Anda di halaman 1dari 4

Penerapan metode inquiry dalam pembelajaran Sains di sekolah

dasar
Diposting oleh Raharjo Ismail | Pada Hari Rabu, September 29, 2010

A. Kelebihan dan Kekurangan Metode Mengajar Inquiry


Metode mengajar inquiry mengandung proses mental yang tingkatannya cukup
tinggi. Proses mental yang ada pada inquiry diantaranya : merumuskan masalah,
membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan
dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Dalam pembelajaran inquiry,
kegiatan belajar mengajar harus direncanakan agar siswa memperoleh pengalaman,
sehingga berkesempatan untuk mengalami proses inquiry.
Dalam pembelajaran inquiry, guru jarang menerangkan tetapi banyak mengajukan
pertanyaan. Dengan pertanyaan, guru dapat membantu siswa dalam berpikir. Guru
dapat mengajukan pertanyaan yang sesuai pada setiap individu siswa, sehingga
mampu mengorganisasi pendapat serta dapat meningkatkan pengertian terhadap
segala sesuatu yang sedang dibahas. Dan siswa mampu menemukan sendiri
konsep/prinsip yang direncanakan guru untuk dimiliki siswa.
Diskusi dalam pembelajaran inquiry, guru mengarahkan kegiatan mental siswa
sesuai dengan perencanaan. Siswa lebih banyak terlibat, sehingga tidak hanya
mendengarkan ceramah dari guru, melainkan mendapat kesempatan untuk berpikir.
Siswa dapat merumuskan jawaban dari masalah yang disajikan dalam diskusi.
Karena dipaksa berpikir, perkembangan kognitif setiap individu lebih dimungkinkan
terlaksana. Keuntungan menggunakan metode mengajar inquiry adalah :
1.
Perkembangan cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan,
mencari jawaban, dan mengumpulkan/memproses keterangan dengan inquiry
approach dapat dikembangkan seluas-luasnya.
2.
Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif sehingga
dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
Selain keuntungan diskusi dalam pembelajaran inquiry pun mempunyai
kelemahannya, yaitu :
1.
Belajar mengajar dengan inquiry approach memerlukan kecerdasan
siswa yang tinggi. Bila siswa kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.
2.
Inquiry approach kurang cocok pada siswa yang usianya terlalu muda,
misalnya Sekolah Dasar (SD) kelas 1, 2, dan 3.
B. Penerapan Metode Mengajar Inquiry dalam Pembelajaran Sains di Sekolah
Dasar
Sains bisa disebut juga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sains berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, Sehingga Sains bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
Sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
Sains diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
(Depdiknas, CD ROM KTSP 2006).
Sains diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia
melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan

Sains perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap
lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas
(Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman
belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep
Sains dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran Sains sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry)
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran Sains di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Sains di SD/MI merupakan
standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi
acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK
dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun
kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Mata Pelajaran Sains di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
4.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5.
Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Adapun ruang lingkup bahan kajian Sains untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut :
1.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2.
Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3.
Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
4.
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
Tidak semua materi dalam pelajaran Sains bisa disampaikan dengan metode inquiry.
Hanya materi-materi tertentu yang mungkin disampaikan dengan metode inquiry.
Kemudian tidak semua jenjang di Sekolah Dasar (SD) cocok menerapkan metode
inquiry dalam pelajaran Sains. Yang cocok menerapkan metode inquiry dalam
pelajaran Sains adalah kelas 4, 5 dan 6, terutama kelas 6 yang paling cocok
menerapkan metode inquiry dalam pembelajaran Sains.

Penulis mengambil materi pelajaran Sains dari kelas 6 untuk disampaikan dengan
menggunakan metode inquiry. Alokasi waktu adalah 2 jam pelajaran. Dengan rincian
sebagai berikut :
1. Standar Kompetensi
Memahami energi dan perubahannya.
2. Kompetensi Dasar
Menyelidiki berbagai cara perpindahan energi panas dan listrik.
3. Indikator
a. Menunjukkan gejala kelistrikan, misalnya : pengaruh menggosok benda.
b. Mengidentifikasi berbagai sumber energi listrik.
4. Materi Pokok
Perpindahan energi panas dan listrik.
5. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Inquiry
6. Tujuan Pembelajaran
a. Mengetahui gejala kelistrikan, misalnya : pengaruh menggosok benda.
b. Mengetahui berbagai sumber energi listrik.
7. Alat dan Sumber Belajar
a. Buku paket Sains kelas VI
b. Penggaris plastik
c. Sobekan kertas
8. Langkah-langkah Kegiatan
a. Kegiatan Awal
1) Siswa diminta berdoa dipimpin oleh ketua kelas.
2) Absensi.
3) Apersepsi. Beberapa siswa ditanya satu per satu secara acak tentang pelajaran
sebelumnya tentang perpindahan panas. Siswa diperkenalkan materi pelajaran hari
ini.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa diberi penjelasan singkat tentang energi listrik dan gejala kelistrikan.
2) Siswa dibantu guru melakukan percobaan penggaris yang digosokkan ke rambut
untuk dapat menarik sobekan kertas.
3) Siswa diberi penjelasan singkat oleh guru tentang sumber-sumber energi listrik.
4) Kelompok diminta mendiskusikan sumber-sumber energi listrik dan
menuliskannya dalam selembar kertas.
5) Perwakilan masing-masing kelompok mengungkapkan hasil diskusinya di depan
kelas dan mengumpulkannya kepada guru.
c. Kegiatan Akhir
1) Post test lisan. Guru menunjuk secara acak satu per satu siswa untuk ditanya
tentang pemahaman dan kesimpulan mereka atas serangkaian kegiatan yang telah
mereka lakukan tadi.

2) Siswa diminta untuk menyimpulkan tentang materi perpindahan energi panas dan
listrik melalui metode inquiry tadi.
Dari serangkaian kegiatan pembelajaran sains dengan penggunaan metode inquiry
di atas, dari mulai kegiatan awal, inti hingga kegiatan akhir, namapak jelas bahwa
siswa lah yang lebih banyak aktif. Guru lebih bersikap pasif dan berperan sebagai
fasilitator. Dari mulai penemuan masalah dengan percobaan (eksperimen) sampai
menemukan kesimpulan dengan cara diskusi menunjukkan bahwa memang siswa
lah yang bersikap aktif. Guru hanya berusaha mencoba merangsang proses mental
dan intelektual dengan banyak bertanya kepada para siswa secara acak. Inilah
esensi dari metode mengajar inquiry.
C. Hambatan-hambatan yang Muncul pada Penerapan Metode Mengajar
Inquiry dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar
Kegiatan inquiry pada pelajaran Sains kelas 6 yang telah dijabarkan pada sub bab
diatas, berpotensi menimbulkan hambatan-hambatan sebagai berikut :
1.
Kemungkinan sebagian siswa tidak berperan serta aktif dalam metode
inquiry ini sehingga justru menghambat jalannya pengajaran melalui metode
ini.
2.
Tingkat kedewasaan siswa kurang mencukupi untuk metode inquiry ini.
Tuntutan peran terlalu tinggi sehingga siswa tidak mampu menjalankan peran
ini dengan baik.
3.
Persiapan dan penjelasan yang kurang dari guru bisa membuat
metode inquiry ini terhambat. Siswa harus diberi penjelasan yang cukup
sebelum acara dimulai. Guru harus membantu persiapan sematang mungkin
supaya proses pembelajaran bisa berjalan dengan lancar.
4.
Adanya keengganan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam
metode inquiry ini. Siswa seringkali tidak bersedia untuk ikut serta dalam
metode inquiry ini yang telah dirancang, walaupun guru menganggap siswa
tersebut mampu berperan serta.
5.
Kurang kompetennya guru dalam merancang dan mengendalikan
metode inquiry ini dapat menyebabkan terhambatnya proses pembelajaran.
Sumber : http://syaifulhijrah.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai