STATUS PASIEN
3.1 Identifikasi
Nama
: Ny. AR
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku Bangsa
: Palembang
Pendidikan
: SMA
Status Pernikahan
: Sudah Menikah
Pekerjaan
: IRT
Rec Med
: 909984
3.2 Anamnesis
3.2.1 Anamnesis Umum
Keluhan Utama
Hamil kurang bulan dengan riwayat keluar air-air dan anak
kembar
3.2.2
3.2.3
3.2.4
Riwayat Gizi
Nafsu makan baik dan tidak ada gangguan pada miksi maupun
defekasi
3.2.5
Riwayat Perkawinan
Menikah 1x, lama 9 tahun
3.2.6
Riwayat Reproduksi
- Menarche
: 13 tahun
- Siklus haid
: 28 hari, teratur
- Lama
: 5 hari
- Banyaknya
: 3x ganti pembalut
-
3.2.7
HPHT
TP
: Lupa
:-
Riwayat Obstetri
G4P3A0
Jenis
Nifa
Bersali
Kehamila
Persalinan
Sex
1.
n
SpOg
n
aterm
Baik
Perempua
390
Seha
0 gr
2008
Pervagina
m
Anak
BB
KU
2.
Bidan
2010
aterm
Pervagina
Baik
m
3.
Bidan
2013
aterm
Pervagina
m
4.
Baik
Perempua
330
Seha
0 gr
Perempua
370
Seha
Hamil
ini
3.2.8
a. Usia kehamilan
b. Gerakan anak dirasakan
c. Periksa kehamilan
: 32 minggu
: Sejak usia 5 bulan
: Setiap bulan sekali di bidan.
: sakit sedang
: compos mentis
: baik
: 120/80 mmHg
: 82x/menit
: 22 x
: 36,7C
: 56 kg
: 156 cm
: 23,01
Status Spesifik
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Pemeriksaan Obstetri
- Pemeriksaan Luar
FUT 4 jari bawah processus xyphoideus ( 37cm), memanjang,
punggung kanan-punggung kiri, kepala-bokong, 4/5, his 2x/10
menit/20 detik, DJJ I 153x/menit, DJJ II 160x/menit, TBJ 3849
gram
-
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo: portio livid, oue terbuka, flour (-), fluxus (+),
lakmus test (+) merah -biru, E/L/P (-)
VT: Portio lunak, medial, EFF 100%, 3cm, ketuban (-), jernih,
bau (-), kepala Hodge I-II, UUK kiri depan
3.5 Tatalaksana
Tindakan pertama kali ibu datang (03-09-2015):
IVFD RL xx gtt/menit
3.6 Prognosis
Ibu: Dubia ad bonam
Janin: Dubia ad bonam
3.7 Resume Laporan Persalinan
Indikasi operasi
: Kala II
Jenis operasi
: Partus Pervaginam
Bayi pertama
Tanggal
Kelahiran
44cm, A/S 8/9, Plasenta lahir lengkap BP 600 g, PTP 40cm, uk. 21x22cm,
Komplikasi
: tidak ada
Bayi kedua
Tanggal
Kelahiran
cm, A/S 8/9, Plasenta lahir lengkap BP 590 g, PTP 38cm, uk. 20x21cm,
Komplikasi
: tidak ada
TD: 110/80mmHg
RR: 20 x/menit
Sens: cm
Nadi: 80x/menit
T: 36.5C
St.obstetri
PL : FUT 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan aktif
(-), vulva tenang, lokia rubra (+)
A/ P4A0 post partum lahir spontan preterm neonatus hidup, I
perempuan, 2100 gram/ 44 cm A/S 8/9 PTAGA, II laki-laki 1900 gram /
43 cm A/S 8/9 PTAGA
P/
ASI on demand
Mobilisasi dini
Diet biasa
Obat-obatan:
o Cefadroxil 2 x 500 mg tab
o As. Mefenamat 3 x 500 mg tab
o Neurodex 2 x 1 tab
Konseling KB
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan Pre-Term
2.1.1 Definisi
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan 20-37 minggu.1,2
2.1.2 Epidemiologi
Persalinan preterm memiliki insidensi kasus yang cukup tinggi
dimana hampir selalu ada untuk 1 dari 10 persalinan dan menyebabkan
sedikitnya 75% kematian neonatus, termasuk dengan kasus malformasi
kongenital. Di negara berkembang, insidensi terjadinya persalinan
preterm sekitar 7% dari seluruh persalinan. Persalinan preterm
merupakan hal yang berbahaya karena berpotensial meningkatkan
kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan
berat badan lahir rendah. Berat badan lahir rendah dapat disebabkan
oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin terhambat.2
2.1.3 Etiologi dan faktor presdisposisi
Persalinan preterm sering kali tidak diketahui, ada beberapa
kondisi yang mendorong terjadinya persalinan preterm diantaranya3:
1. Hipertensi
2. Pertumbuhan janin terhambat
Merupakan indikasi kehamilan harus segera diakhiri, karena
pemasokan oksigen dan nutrisi tidak adekuat sehingga dapat
menyebabkan janin dalam kondisi gawat janin.
