIFIKASI JALAN
D. Jalan Kotamadya
E.
Jalan Desa
F.
Jalan Khusus
KLASIFIKASI JALAN
Menurut Kelas Jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam MST (dalam ton)
Fungsi
Kelas
Muatan Sumbu
Terberat
Arteri
I
II
III A
>10
10
8
Kolektor
III A
III B
Lokal
IIIC
KLASIFIKASI JALAN
Tabel Klasifikasi Jalan Perkotaan
Jalan Tipe I ( Pengaturan Jalan Masuk : Penuh)
Fungsi
Kelas
Primer Arteri
Kolektor
I
II
Sekunder Arteri
II
KLASIFIKASI JALAN
Tabel Klasifikasi Jalan Perkotaan
Jalan Tipe I ( Pengaturan Jalan Masuk : Sebagian atau tanpa pengaturan)
Fungsi
Volume lalu
Lintas
Primer Arteri
Kolektor
Sekunder Arteri
Kolektor
Lokal
Kelas
> 10.000
< 10.000
I
I
II
> 20.000
< 20.000
I
II
>6000
<6000
>500
<500
II
III
III
IV
KLASIFIKASI JALAN
NO
Jenis Medan
Notasi
Kemiringan Medan
Datar
<3
Perbukitan
3 - 25
Pegunungan
>25
Alinyemen Horizontal
Alinyemen Vertikal
Alinyemen pada Tikungan
Jalur Pendakian
Jalur Samping
Pengaturan Jalan Masuk
Ruang Bebas jalan
Panjang Kritis Tanjakan
Kordinasi Alinyemen
ELEMEN
GEOMETRIK
Jari-jari lengkungan
Derajat Kelengkungan
Kelandaian
SuperElevasi
Lengkung Peralihan
Bagian Tangen
Bagian Lengkung
Daerah Bebas Samping
Pelebaran Tikungan
KOMPONEN
GEOMETRIK
Kecepatan Rencana
Kendaraan Rencana
Volume Lalu Lintas Harian
Rata-rata (LHR)
Volume Jam Rencana (VJR)
Volume Lalu lintas Harian
Rencana (VLHR)
Satuan Mobil Penumpang
(SMP)
Kapasitas
Tingkat Perlayanan
Gaya Setrifugal
Koefesien Geser melintang
Jarak Pandang Henti
Jarak Pandang Menyiap
PARAMETER
GEOMETRIK
KARAKTERISTIK KENDARAAN
A. Dimensi Kendaraan Rencana
Kendaraan rencana adalah kendaran
KARAKTERISTIK KENDARAAN
KARAKTERISTIK KENDARAAN
b) Geometrik Jalan Perkotaan
Pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan
perkotaan adalah sebagai berikut:
Kendaraan kecil : mobil penumpang
Kendaraan sedang : unit tunggal truk/bus
Kendaraan besar : truk semi trailler
KARAKTERISTIK KENDARAAN
Tabel 2. Dimensi Kendaraan Rencana Untuk Jalan Perkotaan
KARAKTERISTIK KENDARAAN
c) Pengelompokan Jenis Kendaraan Menurut Karakteristik Kendaraan
Berdasar jenis kendaraan yang dilayani jalan raya, Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 1993 mengelompokan jenis kendaraan dengan sistem kelas kendaraan sebagai
berikut:
Kendaraan kelas I, yaitu kendaraan berukuran lebar 2.50 meter, panjang 18 meter
dan muatan sumbu terberat (MST) > 10 ton.
Kendaraan kelas II, yaitu kendaraan berukuran lebar 2.50 meter, panjang 18
meter dan muatan sumbu terberat (MST) 10 ton.
Kendaraan kelas IIIA, yaitu kendaraan berukuran lebar 2.50 meter, panjang 18
meter dan muatan sumbu terberat (MST) 8 ton.
KARAKTERISTIK KENDARAAN
Kendaraan kelas IIIB, yaitu kendaraan berukuran lebar 2.50 meter, panjang 12
meter dan muatan sumbu terberat (MST) 8 ton.
Kendaraan kelas IIIC, yaitu kendaraan berukuran lebar 2.10 meter, panjang 9
meter dan muatan sumbu terberat (MST) 8 ton.
d)Pengelompokan Jenis Kendaraan Menurut Indonesian Highway Capacity Manual
(IHCM) 1997,
Berkaitan dengan tingkat pelayanan jalan (ruas jalan, simpang dan bundaran), IHCM
1997 mengelompokan jenis kendaraan sebagai berikut:
Kendaraan ringan (light vehicle : LV)
Kendaraan berat (heavy vehicle : HV)
Sepeda motor (motor cycle : MC)
KARAKTERISTIK KENDARAAN
B. Satuan Mobil Penumpang (SMP)
Adalah unit satuan kendaraan untuk dimensi kapasitas jalan, dalam hal mana sebagai
referensi mobil penumpang dinyatakan mempunyai nilai satu SMP.
Tabel 3. Ekivalen Mobil Penumpang (emp)
No
Jenis Kendaraan
Datar /
Perbukitan
Pegunungan
1,00
1,00
1,20 2,40
1,90 3,50
1,20 5, 00
2,20 6,00
KARAKTERISTIK KENDARAAN
C. Jarak Putaran (Manuver) Kendaraan
Setiap kendaraan mempunyai jangkauan putaran , pada saat kendaraaan
yang bersangkutan menikung atau memutar pada tikungan jalan.
Besar
jangkauan
putaran
masing-masing
kendaraan
berbeda
untuk
KARAKTERISTIK KENDARAAN
KARAKTERISTIK KENDARAAN
KARAKTERISTIK KENDARAAN
KARAKTERISTIK KENDARAAN
C. Jarak Putaran (Manuver) Kendaraan
KARAKTERISTIK KENDARAAN
KARAKTERISTIK KENDARAAN
Faktor K
(%)
Faktor F
(%)
> 50.000
4 - 6
0.90 -1
30.000 - 50.000
6 - 8
0.80 -1
10.000 - 30.000
6 - 8
0.80 -1
5.000 - 10.000
8 - 10
0.60 0.80
1.000 -
10 - 12
0.60 0.80
12 - 16
< 0.60
5.000
< 1.000
Example
LHR Total 2 Arah
KAMIS
SABTU
1200
1111
1022
1000
957 957
910
898
841
800
861 844
849
829
768 758 778
711
639
588
600
890
867
807 817 802
788
944
883
832 842
599
523
476
400
371 388
351
283
200
261
184
0
6
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Example
No
Tipe Kendaraan
Arus Rencana
Motorcycle
770
Mobil Penumpang
206
Pick-Up
52
Bus Kecil
Bus Besar
Truk Sedang
67
Truk Berat
Truk Tandem
11
Trailer
10
11
12
Total
1111
Example
Arus Lalu Lintas Rencana berdasarkan Pembagian Tipe Kendaraan menurut MKJI
No
Tipe Kendaraan
Kode
Arus Rencana
LV
258
MHV
70
Kendaraan Ringan
Truk Besar
LT
11
Bus Besar
LB
Sepeda Motor
MC
770
Total
Keterangan Penggolongan Kendaraan:
LV
: Mobil Penumpang
MHV
LT
LB
: Bus Besar
MC
: Motorcycle
1111
MHV :
Arah
Palima
130
130
36
Ciomas
128
128
34
Total
258
258
70
1,99
3
71,7
5
67,7
6
139,
5
1,993
LT :
3,982
MC :
0,793
Total
LB :
1,993
LT :
3,982
MC :
0,793
(Q)
smp/jam
LV :
LB :
kend/jam
emp arah 2
Arah %
1.2
1,99
Arus
smp/jam
MHV :
MC
kend/jam
LT
smp/jam
LV :
LB
kend/jam
emp arah 1
kend/jam
MHV
smp/jam
1.1
smp/jam
LV
kend/jam
Tipe Kend.
