Proposal
Proposal
PENDAHULUAN
Penelitian lain di kota Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan pada
tahun 2002 juga makin menunjukkan bahwa osteoporosis di Indonesia sudah seharusnya
diwaspadain. Dari 101.161 responden, ternyata 29% diantaranya telah menderita
osteoporosis (Depkes RI,2004).Di Jakarta, sebuah Rumah Sakit swasta yaitu Rumah Sakit
Siaga Raya khusus Orthopaedi manunjukkan dalam tahun 2008 terdapat pasien yang
mengalami patah tulang panggul sebanyak 74 orang, dimana telah dilakukan tindakan
operasi maupun konsevatif dengan menggunakan obat-obatan.
Insiden (angka kejadian) osteoporosis pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
Satu dari tiga wanita mempunyai kecenderungan terkena osteoporosis yang biasanya
terjadi pada wanita paska menopause, sedangkan pada pria insidenya lebih kecil yaitu 1
dari 7 pria. Osteoporosis menjangkit pada usia di atas 45 tahun. Namun berdasarkan
penelitian lain, wanita usia muda yaitu 23 tahun juga beresiko mengalami osteoporosis.
(Depkes RI,2004)
Penyebab osteoporosis di pengaruhi berbagai faktor dan pada individu bersifat
multifaktor seperti gaya hidup tidak sehat (maerokok, minum alkohol, soft drink,
kopi,mengkonsumsi nutrisi dengan kadar lemak yang tinggi), kurang gerak atau tidak
berolahraga serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang yaitu kurangnya
mengkonsumsi kalsiaum dan vitamin D. Vitamin D secara alami bisa kita dapatkan dari
sinar matahari.
Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2004, osteoporosis sering disebut sebagai
silent killer diseases, seperti penyakit kronik lainnya osteoporosis tidak menunjukkan
gejala awal dan tidak dapat terdiagnosa, hingga terjadinya patah tulang (Depkes RI,2004).
Perubahan massa tulang dapat dideteksi dengan pemeriksaan kalsium dalam darah. Dengan
kemajuan teknologi osteoporosis dapat dideteksi dengan cara yang mudah yaitu dengan
menggunakan alat Bone Densito Metry (BDM), bagian yang diukur adalah lengan bawah,
tulang punggung atau tulang panggul. Dari hasil pemeriksaan tersebut akan
menginformasikan kandungan mineral tulang, densitas tulang dan presentasi massa tulang,
sehingga resiko berkembangnya patah tulang dari penderita dapat dideteksi terlebih
dahulu.
Rumah Sakit Siaga Raya merupakan salah satu rumah sakit swasta yang terfokus
memberikan pelayanan di bidang orthopaedi menyediakan fasilitas untuk pemeriksaan
kepadatan tulang yang dapat menunjang diagnose terhadap pasien sesuai dengan keluhan
yang dirasakan penderita. Pada tahun 2001 Rekam Medik Rumah Sakit Siaga Raya
mrncatat sebanyak 129 pasien yang di diagnose osteoporosis, pada tahun 2002 jumlah
yang tercatat sebanyak 160 pasien sedangkan pada tahun 2003 mengalami penurunan,
jumlah yang tercatat sebanyak 108 pasien. (Rekam Medis RS. Siaga Raya, 2001-2003)
1.2 Identifikasi Masalah
Apa yang dimaksud dengan Osteoporosis?
Osteoporosis dapat dibagi menjadi 2. Sebukan!
Apa saja faktor-faktor resiko terjadinya osteoporosis primer?
Apa saja faktor-faktor resiko terjadinya osteoporosis sekunder?
Apa saja faktor-faktor resiko terjadinya osteoporosis pada usia anak-anak?
Apa saja faktor-faktor resiko terjadinya osteoporosis pada usia muda?
Sebutkan keluhan dan gejala yang kelihatan bila mengalami osteoporosis?
Sebutkan penata laksanaan osteoporosis?
Apa yang dimaksud denga Kalsitonin?
Sebutkan petunjuk perencaab pola makan dengan gizi seimbang?
1.3 Batasan Masalah
Penulisan ini merupakan analisis terhadap data sekunder dari hasil pengukuran
Bone Densito Metry pada pasien yang diduga osteoporosis. Penelitian ini dilakukan di
tahun 2008 di Rumah Sakit Siaga Raya.
medis
menggunakan
apabila
terapi
sedang
steroid
menjalankan
serta
terapi,
penyakit-penyakit
terutama
yang
tertentu
yang
Dalam bab I menjelaskan terdiri atas latar belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan metedologi
penelitian. Bab II berisi tentang definisi osteoporosisi, pengelompokan dan penanaman
osteoporosisis. Bab III berisi tentang gejala osteoposis, pengobatan dan penatalaksaan
osteoporosis. Bab IV berisi tentang tempat dan waktu penelitian, sampel dan hipotesis. Bab
V berisi tentang pengolahan data. Bab VI berisi tentang kesimpulan, saran, dan manfaat.
