Anda di halaman 1dari 42

CASE REPORT

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO

A. IDENTITAS
Istri

Suami

Nama

Ny. N

Tn. A

Umur

38 thn

42 thn

Suku / Bangsa

Jawa

Jawa

Agama

Islam

Islam

Pendidikan

SMP

SMP

Pekerjaan

IRT

Buruh

Batang hari, Lampung Timur

Batang hari, Lampung Timur

19 November 2014

Alamat
Masuk RSUD

Pukul : 06.30 WIB

B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 19 November 2014 pukul 06.30 WIB
I.

Keluhan Utama :
Mau melahirkan dengan bengkak pada jalan lahir

II.

Keluhan tambahan :
Tidak ada

III.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSAY Metro setengah jam yang lalu dengan


bengkak pada jalan lahir sejak 4 jam SMRS. Sebelumnya pasien ke
bidan dikatakan sudah pembukaan lengkap dan telah dipimpin
persalinan sejak 4 jam SMRS. Riwayat keluar air-air berwarna
bening dan tidak berbau sejak 4 jam yang lalu, serta darah yang
bercampur lendir dari liang kemaluannya. Pasien juga merasa
mules-mules seperti mau melahirkan sejak tadi malam (10 jam
SMRS), hilang timbul dan tidak teratur.
Sebelumnya pasien memeriksakan diri ke bidan dikatakan hamil
cukup bulan dan memiliki tekanan darah tinggi. Pasien mengaku
masih merasakan gerakan janin
Pasien tidak mengalami trauma dalam kehamilannya, pasien juga
tidak ada riwayat demam tinggi dan alergi selama hamil, riwayat
minum alkohol dan merokok, minum obat-obatan lama disangkal.
IV.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat darah tinggi sebelum kehamilan serta riwayat darah tinggi

pada kehamilan sebelumnya disangkal, kencing manis, alergi dan asma


disangkal oleh pasien

V.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat darah tinggi, kencing manis, alergi dan asma disangkal

oleh pasien

VI.

Riwayat Menstruasi :

VII.

a.

Menarche

: 12 tahun

b.

Siklus

c.

Lama haid

: 7 hari

d.

Banyak

: 3-4x ganti pembalut

e.

Dismenorrhea

: (-)

f.

HPHT

: 01 / 03 / 2014

g.

TP

: 28 hari

: 08 / 12 / 2014

Riwayat Perkawinan :
Menikah satu kali, usia perkawinan 20 tahun, status masih menikah

VIII.

Riwayat obstetri (kehamilan, persalinan,nifas) :

Hamil

Tanggal

Jenis

Jenis

ke

lahir anak

kelamin

Persalinan

29 Agustus Laki- laki


1999

Penyulit Penolong BB.

Aterm

Tidak

Pervaginam

ada

Keadaan

Masa

Lahir

anak

Nifas

Bidan

3,6 kg

Sehat

Dbn

Bidan

3,4 kg

Sehat

Dbn

spontan
2

20 April

Perempuan

2004

Aterm

Tidak

Pervaginam

ada

spontan
3

Hamil saat ini

IX.

Riwayat KB

: KB suntik selama 8 tahun, sejak 2007-

2012
3

X.

XI.

Riwayat Operasi

: Pasien belum pernah operasi sebelumnya

Riwayat ANC :
Kontrol ke puskesmas 2x selama kehamilan, tidak rutin: pada
bulan Oktober, November. Hamil saat ini mual (-), muntah (-),
perdarahan (-), riwayat trauma (-), riwayat infeksi (-)

XII.

Riwayat Ginekologi :
Tidak ada.

XIII.

Kebiasaan Hidup : Merokok (-), Alkohol (-), minum obat obatan


& jamu (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
I.

STATUS PRESENT
a.
b.
c.

Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Status Emosional
:
Stabil
Tanda Vital
Tekanan Darah: 150/80 mmHg
Berat Badan
:Tinggi Badan
:Denyut Nadi
: 84x/menit
Pernafasan
: 18x/menit
Suhu
: 36,5 oC

II.

Labil

STATUS GENERALIS
Kepala

: Normocephali, rambut hitam, tidak mudah rontok

Mata

: Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema

palpebra -/THT

: Sekret telinga -/-, sekret hidung -/-, tonsil tidakhiperemis,

T1 T1
Leher

: KGB tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.

Thorax

:
5

Mammae : Simetris,

membesar,

areola

mammae

hiperpigmentasi

Pulmo

: Suara nafas vesikuler, ronki - / -, wheezing - / -

Cor

: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Lihat status obstetri

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

III.

STATUS OBSTETRIKUS
Inspeksi

: Perut tampak buncit,striae gravidarum (+), linea nigra


(+), luka bekas SC (-)

Palpasi

a. Leopold I

: TFU 39 cm, teraba satu bagian besar, lunak,


bokong

b. Leopold II

: Kanan : teraba bagian keras melebar seperti papan


Kiri

: teraba bagian bagian kecil janin

c. Leopold III : Teraba satu bagian besar,bulat, keras, kepala


d. Leopold IV : Bagian

terbawah

janin sudah masuk

PAP,

: TFU 39 cm sesuai dengan hamil 38 minggu,

letak

penurunan 2/5
His

: (+) 3x/10/35

Auskultasi : DJJ (+) 149x/menit


Kesan

memanjang, presentasi kepala, pu-ka, DJJ (+)149x/menit,


6

Janin intrauterine, tunggal, hidup,Taksiran Berat janin


4189 gram
Pemeriksaan Genitalia
Inspeksi

: vulva

: hematome (-), oedema (+), varises(-),


hiperemis (+)

Uretra

: muara (+), hematome (+), oedema


(+),

Vaginal Tousche : Portio lunak, eff 80%, anterior, pembukaan 8 cm,


ketuban (-), terbawah kepala

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.

Laboratorium

Hematologi
Hb

11,1 g/dL

Ht

35,1 %

MCV

80 fL

Leukosit

14.200 /uL

MCH

25,4 pg

Trombosit

247.000/ uL

GDS

115 mg/dl

CT

230

Eritrosit

BT

4,38 jt/uL

13

D. DIAGNOSIS
G3P2A0, 38 tahun, gravid 38 minggu

Janin tunggal hidup, intrauterin, presentasi kepala, punggung kanan,


inpartu kala 1 fase aktif memanjang.
E. PROGNOSIS
Ibu : Dubia ad Bonam
Janin : Dubia ad Bonam
F. PENATALAKSANAAN
a.

Observasi Tanda-tanda vital ibu/ 15 menit

b.

Observasi His

c.

Observasi Denyut Jantung janin/15 menit

d.

Rencana Terminasi perabdomen

e.

Merangsang kontaksi uterus dengan uterotonika

f.

Pemberian antibiotik untuk mecegah infeksi

Follow up
Tanggal
19/11/201
4
06.30

Mules (+),

Ku / Kes : TTS /

G3P2A0, 38

keluar darah

CM

tahun, gravid 38

lendir (+) gerak

St. Generalis :

janin (+)
T : 150 / 80
mmHg

- Observasi TTV
- Observasi TTI

minggu.Janin
tunggal hidup,

intrauterin,
presentasi
kepala, letak

- IVFD RL 20
gtt/mnt
- Ceftriaxon 1 gr/
12 jam
8

N : 84

memanjang,

- Induksi 20 u :20

x/mnt

inpartu kala 1

tts/menit

S : 36,5

fase aktif
dengan partus

P : 18

macet.

- Terminasi
dengan Sectio
Caesaria

x/mnt
St. Obstetri :

Perut
tampak
buncit,
TFU 39
cm, letak
memanjan
g.

DJJ : (+)
149x/menit

His : (+)
3x/10/35

Bayi lahir melalui operasi Sectio caesaria pada tanggal 19 November 2014 pada
pukul 10.30 WIB

Janin tunggal, letak memanjang, dengan BBL 4000 gram, PBL 50 cm. A/S 8/9.
Plasenta lahir lengkap dengan kesan bersih.