smp/jam
Baris
kend/jam
Example
1,993
27,87
375
297,4
50
549
528,99
1,993
15,93
395
313,2
50
562
526,92
3,986
11
43,8
770
610,6
1111
1055,9
49,4149
0,950
E. KAPASITAS
Adalah volume lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada
suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu (misalnya : rencana geometrik,
lingkungan komposisi lalu lintas dan sebagainya)
Kapasitas lalu lintas merupakan jumlah lalu lintas atau kendaraan yang
dapat melewati suatu penampang, dalam waktu, kondisi jalan dan lalu
lintas tertentu.
E. KAPASITAS
Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas lalu lintas adalah :
1. Faktor lalu lintas yang meliputi sifat sifat lalu lintas, antara lain :
a. Prosentase kendaraan Bus dan Truk
b. Pembagian jalur lalu lintas
c. Variasi dalam arus lalu lintas
2. Faktor fisik jalan meliputi :
a. Lebar jalan perkerasan
b. Lebar bahu jalan
c. Kebebasan samping
d. Tikungan dan Kelandaian jalan
e. Kondisi permukaan perkerasan jalan
E. KAPASITAS
Kapasitas
Dasar
Kapasitas
yang
mungkin
Kapasitas
Rencana
Jenis Kapasitas
F. TINGKAT PERLAYANAN
Adalah tolok ukur digunakan untuk menyatakan kualitas pelayanan
suatu jalan. Tingkat pelayanan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu kecepatan perjalanan dan perbandingan antara volume dengan
kapasitas (V/C)
Kecepatan perjalanan merupakan indikator dari pelayanan jalan,
makin cepat berarti pelayanan baik atau sebaliknya.
Highway Capacity Manual membagi tingkat pelayanan jalan menjadi
6 tingkat , yaitu :
F. TINGKAT PERLAYANAN
1.Tingkat Pelayanan A , dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas tanpa hambatan
- Volume dan kepadatan lalu lintas rendah
-Kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi.
2.Tingkat Pelayanan B, dengan ciri ciri :
-Arus lalu lintas stabil
-Kecepatan mulai dipengaruhi oleh kendaraan lalu lintas,
tetapi dapat dipilih sesuai kehendak pengemudi
F. TINGKAT PERLAYANAN
3.Tingkat Pelayanan C, dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas masih stabil
-Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah dipengaruhi oleh
besarnya volume lalu lintas.
4.Tingkat Pelayanan D, dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil
-Perubahan
volume
kecepatan perjalanan
lalu
lintas
sangat
mempengaruhi
besarnya
F. TINGKAT PERLAYANAN
5. Tingkat Pelayanan E, dengan ciri ciri :
- Volume lalu lintas sudah tidak stabil
- Volume kira kira sama dengan kapasitas
- Sering terjadi kemacetan
6. Tingkat Pelayanan F, dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah
- Seringkali terjadi kemacetan
- Arus lalu lintas rendah
G. KECEPATAN RENCANA
G. KECEPATAN RENCANA
Kecepatan Rencana (VR)
Sesuai dengan klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan
Fungsi
Bukit
Pegunungan
Arteri
70 - 120
60 - 80
40 70
Kolektor
60 - 90
50 - 60
30 50
Lokal
40 - 70
30 - 50
20 30
Catatan :
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan,
dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km / jam
Sumber : Tata cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
038/T/BM/1997
G. KECEPATAN RENCANA
Untuk menghemat biaya tentu saja perencanaan jalan sepantasnya disesuaikan
dengan keadaan medan.
Sebaliknya fungsi jalan seringkali menuntut peencanaan jalan tidak sesuai
dengan kondisi medan dan sekitarnya.
Hal ini menyebabkan tingginya volume pekerjaan tanah.
