Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Dental


Radiografi pertama kali dikemukakan oleh Wilhelm Conrad Roentgen,
seorang professor fisika dari Universitas Wurzburg, Jerman pada November 1895.8,9
Pada Januari 1896, Dr. Otto Walkoff, seorang dokter gigi berkebangsaan Jerman
mencoba untuk membuat radiografi dental yang pertama. Pada percobaan pertama
Dr. Otto Walkoff menggunakan teknik bitewing sederhana dan memasukan lempeng
kaca fotografi yang di bungkus dengan kertas hitam kedalam mulutnya sendiri dan
kemudian diberi paparan sinar radiografi selama 25 menit.8-10
Perkembangan alat radiografi di bidang kedokteran gigi dimulai pada tahun
1913, dimana William D. Coolidge membuat sebuah tabung katoda sinar-x yang
berisi kawat pijar.8,11 Pada tahun 1923, miniatur yang lebih kecil dari versi yang
pertama dimunculkan dan kemudian berkembang hingga 1966 dimana pada tahun ini
muncul penggunaan sinar-x untuk intraoral dengan long beam yang digunakan
sampai saat ini. Pada tahun 1987, Francis Mouyen memperkenalkan radiografi digital
yang pertama dan kemudian berkembang menjadi cone-beam computed tomography
yang dapat menampilkan gambaran hasil radiografi dalam bentuk dua dimensi (2D)
ataupun tiga dimensi (3D) pada layar komputer.12
Radiografi dental merupakan sarana pemeriksaan untuk melihat manifetasi
oral di rongga mulut yang tidak dapat dilihat dari pemeriksaan klinis namun dapat
dengan jelas terlihat gambaran seperti perluasaan dari penyakit periodontal, karies
pada gigi serta kelainan patologis rongga mulut lainnya.7,11,13 Radiografi dental
menjadi pedoman untuk memaksimalkan hasil diagnosis yang terlihat dari
interpretasi gambar.1
Radiografi dental terbagi atas dua yaitu radiografi ekstraoral dan radiografi
intraoral.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Radiografi Ekstraoral


Radiografi ekstraoral adalah gambaran yang dihasilkan dari gigi geligi tetapi
fokusnya terletak pada rahang dan tengkorak. Sinar-x pada radiografi ekstraoral tidak
memberikan detail yang baik seperti pada radiografi intraoral. Hal ini mengakibatkan
radiografi ekstraoral tidak digunakan untuk mendeteksi masalah pada gigi secara
individual. Sebaliknya radiografi ekstraoral digunakan untuk melihat gigi yang
impaksi, memantau pertumbuhan dan perkembangan rahang dan hubungannya
dengan gigi, serta mengidentifikasi masalah antara gigi, rahang dan sendi
temporomandibular atau tulang wajah yang lain.14
Radiografi ekstraoral yang sering digunakan adalah radiografi panoramik.
Gambaran panoramik akan menampilkan daerah seluruh mulut termasuk gigi pada
rahang atas dan rahang bawah dalam satu film. Gambaran panoramik sering
digunakan untuk mendeteksi gigi impaksi, melihat gigi bercampur dan bantuan dalam
mendiagnosis tumor. Radiografi ekstraoral yang lain dan sering digunakan untuk
perawatan ortodontik adalah radiografi cephalometric.

Gambaran cephalometric

akan menunjukkan seluruh sisi kepala, gambaran gigi dan kaitannya dengan rahang
dan profil individu.11,14

Gambar 1. Gambaran radiografi panoramik (kiri) dan gambaran radiografi


cephalometric (kanan).14
2.3 Radiografi Intraoral
Radiografi intraoral adalah radiografi yang memberi gambaran kondisi gigi
dan jaringan sekitar secara detail. Gambaran radiografi intraoral diperoleh dengan

Universitas Sumatera Utara

cara menempatkan film ke dalam rongga mulut pasien dan kemudian dilakukan
penyinaran. Radiografi intraoral terbagi atas radiografi periapikal, interproksimal /
bitewing dan oklusal.3,14 Radiografi intraoral yang secara umum digunakan adalah
radiografi periapikal dan radiografi interproksimal/bitewing.12,15

2.3.1 Radiografi Periapikal


Radiografi periapikal merupakan jenis radiografi intraoral yang bertujuan
melihat keseluruhan makhota dan akar gigi (crown and root), tulang alveolar dan
jaringan sekitarnya.2,14,16
Radiografi periapikal memiliki beberapa kegunaan yaitu untuk mendeteksi
infeksi atau inflamasi periapikal, penilaian status periodontal, trauma yang
melibatkan gigi dan tulang alveolar, gigi yang tidak erupsi, keadaan dan letak gigi
yang tidak erupsi, penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi, perawatan endodontik,
penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal,
mengevaluasi kista radikular secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar
serta evaluasi pasca pemasangan implan.16,17
Ada dua teknik dalam pengambilan radiografi periapikal yaitu: teknik paralel
dan bisekting.15,18

2.3.1.1 Teknik Paralel


Teknik ini pada mulanya dikembangkan oleh Mc Cormack, telah dibuktikan
dan dipopulerkan oleh Fitzgerald. Teknik paralel dikenal juga sebagai extension cone
paralleling, right angle technique, long cone technique, true radiograph merupakan
teknik yang paling akurat dalam pembuatan radiografi intraoral.16 Hal ini disebabkan
karena pada teknik paralel pelaksanaan dan standarisasinya sangat mudah dengan
kualitas gambar yang dihasilkan bagus dan distorsinya kecil.2,14,15
Teknik paralel dicapai dengan menempatkan film sejajar dengan aksis
panjang gigi kemudian film holder diletakkan untuk menjaga agar film tetap sejajar
dengan aksis panjang gigi. Pemusatan sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan
film.14,19,20

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Teknik paralel.19


Teknik paralel bila dilakukan dengan benar akan menghasilkan gambar
dengan kualitas baik, validitas yang tinggi, akurasi linier dan dimensi yang tinggi
tanpa distorsi.11,18
Keuntungan dari teknik paralel adalah tanpa distorsi, gambar yang dihasilkan
sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, mempunyai validitas yang tinggi,
posisi relatif dari reseptor gambar sehingga berguna untuk beberapa pasien dengan
cacat .14,17
Kerugian dari teknik paralel adalah sulit dalam meletakkan film holder,
terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil, pemakaian film
holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga timbul rasa tidak nyaman pada pasien,
dan memposisikan film holder pada molar tiga bawah sangat sulit. 11,14,17
Sudut penyinaran teknik paralel pada gigi maksila:
1. Pada pengambilan gambar insisivus sentral maksila film ditempatkan pada
film holder dalam orientasi vertikal. Film ditempatkan pada daerah palatal sehingga
aksis panjang gigi sejajar dengan film.3,17 Jika jarak film terlalu dekat dengan gigi,
gambar akan terdistorsi. Sinar harus tegak lurus terhadap bidang film dan film harus
pada sudut 90o ke daerah interproksimal dari insisvus sentral maksila. Sentral dari
sinar-x dipusatkan pada ujung hidung. Gambaran radiografi yang akan diperoleh
adalah mesial, distal, dan apikal dari insisivus sentral maksila.8,12
2. Pada pengambilan gambar insisvus lateral maksila film ditempatkan pada
film holder dalam orientasi vertikal. Sudut penyinaran menggunakan sudut yang sama
pada insisvus sentral maksila. Film berpusat di belakang gigi insisivus lateral, tegak

Universitas Sumatera Utara

lurus dengan aksis panjang gigi insisivus lateral.3 Sentral dari sinar-x dipusatkan
ujung hidung. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial, distal dan
apikal insisvus lateral, insisivus sentral dan kaninus.8,12
3. Pada pengambilan gambar kaninus maksila film ditempatkan pada film
holder dalam orientasi vertikal. Kaninus ditempatkan di tengah film pada palatum.3
Pusat sinar-x tegak lurus terhadap film dan pada sudut yang tepat terhadap aksis
panjang gigi. Sentral dari sinar-x dipusatkan pada daerah sudut hidung atau alanasi.
Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial dan apikal kaninus.8,12
4. Pada pengambilan gambar premolar maksila film ditempatkan pada film
holder dalam orientasi horizontal. Kontak antara premolar pertama dan kedua
berpusat pada film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x
berada di bawah pupil mata. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah
mahkota dan apikal dari distal kaninus, premolar pertama, kedua dan molar pertama.
8,12

