A. Pengantar
Pendekatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu
menyenangkan
(targhib), dan menantang (tarhib). Di samping itu, para pelaku pendidikan juga
dituntut untuk
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
pemodelan
(modeling),
refleksi
(reflection),
dan
penilaian
6. Refleksi
Ddengan refleksi, siswa akan terbiasa berpikir ke belakang mengenai apa
yang telah dipelajari, sehingga ia mampu mengendapkan apa yang telah
dipelajarinya.
7. Penilaian autentik
Melalui penilaian autentik ini siswa akan dapat memperoleh gambaran
tentang perkembangan belajarnya, sehingga ia tahu kegiatan tindak lanjut
yang harus dilakukannya.
Berdasarkan inti makna dari kedua konsep di atas (pendekatan inkuiri
dan pembelajaran kontekstual) dapat dijelaskan bahwa pendekatan inkuiri yang
kontekstual mengandung arti:
1. Pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif dan mandiri untuk
menemukan dan memecahkan permasalahan yang dipelajarinya serta
mengaitkan pengetahuan, pengalaman, dan lingkungan siswa dengan
materi yang dipelajarinya.
2. Pembelajaran harus melatih siswa berpikir kritis untuk menemukan dan
mengkonstruk suatu konsep yang terkait dengan permasalahan yang
dipelajarinya secara mandiri.
3. Pembelajaran harus membiasakan siswa untuk berkolaborasi (bekerjasama) dengan orang lain, sehingga membentuk suatu kelompok belajar
yang lebih menguntungkan semua siswa yang berkolaborasi.
4. Pembelajaran harus mengintegrasikan berbagai pengetahuan, sehingga
pengetahuan yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna bagi
kehidupan mereka.
5. Pembelajaran harus bermula dari kebutuhan siswa (buttom up) dan
berfokus pada kehidupan siswa, sehingga apa yang mereka pelajari
menjadi lebih bermakna.
Pendekatan inkuiri dengan pembelajaran yang kontekstual tersebut
sangat relevan dengan karakteristik IPS. Artinya bahwa pembelajaran IPS
memang memerlukan pendekatan inkuiri dengan pembelajaran konteksual. Hal
ini sesuai dengan pendapat Prof. Zamroni terkait dengan pembelajaran IPS.
Menurut beliau, agar IPS menarik perhatian dan minat siswa, pembelajaran IPS
harus memiliki karakteristik:
1. Bersifat buttom up dan otonom. Hal ini berarti bahwa pembelajaran
IPS harus bermula dari kebutuhan dan kehidupan siswa. Permasalahan
yang dipelajarinya juga disesuaikan dengan kondisi wilayah siswa yang
bersangkutan.
2. Kolaboratif, yang berarti bahwa dalam pembelajaran IPS, siswa
dibiasakan berkolaborasi dengan siswa/orang lain, sehingga terbentuk
kelompok belajar (masyarakat kecil dalam belajar). Dengan kolaborasi,
siswa terlatih untuk bekerja-sama dan permasalahan IPS yang dipelajari
siswa akan dapat dibahas secara lebih mendalam dan matang, sehingga
lebih menjamin ketuntasan belajar siswa.
3. Integrated dan bermakna, yang artinya bahwa pegetahuan sosial (IPS)
harus dibahas secara terintegrasi, sehingga pengetahuan sosial tersebut
menjadi lebih bermakna bagi kehidupan siswa khususnya, dan
masyarakat pada umumnya. Pengetahuan yang tidak bermakna bagi
kehidupan siswa tentu tidak akan menarik siswa untuk mempelajarinya.
4. Menyangkut kehidupan, yang berarti bahwa permasalahan IPS yang
dipelajari siswa seyogyanya merupakan aktualisasi dari kehidupan siswa
dan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian siswa merasa mempelajari
sesuatu yang dekat dengan (menyangkut) dirinya atau masyarakat
sekitarnya.
5. Sistem berpikir. Hal ini berarti bahwa dalam pembelajaran IPS harus
melibatkan proses hafalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi yang merupakan satu sistem berpikir.
Apabila pendekatan inkuiri dengan pembelajaran kontekstual dapat
diaplikasikan
dalam
pembelajaran
IPS,
niscaya
akan
dapat
dihindari
pembelajaran IPS yang cenderung kognitif hafalan saja. Pembelajaran IPS yang
demikian
ini
akan
menyebabkan
IPS
menjadi
pelajaran
yang
tidak
E. Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan inkuiri dan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan
pembelajaran yang memiliki karakteristik:
1. melibatkan siswa secara aktif dan mandiri untuk menemukan dan
memecahkan permasalahan;
2. kolaboratif yang membentuk kelompok belajar (masyarakat belajar);
3. menyangkut kehidupan sosial siswa dan bersifat integrated sehingga
pengetahuan yang dipelajari menjadi lebih bermakna;.
4. kesatuan sistem berpikir yang melibatkan proses hafalan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi;
5. bersifat buttom up dan otonom.
Pendekatan inkuiri dengan pembelajaran kontekstual sangat relevan
diaplikasikan dalam pembelajaran IPS. Penerapan pendekatan inkuiri dengan
pembelajaran kontekstual akan dapat menghindari pembelajaran IPS yang
cenderung ke arah kognitif hafalan saja. Pembelajaran IPS yang demikian ini
akan
menyebabkan
IPS
menjadi
pelajaran
yangmenarik
perhatian,
IPS juga
akan menjadi lebih bermakna bagi kehidupan siswa khususnya, dan masyarakat
pada umumnya.
DAFTAR REFERENSI
A. Forum Brief, (1999), Contextually Based Learning or Proven Practice,
http://www.aipf.org/forumbriefs/1999/fbo70999.htm
Direktorat PLP Depdiknas, (2002), Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning), Jakarta.
Gagne, Robert M., (1989), Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran, (terjemahan
Munawir), Jakarta, PAU UT.
10
Kagan, Spencer., (1992), Cooperative Learning (2nd edition), San Juan Capistrano, CA Resources for Teachers.
Nurdin, Muhamad., (2008), Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta, Ar-Ruzz
Media.
Nurhadi, Burhan Yasin, dan A.G. Senduk., (2004), Pembelajaran Kontekstual
dan Penerapannya dala KBK, Malang, UMPRESS MALANG.
11