Anda di halaman 1dari 143

PERENCANAAN

GEOMETRIK JALAN

PENDAHULUAN

KONTRAK PERKULIAHAN

Konsep Dasar dan Parameter Geometrik Jalan raya

Perencanaan

geometrik

merupakan

bagian

dari

suatu

perencanaan konstruksi jalan, yang meliputi rancangan pola arah


dan visualisasi dimensi nyata dari suatu trase jalan beserta
bagian bagiannya, di sesuaikan dengan persyaratan parameter
pengendara kendaraan dan lalu lintas.

Perencanaan

geometrik

jalan

merupakan suatu perencanaan route

DEFENISI

dari suatu ruas jalan secara lengkap,


menyangkut beberapa komponen jalan
yang

dirancang

berdasarkan

kelengkapan data dasar, yang didapat


dari hasil survey lapangan, kemudian
dianalisis

berdasarkan

acuan

persyaratan perencanaan geometrik


yang berlaku.

Click On Screen To Watching


The Movie & Next To Next

Standar Perencanaan
1. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/
1990
2. Standar Perencanaan Geometrik untuk jalan Perkotaan
1992
3. Peraturan Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar
kota 038/T/BM/1997

Faktor Internal Penentuan Rute


1. Tata ruang dimana jalan akan dibangun
2. Data perancangan sebelumnya pada lokasi atau sekitar
lokasi
3. Tingkat

kecelakaan

yang

pernah

terjadi

akibat

permasalahan geometrik
4. Tingkat perkembangan lalu lintas
5. Alternatif route selanjutnya dalam rangka pengembangan
jaringan jalan

Faktor Internal Penentuan Rute


6. Faktor lingkungan yang mendukung dan mengganggu
7. Faktor ketersediaan bahan, tenaga dan peralatan
8. Faktor pengembangan ekonomi
9. Biaya pemeliharaan

KLASIFIKASI JALAN
Klasifikasi menurut Fungsi/Peranan
A. Sistem Jaringan Jalan Primer adalah jalan-jalan yang menghubungkan
simpul-simpul jasa distribusi dalam struktur pengembangan wilayah,
dengan ciri-ciri :
1. Melayani angkutan umum dengan perjalanan Jauh
2. Kecepatan rata-rata tinggi
3. Jumlah jalan dibatasi secara efesien
B.

Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah jalan yang menghubungkan


kawasan-kawasan fungsi primer, fumgsi sekunder dan seterusnya
sampai ke perumahan dalam satu wilayah perkotaan ,

KLASIFIKASI JALAN
dengan ciri-ciri :
1.

Jalan yang melayani angkutan pengumpul

2.

Perjalanan Jarak Sedang

3.

Kecepatan Rata-rata Sedang

4.

Jumlah jalan masuk dibatasi

C.

Sistem Jaringan jalan Lokal dengan ciri-ciri :

1.

Jalan yang melayani angkutan setempat dengan perjalanan dekat

2.

Kecepatan rata-rata rendah

3.

Jumlah jalan masuk tidak dibatasi

KLASIFIKASI JALAN
Klasifikasi Jalan menurut Wewenang pembinaan
A. Jalan Nasional;
- Jalan Arteri Primer
- Jalan Kolektor Primer
- Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional
B.

Jalan Propinsi ;
- Jalan Kolektor primer yang menghubungkan ibukota propinsi
dengan ibukota kabupaten / kotamadya

KLASIFIKASI JALAN
-Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota
Kabupaten/Kotamadya
-Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan propinsi
-Jalan dalam daerah khusus Ibukota
C.

Jalan kabupaten

Jalan Kolektor primer

Jalan Lokal Primer

Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan


kabupaten

KLASIFIKASI JALAN
D. Jalan Kotamadya
E.

Jalan Desa

F.

Jalan Khusus

KLASIFIKASI JALAN
Menurut Kelas Jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam MST (dalam ton)
Fungsi

Kelas

Muatan Sumbu
Terberat

Arteri

I
II
III A

>10
10
8

Kolektor

III A
III B

Lokal

IIIC

KLASIFIKASI JALAN
Tabel Klasifikasi Jalan Perkotaan
Jalan Tipe I ( Pengaturan Jalan Masuk : Penuh)

Fungsi

Kelas

Primer Arteri
Kolektor

I
II

Sekunder Arteri

II

KLASIFIKASI JALAN
Tabel Klasifikasi Jalan Perkotaan
Jalan Tipe I ( Pengaturan Jalan Masuk : Sebagian atau tanpa pengaturan)

Fungsi

Volume lalu
Lintas

Primer Arteri
Kolektor
Sekunder Arteri
Kolektor
Lokal

Kelas

> 10.000
< 10.000

I
I
II

> 20.000
< 20.000

I
II

>6000
<6000
>500
<500

II
III
III
IV

KLASIFIKASI JALAN
NO

Jenis Medan

Notasi

Kemiringan Medan

Datar

<3

Perbukitan

3 - 25

Pegunungan

>25

Penampang Melintang Jalan

Jalur Lalu Lintas


Lajur
Bahu Jalan
Median
Trotoar
Saluran Tepi
Talud
Separator
Pulau Lalu Lintas
Kanal Jalan
Jalur Sepeda
Jalur Parkir
Jalur Lalu Lintas Lambat
Jalur Percepatan