5. Pada pengambilan gambar molar maksila film ditempatkan pada film


holder dalam orientasi horizontal. Molar kedua terletak di tengah film dengan pusat
sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di bawah sudut luar mata
ke daerah tengah pipi. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mahkota dan
apikal dari molar pertama, kedua dan ketiga.8,12
Sudut penyinaran teknik paralel pada gigi mandibula:
1. Pada pengambilan gambar anterior mandibula film ditempatkan pada film
holder dalam orientasi vertikal. Gigi insisivus sentral mandibula terletak ditengah
film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di
bawah ujung hidung ke tengah dagu.8,12
2. Pada pengambilan gambar kaninus mandibula film ditempatkan pada film
holder dengan orientasi vertikal. Kaninus mandibula terletak ditengah film dengan
pusat sinar-x tegak lurus terhadap film.8,12
3. Pada pengambilan gambar premolar mandibula film ditempatkan pada film
holder dalam orientasi horizontal. Kontak antara premolar kedua dan molar pertama
berada ditengah film. Pusat sinar harus tegak lurus dengan aksis panjang gigi. Sentral

Universitas Sumatera Utara

dari sinar-x berada di daerah apikal dari gigi yang bersangkutan kira-kira satu cm di
atas basis mandibula. Film harus berisi gambaran radiografi dari distal kaninus
sampai mesial molar kedua, dengan kontak gigi premolar terbuka.8,12
4. Pada pengambilan gambar molar mandibula film ditempatkan pada film
holder dengan orientasi horizontal. Pusat sinar harus tegak lurus dengan aksis
panjang gigi. Sentral dari sinar-x berada di daerah apikal dari gigi yang bersangkutan
kira-kira satu cm di atas basis mandibula. Hati-hati dalam penempatan film karena
tepi yang tajam dapat menyebabkan ketidaknyamanan
sensitif.

pada dasar mulut yang

8,12

2.3.1.2 Teknik Bisekting


Teknik bisekting adalah teknik lain yang dapat dilakukan selain teknik paralel
dalam pengambilan film periapikal. Teknik bisekting biasa digunakan pada kasuskasus kelainan anatomi seperti torus palatinus besar, palatum sempit, dasar mulut
dangkal, frenulum pendek, lebar lengkung rahang yang sempit atau pada pasien anak
yang kurang kooperatif. Film diletakkan ke dalam rongga mulut dan diberikan blok
gigitan untuk menahan film.11,12
Teknik bisekting dicapai dengan menempatkan reseptor sedekat mungkin
dengan gigi dan meletakan film sepanjang permukaan lingual/ palatal pada gigi
kemudian sinar-x diarahkan tegak lurus (bentuk T) ke garis imajiner yang membagi
sudut yang dibentuk oleh aksis panjang gigi dan bidang film.14 Akan tetapi, teknik
bisekting menghasilkan gambar yang kurang optimal karena reseptor dan gigi tidak
berada secara vertikal dengan sinar-x.18 Teknik ini

memerlukan kepekaan dan

ketelitian operator. Jika sudut bisekting tidak benar, perpanjangan atau pemendekan
akan terjadi.12

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Teknik bisekting.19

Keuntungan dari teknik bisekting adalah teknik ini dapat digunakan tanpa film holder
dan posisi yang cukup nyaman bagi pasien.14,17
Kerugian dari teknik bisekting adalah distorsi mudah terjadi dan masalah
angulasi ( banyak angulasi yang harus diperhatikan ).14,17,21
Angulasi horizontal teknik bisekting pada daerah maksila dan mandibula
adalah insisivus sentral dan lateral dengan sudut penyinaran 0, kaninus dengan sudut
penyinaran 45sampai 65, premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama
dengan sudut penyinaran 70sampai 80, molar kedua dan ketiga dengan sudut
penyinaran 80sampai 90.14
Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah maksila adalah insisivus
sentral, insisivus lateral dan kaninus dengan sudut penyinaran +40 sampai +45,
premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran +30
sampai +35, molar kedua dan molar ketiga dengan sudut penyinaran +20 sampai
+25.3,14
Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah mandibula adalah insisivus
sentral, insisivus lateral dan kaninus dengan sudut penyinaran -15 sampai -20,
premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran -10,
molar kedua dan molar ketiga dengan sudut penyinaran -5 sampai 0 sampai +5.14
Panjang cone standar dengan ukuran delapan inci dapat digunakan dalam
teknik bisekting. Bila radiografer ingin menggunakan long cone maka panjang long

