LAPORAN KASUS
1.1.
IDENTIFIKASI
Nama
: An. NA
Umur
: 7 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Berat badan
: 16 kg
Tinggi badan
: 114 cm
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
MRS
: 25 Juni 2012
1.2.
: demam
Keluhan tambahan
: batuk
5 jam sebelum masuk rumah sakit penderita kembali demam tinggi, timbul
mendadak, terus menerus, menggigil (-), kejang (-), nyeri pada belakang bola
mata (+), nyeri perut (+), nyeri pada sendi sendi tubuh (-), nyeri saat menelan
(+), mual (+) , muntah (-) , batuk (+), berdahak (-), pilek (-), mata merah dan
kotoran mata (-), keluar cairan dari telinga (-), keluar bintik bintik merah pada
tubuh (-), mimisan (+), gusi berdarah (-), BAB dan BAK biasa, badan menjadi
kuning (-) penderita obat paracetamol oleh orang tua penderita , namun demam
tidak turun.Penderita lalu dibawa ke IRD RSUD Ibnu Sutowo Baturaja.
Riwayat Penyakit Dahulu
o Penderita menyangkal pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya
o Riwayat sering timbul ruam kemerahan pada kulit dan mimisan
disangkal
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
o Riwayat keluarga yang mengalami keluhan yang sama disangkal
o Riwayat keluarga yang terkena diare disangkal
o Riwayat keluarga yang terkena DBD disangkal
o Riwayat keluarga yang terkena TBC disangkal
o Riwayat keluarga yang terkena malaria disangkal
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
GPA
: G3P3A 0
Masa kehamilan
: Aterm
Partus
: Spontan
Penolong
: Bidan
Berat badan
: 2800 gram
: Langsung menangis
Riwayat Makanan
0 bulan 6 bulan
: ASI
6 bulan 1 tahun
: Nasi biasa
Sekarang
Riwayat Vaksinasi
o BCG
: (+)
o Polio
: (+) 1,2,3,4
o DPT
: (+) 1,2,3,4
o Hepatitis B
: (+) 1,2,3
o Campak
: (+)
: 6 bulan
Merangkak
: 7 bulan
Berdiri
: 9 bulan
Berjalan
: 1 tahun 2 bulan
Kesan
: Perkembangan normal
dan ibu penderita bekerja sebagai ibu rumah tangga, tanpa penghasilan. Kesan
keluarga penderita adalah Sosial ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat Higiene
Keluarga pendertia menggunakan air sumur mandi, cuci, kakus. Penderita
juga minum dari air sumur tersebut yang telah dimasak.
1.3. PEMERIKSAAN FISIK ( 4 Juli 2012)
Keadaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
Nadi
Pernapasan
: 22 kali/ menit
Suhu
: 37,0oC
Berat badan
: 16 kg
Tinggi badan
: 114 cm
Lingkar Kepala
: normochepali
Anemis
: tidak ada
Sianosis
: tidak ada
Ikterus
: tidak ada
Turgor
: baik
Tonus
: eutoni
Edema umum
: tidak ada
Keadaan gizi
Keadaan Spesifik
Kulit
Tidak ada kelainan
Kepala
Bentuk
: bulat, simetris
UUB
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorok
Tonsil
Leher
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: datar
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
kurang
TonsiloFaringitis Akut e.c suspect bakteri + Tersangka Demam Dengue +
Gizi kurang
Darah rutin
Hb
: 9,8 g/dl
Ht
: 28 vol%
Leukosit
: 2.500 /mm3
Trombosit
: 81.000/mm3
DDR
Urinalisa
Reduksi
Protein
Bilirubin
: negatif
:negatif
: negatif
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Sel.epitel
Kristal
1.6.
: 2-4
: 1-4
:+
:+
DIAGNOSIS KERJA
TonsiloFaringitis Akut + Tersangka Demam Dengue + Gizi Buruk
1.7.