Tanggal

20/11/2014 Habis
07.00

melahirkan
dengan operasi

macet

Ku / kes : TSS /

Post Sectio

- IVFD RL 20

CM

Caesaria a.i

gtt/mnt

persalinan

- Cefotaxim 2x

macet H-1

1gr

St. Generalis :

karena
persalinan

T : 120 / 80
- Ketoprofen 2x1

N : 78

- Ketorolac 1x1

x/mnt
- Fe 2x1

S : 36,6 C

P : 18 x/mnt

St. Puerperalis :

Abdo:

Perut tampak datar,


TFU 2 JBP, NT
(-) Tympani, NK(-)
BU (+) 3x/menit

Genital:

10

PPV (+) 2x ganti


pembalut

Tanggal

21/11/2014 Habis
07.00

melahirkan
dengan operasi

macet

Ku / kes : Baik /

Post Sectio

- IVFD RL 20

CM

Caesaria a.i

gtt/mnt

persalinan

- Cefotaxim 2x

macet H-2

1gr

St. Generalis :

karena
persalinan

T : 110/80
- Ketoprofen 2x1

N : 80

- Ketorolac 1x1

x/mnt
- Fe 2x1

S : 36,6 C
- Pasien boleh

P : 18 x/mnt

pulang

St. Puerperalis :

Abdo:

Perut tampak datar,


TFU 2 JBP, NT
(-) Tympani, NK(-)
BU (+) 3x/menit

Genital:
11

PPV (+) 2x ganti


pembalut

ANALISA KASUS

Pada kasus ini wanita, 38 tahun dengan kala I fase aktif memanjang.
Dalam kasus ini, ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien dengan G3P2A0 dengan usia
kehamilan 38 minggu datang ke RSAY Metro karena persalinan yang macet sejak
4 jam SMRS. Ibu mengaku telah mengalami pembukaan sejak 8 jam SMRS dan
telah keluar air-air sejak 4 jam SMRS. Pasien juga merasakan keluar darah dan
lendir dari kemaluannya. Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) tidak teratur 2x
selama kehamilan. Pemeriksaan USG tidak pernah dilakukan.
Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi

dalam

kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol,
12

merokok, dan minum obat- obatan lama. Pasien juga tidak memiliki binatang
peliharaan.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, didapatkan keadaan klinis ibu
gelisah, letih, suhu badan normal, nadi normal, pernapasan normal, serta his yang
melemah. Di daerah lokal dijumpai : edema vulva,edema serviks,cairan ketuban
yang mulai berbau, namun tidak terdapat mekonium. Pada palpasi, gerak janin
(+), dan pada auskultasi dengan pemeriksaan Doppler bunyi jantung janin normal
dan reguler, Pada pemeriksaan laboratorium, hanya didapatkan pemeriksaan
darah rutin dalam batas normal pada wanita dengan kehamilan.
Penyebab persalinan macet bisa karena adanya edema pada jalan lahir
yang didapatkan dari pemeriksaan dalam. Berdasarkan anamnesis, pasien ini
mengaku sudah mengedan sebelum adanya kontraksi yang kuat dari rahimnya
serta janin masih belum masuk PAP. Tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi
dalam kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum
alkohol, merokok, dan minum obat- obatan lama. Namun melihat usia ibu 38
tahun, dapat merupakan faktor ibu yang terlalu tua saat kehamilan.
Faktor fetal dapat belum dapat disingkirkan mengingat pada pemeriksaan
Taksiran Berat Janin adalah 4189 gram, yang dapat dicurigai sebagai makrosomia.
Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan
dengan penanganan aktif. Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih
melalui terminasi kehamilan perabdominal dengan mempertimbangkan persalinan
yang tidak maju akibat edema jalan lahir dan adanya kecurigaan kearah
makrosomia.

13

Penyebab lain dari persalinan macet pada kasus ini diduga tidak mengarah
ke adanya diproporsional kepala panggul, karena pada saat masuk kepala janin
sudah berada di Hodge III.
Edukasi pada pasien ini ialah mengenai program KB mantap, mengingat
sudah memiliki anak 2 dan usia ibu yang sudah tua (>35 tahun). Mengedukasi
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi mengenai kehamilan pada usia ibu yang
tua. Memberikan dukungan psikologis agar pasien tidak terganggu akibat
kematian janin yang dialaminya saat ini, dan menyarankan kepada keluarga pasien
untuk memberikan dukungan yang besar untuk ibu.

TINJAUAN PUSTAKA
PERSALINAN MACET

A. Definisi
Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya
mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan.
B. Pembagian Persalinan
Menurut cara persalinan dibagi menjadi :
14

1. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin


pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak
memanjang,

presentasi

belakang

kepala

yang

disusul

dengan

pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam


waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa
komplikasi.
2. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
C. Pembagian Persalinan
Menurut cara persalinan dibagi menjadi :
1. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran
janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada
janin letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul
dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu
berakhir

dalam

waktu

kurang

dari

24

jam

tanpa

tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.


2. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan
bantuan alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi
caesarea.

D. Faktor-Faktor Dalam Persalinan


Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :
1. Tenaga atau Kekuatan (power) ; his (kontraksi uterus), kontraksi
otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan,
15

kontraksi ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan mendorong


dan lama persalinan.
2.

Janin (passanger) ; letak janin, posisi janin, presentasi janin dan


letak plasenta.

3. Jalan Lintas (passage) ; ukuran dan tipe panggul, kemampuan


serviks untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan
introitus vagina untuk memanjang.

E. Tanda Persalinan
1. Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang
disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini
memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru
masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
b) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.
c) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

16

d) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya


kontraksi-kontraksi lemah dari uterus (false labor pains).
e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (bloody show).
2. Tanda in-partu
a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
c) Dapat disertai ketuban pecah dini.
d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi
pembukaan serviks.

F. Tahap Persalinan
Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :

Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks


membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya
serviks dibagi atas 2 fase :
a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3
cm.

17

b.

Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi


dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10
cm.

Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.


primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada
multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan
multigravida 2 cm tiap jam.
Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung
1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara.
Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam,
hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan
postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran
penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan
pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.

G. Bentuk Panggul Wanita


Panggul menurut morfologinya dibagi 4 yaitu :
18

Panggul ginekoid
Jenis panggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai
diameter terbaik untuk lahirnya janin tanpa komplikasi.28 Pintu
atas panggul tampak berbentuk bulat atau agak lonjong/ellips.
Diameter transversal dari bidang pintu atas panggul (pap) lebih
panjang sedikit dari diameter antero-posterior dan hampir seluruh
daerah pap merupakan ruangan yang terpakai untuk kepala janin.
Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul menyerupai silinder
tanpa penyempitan dari bidang pintu atas panggul sampai bidang
pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini ditemukan pada 45%
wanita.
Panggul anthropoid
Panggul yang memiliki suatu bentuk agak lonjong seperti telur,
pada bidang pintu atas panggul dengan diameter terpanjang anteroposterior. Oleh karena segmen posterior panjang dan sempit, kepala
janin tegak lurus terhadap diameter transversal dari pintu atas
panggul. Arkus pubis sempit dan lebarnya kurang dari 2 jari,
sehingga menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul. Bentuk
panggul ini ditemukan pada 35% wanita.
Panggul android
Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang
dijumpai dibanding bentuk ginekoid. Panggul android ditandai oleh
daerah segmen posterior yang sempit dengan ujung sakrum
menonjol ke depan dan segmen anterior relatif panjang. Dilihat dari

19

pintu atas panggul tampak seperti bentuk segitiga, tulang-tulang


dari panggul android umumnya berat sehingga ruangan untuk
penurunan kepala juga terbatas. Spina iskiadika menonjol ke dalam
jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis
yang menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.
Panggul platipelloida
Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis
panggul ini paling jarang dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5%
ditemukan pada wanita. Pintu atas panggul lebih jelas terlihat
dimana menunjukan pemendekan dari diameter antero-posterior,
sebaliknya diameter transversal lebar. Penyempitan panggul tengah
bukanlah suatu masalah, karena arkus pubis sangat lebar dan
sakrum pendek mengarah kebelakang, maka distosia pada pintu
bawah panggul jarang terjadi.

Frekuensi dan ukuran jenis-jenis panggul berbeda diantara berbagai


bangsa, dipengaruhi faktor sosial dan ekonomi. Pada panggul ukuran
normal dan jenis apapun panggulnya, kelahiran pervaginam janin
dengan Berat Badan (BB) yang normal tidak akan mengalami
kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi, ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil dari pada standar normal sehingga bisa terjadi
kesulitan dalam persalinan pervaginam. Terutama kelahiran pada
panggul android dapat menimbulkan distosia yang sukar diatasi.

20

Saluran (kanal) pelvis yang menjadi jalan janin selama persalinan


terdiri dari pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu bawah
panggul.
- Pintu atas panggul atau inlet
Pintu atas panggul atau inlet, bagian belakangnya dibatasi oleh
promontorium dan ala ossis sacri, sedangkan bagian depan oleh
tulang-tulang pubis. Pada pelvis normal wanita, pintu atas panggul
berbentuk bulat kecuali pada promontorium sakrum yang
menonjol.
Ada 2 diameter terpenting pada pintu atas panggul yaitu :
a) Diameter antero-posterior dari promontorium sakrum ke
simfisis pubis, ukuran normal diameter antero-posterior adalah
11-12 cm. Diameter ini dapat diperkirakan dengan jari-jari
tangan ketika melakukan pemeriksaan vagina.
b) Diameter transversal adalah bagian terlebar dari pintu atas
panggul dengan ukuran 13 cm.
- Rongga panggul
Rongga panggul adalah kanal yang melengkung diantara pintu atas
dan pintu bawah panggul. Pada pelvis normal wanita rongga ini
berbentuk sirkuler, melengkung ke dalam dan seluruh diameternya
berukuran sekitar 12 cm.
- Pintu bawah panggul atau outlet
Pintu bawah panggul berbentuk seperti wajik (diamond) dan bagian
anterior dibatasi oleh arkus pubis dimana pelvis normal wanita

21

membentuk sudut 900. Pada bagian lateral dibatasi oleh spina


iskiadika dan dibagian posterior oleh koksigis dan ligament sakrotuberosa.

Diameter terpenting pada pintu bawah panggul yaitu :


a) Diameter transversal atau diameter inter-tuberosa berukuran 11
cm.
b) Diameter antero-posterior yang diukur dari aspek arkus pubis
ke

koksigis

selama

kelahiran

kepala

janin,

koksigis

melengkung ke belakang sehingga diameter membesar.


Diameter yang besar ini berukuran sekitar 13 cm.10

H. Fungsi Panggul Wanita


Fungsi umum panggul wanita yaitu :
a.

Bagian keras panggul wanita


Panggul besar berfungsi menyangga isi abdomen (perut).
Panggul kecil berfungsi membentuk jalan lahir dan tempat alat
genitalia.

b. Bagian lunak panggul wanita


Membentuk lapisan dalam jalan lahir.
Menyangga alat genitalia agar tetap dalam posisi yang normal
saat hamil maupun saat kala nifas.
22

Saat persalinan berperan dalam proses kelahiran dan kala uri.

I. Partus Tak Maju


Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan
serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus
kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan
persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga
terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala
dan putar paksi selama 2 jam terakhir.
a) Penyebab Partus Tak Maju
Penyebab partus tak maju yaitu :
- Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan

panggul

merupakan

faktor

penting

dalam

kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan


antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala
janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan
apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.

23

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk


melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi
dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi,
kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi
uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan
kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan
persalinan normal tidak mungkin.28 Kehamilan pada ibu
dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding
dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat
dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar
dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin
tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga
terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin
normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi
antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik
tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu
karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum
mencapai ukuran lahir normal.
Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :

24

Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi


selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan
molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam).

Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada


kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan
tindakan operasi).

Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala


abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang
abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan
pada kelahiran ini).

Presentasi yang abnormal


Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu
posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin


ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal,
sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi
dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke
dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi
lambat dan sulit.
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi
normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan
25

dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi


0,2%

kelahiran

pervaginam,

lebih

sering

pada

primigravida.

Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen
cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain
sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu
atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada
pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat
terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau
lengan keluar dari vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin
tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu,
sebagaimana

yang

terjadi

pada

letak

melintang.

Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding


abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi
panggul.

Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi
sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan
dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka
terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit
atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya
presentasi muka karena abdomen yang menggantung
26

yang menyebabkan punggung janin menggantung ke


depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah
oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang
dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi
tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.
- Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya :
Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram,
bahu yang lebar dan kembar siam.
- Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis,
stenosis vagina kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

b) Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju


1.

Ketuban pecah dini


Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak
tertutup dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah
pada pembukaan kecil.27 Bila kepala tertahan pada pintu
atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian
membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban
pecah dini lebih mudah terjadi.

27

2.

Pembukaan serviks yang abnormal


Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama
sekali karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan
serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks
sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun
demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika
kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah
panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi
lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami
ketoasidosis dan dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak
berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara
memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa
kemacetan

persalinan

telah

teratasi

dan

kelahiran

pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada


kemacetan pada pintu bawah panggul)
3.