Universitas Sumatera Utara

cone yang digunakan berkisar dua belas sampai enam belas inci (12-16 inci).
Keuntungan memakai long cone dapat mengurangi citra pembesaran dan mengurangi
distorsi serta dapat memberikan gambaran anatomi dan panjang gigi yang lebih
akurat.11,12

2.3.2 Radiografi Interproksimal/ Bitewing


Teknik radiografi bitewing digunakan untuk memeriksa daerah interproksimal
gigi dan permukaan gigi yang meliputi mahkota dari maksila dan mandibula didaerah
interproksimal dan puncak alveolar dalam film yang sama.14 Pada teknik bitewing,
film ditempatkan sejajar dengan permukaan mahkota gigi maksila dan mandibula.
Kemudian pasien disuruh menggigit bitewing tab atau bitewing film holder dan sinarx diarahkan diantara kontak dari gigi dengan sudut vertikal +5 sampai +10.12,21,22
Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah
yang akan dilakukan pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa
digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara
horizontal biasa digunakan untuk melihat mahkota, puncak alveolar, kavitas dan
keberhasilan dari hasil perawatan.12
Keuntungan dati teknik bitewing adalah dengan satu film dapat dipakai untuk
memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah sekaligus.2

Gambar 4. bitewing tab , film holder untuk bitewing.12

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5. Gambar radiografi dengan teknik bitewing.12

2.4 Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral


Gambaran radiografi intraoral harus memiliki persyaratan yaitu memiliki
kontras, detail dan ketajaman foto radiografi harus baik, setiap struktur anatomi dapat
dibedakan dengan jelas, bentuk dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi
atau perubahan bentuk. Sehingga batas-batas daerah yang di curigai dapat dibedakan
dengan keadaan normal. Gambaran radiografi yang timbul akibat berbagai kesalahan
dalam pengambilan foto maupun karena prosessing film dapat menyulitkan dokter
gigi dalam menginterpretasikan kondisi dari struktur gigi sehingga dapat terjadi
diagnosis yang tidak tepat sehingga kemampuan, keterampilan dan ketelitian seorang
radiografer sangat menentukan kualitas dari hasil radiografi intraoral yang dihasilkan.
8,9

Menurut Olaf E. Langland, dkk kesalahan pembuatan radiografi intraoral


dapat terjadi karena kesalahan teknik, kesalahan pemaparan dan prosessing, dan
kesalahan film-handling.3

2.4.1 Kesalahan Teknik


A. Kesalahan Persiapan Pasien
1. Radiopaque Artifacts dapat diakibatkan karena kesalahan operator untuk
menginstruksikan pasien agar melepas pernak-pernik tubuh, perhiasan, dan kacamata.
Sebelum menempatkan setiap film dalam mulut pasien, operator juga harus meminta
pasien untuk melepaskan gigi palsu. Pelindung tiroid atau apron yang dipasang terlalu
tinggi atau longgar juga dapat tergambar pada hasil radiografi.3,19

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6. Gigi tiruan sebagian lepasan (kiri), cincin pada hidung (tengah),
pelindung tiroid (kanan).19
2. Gerakan pasien akan menghasilkan blurred image. Operator dalam
menjelaskan prosedur untuk pasien, perlu menekankan dan kemudian mengingatkan
pasien untuk tetap diam selama pemaparan dan menjaga gigitan pada biteblock
sampai pemotretan selesai.3
Pergerakan karena pasien dapat disebabkan oleh:
a. Ketidaknyamanan pasien
Ketidaknyamanan dapat diatasi dengan lembut menempatkan film dan
menginstruksikan pasien untuk menutup mulut dengan perlahan. Film ditempatkan
lebih ke arah garis tengah palatum pada maksila dan mengikuti lekukan lidah pada
mandibula akan membuat kondisi yang lebih nyaman bagi pasien.19
b. Sandaran kepala
Dukungungan kepala yang tidak nyaman bagi pasien dapat menimbulkan
gerakan ketika pengambilan foto dan hal ini dapat berdampak pada hasil foto yang
berbayang.
Dukungan kepala di kursi gigi sebaiknya ditempatkan terhadap lobus oksipital
bagian dasar dari bagian belakang kepala. Hal ini akan mendukung kepala selama
prosedur radiografi dan mengurangi kemungkinan gerakan. Untuk foto periapikal
mandibula dapat menginstruksikan pasien untuk meninggikan sedikit dagu hal ini
dapat meningkatkan visibilitas dasar mulut sehingga penempatan film dapat lebih
baik dan lidah dapat lebih santai.19