H. GAYA SENTRIFUGAL
Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap V pada
suatu bidang datar atau miring lintasan berbentuk suatu lengkung
seperti lingkaran, maka pada kendaraan tersebut akan bekerja gaya
kecepatan katakan V dan gaya sentrifugal katakan F. Gaya sentrifugal
akan mendorong kendaraan secara radial keluar dari lajur jalannya,
kearah tegak lurus terhadap gaya kecepatan V.
Gaya ini menimbulkan gaya yang tidak nyaman pada pengemudi
H. GAYA SENTRIFUGAL
Gaya sentrifugal (F) yang terjadi :
F = m.a
Dimana :
m = massa = W/g
W= berat kendaraan
V = Kecepatan kendaraan
W .V 2
F
g .R
H. GAYA SENTRIFUGAL
I. GAYA GESEK
Gaya gesekan melintang (Fs) adalah besarnya gesekan yang timbul
antara ban dan permukaan jalan dalam arah melintang jalan yang
berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugal.
Perbandingan antara gaya gesekan melintang dan gaya normal yang
bekerja disebut koefisien gesekan melintang
I.GAYA GESEK
dengan
membuat
kemiringan
melintang
jalan.
Example
Suatu ruas jalan mempunyai kecepatan rencana sebesar
100km/jam. Berapakah koefisien gesek ruas jalan tersebut?
Kebebasan Samping
Ruang kosong yang tidak terisi oleh benda /bangunan apapun
sehingga pandangan lalu lintas tidak terhalang. Kebebasan samping
minimum pada jalan raya ditentukan untuk masing masing sisi jalan
raya (sisi kanan dan sisi kiri)
Penentuan Kebebasan Samping dibedakan atas:
Sebelah kiri:
a. dengan bahu
b. dengan trotoar
c. dengan jalur pembantu
Kebebasan Samping
Sebelah kanan:
a. pier tengah atau tembok jembatan
b. dengan kerb penghalang
Trase Jalan
Penentuan lokasi dan perencanaan suatu trase jalan
sampai pada batas-batas tertentu sangat dipengaruhi
oleh keadaan fisik dan topografi serta peruntukan lahan
yang dilaluinya.
Tanah dasar
Keadaan Iklim
Topografi
Keadaan
Topografi
dalam
penetapan
trase
jalan
akan
Geografi
Persyaratan utama dari faktor geologi adalah hindari daerah zona
zona geologis yang berbahaya. Bila dana cukup banyak tersedia,
dan tidak ada pilihan lokasi lain, dapat saja dilakukan perbaikan
tanah atau peninggian elevasi tanah.
Faktor Lingkungan
Dalam pembangunan saat ini, sudah sepatutnya dipikirkan
mengenai pembangunan jalan yang berwawasan lingkungan
dan pembangunan yang berkelanjutan.
Perencanaan dan pembangunan jalan yang akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan sekitarnya agar dianalisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL)
2)
3)
4)
STA
3+403,35
3+500
3+600
3+700
3+800
5,364
3+900
4+000
EVCE: 8.999
EVCS: 4+050
5,364
8.999
21,458
9.000
16,093
6 (+)
BVCE: 9.073
TC
BVCS: 3+990
18
9.051
PVI 2
W
9.000
8
53,633
10,477
9.171
41,909
10,477
9.044
PVI 1
31,432
9.293
W
31,432
6 (+)
9.405
0%
-2%
9.414
10,477
PT =
0
4+00
0
3+95
0.63
3+87
PC = 3+846.51
0
3+90
3+850
PI 3
9.495
6 (-)
.54
EVCE: 9.501
41,909
TC
EVCS: 3+814.39
34,782
PT = 3+827.28
3+
80
0
775
= 3+
9.521
MAKAM IS
LAM
TANGGAL
PC
9.542
9,052
10,477
CT
BVCE: 9.442
OLEH
3+7
BVCS: 3+764.39
31,432
500
00
=3
+5
64
.65