3. Solusio plasenta
Terlepasnya
plasenta
akan
merangsang
untuk
terjadinya
Faktor presdisposisi1
2.1.4 Diagnosis1
a. Usia kehamilan <37 minggu
b. Terjadi kontraksi 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam 60
menit
c. Pembukaan serviks 2 cm
2.1.5 Tatalaksana1,2,3,4
Tatalaksana Umum
Tatalaksana utama mencakup pemberian tokolitik, kortikosteroid, dan
antibiotika
profilaksis.
Namun,
beberapa
kasus
memerlukan
penyesuaian
Talaksana Khusus
Jika ditemui salah satu dari keadaan berikut ini, tokolitik tidak
perlu diberikan dan bayi dilahirkan secara pervaginam dan
perabdominam sesuai kondisi kehamilan:
Usia kehamilan di bawah 24 dan di atas 34 minggu
Pembukaan > 3 cm
aktif
- Tidak ada gawan janin
Obat-obat tokolitik yang digunakan adalah:
- Nifedipine 3x10mg per oral
- Terbutalin sulfat 1000g atau 2 ampul dalam 500 ml larutan
NaCL 0,9% 10 tetes/menit lalu dinaikkan 5 tetes tiap 15 menit
-
Kontraksi
4
Tidak ada
kontraksi
Ireguler
Reguler
Kontraksi lemah
Utuh
Kemungkinan
Kemungkinan
Kemungkinan
pecah
pecah rendah
Ketuban
Perdarahan
Tidak ada
perdarahan
Spotting
Ada sedikit
Lebih banyak
1 cm
2 cm
3 cm
Pembukaan
4 cm
dengan
pemberian
tokolitik
dan
dianggap
merupakan kontraindikasi.
pilihannya:
- Deksametason 6 mg /12 jam IM
- Betametason 12 mg/24 jam IM
Antibiotik profilaksis diberikan sampai bayi lahir, pilihan antibiotik
yang rutin diberikan pada persalinan preterm adalah spectrum luas
- Ampisilin 2 g/6 jam i.v
- Ceftriakson 1 g/12jam i.v
- Eritromisin 4x400 mg per oral dapat diberikan pada persalinan
preterm dengan ketuban pecah dini.
2.2
Prematuritas
2.2.1 Definisi1
Prematuritas didefinisikan sebagai kelahiran dengan masa gestasi
kurang dari 37 minggu. Bayi normal dilahirkan pada usia kehamilan 37-42
minggu dengan berat badan lahir 2500-4000 gram.
2.2.2 Epidemiologi1,3,4,5
Prematuritas dihasilkan dari persalinan preterm, pada persalinan ini
seringkali bayi premature memiliki berat badan lahir rendah dan
mengalami
gangguan
tumbuh
kembang
organ-organ
vital
yang
10
plasenta
previa,
kehamilan
gemeli,
kelainan
uterus,
Prematuritas murni
Masa gestasi < 37 minggu dan berat badan sesuai untuk masa
kehamilan disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK)
b.
Masa gestasi <37 minggu dengan berat badan lahir kurang dari
normal menurut masa kehamilan disebut neonates kurang bulan
c.
11
2.2.4 Karakteristik4,5,6,7,11
Karakteristik bayi premature antara lain:
1. Berat badan < 2500 gr, panjang 45cm, lingkar kepala 33cm
2. Masa gestasi < 37 minggu
3. Kulit tipis dan transparan
4. Kepala lebih besar dari badan
5. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan
6. Lemak subkutan kurang
7. Ubun-ubun dan sutura lebar
8. Rambut tipis dan halus
9. Tulang rawan dan telinga masih imatur
10. Puting susu belum terbentuk dengan baik
11. Genitalia belum sempurna, labia mayor belum menutupi labia
minor (pada perempuan) dan testis belum turun (pada laki-laki)
12. Pergerakan kurang dan lemah
13. Otot masih hipotonik
14. Refleks menghisap dan menelan masih belum sempurna
2.2.5 Permasalahan Fisik Bayi Prematur11,12
Terdapat beberapa masalah yang terjadi pada bayi premature,
antara lain:
1. Ketidakstabilan suhu
Bayi premature memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu
tubuh akibat terjadinya peningkatan kehilangan panas, kurangnya
lemak subkutan, rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan
besar dan produksi panas yang tidak memadai
2. Kesulitan bernafas
Hal ini terjadi karena adanya defisiensi surfaktan paru yang dapat
berujung pada sindrom gawat nafas, risiko aspirasi akibat reflex
menelan dan reflex batuk yang buruk, pengisapan dan menelan
yang tidak terkoordinasi dengan baik.
3. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Motilitas usus menurun, pengosongan lambung yang lambat,
absorbs vitamin larut lemak berkurang, defisiensi enzim lactase
12
Mencegah hipotermi
Jaga suhu ruang temoat melahirkan agar tidak kurang dari 25C
Keringkan bayi dan jauhkan handuk yang basah
Letakkan pada dada ibu untuk siap melakukan IMD
Periksa nafas dan denyut jantung bayi
Pakaikan bayi topi dan kaos kaki
Bungkus bayi dengan plastik
Lakukan IMD satu jam pertama kelahiran
Untuk menghangatkan bayi, perawatan metode kanguru dapat
dilakukan
Pemberian vitamin K
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian
Timbang bayi setiap hari, hitung penambahan/pengurangan
berat, sesuaikan pemberian cairan/susu
13
Factor keturunan
Paritas
14
Kembar monozigotik atau identik, muncul dari suatu ovum tunggal yang
dibuahi yang kemudian membagi menjadi dua struktur yang sama, masing-masing
dengan potensi untuk berkembang menjadi suatu individu yang terpisah.
Hasil akhir dari proses pengembaran monozigotik tergantung pada
kapan pembelahan terjadi, dengan uraian sebagai berikut:
-
monochorionik
Apabila terjadi sekitar 8 hari setelah pembuahan dimana amnion telah
terbentuk,maka pembelahan akan menimbulkan dua embrio dengan kantong
2. Kembar Dizigot
Dizigotik, atau fraternal, kembar yang ditimbulkan dari dua ovum yang
terpisah. Kembar dizigotik terjadi dua kali lebih sering daripada kembar
monozigotik dan insidennya dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain
yaitu ras, riwayat keluarga, usia maternal, paritas, nutrisi dan terapi
infertilitas.1,3
2.3.4 Patofisiologi 1, 2
15
16
Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta
pemindahan banyak visera abdominal selain juga paru dengan peninggian
diaphragma. Ukuran dan berat dari uterus yang sangat besar dapat menghalangi
keberadaan wanita untuk lebih sekedar duduk.1, 2
Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi ginjal
maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya
sebagai akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urin output
maternal dengan segera kembali ke normal setelah persalinan. Dalam kasus
hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat dilakukan untuk memberikan
perbaikan
bagi
ibu
dan
diharapkan
untuk
memungkinkan
kehamilan
dilanjutkan.1
Berbagai macam stress kehamilan serta kemungkinan-kemungkinan dari
komplikasi-komplikasi maternal yang serius hampir tanpa kecuali akan lebih
besar pada kehamilan kembar.
17
menit.
2.3.6 Diagnosis 1
Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan dengan berhubungan
dengan dugaan kehamilan ganda, yaitu :
a. Anamnesis
Anamnesis yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis kehamilan
kembar adalah riwayat adanya keturunan kembar dalam keluarga, telah
mendapat pengobatan infertilitas, adanya uterus yang cepat membesar:
fundus uteri > 4 cm dari amenorea, gerakan anak yang terlalu ramai dan
adanya penambahan berat badan ibu menyolok yang tidak disebabkan
obesitas atau edema.
b. Gejala klinik
Adanya cairan amnion yang berlebihan dan renggangan dinding perut
menyebabkan diagnosis dengan palpasi menjadi sukar. Lebih kurang 50 %
diagnosis kehamilan ganda dibuat secara tepat jika berat satu janin kurang
dari 2500 gram, dan 75 % jika berat badan satu janin lebih dari 2500 gram.