Universitas Sumatera Utara

c. Refleks muntah
Refleks muntah dapat dirangsang ketika film berkontak dengan palatum mole,
pangkal lidah, atau posterior dinding faring. Untuk menghindari refleks muntah
diperlukan kerja sama yang baik antara operator dan pasien sebelum film ditempatkan
di dalam mulut.19

B. Kesalahan dalam Meletakkan Film


1. Apice Cut-Off adalah

kesalahan yang terjadi ketika film tidak cukup

diposisikan ke apikal sehingga meninggalkan terlalu banyak film yang tersisa di atas
mahkota. Operator dapat memperbaiki hal ini dalam teknik paralel dengan posisi film
lebih ke apikal pada lengkung mandibula. Setidaknya 1/8 inci film harus terlihat di
atas atau di bawah akar dari gigi. Penanggulangannya: Bila menggunakan pemegang
reseptor, blok gigitan harus ditempatkan pada gigi yang menerima sinar-x dan bukan
pada gigi antagonisnya. Jika blok gigitan ditempatkan pada gigi yang berlawanan dan
pasien diwajibkan untuk menggigit reseptor ke tempatnya, kemungkinan besar akan
menyebabkan kesalahan penempatan. Menempatkan reseptor lebih lingual dari gigi
mandibula dan mengikuti lengkung palatum pada maksila akan membuat penempatan
lebih mudah dan lebih nyaman untuk pasien.3,19
2. Penempatan Film Terbalik
Penempatan film terbalik dalam mulut menyebabkan bukan film yang akan
terpapar sumber radiasi, melainkan lempengan timah. Sinar-x akan dilemahkan oleh
lempengan timah sebelum sampai pada film. Lempengan timah yang terpapar sinar-x
ini akan menghasilkan efek herringbone atau efek diamond akan muncul pada film
yang telah diproses. Kesalahan ini akan menghasilkan gambar yang terang dan
membingungkan saat proses identifikasi film. Kesalahan penempatan terbalik
mungkin akan berkurang dengan reseptor digital khususnya, sensor yang kaku atau
rigid. 19

Universitas Sumatera Utara

Gambar 7. Penempatan film terbalik.1,19

3. Dot Artifacts
Film mengidentifikasi titik yang menghasilkan artefak lingkaran radiolusen
(gelap) setelah film selesai. Dot artifacts ini dapat mengganggu interpretasi pada
daerah apikal gigi. Oleh karena itu, film harus ditempatkan ke arah koronal (oklusal)
gigi saat mengambil radiografi periapikal.3

Gambar 8. Dot artifacts pada


Akar gigi insisivus
sentral.3
4. Bidang oklusal miring
Ketika film tidak tegak lurus dengan bidang oklusal, bidang oklusal akan
tampak miring atau diagonal. Ketika pengambilan gambar radiografi bitewing, tepi
atas film mungkin berkontak dengan gingival dibagian palatal atau palatum yang
lengkung sehingga bidang oklusal akan terlihat miring. Film harus ditempatkan tegak
lurus dengan bidang oklusal ini. Titik datang sinar pada film yang ditempatkan di
radiografi periapikal perlu diperhatikan. Sebaiknya menempatkan titik pusat sinar-x
di bagian koronal gambar sehingga tidak mengganggu interpretasi struktur apikal.19