BAB II
OSTEOPOROSIS
Osteoporosis Primer
Faktor-faktor resiko terjadinya osteoporosis primer :
1.
(Hartono,2001)
Ras : orang yang mempunyai resiko osteoporosis adalah wanita kulit putih
yang memiliki warna kulit putih dan tinggal jauh dari garis khatulistiwa.
(Lane, 2003)
4.
Postur Tubuh : individu yang memiliki kerangka tubuh yang kecil
cenderung lebih sering mengalami pengeroposan tulang daripada mereka
dengan kerangka tubuh lebih besar karean penurunan kepadatan tulangnya
relative lebih kecil.
5.
Keturunan : kepekaan terhadap patah tulang sebagian disebabkan oleh faktor
6.
keturunan.
Makanan : kurangnya zat kalsium dari makanan yang tidak seimbang
terutama pada sisa pembentukan tulang bias menyebabkan seseorang rentan
7.
Osteoporosis tipe 2 : banyak terjadi pada usia di atas 70 tahun dan 2 kali
lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria pada usia yang sama.
Osteoporosis tipe 2 sering dikaitkan dengan :
a. Gangguan pemanfaatan vitamin D oleh tubuh
b. Kekurangan dalam pembentukan vitamin D
c. Kurangnya sel perangsang pembentuk vitamin
6
lainnya mengatakan bahwa osteoporosis pada usia muda ini timbul pada usia 23 tahun.
Keluhan osteoporosis jenis ini :
1. Rasa nyeri pada tulang-tulang yang menahan beban.
2.
Bisa juda terjadi pemadatan tulang punggung, hingga tinggi badan pebderita
berkurang.
3. Bisa terjadi patah tulang hanya karena terjadi sedikit guncangan.
4. Terjadi patah tulang pada tulang yang menahan beban seperti ruas tulang punggung
ke-8 sampai ke bawah.
BAB III
GEJALA DAN PENGOBATAN OSTEOPOROSIS
Sebagaimana dikemukakan pada kerangka teori penulisan ini bahwa osteoprosis terbagi
menjadi 2 bentuk yaitu primer dan sekunder dan ada beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan osteoporosis. Hal ini telah dilakukan penelitian baik skala nasional maupun
internasional. Dalam penulisan ini penulis tetap mengacu pada ketentuan yang ditentukan
Departemen Kesehatan RI dan WHO baik definisi operasional maupun skala ukuran.
Berdasarkan teori yang menunjukkan faktor resiko yang mempengaruhi hasil Bone
Densito Metry dengan penyebab yaitu umur, keturunan, ras, jenis kelamin, gaya hidup, kerangka
tubuh, haid, asupan kalsium, dan vitamin D, dan kurang berolahraga yang dapat berpengaruh
terjadinya osteoporosis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penulisan ini sebagai variabel dependen adalah hasil dari pengukuran kepadatan
massa tulang, sedangkan variabel independen adalah umur, ras, jenis kelamin, kerangka tubuh
dan kebiasaan merokok. Untuk lebih jelasnya konsep penulisan ini digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penulisan
Hubungan Karakteristik Pasien dengan Hasil
Pengukuran Kepadatan Massa Tulang
Variabel Independen
1.
2.
3.
4.
5.
Variabel Dependen
Umur
Ras
Jenis Kelamin
Indeks Massa Tubuh
Merokok
Kepadatan massa
tulang
Pemadatan ruas tulang punggung yang luas bisa memperlihatkan gejala membungkuk,
sering terjadi perlahan-lahan pada ruas tulang belakang dengan keluhan nyeri tidak jelas pda
lokasi yang mengalamami pemadatan.
Penampilan penderita osteoporosis lebih tua dari sebayanya, baik dari kulit yang
berkerut, mungkin terkait dengan penderita sakit yang perkepanjangan, maupun karena postur
tubuh agak membungguk bila osteoporosis mengenai ruas-ruas belakang sehingga penyakit ini
pernah diberi istilah janda bongkok.
Kulit mngerut biasa timbul pertama-tama pada kulit dada bagian bawah dan bagian atas
perut. Posisi penderita yang bungkuk bias dikarenakan terjadi rasa sakit dan kekuatan otot sekitar
patah tulang. Sebagai tambahan, terlihat tonjolan lengkungan tulang rusuk bawah, lebih
menonjol dari tonjolan pinggiran tulang panggul atas depan. Pada pemeriksaan tulang sewaktu
otopsi, tulang yang terkena osteoporosis ini rapuh seperti kulit telur. (Yatim, 2000)
3.3 Pengobatan
Prinsip pengobatan osteoporosis antara lain obat anti sakit, alat bantu, istirahat dan
kesabaran dokter maupun pasien karena penyembuhannya sangat pelan dan butuh waktu.
Mengenai istirahat, tidak berarti istirahat total, karena proses penyembuhan tulang justru
memerlukan tekanan berat badan dan gravitasi.
Pengobatan osteoporosis hingga saat ini masih jauh dari memuaskan. Sampai tahun1975,
belum ada cara pengobatan yang sempurna dan baru tahun 1981 para ahli mulai melakukan
penelitian-penelitian yang intensif untuk mendapatkan cara pengobatan yang baik. Pada
umumnya baik para dokter yang mengobati maupun pasien osteoporosis sendiri masih banyak
merasakan ketidak pastian apakah investasi pengobatan yang diberikan akan meningkatkan
massa tulang sehingga dapat mengurangi rasa nyeri dan kemungkinan terjadi fraktur berulang
kali.
Pengobatan osteoporosis untuk meningkatkan massa tulang tidak selalu diikuti dengan
perbaikan kekuatan mekanik tulang, terutama jika susunan trabikuler tulang sudah rusak. Dengan
demikian dalam penatapelaksaan osteoporosis, selain usaha pengobatan untuk memperbaiki
kelainan yang terjadi juga diperlukan tindakan pencegahan. (Lane,2001)
3.4 Penatalaksaan Osteoporosis
1.
10
Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling sering diberikan untuk penderita
osteoporosis. Kalsium membantu pertumbuhan tulang pada saat remaja untuk membantu
mencapai masa tulang.
3. Bisphosphonates
Kalsitonin adalah hormon yang beredar dalam tubuh yang diproduksi oleh kelenjar
thyroid sebagai tambahan dari hormon thyroid itu sendiri. Kalsitonin berfungsi untuk
mengurangi resorpsi tulang karena sel yang membentuk tulang, yang menghentikan proses
masa berkurangnya tulang.
5.
Vitamin D
Perawatan wanita paska menopause dengan terapi estrogen juga memerlukan kadar
vitamin D yang cukup tinggi. Kendala yang dialami karena proses penuaan, usus menjadi
kebal terhadap aksi vitamin D yang menyebabkan penyerapan kalsium berkurang.
6. Fluoride
Raloxifene menambah massa tulang dan mengurangi resiko kanker payudara akibat
esterogen.
Selain obat-obatan yang diberikan, pola makan dengan gizi seimbang juga dapat
membantu untuk proses pembentukan tulang. Berikut ini merupakan petunjuk pencernaan
pola makan dengan gizi seimbang :
a. Mengkonsumsi bervariasi makanan
11
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN (OSTEOPOROSIS)
4.1
sekunder pasien yang telah melakukan pemeriksaan pada tulang belakang pada tahun 2008 di
Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Siaga Raya yang beralamatkan di Jl. Siaga Raya Pejaten
Barat Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
4.2
Sampel
Sampel adalah total populasi. Sampel diambil dari populasi pasien yang berkunjung
Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur dengan kepadatan masssa tulang
2. Ada hubungan antara ras dengan kepadatan tulang
12
BAB V
PENGOLAHAN DATA DAN INTERPRETASI
5.1
Pengolahan Data
Data yang telah didapat dilakukan pemilihan dan pengelompokan dan dilakukan
analisis secara manual berdasarkan jenis kelamin, umur, ras dan indeks massa tubuh
pasien. Stelah diolah secara manual data di entry ke computer dengan menggunakan
perangkay lunak.
Langkah-langkah dalam pengolahan data dengan computer yaitu : (Gulo 2002)
1.
Editing data
Kegiatan ini dilakukan untuk meng-edit data yang diambil untuk melihat
apakah ada kesalahan dalam pengumpulan data tersebut sebelum masuk ke
2.
3.
computer.
Coding data
Setelah dilakukan editing, kemudian data diberikan kode agar dapat
mempermudah mengelompokan data.
Entry data
13
Data yang telah diberi kode, dimasukkan atau di-entry kedalam computer untuk
proses pengolahan data
4. Cleaning data
Stelah data dimasukkan ke dalam kompter, untuk melihat apakah terdapat
kesalahan peng-entry-an data dilakukan cleaning data untuk menghapus data
yang salah atau data rangkap.
Analisis data
Analisis data ini untuk menghasilkan suatu informasi yang dibutuhkan dan
5.
untuk melihat trend atau kecenderungan dari data pasien yang dikumpulkan.
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan hasil penulisan maka dapat diambil simpulan dan saran sebagai
berikut :
6.1 Simpulan
Adanya hubungan umur, ras,
kepadatan tulang
Diperoleh model terbaik dalam menentukan determinan kepadatan massa tulang
yaitu umur dan indeks massa tubuh merupakan variabel yang dominan yang
terhubung dengan kepadatan massa tulang.
Wanita lebih rentan mengalami osteoporosis dari pada laki-laki.
Osteoporosis dapat dibagi menjadi 2 yaitu, osteoporosis primer dan sekunder
Anak-anak dan remaja dapat juga mengalami osteoporosis
6.2 Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai jumlah sampel sehingga
hasil yang diperoleh lebih mewakili keadaan yang sebenarnya.
6.3 Manfaat
14
medis
menggunakan
apabila
terapi
sedang
steroid
menjalankan
serta
penyakit-penyakit
15
terapi,
terutama
yang
tertentu
yang
DAFTAR PUSTAKA
16