Untuk menghindari kesalahan diagnosis, kehamilan ganda perlu dipikirkan
bila dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal berikut; besarnya uterus
melebihi
lamanya
amenorea,
uterus
tumbuh
lebih
cepat
dari
kehamilan normal, banyak bagian kecil teraba, teraba tiga bagian besar,
dan teraba dua balotemen, serta terdengar 2 DJJ dengan perbedaan 10 atau
lebih.
c. Pemeriksaan USG
18
Hidramnion
Molahidatidosa
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin pada kehamilan kembar lebih besar
dibandingkan kehamilan tunggal. Angka kematian perinatal pada kehamilan
kembar cukup tinggi, dengan kembar monozigotik 2,5 kali angka kematian
kembar dizigotik. Resiko terjadinya abortus pada salah satu fetus atau keduanya
tinggi. Pada trisemester pertama kehamilan reabsorbsi satu janin atau keduanya
kemungkinan terjadi.1
19
1. Ibu
a. Anemia
b. Hipertensi
c. Partus premeturus
d. Atonia uteri
e. Perdarahan pasca persalinan
2. Bayi
a. Hidramnion
b. Malpresentasi
c. Plasenta previa, solusio plasenta
e. Ketuban pecah dini
f. Prolapsus funikuli
g. Pertumbuhan janin terhambat\
h. Kelainan bawaan
i. Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat
20
21
3. Durasi Kehamilan.
Pada saat jumlah dari janin meningkat, durasi dari kehamilan menurun.
Kira-kira separuh dari kembar dilahirkan pada 36 minggu atau kurang dan
persalinan sebelum genap bulan merupakan alasan utama untuk peningkatan
resiko morbiditas dan mortalitas neonatal pada kembar. Pembatasan
pertumbuhan serta morbiditas yang berhubungan, meningkat secara bermakna
pada kembar yang dilahirkan antara minggu ke 39 dan 41 dibandingkan
22
Kebutuhan kalori, protein, mineral, vitamin dan asam lemak esential harus
cukup oleh karena kebutuhan yang meningkat pada kehamilan kembar.
Kebutuhan kalori harus ditingkatkan sebesar 300 kalori perhari. Pemberian 60
sampai 100 mg zat besi perhari, dan 1 mg asam folat diberikan untuk
menambah zat gizi lain yang telah diberikan. Pemeriksaan ultrasonografi
dilakukan untuk mengetahui adanya diskordansi pada kedua janin pengukuran
lingkar perut merupakan indikator yang sensitif dalam menentukan
diskordansi.
23
24
antara 24 dan 35 minggu serta menemukan bahwa ketuban pecah dini tidak
berkaitan dengan pematangan paru yang lebih cepat.
-
34
minggu
jika
tidak
ditemukan
tanda-tanda
25
Vermillion dkk (2000) dalam sebuah analisis terhadap 453 bayi, menetapkan
bahwa sepsis neonatorum awitan dini, korioamnionitis dan kematian
neonatal secara signifikan berhubungan dengan pemberian betametason
dosis multipel pada ibu. Thorp (2000) dan Guinn (2001) dkk melakukan
percobaan prospektif besar dan tidak menemukan manfaat pada pemberian
steroid berulang. Dilaporkan terdapat penurunan lingkar kepala yang
signifikan pada bayi-bayi yang terpajan steroid.
Tokolitik 1, 2, 3
Tokolitik berguna untuk mengurangi kontraksi uterus dan menahan pembukaan
serviks. Pada pemberian tokolitik, pasien harus dirawat di rumah sakit untuk
observasi dan tirah baring. Pemberian tokolitik yang dianjurkan meliputi5:
a Nifedipine 10 mg, diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya
hanya diperlukan 20 mg, dan dosis perawatan 3 x 10mg.
b. B-mimetik : terbutalin atau salbutamol.