PENAMPANG MELINTANG JALAN

Alinyemen Horizontal
Alinyemen Vertikal
Alinyemen pada Tikungan
Jalur Pendakian
Jalur Samping
Pengaturan Jalan Masuk
Ruang Bebas jalan
Panjang Kritis Tanjakan
Kordinasi Alinyemen

ELEMEN
GEOMETRIK

Jari-jari lengkungan
Derajat Kelengkungan
Kelandaian
SuperElevasi
Lengkung Peralihan
Bagian Tangen
Bagian Lengkung
Daerah Bebas Samping
Pelebaran Tikungan

KOMPONEN
GEOMETRIK

Kecepatan Rencana
Kendaraan Rencana
Volume Lalu Lintas Harian
Rata-rata (LHR)
Volume Jam Rencana (VJR)
Volume Lalu lintas Harian
Rencana (VLHR)
Satuan Mobil Penumpang
(SMP)
Kapasitas
Tingkat Perlayanan
Gaya Setrifugal
Koefesien Geser melintang
Jarak Pandang Henti
Jarak Pandang Menyiap

PARAMETER
GEOMETRIK

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


KONSEP DASAR DAN PARAMETER
GEOMETRIK JALAN RAYA

JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015

Unsur jalan raya untuk tinjauan komponen geometrik


direncanakan berdasarkan karateristik karateristik
dari unsur unsur kendaraan lalu lintas dan pengendara,
disamping faktor faktor lingkungan dimana jalan
tersebut berada

KARAKTERISTIK KENDARAAN
A. Dimensi Kendaraan Rencana
Kendaraan rencana adalah kendaran

yang dimensi dan radius putarnya dipakai

sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Pengelompokan jenis kendaraan


rencana yang relevan dengan penggunaannya, dibedakan menurut sumber &
implementasinya sebagai berikut:
a) Geometrik Jalan Antar Kota
Pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan antar kota
adalah sebagai berikut:
Kendaraan kecil : mobil penumpang
Kendaraan sedang : 2 as tandem, bus 2 as
Kendaraan besar : truk semi trailler

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Tabel 1. Dimensi Kendaraan Rencana Untuk Jalan Antar Kota

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997

KARAKTERISTIK KENDARAAN
b) Geometrik Jalan Perkotaan
Pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan
perkotaan adalah sebagai berikut:
Kendaraan kecil : mobil penumpang
Kendaraan sedang : unit tunggal truk/bus
Kendaraan besar : truk semi trailler

KARAKTERISTIK KENDARAAN
Tabel 2. Dimensi Kendaraan Rencana Untuk Jalan Perkotaan

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan (1992)

KARAKTERISTIK KENDARAAN
c) Pengelompokan Jenis Kendaraan Menurut Karakteristik Kendaraan
Berdasar jenis kendaraan yang dilayani jalan raya, Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 1993 mengelompokan jenis kendaraan dengan sistem kelas kendaraan sebagai
berikut:

Kendaraan kelas I, yaitu kendaraan berukuran lebar 2.50 meter, panjang 18 meter
dan muatan sumbu terberat (MST) > 10 ton.

Kendaraan kelas II, yaitu kendaraan berukuran lebar 2.50 meter, panjang 18
meter dan muatan sumbu terberat (MST) 10 ton.

Kendaraan kelas IIIA, yaitu kendaraan berukuran lebar 2.50 meter, panjang 18
meter dan muatan sumbu terberat (MST) 8 ton.

KARAKTERISTIK KENDARAAN
Kendaraan kelas IIIB, yaitu kendaraan berukuran lebar 2.50 meter, panjang 12
meter dan muatan sumbu terberat (MST) 8 ton.
Kendaraan kelas IIIC, yaitu kendaraan berukuran lebar 2.10 meter, panjang 9
meter dan muatan sumbu terberat (MST) 8 ton.
d)Pengelompokan Jenis Kendaraan Menurut Indonesian Highway Capacity Manual
(IHCM) 1997,
Berkaitan dengan tingkat pelayanan jalan (ruas jalan, simpang dan bundaran), IHCM
1997 mengelompokan jenis kendaraan sebagai berikut:
Kendaraan ringan (light vehicle : LV)
Kendaraan berat (heavy vehicle : HV)
Sepeda motor (motor cycle : MC)

KARAKTERISTIK KENDARAAN
B. Satuan Mobil Penumpang (SMP)
Adalah unit satuan kendaraan untuk dimensi kapasitas jalan, dalam hal mana sebagai
referensi mobil penumpang dinyatakan mempunyai nilai satu SMP.
Tabel 3. Ekivalen Mobil Penumpang (emp)
No

Jenis Kendaraan

Datar /
Perbukitan

Pegunungan

Sedan, Jeep, Station Wagon

1,00

1,00

Pick-Up, Bus Kecil, Truk


Kecil

1,20 2,40

1,90 3,50

Bus dan Truk Besar

1,20 5, 00

2,20 6,00

KARAKTERISTIK KENDARAAN
C. Jarak Putaran (Manuver) Kendaraan
Setiap kendaraan mempunyai jangkauan putaran , pada saat kendaraaan
yang bersangkutan menikung atau memutar pada tikungan jalan.
Besar

jangkauan

putaran

masing-masing

kendaraan besar, sedang dan kecil.

kendaraan

berbeda

untuk

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Dimensi kendaraan Sedang

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Dimensi kendaraan Sedang

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Dimensi kendaraan Besar

KARAKTERISTIK KENDARAAN
C. Jarak Putaran (Manuver) Kendaraan

Jari-jari Manuver Kendaraan Kecil

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Jari-jari Manuver Kendaraan Sedang

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Jari-jari Manuver Kendaraan Besar

D. Volume lalu lintas rencana


Adalah prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu
lintas. Dinyatakan dalam SMP/hari. Volume Jam Rencana (VJR) adalah
prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas,
dinyatakan dalam SMP/jam dan dihitung dengan menggunakan rumus :
VJR = VLHR x K/F
dimana :
K = Faktor K adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk
F = Faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas seperempat jam,
dalam satu jam

D. Volume lalu lintas rencana


Penentuan Faktor K dan Faktor F
(berdasarkan Volume lalu lintas harian rata rata)
VLHR
(SMP / HARI)

Faktor K
(%)

Faktor F
(%)

> 50.000

4 - 6

0.90 -1

30.000 - 50.000

6 - 8

0.80 -1

10.000 - 30.000

6 - 8

0.80 -1

5.000 - 10.000

8 - 10

0.60 0.80

1.000 -

10 - 12

0.60 0.80

12 - 16

< 0.60

5.000

< 1.000

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota

Example
LHR Total 2 Arah
KAMIS

SABTU

1200

1111
1022

1000

957 957
910
898
841

800

861 844
849
829
768 758 778
711

639
588

600

890
867
807 817 802
788

944
883
832 842

599
523
476

400

371 388
351
283

200

261
184

0
6

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Example
No

Tipe Kendaraan

Arus Rencana

Motorcycle

770

Mobil Penumpang

206

Pick-Up

52

Bus Kecil

Bus Besar

Truk Sedang

67

Truk Berat

Truk Tandem

11

Trailer

10

Semi Trailer Tunggal

11

Semi Trailer Tandem

12

Truk 4 Gandar Lebih

Total

1111

Example
Arus Lalu Lintas Rencana berdasarkan Pembagian Tipe Kendaraan menurut MKJI
No

Tipe Kendaraan

Kode

Arus Rencana

LV

258

MHV

70

Kendaraan Ringan

Kendaraan Berat Menengah

Truk Besar

LT

11

Bus Besar

LB

Sepeda Motor

MC

770

Total
Keterangan Penggolongan Kendaraan:
LV

: Mobil Penumpang

MHV

: Bus Kecil dan Truck Sedang

LT

: Truk Berat, Truk Tandem, Trailer, Semi Trailer Tunggal


Semi Trailer Tandem dan Truk 4 Gandar Lebih

LB

: Bus Besar

MC

: Motorcycle

1111

MHV :

Arah

Palima

130

130

36

Ciomas

128

128

34

Total

258

258

70

1,99
3

71,7
5
67,7
6
139,
5

1,993

LT :

3,982

MC :

0,793

Total

LB :

1,993

LT :

3,982

MC :

0,793

(Q)
smp/jam

LV :

LB :

kend/jam

emp arah 2

Arah %

1.2

1,99

Arus

smp/jam

MHV :

MC

kend/jam

LT

smp/jam

LV :

LB

kend/jam

emp arah 1

kend/jam

MHV

smp/jam

1.1

smp/jam

LV

kend/jam

Tipe Kend.

smp/jam

Baris

kend/jam

Example

1,993

27,87

375

297,4

50

549

528,99

1,993

15,93

395

313,2

50

562

526,92

3,986

11

43,8

770

610,6

1111

1055,9

Pemisah arah, SP=Q1/(Q1+2)


Faktor-smp Fsmp=

49,4149
0,950

E. KAPASITAS
Adalah volume lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada
suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu (misalnya : rencana geometrik,
lingkungan komposisi lalu lintas dan sebagainya)
Kapasitas lalu lintas merupakan jumlah lalu lintas atau kendaraan yang
dapat melewati suatu penampang, dalam waktu, kondisi jalan dan lalu
lintas tertentu.

E. KAPASITAS
Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas lalu lintas adalah :
1. Faktor lalu lintas yang meliputi sifat sifat lalu lintas, antara lain :
a. Prosentase kendaraan Bus dan Truk
b. Pembagian jalur lalu lintas
c. Variasi dalam arus lalu lintas
2. Faktor fisik jalan meliputi :
a. Lebar jalan perkerasan
b. Lebar bahu jalan
c. Kebebasan samping
d. Tikungan dan Kelandaian jalan
e. Kondisi permukaan perkerasan jalan

E. KAPASITAS

Kapasitas
Dasar

Kapasitas
yang
mungkin

Kapasitas
Rencana

Jenis Kapasitas

F. TINGKAT PERLAYANAN
Adalah tolok ukur digunakan untuk menyatakan kualitas pelayanan
suatu jalan. Tingkat pelayanan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu kecepatan perjalanan dan perbandingan antara volume dengan
kapasitas (V/C)
Kecepatan perjalanan merupakan indikator dari pelayanan jalan,
makin cepat berarti pelayanan baik atau sebaliknya.
Highway Capacity Manual membagi tingkat pelayanan jalan menjadi
6 tingkat , yaitu :