3+5
631.60
PT = 3+
3+650
3+600
PC
3+
55
0
.20
16
+5
= 3+
=3
PC
PT
50
.66
3+3
3+34+40
0
03.3
5
3+7
9.374
W
6,789
BRG
9.333
6 (-)
6 (+)
EVCE: 9.165
2,263
TC
EVCS: 3+706.50
0%
-2%
9.139
CT
BVCE: 9.205
ANTO
DADANG
PI 2
9.062
12
BVCS: 3+656.50
7,784
9.247
9,052
2,263
PI 1
9.153
20
6 (+)
9.566
22
9.382
PATOK-PATOK DIPERIKSA
NOTASI BANGUNAN DIPERIKSA
6,789
9.886
EVCS: 3+495
EVCE: 10.237
PEKERJAAN
KEMIRINGAN DIPERIKSA
DIGAMBAR
DIUKUR
TC
9.788
10.205
16
10.233
10.388
BVCE: 10.353
BVCS: 3+425
14
10.444
10.286
BUKU UKUR
NOMOR
POTONGAN
MEMANJANG
3+4
03.3
5
KP2T JALAN/JEMBATAN
PROVINSI NAD
PROYEK
VERTIKAL
HORIZONTAL
00
50
PI 4
24
30,206
6 (-)
CT
31,432
0%
-2%
53,633
12,122
6 (-)
CT
21,458
16,093
0%
-2%
70.0000m VC
50.0000m VC
50.0000m VC
60.0000m VC
10
PVI 3
PVI 4
K P / THN
2006
= 1 : 100
= 1 : 1000
PROVINSI
NAD
JML LEMBAR
120
LEMBAR NO
13
WASSALAMUALAIKUM WR. WB
ALINYEMEN
HORIZONTAL
Page 1
Page 2
ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinyemen
Horizontal
disebut
sumbu
jalan
tegak
lurus
Page 3
ALINYEMEN HORIZONTAL
Serangkaian Garis Lurus yang menggambarkan bagian jalan
dengan titik patah atau belok
Page 4
Acuan Perencanaan
Perancangan
Tikungan
Jari-jari
Lengkung
Page 5
mempertimbangkan
faktor
keselamatan
pemakai
jalan,
Fungsi
Perbukitan
Pegunungan
Arteri
3000
2500
2000
Kolektor
2000
1750
1500
Page 6
v2
127.R
Dengan:
e = superelevasi
f = 0,00125V+0,24
V = kecepatan kendaraan
R = jari jari lengkung jalan
Page 7
Keadaan cuaca
Keadaan Medan
Keadaan Lingkungan
Komposisi kendaraan dari arus lalu lintas
Page 8
Kecepatan Rencana
Rmin
Km/jam
(m)
80
1250
70
900
60
700
50
450
40
300
30
200
20
100
Page 9
Dengan :
kecepatan
rencana
berdasarkan
miring
tikungan
maksimum
dan
koefisien
127
V2
max
f max
Dmax
Page 10
Page 11
Page 12
Page 13
Page 14
Page 15
peralihan
adalah
lengkung
transisi
pada alinyemen
Page 16
Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah disediakan untuknya,
tanpa melintasi lajur lain berdampingan.
2.
3.
4.
5.
Page 17
Page 18
Page 19
Page 20
VR
120
100
80
60
50
40
30
20
Rmin
2500
1500
900
500
350
250
130
60
Page 21
Page 22
Superelevasi, e (%)
(km/jam)
10
Ls
Le
Ls
Le
Ls
Le
Ls
Le
Ls
Le
40
10
20
15
25
15
25
25
30
35
40
50
15
25
20
30
20
30
30
40
40
50
60
15
30
20
34
25
40
35
50
50
60
70
20
35
25
40
30
45
40
55
60
70
80
30
55
40
60
45
70
65
90
90
120
90
30
60
40
70
50
80
70
100
100
130
100
35
65
45
80
55
90
80
110
110
145
110
40
75
50
85
60
100
90
120
120
40
80
55
90
70
110
95
135
20
30
Page 23
Page 24
Landai Relatif
Proses
pencapaian
kemiringan
melintang
sebesar
superelevasi
dari
superelevasi
pada
lengkung
berbentuk
busur
lingkaran,
Page 25
Landai Relatif
Menurut Bina marga landai relatif : 1/m = h/Ls
1/m = (e + en)B/Ls
Menurut AASHTO landai relatif :1/m = h1/Ls
1/m = (e).B/Ls
Dimana :
1/m
= Landai relatif
Ls
= Panjang Lengkung Peralihan
B
= Lebar jalur 1 arah, m
e
= Superelevasi, m/m
en
= Kemiringan Melintang normal m/m
Besarnya landai relatif dipengaruhi oleh kecepatan dan tingkah laku
pengemudi.
Page 26
Landai Relatif
Tabel 5. Nilai Kelandaian Relatif maksimum
Kecepatan
Rencana (km/jam)
Kelandaian Relatif
Kecepatan
Rencana (km/jam)
AASHTO90
Kelandaian Relatif
Bina Marga
32
1/33
20
1/50
48
1/150
30
1/75
64
1/175
40
1/100
80
1/200
50
1/115
88
1/213
60
1/125
96
1/222
60
1/150
104
1/244
80
112
1/250
100
Page 27
Page 28
FC
SS
SCS
Lengkung Penuh
Lengkung yang hanya terdiri dari bagian
lengkung tanpa adanya peralihan
Page 29
Penentuan Tikungan
Page 30
Page 31
EC
RC
EC R sec 1 1
2
LC 0,01745 RC
Page 32
Rc
= sudut tangen ()
TC
= tangen circle
LC
EC
Page 33
Page 34
Page 35
Page 36
PH
TS
SC
CS
Rc
Lc
Ls
= sudut spiral
Page 37
Tikungan Spiral
Lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung pada
tikungan tanpa busur lingkaran, dengan demikian maka:
1. Titik SC berimpit dengan titik CS,
2. Panjang busur lingkaran Lc = 0,
3. Os = 1/2B
4. Kebutuhan Rc harus memenuhi bahwa Ls yang dibutuhkan harus
lebih besar dari Ls yang menghasilkan landai relatif minimum yang
disyaratkan
Page 38
DIAGRAM SUPERELEVASI
SUPERELEVASI
SUPERELEVASI
SUPERELEVASI
SUPERELEVASI
SUPERELEVASI
SUPERELEVASI
SUPERELEVASI
SUPERELEVASI
SUPERELEVASI
10
SUPERELEVASI
11
SUPERELEVASI
12
SUPERELEVASI
13
13
SUPERELEVASI
14
14
SUPERELEVASI
15
15
SUPERELEVASI
16
SUPERELEVASI
17
CONTOH SOAL
Diketahui suatu jalan antar kota direncanakan sebagai jalan 4 lajur 2
arah terbagi (4/2 D) dengan fungsi jalan kolektor primer, dimana
dominasi medan berupa perbukitan, dengan sudut belok tikungan 81,6.
Penetapan perencanaan yang lain dapat ditetapkan sesuai dengan
perencanaan geometrik jalan antar kota 1997.
18
CONTOH SOAL
Diketahui pada koridor suatu jalan titik A, PI1 dan B dengan koordinat
sebagai berikut :
Titik
Koordinat
Ket
Timur
Utara
Awal
P1-1
375
535
P1-1
1005
-300
Akhir
Rencanakan Jenis Tikungan diatas, dimana dengan status Kelas Jalan III
(Kolektor)
19
PELEBARAN
TIKUNGAN
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Pelebaran di Tikungan
Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk
mempertahankan konsistensi geometrik jalan agar
kondisi operasional lalu lintas di tikungan sama dengan
di bagian lurus.
melakukan
gerakan
melingkar.
Dalam
Pertimbangan Pelebaran di
Tikungan
B
n
b
b
b
c
Td
Z
p
A
W
E
11