26
Penanganan Persalinan
Persiapan perawatan bayi prematur dan keadaan kemungkinan perdarahan
postpartum harus tersedia dalam pertolongan persalinan kembar. Kala I
diperlakukan seperti biasa bila janin letak memanjang. Episiotomi mediolateral
dilakukan untuk mengurangi trauma kepala pada janin prematur. Setelah janin
pertama lahir, presentasi janin kedua, dan taksiran berat janin harus segera
ditentukan dengan pemeriksaan bimanual. Biasanya dalam 10 sampai 15 menit
his akan kuat lagi, bila his tidak timbul dalam 10 menit diberikan 10 unit oksitosin
yang diencerkan dalam infus untuk menstimulasi aktifitas miometrium. Apabila
janin kedua letak memanjang, tindakan selanjutnya adalah melakukan pecah
ketuban dengan mengalirkan ketuban secara perlahan-lahan. Penderita dianjurkan
mengejan atau dilakukan tekanan terkendali pada fundus agar bagian bawah janin
masuk dalam panggul, dan pimpinan persalinan kedua seperti biasa.1
Apabila janin kedua letak lintang dengan denyut jantung janin dalam
keadaan baik, tindakan versi luar intrapartum merupakan pilihan. Setelah bagian
presentasi terfiksasi pada pintu atas panggul, selaput ketuban dipecah selanjutnya
dipimpin seperti biasanya. Bila janin kedua letak lintang atau terjadi prolap tali
pusat dan terjadi solusio plasenta tindakan obsterik harus segera dilakukan, yaitu
dengan dilakukan versi ekstraksi pada letak lintang dan ekstraksi vakum atau
forseps padaletak kepala.1
Seksiosesarea dilakukan bila janin pertama letak lintang, terjadi prolap tali
pusat, plasenta previa pada kehamilan kembar atau janin pertama presentasi
bokong dan janin kedua presentasi kepala, dikhawatirkan terjadi interloking dalam
perjalanan persalinannya. Sebaiknya pada pertolongan persalinan kembar
dipasang infus profilaksis untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
27
perdarahan post partumnya. Pada kala empat diberikan sintikan 10 unit sintosinon
ditambah 0,2 mg methergin intravena.1
28
Bayi II
Segera setelah kelahiran bayi I
1. Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan adanya bayi selanjutnya
2. Bila letak lintang lakukan versi luar
3. Periksa DJJ
4. Lakukan pemeriksaan vaginal untuk : adanya prolaps funikuli, ketuban
pecah
atau intak, presentasi bayi.
Bila presentasi verteks
1. Bila kepala belum masuk, masukan pada PAP secara manual
2. Ketuban dipecah
3. Periksa DJJ
4. Bila tak timbul konteraksi dalam 10 menit, tetesan oksitosin dipercepat
sampai
his adekuat
5. Bila 30 menit bayi belum lahir lakukan tindakan menurut persyaratan yang
ada (vakum, forceps, seksio)
29
2.3.10 Prognosis 2
Pada kehamilan kembar akan meningkatkan komplikasi baik pada ibu
maupun janin.
30
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien wanita usia 30 tahun, G4P3A0 hamil 32 minggu datang
dengan keluhan keluar air-air jernih, tidak bau, banyaknya 1 kali ganti kain
1 jam SMRS. Riwayat keluar darah bercampur lendir tidak ada, riwayat
perut mulas yang menjalar ke pinggang makin sering dan kuat tidak ada,
riwayat post coitus ada, riwayat perut diurut-urut ada. Penderita mengaku
hamil kurang bulan dengan anak kembar dan gerakan janin masih
dirasakan. Riwayat trauma disangkal, riwayat minum obat atau jamu
peruntuh disangkal, riwayat keputihan yang lama disangkal , mual dan
31
kembar.
Angka
kejadian
32
agen yang berperan dalam pematangan paru janin hanya pada kehamilan
31-34 minggu, pasien ini kehamilannya 32 minggu.
Pemberian antibiotik sebagai agen profilaksis infeksi sampai bayi
lahir, pilihan obat antibiotik yang diberikan adalah antibiotik dengan
spectrum luas. Pada kasus ini diberikan cefadroxil sebagai profilaksis
infeksi. Selain beberapa obat yang telah disebutkan, pemberian cairan
berupa RL gtt XX/menit.
DAFTAR PUSTAKA
33
2010
[cited
2014
Jan
12].
Available
from
http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com
9. Soehermawan D. Faktor Risiko Partus Prematurus Di RSUP Dr. Kariadi
Semarang Tahun 2002. Semarang: Universitas Dipenogoro; 2002.
10. Herawati, Susi. Kadar Progesteron estriol Saliva pada Ancaman Persalinan
Prematur [disertasi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
11. Iams J. Prediction and Early Detection of Preterm Labor. The American
College of Obstetricians and Gynecologists [internet]. 2003 [cited 2014
Feb 11]: 101(2):402-12.
12. Novak Z, Vodusek V, Steblovnik L, Kavsek G. Extermly Preterm
Delivery: Prediction and Prevention. TMJ [internet]. 2008 [cited 2014 Feb
11]: 59(2)
13. Snegovskikh V, Park JS, Norwitz E. Endocrinology of Parturition.
Endocrinol Metab Clin N Am [internet]. 2006 [cited 2014 Feb 11]; 35:17391.
34
14. Cunningham, F. Gary. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC.
15. Wiknjosastro, dkk. 2002. Ilmu Kebidanan. (3rd ed.). Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
16. Wiknjosastro, dkk. 2000. Ilmu Bedah Obstetri. (1st ed.). Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
17. Pengurus besar IDI. Standard pelayanan medic. Edisi 3. Jakarta. 1998
35