Universitas Sumatera Utara

Gambar 9. Bidang oklusal yang


miring. 19
5. Daerah spesifik tidak tertutupi
Ini adalah hasil dari tidak menempatkan film menutupi semua gigi di daerah
tertentu. Kepatuhan terhadap pedoman penempatan film yang ditentukan akan
membantu operator dalam menghindari kesalahan ini. Untuk meminimalkan
kesalahan posisi ini, pedoman yang harus diikuti, yaitu: permukaan distal dari
kaninus harus terlihat dalam pandangan premolar dan molar ketiga atau daerah
retromolar/ tuberositas dari gigi harus dilihat dalam pandangan molar.3
6. Artefak pada lidah
Untuk menghindari artefak pada lidah film harus diposisikan di belakang gigi
tanpa gangguan oleh lidah. Jika tidak, lidah akan tercatat pada film dan film yang
dihasilkan akan mengganggu interpretasi radiografi.3

C. Kesalahan Angulasi Horizontal (Overlapping)


Ketika menggunakan film holder, kesalahan angulasi horizontal dapat terjadi
karena penempatan film secara horizontal yang tidak tepat. Angulasi horizontal yang
tepat dari sinar-x akan menghasilkan gambaran ruang interproksimal sehingga dapat
mengevaluasi karies dan penilaian kehilangan tulang secara menyeluruh. Sinar-x
harus ditujukan langsung pada permukaan gigi yang ditargetkan agar dapat melihat
permukaan interproksimal gigi. Kesalahan angulasi horizontal menyebabkan gambar
radiografi bergeser ke kanan atu ke kiri sehingga permukaan interproksimal menjadi
terlihat tumpang tindih. Gambaran yang terlihat tumpang tindih menyebabkan bagian
proksimal tidak dapat diinterpretasikan.16

Universitas Sumatera Utara

Untuk menilai kesalahan angulasi horizontal dapat dilihat dari sejauh mana
tumpang tindih yang terjadi. Aturan objek bukal dapat digunakan untuk menunjukkan
cups bukal dan lingual untuk menghindari kesalahan angulasi horizontal. Untuk
menghindari kesalahan angulasi horizontal sinar-x harus melewati gigi dimana kontak
antar gigi harus terbuka. Kesalahan angulasi horizontal dapat dihindari dengan
menempatkan film sejajar dengan gigi sehingga sinar-x dapat langsung melewati
kontak bidang. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan film dan bagian bukal
gigi sejajar terhadap kolimator.3,19

Gambar 10. Gambaran radiografi dengan


kesalahan angulasi horizontal
sehingga bagian interproksimal
terlihat saling bertindih. 19
D. Kesalahan Bentuk Distorsi
Kesalahan ini disebabkan oleh angulasi vertikal yang tidak tepat dari
penempatan film.1,3
1. Elongasi atau perpanjangan gambaran gigi dan jaringan sekitar. Elongasi
disebabkan angulasi vertikal yang terlalu kecil.1 Kesalahan angulasi vertikal yang
terjadi pada teknik paralel mengakibatkan gambar bergeser dalam dimensi vertikal
(atas atau bawah) pada film sehingga terjadi pemanjangan atau pemendekan
gambaran gigi. Untuk menghindari terjadi elongasi operator harus meningkatkan
angulasi vertikal. Angulasi positif pada maksila harus ditingkatkan dengan
mengarahkan cone ke bawah dan angulasi negatif pada mandibula harus ditingkatkan
dengan mengarahkan cone ke atas. Elongasi yang terjadi pada teknik bisekting

Universitas Sumatera Utara

disebabkan oleh sinar-x yang tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi dibandingkan
dengan sudut antara gigi dan film.3,19

Gambar 11. Elongasi.19


2. Foreshortening atau pemendekan gambaran gigi dan

jaringan sekitar.