F. TINGKAT PERLAYANAN
1.Tingkat Pelayanan A , dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas tanpa hambatan
- Volume dan kepadatan lalu lintas rendah
-Kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi.
2.Tingkat Pelayanan B, dengan ciri ciri :
-Arus lalu lintas stabil
-Kecepatan mulai dipengaruhi oleh kendaraan lalu lintas,
tetapi dapat dipilih sesuai kehendak pengemudi

F. TINGKAT PERLAYANAN
3.Tingkat Pelayanan C, dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas masih stabil
-Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah dipengaruhi oleh
besarnya volume lalu lintas.
4.Tingkat Pelayanan D, dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil
-Perubahan

volume

kecepatan perjalanan

lalu

lintas

sangat

mempengaruhi

besarnya

F. TINGKAT PERLAYANAN
5. Tingkat Pelayanan E, dengan ciri ciri :
- Volume lalu lintas sudah tidak stabil
- Volume kira kira sama dengan kapasitas
- Sering terjadi kemacetan
6. Tingkat Pelayanan F, dengan ciri ciri :
- Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah
- Seringkali terjadi kemacetan
- Arus lalu lintas rendah

G. KECEPATAN RENCANA

Kecepatan rencana pada suatu ruas jalan adalah kecepatan


yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang
memungkinkan kendaraan kendaraan bergerak dengan aman
dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang
lengang dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.

G. KECEPATAN RENCANA
Kecepatan Rencana (VR)
Sesuai dengan klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan
Fungsi

Kecepatan Rencana, VR, Km / Jam


Datar

Bukit

Pegunungan

Arteri

70 - 120

60 - 80

40 70

Kolektor

60 - 90

50 - 60

30 50

Lokal

40 - 70

30 - 50

20 30

Catatan :
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan,
dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km / jam
Sumber : Tata cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
038/T/BM/1997

G. KECEPATAN RENCANA
Untuk menghemat biaya tentu saja perencanaan jalan sepantasnya disesuaikan
dengan keadaan medan.
Sebaliknya fungsi jalan seringkali menuntut peencanaan jalan tidak sesuai
dengan kondisi medan dan sekitarnya.
Hal ini menyebabkan tingginya volume pekerjaan tanah.

H. GAYA SENTRIFUGAL
Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap V pada
suatu bidang datar atau miring lintasan berbentuk suatu lengkung
seperti lingkaran, maka pada kendaraan tersebut akan bekerja gaya
kecepatan katakan V dan gaya sentrifugal katakan F. Gaya sentrifugal
akan mendorong kendaraan secara radial keluar dari lajur jalannya,
kearah tegak lurus terhadap gaya kecepatan V.
Gaya ini menimbulkan gaya yang tidak nyaman pada pengemudi

H. GAYA SENTRIFUGAL
Gaya sentrifugal (F) yang terjadi :
F = m.a
Dimana :
m = massa = W/g

W= berat kendaraan

g = gaya gravitasi bumi

a = percepatan sentrifugal (=V 2/R)

V = Kecepatan kendaraan

R = Jari jari Lengkung lintasan

Dengan demikian besarnya gaya sentrifugal :

W .V 2
F
g .R

H. GAYA SENTRIFUGAL

I. GAYA GESEK
Gaya gesekan melintang (Fs) adalah besarnya gesekan yang timbul
antara ban dan permukaan jalan dalam arah melintang jalan yang
berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugal.
Perbandingan antara gaya gesekan melintang dan gaya normal yang
bekerja disebut koefisien gesekan melintang

I.GAYA GESEK

J. Kemiringan melintang permukaan pada lengkung horizontal


(superelevasi)

Komponen berat kendaraan untuk mengimbangi gaya sentrifugal


diperoleh

dengan

membuat

kemiringan

melintang

jalan.

Kemiringan melintang jalan pada lengkung horizontal yang


bertujuan untuk memperoleh komponen berat kendaraan guna
mengimbangi gaya sentrifugal biasanya disebut superelevasi.
Semakin besar superelevasi semakin besar pula komponen berat
kendaraan yang diperoleh.

J. Kemiringan melintang permukaan pada lengkung horizontal


(superelevasi)

Example
Suatu ruas jalan mempunyai kecepatan rencana sebesar
100km/jam. Berapakah koefisien gesek ruas jalan tersebut?

Kebebasan Samping
Ruang kosong yang tidak terisi oleh benda /bangunan apapun
sehingga pandangan lalu lintas tidak terhalang. Kebebasan samping
minimum pada jalan raya ditentukan untuk masing masing sisi jalan
raya (sisi kanan dan sisi kiri)
Penentuan Kebebasan Samping dibedakan atas:
Sebelah kiri:
a. dengan bahu
b. dengan trotoar
c. dengan jalur pembantu

Kebebasan Samping
Sebelah kanan:
a. pier tengah atau tembok jembatan
b. dengan kerb penghalang

Persyaratan Dasar Geometrik


Persyaratan geomtrik yang dikaitkan dengan beberapa kondisi
diluar persyaratan teknis , yang harus diperhatikan dalam
perancangan geomtrik khususnya dan perancangan jalan raya
secara umum.
Antara lain ; Tinjauan lokasi trase, topografi, tataguna lahan dan
lingkungan

Trase Jalan
Penentuan lokasi dan perencanaan suatu trase jalan
sampai pada batas-batas tertentu sangat dipengaruhi
oleh keadaan fisik dan topografi serta peruntukan lahan
yang dilaluinya.

Tanah dasar

Keadaan Iklim

Topografi
Keadaan

Topografi

dalam

penetapan

trase

jalan

akan

mempengaruhi penetapan alinyemen, kelandaian jalan, jarak


pandangan, penampang melintang, saluran tepi dsb.
Untuk lokasi datar , pengaruhnya tidak begitu nyata, karena
penetuan trase dapat ditarik kemana saja.

Geografi
Persyaratan utama dari faktor geologi adalah hindari daerah zona
zona geologis yang berbahaya. Bila dana cukup banyak tersedia,
dan tidak ada pilihan lokasi lain, dapat saja dilakukan perbaikan
tanah atau peninggian elevasi tanah.

Tata Guna lahan


Kelas jalan sangat tergantung pada tata ruang yang dilalui jalan,
Daerah pemukiman mempunyai kelas jalan dari jalan yang dilalui
untuk daerah industri.
Usahakan kehadiran jalan menambah keserasian ruang lahan yang
sudah ada. Bila lahan belum mempunyai tata ruang jadikanlah
jalan sebagai sarana pembentuk orientasi tataruang dengan jalan
sebagai koridor penyangga ruang lahan tersebut.

Faktor Lingkungan
Dalam pembangunan saat ini, sudah sepatutnya dipikirkan
mengenai pembangunan jalan yang berwawasan lingkungan
dan pembangunan yang berkelanjutan.
Perencanaan dan pembangunan jalan yang akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan sekitarnya agar dianalisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL)

Penetapan stasiun (Stasioning)


Titik awal yang penting dan terletak pada trase jalan yang ditetapkan atau
dihitung stasiunnya. Dalam menghitung stasiun luar titik penting
dilakukan dengan cara-cara berdasarkan kriteria berikut :
1)

Untuk jalan datar, dibuat patok +/- 100 meter

2)

Untuk daerah perbukitan , jarak patoknya dibuat +/- 50 meter

3)

Untuk daerah pegunungan, jarak patoknya dibuat +/- 25 meter

4)

Untuk daerah lengkung, jarak patoknya harus dibuat lebih pendek


menurut keperluan yang berkaitan dengan faktor ketelitian.

Penetapan stasiun (Stasioning)


Tujuan adalah untuk menetapkan titik-titik lintasan suatu
trase jalan, sekaligus untuk menetukan panjang trase jalan ,
atau jarak dari satu tempat lain ketempat lainnya pada suatu
lokasi jalan.
Titik penting atau titik yang terdapat pada suatu lokasi jalan
dinamakan dengan titik stasiun. Jadi stasiun adalah jarak langsung
yang diukur mulai titik awal sampai dengan titik yang akan dicari
stasiunnya.

STA

3+403,35
3+500
3+600
3+700
3+800

5,364

3+900
4+000

EVCE: 8.999

EVCS: 4+050

5,364

8.999

21,458

9.000

16,093
6 (+)

BVCE: 9.073

TC

BVCS: 3+990

18

9.051

PVI 2
W

9.000

8
53,633

10,477

9.171

41,909
10,477

9.044

PVI 1
31,432

9.293

W
31,432
6 (+)

9.405

0%
-2%

9.414

10,477

PT =

0
4+00

0
3+95

0.63
3+87

PC = 3+846.51

0
3+90

3+850

PI 3

9.495

6 (-)

.54

EVCE: 9.501

41,909
TC

EVCS: 3+814.39

34,782

PT = 3+827.28

3+
80
0

775

= 3+

9.521

MAKAM IS
LAM

TANGGAL

PC

9.542

9,052
10,477
CT

BVCE: 9.442

OLEH

3+7

BVCS: 3+764.39

31,432

500

00

=3
+5
64
.65

3+5

631.60
PT = 3+

3+650

3+600

PC

3+
55
0

.20

16

+5

= 3+

=3

PC

PT

50

.66

3+3

3+34+40
0
03.3
5

3+7

9.374

W
6,789

BRG

9.333

6 (-)
6 (+)

EVCE: 9.165

2,263
TC

EVCS: 3+706.50

0%
-2%

9.139

CT

BVCE: 9.205

ANTO

DADANG

PI 2

9.062

12
BVCS: 3+656.50

7,784

9.247

9,052
2,263

PI 1

9.153

20
6 (+)

9.566

22

9.382

PATOK-PATOK DIPERIKSA
NOTASI BANGUNAN DIPERIKSA

6,789

9.886

EVCS: 3+495
EVCE: 10.237

PEKERJAAN

KEMIRINGAN DIPERIKSA

DIGAMBAR

DIUKUR

TC

9.788

10.205

16

10.233

10.388

BVCE: 10.353

BVCS: 3+425

14

10.444

10.286

BUKU UKUR
NOMOR

POTONGAN
MEMANJANG

3+4

03.3
5

KP2T JALAN/JEMBATAN
PROVINSI NAD

PROYEK

PENAMPANG MEMANJANG JALAN (SEKSI 02)


STA. 3+403,35 - 4+000

VERTIKAL
HORIZONTAL

00

50

PI 4

24
30,206

6 (-)

CT

31,432
0%
-2%

53,633

12,122

6 (-)

CT

21,458

16,093
0%
-2%

70.0000m VC

50.0000m VC
50.0000m VC

60.0000m VC

10

PVI 3
PVI 4

K P / THN

2006

= 1 : 100
= 1 : 1000

PROVINSI

NAD

JML LEMBAR

120

LEMBAR NO

13

CUKUP SEKIAN DAN TERIMA KASIH ..

WASSALAMUALAIKUM WR. WB

ALINYEMEN
HORIZONTAL

JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Page 1

Page 2

ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinyemen

Horizontal

disebut

sebagai trase jalan atau garis


sumbu jalan merupakan proyeksi
dari

sumbu

jalan

tegak

lurus

terhadap bidang datar

Page 3

ALINYEMEN HORIZONTAL
Serangkaian Garis Lurus yang menggambarkan bagian jalan
dengan titik patah atau belok

Lengkungan Horizontal yang menggambarkan potongan garis


lurus antara satu dengan lainnya.

Page 4

Acuan Perencanaan

Perancangan
Tikungan

Jari-jari
Lengkung

Page 5

Ketentuan Panjang bagian lurus


Dengan

mempertimbangkan

faktor

keselamatan

pemakai

jalan,

ditinjau dari segi kelelahan pengemudi maka panjang maksimum


bagian jalan yang lurus yang harus ditempuh tidak lebih dari 2,50
menit sesuai dengan (VR) .
Tabel 1. Panjang Bagian Lurus Maksimum

Fungsi

Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)


Datar

Perbukitan

Pegunungan

Arteri

3000

2500

2000

Kolektor

2000

1750

1500

Page 6

Ketentuan Komponen Tikungan


Superelevasi (e)
Superelevasi adalah kemiringan melintang permukaan pada lengkung
horizontal.
Rumus pada lengkung horizontal
e+f =

v2
127.R

Dengan:
e = superelevasi
f = 0,00125V+0,24
V = kecepatan kendaraan
R = jari jari lengkung jalan

Page 7

Ketentuan Komponen Tikungan


Superelevasi (e)

Keadaan cuaca
Keadaan Medan
Keadaan Lingkungan
Komposisi kendaraan dari arus lalu lintas

Page 8

Ketentuan Komponen Tikungan


Superelevasi (e)
Tabel 2. Radius Minimum Tanpa superelevasi

Kecepatan Rencana

Rmin

Km/jam

(m)

80

1250

70

900

60

700

50

450

40

300

30

200

20

100

Page 9

Ketentuan Komponen Tikungan


Jari - Jari Tikungan

Dengan :

Jari jari lengkung minimum untuk


setiap

kecepatan

rencana

berdasarkan

miring

tikungan

maksimum

dan

koefisien

R = jari jari lengkung minimum (m)


V = kecepatan rencana (km/jam)
e = miring tikungan (%)
fm = koefisien gesekan melintang

gesekan melintang maksimum.


Rmin

127

V2
max

f max

Dmax

181864 emax f max


V2

Page 10

Superelevasi Maksimum 4.0%

Page 11

Superelevasi Maksimum 6.0%

Page 12

Superelevasi Maksimum 8.0%

Page 13

Superelevasi Maksimum 10.0%

Page 14

Superelevasi Maksimum 12.0%

Page 15

Ketentuan Komponen Tikungan


Lengkung Peralihan
Lengkung

peralihan

adalah

lengkung

transisi

pada alinyemen

horisontal dan sebagai pengantar dari kondisi lurus ke lengkung


penuh secara berangsur-angsur.
Pada lengkung peralihan, perubahan kecepatan dapat terjadi secara
berangsur-angsur serta memberikan kemungkinan untuk mengatur
pencapaian kemiringan (perubahan kemiringan melintang secara
berangsur-angsur).

Page 16

Ketentuan Komponen Tikungan


Lengkung Peralihan
Keuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pada alinyemen
horizontal adalah :
1.

Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah disediakan untuknya,
tanpa melintasi lajur lain berdampingan.

2.

Dapat melakukan perubahan dari lereng jalan normal ke kemiringan sebesar


superelevasi secara berangsur-angsur.

3.

Mengadakan peralihan pada pelebaran perkerasan yang diperlukan

4.

Menambah keamanan dan kenyaman bagi pengemudi

5.

Menambah keserasian bentuk dari jalan tersebut

Page 17

Ketentuan Komponen Tikungan


Lengkung Peralihan
Nilai terbesar dari tiga persamaan dibawah ini :
1) Kelandaian relatif yang diperkenankan,
2) Panjang lengkung berdasarkan modifikasi SHORTT,
3) Lama perjalanan yang dilakukan pengemudi selama tiga detik
menurut AASHTO dan tiga detik menurut Bina Marga yang
berguna untuk menghindari kesan patahnya tepi perkerasan,
4) Bentuk lengkung spiral: Panjang lengkung spiral merupakan fungsi
dalam sudut spiral (0s)

Page 18

Ketentuan Komponen Tikungan


Lengkung Peralihan
Nilai terbesar dari tiga persamaan dibawah ini :
Berdasarkan modifikasi SHORTT
3
v.e
v
Ls = 0,022
- 2,727
c
R.c

Berdasarkan waktu tempuh maksimum 3 detik, untuk melintasi


lengkung , maka ;
Ls = (VR/3,6) x T
Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
Ls = (em en ) / 3,6 re

Page 19

Ketentuan Komponen Tikungan


Lengkung Peralihan
Keterangan ;
T = Waktu tempuh pada lengkung peralihan = 3detik
VR = Kecepatan Rencanan
e = Superelevasi
C= Perubahan percepatan diambil 0,3 1
R = Jari-jari busur lingkaran
em = Superelevasi maksimum
en = Superelevasi normal
re = Tingakat pencapaian perubahan kemiringan melintang

Page 20

Ketentuan Komponen Tikungan


Lengkung Peralihan
Tabel 3. Jari-jari Tikungan yang tidak
memerlukan Lengkung Peralihan

VR

120

100

80

60

50

40

30

20

Rmin

2500

1500

900

500

350

250

130

60

Page 21

Ketentuan Komponen Tikungan


Lengkung Peralihan
Perubahan jurusan yang dilakukan oleh pengemudi dari jalan lurus
(R=~) ketikungan berbentuk busur lingkaran ( R = Rc) berdampak
perubahan secara mendadak. Hal ini akan terjadi apabila :
1.

Pada saat pertama kali membelok, yang dibelokkan adalah roda


depan kendaraan sehingga jejak roda akan melintasi lintasan
peralihan.

2. Gaya sentrifugal akan muncul

Page 22

Ketentuan Komponen Tikungan


Tabel 4. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan Panjang
Superelevasi (Le) untuk Jalan 1 Jalur 2 Lajur 2 Arah
VR

Superelevasi, e (%)

(km/jam)

10

Ls

Le

Ls

Le

Ls

Le

Ls

Le

Ls

Le

40

10

20

15

25

15

25

25

30

35

40

50

15

25

20

30

20

30

30

40

40

50

60

15

30

20

34

25

40

35

50

50

60

70

20

35

25

40

30

45

40

55

60

70

80

30

55

40

60

45

70

65

90

90

120

90

30

60

40

70

50

80

70

100

100

130

100

35

65

45

80

55

90

80

110

110

145

110

40

75

50

85

60

100

90

120

120

40

80

55

90

70

110

95

135

20
30

Sumber: TCPGJAK, 1997

Page 23

Ketentuan Kemiringan Melintang Jalan Lurus


Pada jalan yang lurus kendaraan bergerak tanpa membutuhkan
kemiringan melintang jalan. Namun demikian agar air hujan yang
jatuh menimpa perkerasan jalan dapat mengalir kesamping dan
masuk saluran tepi dengan cepat, maka dibuat kemiringan melintang
yang disebut kemiringan normal.
Besarnya kemiringan normal jalan sangat tergantung kepada jenis
lapis permukaan jalan yang dipergunakan.

Page 24

Landai Relatif
Proses

pencapaian

kemiringan

melintang

sebesar

superelevasi

dari

kemiringan melintang normal pada jalan lurus sampai kemiringan melintang


sebesar

superelevasi

pada

lengkung

berbentuk

busur

lingkaran,

menyebabkan peralihan tinggi perkerasan sebelah luar dari elevasi


kemiringan normal pada jalan lurus ke elevasi sesuai kemiringan superelevasi
pada busur lingkaran.

Landai relatif (1/m) adalah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi


tepi perkerasan sebelah luar sepanjang lengkung peralihan.

Page 25

Landai Relatif
Menurut Bina marga landai relatif : 1/m = h/Ls
1/m = (e + en)B/Ls
Menurut AASHTO landai relatif :1/m = h1/Ls
1/m = (e).B/Ls
Dimana :
1/m
= Landai relatif
Ls
= Panjang Lengkung Peralihan
B
= Lebar jalur 1 arah, m
e
= Superelevasi, m/m
en
= Kemiringan Melintang normal m/m
Besarnya landai relatif dipengaruhi oleh kecepatan dan tingkah laku
pengemudi.
Page 26

Landai Relatif
Tabel 5. Nilai Kelandaian Relatif maksimum
Kecepatan
Rencana (km/jam)

Kelandaian Relatif

Kecepatan
Rencana (km/jam)

AASHTO90

Kelandaian Relatif
Bina Marga

32

1/33

20

1/50

48

1/150

30

1/75

64

1/175

40

1/100

80

1/200

50

1/115

88

1/213

60

1/125

96

1/222

60

1/150

104

1/244

80

112

1/250

100

Page 27

Penggunaan Jenis Lengkung Horizontal

Page 28

BENTUK LENGKUNG HORIZONTAL

FC
SS
SCS

Lengkung Penuh
Lengkung yang hanya terdiri dari bagian
lengkung tanpa adanya peralihan

Lengkung haya terdiri dari spiral-spiral


Biasanya untuk kecepatan tinggi

Lengkung yang terdiri dari bagian lengkungan


dengan bagian peralihan

Page 29

Penentuan Tikungan

Page 30

Tikungan Lingkaran Penuh (Circle)


Persyaratan utama untuk dapat diterapkan jenis lengkung lingkaran
sederhana (Full Circle) adalah:
Sudut tangen atau B (beta) kecil), sudut tangen berkisar kurang
dari 15o
Radius tikungan yang besar , R berkisar > 750m
Superelevasi yang dibutuhkan 3%

Page 31

Tikungan Lingkaran Penuh (Circle)


TC RC tan 1
2
EC TC tan 1
4

EC

RC

EC R sec 1 1
2

LC 0,01745 RC

Page 32

Tikungan Lingkaran Penuh (Circle)


Keterangan:
PI

= titik pertolongan tangen

Rc

= jari-jari lingkaran (m)

= sudut tangen ()

TC

= tangen circle

= jarak antara TC dan PI atau PI dan CT (m)

LC

= panjang bagian legkung circle

EC

= jarak PI ke lengkung circle

Page 33

Tikungan Spiral Lingkaran - Spiral


Jenis Lengkung Busur Lingkaran dengan Lengkung Peralihan (SpiralCircle-Spiral) SCS, memerlukan persyaratan umum sebagai berikut :
Tikungan tidak terlalu tajam namun juga tidak terlalu tumpul, sudut
tangen untuk jenis tikungan SCS ini berkisar 15o-30o.
Radius tikungan berkisar 200m-700m.

Page 34

Tikungan Spiral Lingkaran - Spiral

Page 35

Tikungan Spiral Lingkaran - Spiral


Jika p yang dihitung dengan rumus di bawah, maka ketentuan tikungan
yang digunakan bentuk S-C-S.

Untuk Ls = 1,0 m, maka p = p dan k = k


Untuk Ls = Ls maka p = p x Ls dan k = k x Ls

Page 36

Tikungan Spiral Lingkaran - Spiral


Keterangan :

PH

= titik perpotongan tangen

TS

= titik perubahan dari tangen ke spiral

SC

= titik perubahan dari spiral ke circle

CS

= titik perubahan dari circle ke spiral

Rc

= jari-jari lengkung lingkaran

Lc

= panjang busur lingkaran

Ls

= panjang busur spiral

= Jarak antara TS dengan P

= panjang eksternal total dari PI ke tengah busur lingkaran

= sudut pertemuan antara tangen utama

= sudut spiral

= sudut antara tangen utama dengan tali busur

Page 37

Tikungan Spiral
Lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung pada
tikungan tanpa busur lingkaran, dengan demikian maka:
1. Titik SC berimpit dengan titik CS,
2. Panjang busur lingkaran Lc = 0,
3. Os = 1/2B
4. Kebutuhan Rc harus memenuhi bahwa Ls yang dibutuhkan harus
lebih besar dari Ls yang menghasilkan landai relatif minimum yang
disyaratkan

Page 38

DIAGRAM SUPERELEVASI

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

SUPERELEVASI

SUPERELEVASI

SUPERELEVASI

SUPERELEVASI

SUPERELEVASI

SUPERELEVASI

SUPERELEVASI

SUPERELEVASI

SUPERELEVASI

10

SUPERELEVASI

11

SUPERELEVASI

12

SUPERELEVASI

13
13

SUPERELEVASI

14
14

SUPERELEVASI

15
15

SUPERELEVASI

16

SUPERELEVASI

17

CONTOH SOAL
Diketahui suatu jalan antar kota direncanakan sebagai jalan 4 lajur 2
arah terbagi (4/2 D) dengan fungsi jalan kolektor primer, dimana
dominasi medan berupa perbukitan, dengan sudut belok tikungan 81,6.
Penetapan perencanaan yang lain dapat ditetapkan sesuai dengan
perencanaan geometrik jalan antar kota 1997.

18

CONTOH SOAL
Diketahui pada koridor suatu jalan titik A, PI1 dan B dengan koordinat
sebagai berikut :
Titik

Koordinat

Ket

Timur

Utara

Awal

P1-1

375

535

P1-1

1005

-300

Akhir

Rencanakan Jenis Tikungan diatas, dimana dengan status Kelas Jalan III
(Kolektor)

19

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PELEBARAN
TIKUNGAN
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Pelebaran di Tikungan
Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk
mempertahankan konsistensi geometrik jalan agar
kondisi operasional lalu lintas di tikungan sama dengan
di bagian lurus.

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan


tetap pada lajurnya.
Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat
kendaraan

melakukan

gerakan

melingkar.

Dalam

segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi


gerak perputaran kendaraan rencana sedemikian
sehingga proyeksi kendaraan tetap pada lajurnya.

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

Pertimbangan Pelebaran di
Tikungan

Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok


kendaraan rencana dan besarnya ditetapkan sesuai Tabel.

Pelebaran yang lebih kecil dari 0.6 meter dapat diabaikan.


Untuk jalan 1 jalur 3 lajur, nilai-nilai dalam Tabel harus
dikalikan 1,5.
Untuk jalan 1 jalur 4 lajur, nilai-nilai dalam Tabel harus
dikalikan 2.

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

B
n
b
b
b
c
Td
Z
p
A
W
E

= Lebar total perkerasan ditikungan


= Jumlah lajur
= Lebar lintasan kendaraan ditikungan
= Lebar kendaraan
= Lebar tambahan perkerasan ditikungan akibat manuver kendaraan
= lebar kebebasan samping (lebar lajur pada bagian lurus lebar kendaraan)
= Lebar melintang akibat tonjolan depan
= lebar tambahan akibat kesukaran dalam mengemudi
= Jarak antar as roda depan dan belakang
= Tonjolan depan kendaraan sampai bemper
= Lebar perkerasan total pada bagian lurus
= Pelebaran perkerasan pada tikungan

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan


Contoh Soal
Jalan kolektor dengan lebar perkerasan 2 x 3,5 m didesain memiliki
kecepatan rencana 40 km/jam dan jari-jari tikungan 50 m. Jika
jalan ini dapat dilalui oleh kendaraan sedang (MST 8 ton) dengan
karakteristik seperti di gambar, hitung besarnya pelebaran yang
dibutuhkan

11

Anda mungkin juga menyukai