RENCANA PEMERIKSAAN
1.8. PENATALAKSANAAN
o Istirahat
o IVFD RL gtt XX/menit
o Parasetamol tablet 3 1/2 tab per hari
o Ampisilin 3x60mg/hari
o Sagestam 2x50 mg/hari
1.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
1.10. FOLLOW UP
26/6/2012
Demam : 3
Ku
Rawat : 2
Nadi : 94x/m
RR
A/ TFA + TDD
Th/
-
: 20x/m
Temp : 38,10 C
Hasil lab :
Hb
: 9,8 g/dl
Ht
: 28 vol%
Istirahat
IVFD RL gtt XVIII
Paracetamol 4x tab per hari
Ampisilin 3x60 mg
Sagestam 2x50 mg
Ranitidine 2x20 mg
27/6/2012
DDR
: plasma tidak ditemukan
Urinalisa
Reduksi : negatif
Protein :negatif
Bilirubin : negatif
Sedimen
Leukosit
: 2-4
Eritrosit
: 1-4
Sel.epitel
:+
Kristal
:+
Kel : demam (+), batuk (+), nyeri perut (+)
Demam : 4
Ku
Rawat : 3
Nadi : 90 x/m
Th/
RR
A/ TFA + TDD
28/6/2012
- Istirahat
- IVFD RL gtt XVIII
- Paracetamol 4x tab per hari
- Ampisilin 3x60 mg
- Sagestam 2x50 mg
- Ranitidine 2x20 mg
A/TFA + TDBD
Demam : 4
Ku
Th/
Rawat : 3
Nadi : 90 x/m
Temp : 38,50C
RR
Istirahat
IVFD RL gtt XVIII
29/6/2012
Demam : 5
Ku
Th/
Rawat : 4
Nadi : 94 x/menit
RR
: 28 x/menit
Temp : 37,7oC
Coated tongue (+)
30/6/2012
Demam : 6
Ku
Rawat : 5
Nadi : 90 x / menit
RR
A/ TFA+TDD
Th/
: 28x/menit
Temp : 36,60C
2/6/2012
Rawat : 7
Ku
Istirahat
IVFD RL gtt XVIII
Paracetamol 4x tab per hari
Ampisilin 3x60 mg
Sagestam 2x50 mg
Ranitidine 2x20 mg
Istirahat
IVFD RL gtt XVIII
Ampisilin 3x60 mg
Sagestam 2x50 mg
A/ TFA+TDD
Nadi : 90 x/menit
RR
: 28 x/menit
Temp : 36,0 0C
3/6/2012
Rawat : 8
Ku
: 30 x/menit
Temp : 36,7 0C
4/6/2012
Th/
-
Istirahat
IVFD RL gtt XVIII
Ampisilin 3x60 mg
Sagestam 2x50 mg
Thrombosit: 40.000/mm3
Kel : demam (-), batuk (-)
Rawat : 9
Ku
Th/
: 30 x/menit
Temp : 36,8 oC
5/6/2012
Rawat : 10
Ku
Istirahat
IVFD RL gtt XVIII
Ampisilin 3x60 mg
Sagestam 2x50mg
Istirahat
IVFD RL gtt XVIII
Ampisilin 3x60 mg
Sagestam 2x50 mg
Th/
: 30 x/menit
Temp : 36,58oC
Thrombosit: 159.000/mm3
Ht : 35 vol%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TONSILOFARINGITIS
2.1.1. DEFINISI
Faringitis merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak.
Keterlibatan tonsil pada faringitis tidak menyebabkan perubahan derajat beratnya
penyakit. Tonsilofaringitis biasanya terjadi pada anak, meskipun jarang terjadi pada
anak dibawah usia 1 tahun. Insiden meningkat sesuai dengan bertambahnya usia,
mencapai puncak pada usia 4-7 tahun, dan berlanjut hingga dewasa. Insiden
10
tonsilofaringitis streptokokus tertinggi pada usia 5-18 tahun, jarang dibawah usia 3
tahun dan sebanding antara laki-laki dengan perempuan.
Tonsilofaringitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Oleh karena itu
diperlukan strategi untuk melakukan diagnosis dan memberikan tatalaksana agar
dapat membedakan pasien-pasien yang membutuhkan antibiotik, dan mencegah serta
meminimalkan penggunaan medikamentosa yang tidak perlu.
Tonsilofaringitis akut digunakan untuk menunjukkan semua infeksi faring dan
tonsil yang berlangsung hingga 14 hari. Tonsilfaringitis merupakan peradangan
membran mukosa faring dan struktur lain disekitarnya.
2.1.2. ETIOLOGI
Berbagai bakteri dan virus dapat menyebabkan tonsilofaringitis, baik sebagai
penyakit tunggal maupun sebagai bagian dari penyakit lain. Virus merupakan etiologi
terbanyak tonsilofaringitis akut, terutama pada anak usia 3 tahun. Virus penyebab
penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, Parainfluenza virus, dapat
menjadi penyebab tonsilofaringitis. Virus Epstein Barr (EBV) dapat menyebabkan
tonsilofaringitis, tetapi
disertai
dengan gejala
infeksimononukleosis
seperti
2.1.3. PATOGENESIS
Nasofaring dan orofaring adalah tempat untuk organisme ini, kontak langsung
dengan mukosa nasofaring atau orofaring yang terinfeksi atau dengan benda yang
11
terkontaminasi seperti sikat gigi merupakan cara penularan yang kurang berperan,
demikian juga penularan melalui makanan.
Penyebaran SBHGA memerlukan pejamu yang rentan dan difasilitasi dengan
kontak yang erat. Infeksi ini jarang terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun, mungkin
karena kurang kuatnya SBHGA melekat pada sel-sel epitel. Remaja biasanya telah
mengalami kontak dengan organisme beberapa kali sehingga terbentuk kekebalan,
oleh karena itu infeksi SBHGA jarang terjadi pada kelompok ini.
Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring yang
kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Rhinovirus menyebabkan iritasi
mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan melibatkan
nasofaring, uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah terjadi inokulasi
dari agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan lokal, sehingga
menyebabkan eritema faring, tonsil, atau keduanya. Infeksi streptokokus ditandai
dengan invasi lokal serta penglepasan toksin ekstraseluler dan protease. Transmisi
dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan dengan
sekret hidung dibandingkan dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa
inkubasi yang pendek, yaitu 24-72 jam.
12
interstitiel
dan
prostaglandin
yang
terbentuk
13
demam rematik, sendi rematik, penyakit jantung rematik dan glomerulonefritis. AAG.
Bawanegara. 2003. Evaluasi sistem skoring gejala klinik dari National Guidline
Clearinghouse (NGC) pada penderita tonsilofaringitis akut karena streptokokus beta
hemolitikus group A di RSUP DR kariadi Semarang.
2.1.6. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Sulit untuk membedakan antara tonsilofaringitis
streptokokus dan tonsilofaringitis virus berdasar anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Baku emas penegakkan diagnosis tonsilofaringitis bakteri atau virus melalui
pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok. Apusan tenggorok yang adekuat pada area
tonsil diperlukan untuk menegakkan adanya S. Piogenes. Untuk memaksimalkan
akurasi maka diambil apusan dari dinding faring posterior dan regio tonsil, lalu
diinokulasi pada media segar darah domba 5% dan piringan basitrasin diaplikasikan,
kemidian ditunggu 24 jam.
2.1.7. TATALAKSANA
Usaha untuk membedakan toonsilofaringitis bakteri atau virus bertujuan agar
pemberian antibiotik sesuai indikasi. Tonsilofaringitis streptokokus grup A
merupakan satu-satunya tonsilofaringitis yang memiliki indikasi kuat dan aturan
khusus dalam penggunaan antibiotik.
Penggunaan antibiotik tidak diperlukan pada tonsilofaringitis virus karena
tidak akan mempercepat waktu penyembuhan atau mengurangi derajat keparahan.
Istirahat cukup dan pemberian cairan intravena yang sesuai terapi suportif yang dapat
diberikan. Selain itu pemberian obat kumur dan hisap, pada anak yang cukup besar
dapat meringankan keluhan nyeri tenggorok. Apabila terdapat nyeri atau demam,
dapat diberikan paracetamol atau ibuprofen. Pemberian aspirin tidak dianjurkan
terutama pada infeksi influenza karena insiden sindrom Reye kkerap terjadi.
14
Pemberian antibiotik pada faringitis harus berdasar pada gejala klinis dan
hasil kultur positif pada pemeriksaan apusan tenggorok. Antibiotik pilihan pada terapi
tonsilofaringitis akut Streptokokus grup A adalah penisilin V oral 15-30mg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis selama 10 hari atau benzatin penisilin G IM dengan dosis 600.000 IU
(BB<30kg) dan 1.200.000 IU (BB>30kg. Amoksisilin dapat digunakan sebagai
pengganti penisilin pada anak yang lebih kecil, karena selain efeknya sama obat ini
juga memiliki rasa yang lebih enak. Amoksisilin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2 dosis selama 6 hari, efektivitasnya sama dengan penisilin V oral
selama 10 hari. Untuk anak alergi dapat diberikan eritromisin etil suksinat
40mg/kgBB/hari, dengan pemberian 2-4 kali per hari selama 10 hari.
Pembedahan elektif adenoid dan tonsil telah digunakan secara luas untuk
mengurangi frekuensi tonsilitis rekuran. Pengobatan dengan adenoidektomi dan
tonsilektomi telah menurun dalam dua tahun terakhir. Ukuran tonsil dan adenoid
bukanlah
indikator
yang
tepat.
Tonsilektomi
biasanya
dilakukan
pada
15
2.2.2. EPIDEMIOLOGI
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk family Stegomia. Aedes Aegpty,
nyamuk penggigit siang hari adalah vektor utama, dan semua empat tipe virus telah
ditemukan darinya. Pada kebanyakan daerah tropis aedes aegypty adalah sangat
urbanisasi, berkembang biak pada penyimpanan air minum, atau air mandi atau pada
air hujan yang terkumpul pada berbagai wadah.
2.2.3. PATOFISIOLOGI
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung
pada daya tahan manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi :
aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang
faktor pembekuan.
Ketiga faktor di atas menyebabkan
16
secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi pada awal penyakit hampir
tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau berat.
Biasanya ditandai dengan demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan
kegagalan sirkulasi. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan
disertai timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa dikenal sindrom
trias dengue berupa demam tinggi mendadak, nyeri pada anggota badan (kepala, bola
mata, punggung, dan sendi), dan timbul ruam makulopapular. Tanda lain menyerupai
demam dengue yaitu anoreksia, muntah, dan nyeri kepala.
2.2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit, uji serologi
HI (Haemagglutination inhibiting antibody), Dengue Blot. Pansitopenia dapat terjadi
pada hari ketiga dan keempat. Neuropenia mungkin menetap atau muncul selama
stadium kedua penyakit dan dapat berlanjut sampai konvalesen.Trombosit terkadang
turun. Uji tourniquet jarang positif.
2.2.6. DIAGNOSIS
Berdasarkan kriteria WHO (1997) dengan indikator demam 2-7 hari. Tendensi
perdarahan, hepatomegali, rejatan, bukti kebocoran plasma dan trombositopenia.
TDD : deman akut 2-7 hari ditambahan 2 lebih manifestasi sakit kepala,
sakit belakang bola mata, mialgia, atralgia, rash, manifestasi perdarahan, dan
leukopeni. Tidak terbukti adanya kebocoran plasma dan tidak terbukti
17
I.
II.
III.
IV.
Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
dan
malaria.
Adanya
trombositopenia
yang
jelas
disertai
18
Pada dasarnya bersifat suportif. Tirah baring dianjurkan selama masa demam.
Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD di rawat di ruang perawatan
biasa, tetapi pada kasus dengan DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan
intensif. Fase kritis pada umumnya terjadi pada hari sakit ketiga.Hiperpireksi diatasi
dengan antipiretik dan bila perlu surface cooling dengan kompres es dan alkohol
70%. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis 10-15
mg/kg BB/kali. Analgesik atau sedari ringan mungkin diperlukan untuk
mengendalikan nyeri. Karena pengaruhny pada hemostasis, aspirin tidak boleh
diberikan. Penggantian cairan dan
19
BAB III
ANALISIS KASUS
Satu hari SMRS yang lalu, Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun datang
dengan keluhan utama demam tinggi terus menerus. Keluhan tambahan batuk.
Dari anamnesis didapatkan adanya demam tinggi, terus-menerus, dan tidak disertai
menggigil, tidak disertai kejang. Penderita juga mengeluh batuk, sakit menelan, sakit
perut, mual, tetapi tidak sampai muntah. Sakit kepala, nyeri sendi, nyeri dibelakang
bola mata, pilek (-), mata merah dan kotoran mata (-), keluar cairan dari telinga (-),
keluar bintik bintik merah pada tubuh (- ), mimisan ( -), gusi berdarah (-), BAB dan
BAK biasa, Badan menjadi kuning (-), Penderita juga menyangkal berpergian ke luar
kota dalam 1 bulan terakhir. Penderita tidak dibawa ke berobat hanya diberikan obat
paracetamol oleh orang tua penderita , demam turun. 5 jam SMRS, pasin masih
mengalami demam tinggi terus menurun, disertai nyeri belakang bola mata, nyeri
perut, mual dan nyeri menelan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, nadi
80
20
terjadi penurunan trombosit tetapi hematokrit masih termasuk normal sehingga pasien
dikategorikan menderita demam dengue. DDR plasma tidak ditemukan sehingga
diagnosis malaria dapat disingkirkan. Pada pemeriksaan urinalisa hasil yang
didapatkan masih dalam batas normal. Dengan demikian, diagnosis penderita ini
adalah tonsilofaringtis akut dan tersangka demam dengue.
Penatalaksanaan pada pasien ini bersifat suportif, tirah baring selama demam.
Pemasangan IVFD dengan cairan RL gtt 20x/menit. Diberikan obat penurunan panas
yaitu paracetamol dengan dosis 10-15mg/KgBB yaitu 3x tab/hari jika terjadi
kenaikan suhu tubuh. Antibiotik yaitu amoxilin 3x 60mg/hari dan Sagestam
3x50mg/hari. Pemberian ranitidine diberikan karena keluhan mual pada pasien ini.
Prognosis pasien ini bonam.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof.dr.Corry S. Matondang. 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi Ke-2.
Jakarta : CV.Sagung Seto.
2. Prof.DR.dr.A.SamikWahab, SpA(K).2000.Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke-15.
Jakarta. EGC.
3. Hppt//www.Emedicine.com.Tosilfaringitis.4 juli 2012.
4. Staf Pengajar IKA-FK UNSRI. 2008. Standar penatalaksanan Anak.
Palembang.
5. Staf Pengajar IKA-FK UI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Media
Aesculapis. Jakarta.
22