Foreshortening disebabkan karena kesalahan angulasi vertikal. Pemendekan adalah


hasil dari angulasi yang terlalu besar dari sinar-x.1 Untuk memperbaiki
foreshortening ketika menggunakan teknik paralel operator harus menurunkuan
angulasi vertikal pada maksila dan menurunkan angulasi vertikal pada mandibula.3,19

Gambar 12. Foreshortening.19


3. Distorsi Film.
Gambar memanjang dan distorsi, dapat terjadi jika pasien memberikan terlalu
banyak tekanan menggigit pada biteblock. Kesalahan ini dapat dihindari dengan
menjaga film kontak dengan biteblock untuk dukungan atau menginstruksikan pasien
untuk mengurangi menggigit terlalu kuat.3

Universitas Sumatera Utara

Gambar 13. Film distorsi. 3


E. Kesalahan Cone-Cutting
Pusat sinar-x yang datang melalui kolimator atau cone harus selaras melewati
film dengan cara sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap film. Ketika keselarasan ini
tidak diperhatikan, cone-cutting dapat terjadi. Cone-cutting terlihat sebagai zona
bening pada radiografi setelah diproses, karena kurangnya paparan sinar-x pada
daerah yang terpotong. Bentuk cone-cutting tergantung pada jenis kolimator yang
digunakan ketika memapar film. Apabila kolimator lingkaran atau cone bulat yang
digunakan, cone-cuting akan berbentuk melengkung. Cone-cutting persegi akan
terjadi bila menggunakan kolimator yang berbentuk persegi panjang.1,3

Gambar 14. Cone-cutting dengan kolimator berbentuk lingkaran


(kiri),cone-cutting dengan kolimator persegi (kanan).1
2.4.2 Kesalahan Pemaparan dan Prosessing
Pemaparan yang berlebih ataupun yang kurang dapat menimbulkan gambar
yang tidak akurat. Beberapa kesalahan akibat pemaparan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Blank Film, No Image.


Sebuah film yang tidak menerima radiasi tidak akan memiliki gambar. Hal ini
dapat terjadi dalam beberapa cara yaitu: operator telah benar-benar gagal untuk
menyelaraskan BID sinar-x dengan film atau operator mungkin tidak menekan
tombol pengatur waktu dengan baik untuk mengaktifkan eksposur.3
b. Paparan Ganda
Paparan ganda dapat terjadi pada saat pemaparan apabila operator tanpa sadar
menekan tombol sebanyak dua kali. Hasil dari paparan ganda mengakibatkan
gambaran objek berlapis atau bertindih satu sama lain. Dampak lain dari paparan
ganda adalah paparan radiasi yang diterima pasien meningkat.1,19

Gambar 15. Gambaran radiografi


terlihat berlapis akibat
paparan ganda.1
Setelah film di expose, tindakan selanjutnya adalah prosessing film.
Prosessing film adalah suatu cara untuk menghasilkan gambar dalam pembuatan foto
roentgen dengan menggunakan cairan kimia tertentu. Tahap prosessing ini sangat
penting untuk menghasilkan kualitas gambar yang baik, walaupun teknik penempatan
film sudah benar, pasien koperatif, mesin sinar-x dengan kualitas terbaik, namun jika
pengetahuan operator kurang tentang teknik prosessing, bahan kimiawi dan prosedur
kerjanya, maka kemungkinan kegagalan radiografik pada waktu prosessing dapat
terjadi. Beberapa kesalahan akibat prosessing film adalah:
a. High density film image atau gambaran radiografi yang terlihat gelap
(dark radiograph). High density film image dapat disebabkan oleh larutan developer
yang terlalu tinggi sedangkan waktu developingnya tidak disesuaikan , kosentrasi

Universitas Sumatera Utara

larutan developer yang terlalu pekat, larutan developer terkontaminasi dengan larutan
fixer, perendaman dalam larutan developer terlalu lama dan kesalahan dalam
penyinaran, miliamper dan voltase yang tinggi.3,19

Gambar 16. High density film


image.14
Penanggulangannya :
1. Periksa peralatan yang anda gunakan untuk development film
( kemungkinan adanya kerusakan unit).
2. Periksa suhu larutan developer, semakin tinggi suhu larutan developer
semakin lambat prosesnya.
3. Perhatikan waktu, saat film berada dalam larutan developer.
4. Larutan developer yang terkontaminasi larutan fixer harus ganti dengan yang
baru.
5. Perhatikan posisi tanki larutan developer dengan tanki larutan fixer mungkin
terlalu dekat.

b. Low density film image atau gambaran radiografi yang terlihat terang (light
radiograph). Low density film image dapat disebabkan perendaman pada larutan
developer yang terlalu cepat atau underdeveloper dan larutan developer yang terlalu
dingin.3,14