Bahaya ruptur uterus


Ruptur

uterus,

terjadinya

disrupsi

dinding

uterus,

merupakan salah satu dari kedaruratan obstetrik yang


berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak
dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka
kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi
berkisar 50%.
28

Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir


keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui
kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim
akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan
mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat
terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang
menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti
sehingga ruptur uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang
terjadi, pada nulipara terutama jika uterus melemah karena
jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus
menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan
penanganan dapat berakibat fatal.
4.

Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka
sebagian

kandung

kemih,

serviks,

vagina,

rektum

terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis


mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan
sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi
tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam
beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula
dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan
vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan

29

serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan


vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II
persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada
nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para
wanitanya dimulai pada usia dini.
5.

Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang
dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur
membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan
atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis,
demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan
saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan
keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya
pada kasus partus lama dan partu tak maju terutama karena
selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat
karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.

c) Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi


-

Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala


Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum
yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali
terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen dan
molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium
30

janin mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala.10 Selain


itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di
bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat
membesar setelah lahir.
-

Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam
maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan
oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda
umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama
4-5 minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat
mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata
(KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan
kematian pada maternal.

d) Tanda Partus tak maju


Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tandatanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :

Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut


kering)

Demam

Nyeri abdomen

31

Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat,


tekanan darah rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur
uterus atau sepsis.

e) Determinan dari Partus Tak Maju

Host
-

Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil
dan melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini
secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan.
1) Usia

<20

tahun

organ-organ

reproduksi

belum

sempurna secara keseluruhan dan perkembangan


kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi
ibu dan menerima kehamilannya. Usia >35 tahun organ
reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena
proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku
atau tidak lentur lagi. Selain itu peningkatn umur
seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti
sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut
mudah

terjadi

penyakit

pada

ibu

yang

akan

memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga


berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin).

32

2) Paritas
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari
sudut kematian maternal. Paritas 0 dan paritas lebih
dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian
maternal.
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih,
kemungkinan

mengalami

gangguan

kesehatan,

kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding


rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak pada
janin,

persalinan

letak

lintang,

robekan

rahim,

persalinan macet dan perdarahan pasca persalinan.

3). Riwayat Persalinan


Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan
persalinan prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati,
persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua
persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan
risiko tinggi pada persalinan berikutnya.
4). Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan
Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan
dengan malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul
33

merupakan risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan


< 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul
sempit.

Tinggi

badan

Ibu

<

145

cm

terjadi

ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar


kepala janin.
Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh
tulang panggul ibu terlalu sempit sehingga tidak mudah
dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi wanita
dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan
meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang
disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada wanita
tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang
mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan
panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm
sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan
tinggi badan 160 cm sebesar 1%.
5). Agent
Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada
persalinan yaitu terhambatnya jalan lahir janin.
Terhambatnya
ketidakseimbangan

jalan
bentuk

lahir
dan

disebabkan
ukuran

panggul

(passage), besarnya janin (passenger) dan kontraksi


uterus (power). Bentuk dan ukuran panggul yang

34

sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang


sempit dipengaruhi faktor nutrisi dalam pembentukan
tulang panggul, penyakit dan cedera pada tulang
panggul.
6). Enviroment
1. Keadaan Sosial ekonomi
Derajat sosial ekonomi masyarakat akan
menunjukan

tingkat

kesejahteraan

dan

kesempatannya dalam menggunakan pelayanan


kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya
akan mencerminkan keadaan sosial ekonomi
keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut
dapat dilihat kemampuan mereka terutama dalam
pemenuhan makanan bergizi, khususnya bagi ibu
hamil, pemenuhan kebutuhan makanan bergizi
sangat

berpengaruh

terhadap

kehamilannya.

Kekurangan gizi dapat berakibat buruk pada ibu


dan anak, misalnya terjadi anemia, keguguran,
perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan
partus macet.
Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan
pedesaan ternyata mempengaruhi tinggi rendahnya
kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan,
35

kebodohan,

transportasi

yang

sulit,

ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik,


kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, jarak
rumah yang jauh untuk mendapatkan bantuan
tenaga

ahli

juga

mempengaruhi

persalinan,

kebiasaan kawin muda, kepercayaan masyarakat


dan

praktik

tradisional,

pantangan

makanan

tertentu pada wanita hamil merupakan faktor ikut


berperan.
2. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan
Angka kematian maternal yang tinggi disuatu
negara sesungguhnya mencerminkan rendahnya
mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan mempunyai
peran yang sangat besar dalam kematian materal.
Faktor tersebut meliputi : kurangnya kemudahan
untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan
medik yang kurang dan kurangnya tenaga yang
terlatih.23 Petugas kesehatan yang tidak terlatih
untuk mengenali persalinan macet (partograf tidak
digunakan). Kegagalan dalam bertindak terhadap
faktor risiko dan penundaan dalam merujuk ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi (misalnya
untuk seksio caesarea) merupakan fakor partus tak
maju.
36

F. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau tidak sakit. Untuk
menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :
Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang
tanda bahaya selama kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada
wanita usia reproduksi pra-nikah.
Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia
reproduksi yang sudah berkeluarga.
Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini
kelainan pada ibu hamil terutama risiko tinggi
Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan
panggul pada primigravida.
Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.
Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.
Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibuibu yang melahirkan dirumah (Maternity Waiting Home)
apabila terjadi komplikasi, sehingga harus di rujuk ke
fasilitas yang lebih baik.

37

2.Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat untuk mencegah timbulnya
komplikasi, yaitu :
a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi
-

Pemeriksaan Abdomen
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui
pemeriksaan abdomen sebagai berikut :

Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss


karena kepala tidak dapat turun

Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika


seorang ibu mengalami kontraksi yang lama dalam
persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena
kelelahan uterus)

Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan


bermolase (kontraksi uterus bertumpang tindih)
ketat disekeliling janin.

Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama


yang diberikan pada daerah diantara segmen atas
dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat dan
diraba

selama

persalinan.

Dalam

persalinan

normal, daerah ini disebut cincin retraksi. Secara


38

normal daerah ini seharusnya tidak terlihat atau


teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl
adalah tanda akhir dari persalinan tidak maju.
Bentuk uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan
memastikan tanda-tanda yang terlihat pada waktu
observasi.
-

Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :

Bau busuk dari drainase mekonium

Cairan amniotik sudah keluar

Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat


yang dapt mengandung mekonium atau darah

Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama


jika ibu telah lama mengedan), vagina panas
dan mengering karena dehidrasi, pembukaan
serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang
besar dapat diraba dan penyebab persalinan
macet antara lain kepala sulit bermolase akibat
terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan
prolaps.
Pencatatan Partograf

Persalinan

macet

dapat

juga

diketahui

jika

pencatatan pada partograf menunjukan :

39

Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai


kemacetan sekunder

Kala II yang lama

Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari


120 permenit, bau busuk dari drainase
mekonium sedangkan frekuensi jantung janin
normal 120-160 permenit)

Pembukaan serviks yang buruk walaupun


kontraksi uterus yang kuat.

Melakukan penanganan secepat mungkin untuk


mencegah terjadinya komplikasi, partus tak maju
berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus
dan biasanya ditangani dengan tindakan bedah,
seksio caesarea, ekstraksi cunam atau vacum oleh
sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.

3.

Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat dan kematian, yaitu :
Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume
plasma normal dan menangani dehidrasi, ketosis
dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan
dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.

40

Pemberiaan

antibiotik

untuk

mencegah

sepsis

puerperalis dan perawatan intensif setelah melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumampouw, H. Dkk. Partus Kasep. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN


TERAPI LAB / UPF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT
KANDUNGAN

RUMAH

SAKIT

UMUM

DAERAH

DOKTER

SOETOMO SURABAYA. 1994.


2. Mochtar, R. Partus Lama dan Partus Terlantar. SINOPSIS OBSTETRI
Jilid I. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998.

41

3. Mansjoer, A. dkk. Distosia. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. J ilid I. Media Aesculapius Jakarta.
2001.
4. Martohoesodo, S. dkk. Patologi Persalinan dan Penanganannya. ILMU
KEBIDANAN. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
2002.
5. Mochtar, R. Distosia karena kelainan jalan lahir. SINOPSIS OBSTETRI
Jilid I. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998.
6. Sastrawinata,S.R. Dystocia. OBSTETRI PATOLOGI. Bagian Obstetri &
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
ELSTAR OFFSET Bandung. 1981.
7. Mochtar, R. Distosia karena kelainan janin. SINOPSIS OBSTETRI Jilid I.
Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998.

42

Anda mungkin juga menyukai