Universitas Sumatera Utara

Gambar 17.Low density film


image.14
c. Partial Image
Partial image adalah gambaran radiografi yang hanya terlihat sebagian
gambaran.2 Partial image dapat menimbulkan gambaran radiografi yang terlihat putih
atau hitam pada pinggir film. Partial image dibedakan menjadi dua berdasarkan
gambaran yang dihasilkan, yaitu:
Partial white image adalah gambaran yang terlihat putih pada bagian
pinggir film. Keadaan ini dapat diakibatkan sebagian film tidak tenggelam dalam
larutan developer.3,14

Gambar 18. Partial white image.14


Partial dark image adalah gambar yang terlihat hitam dipinggir film.
Keadaan ini dapat diakibatkan karena sebagian film tidak tenggelam dalam larutan
fixer.3,14

Universitas Sumatera Utara

Gambar 19. Partial dark image.14


d. Black Artifacts
Kontaminasi permukaan film radiografi sebelum pencelupan ke dalam larutan
developer dapat menghasilkan artefak setelah radiografi selesai. Kontaminasi yang
menyebabkan artefak hitam termasuk bahan kimia developer, kelembaban (air liur),
fluoride stannous, kebocoran cahaya dalam paket film dan overlapping film selama
pemrosesan. Tangan operator, dan paket film yang bekerja harus bersih dan kering.3

Gambar 20. Terlihat artefak hitam.3


e. White artifacts
Gambar terlihat artefak putih pada film, disebabkan oleh larutan fixer yang
kontak dengan film sebelum film diproses, gelembung udara yang melekat pada
permukaan film.3,14

Universitas Sumatera Utara

Gambar 21. Terlihat artefak putih


pada film.3
Penanggulangannya :
1. Untuk mengatasi masalah pada gelembung udara dengan cara gantung film
dekat pinggir tanki tanpa menyentuh pinggirnya, atau posisikan film dengan
cara naik dan turun saat didalam larutan deveplover.
2. Hindari posisi film tersentuh film yang lain atau pinggir tanki, hal ini akan
menghasilkan noda putih film.
3. Hindari film berkontak dengan larutan fixer sebelum film diproses.
f. Stain
Stain atau gambaran kecoklatan yang disebabkan oleh penggunaan larutan fixer
yang sudah lama dan proses washing yang tidak sempurna. Sedangkan noda yang
berwarna coklat dapat disebabkan karena proses fixing yang terlalu cepat atau kurang
sempurna dan washing yang tidak sempurna.3,14,19

Gambar 22. Stain.14

Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Kesalahan Film-Handling


a. Pressure Marks
Menulis pada paket film dengan ballpoint atau tekanan dari incisal edge gigi
(terjadi terutama di radiografi oklusal pediatrik) akan menghasilkan tanda pada saat
radiografi selesai.3

Gambar 23. Pressure Marks.3


b. Static electricity
Static electricity adalah gambaran menyerupai ranting pohon berwarna hitam
yang dapat ditafsirkan sebagai fraktur tulang. Keadaan ini dapat diakibatkan cara
mengeluarkan film dari pembungkus secara kasar.3,14
Penanggulangan :
1. Lepaskan pelindung film secara perlahan-lahan.
2. Memeperhatikan kelembaban udara, jangan terlalu cepat membuka film dalam
keadaan ruangan yang kering hal ini dapat menyebabkan terjadinya static
electricity pada film.
3. Hindari penggunaan seragam yang terbuat dari bahan sintetil yang dapat
menyebabkan statik pada film.14

Gambar 24.Static electricity.14

Universitas Sumatera Utara

c. Garis putih
Garis putih disebabkan oleh scratches film. Keadaan ini dapat diakibatkan
lepasnya soft emulsi film dari film oleh benda yang tajam. 14

Gambar 25.Garis putih.14

Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Teori

Radiografi Dental

Ekstraoral

Intraoral

Kesalahan Radiografi Intraoral

Kesalahan
Teknik

Kesalahan
Prosessing

Kesalahan
Penanganan Film

Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konsep

Radiografi
Intraoral

Kesalahan Radiografi Intraoral

Kesalahan
Teknik

Kesalahan
Prosessing

Kesalahan
Penanganan Film

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai