PENDAHULUAN
Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia
pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur, mata
merah tanpa kotoran mata purulen dan pupil kecil atau ireguler. Berdasarkan reaksi radang,
uveitis anterior dibedakan tipe granulomatosa dan non granulomatosa. Penyebab uveitis
anterior meliputi : infeksi, proses autoimun, yang berhubungan dengan penyakit sistemik,
neoplastik, dan idiopatik.1
Pola penyebab uveitis anterior terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknik
pemeriksaan laboratorium sebagai sarana penunjang diagnostik. Lebih dari 75 % uveitis
endogen tidak diketahui penyebabnya, namun 37% kasus diantaranya ternyata merupakan
reaksi imunologik yang berkaitan dengan penyakit sistemik. Penyakit sistemik yang
berhubungan dengan uveitis anterior meliputi : spondilitis ankilosa, sindroma Reiter, artritis
psoriatika, penyakit Chron, kolitis ulserativa, dan penyakit Whipple. Keterkaitan antara
uveitis anterior dengan spondilitis ankilosa pada pasien dengan predisposisi genetik HLA
B27 positif pertama kali dilaporkan oleh Brewerton et al.1,2
Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75% merupakan uveitis
anterior. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait. Di Amerika
serikat, uveitis merupakan penyebab kebutaan nomer 3 setelah Retinopati diabetik dan
Degenerasi Macular. Umur penderita biasanya bervariasi antara usia prepubertal sampai 50
tahun.1
Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan
dimana kelainan itu terjadi. Biasanya pasien datang mengeluh nyeri okular, fotofobia,
penglihatan kabur, dan mata merah. Pada pemeriksaan didapatkan tajam penglhatan menurun,
terdapat injeki siliar, Keratik Presipitat ( KP ), flare, hipopion, sinekia posterior, tekanan intra
okular bisa meningkat hingga sampai terjadinya edema makula.1,2,3
BAB II
Ilmu Penyakit Mata RSAL dr. MintohardjoPage 1
di permukaan anterior ditutup oleh endotl terkecuali kripta, di mana pembuluh darah
dalam stroma dapat berhubungan langsung dengan cairan di bilik mata depan, yang
memungkinkan percepatan terjadinya pengaliran nutrisi ke bilik mata depan dan sebaliknya.
Di bagian posterior dilapisi dengan 2 lapisan epitel, yang merupakan lanjutan dari epitel
pigmen retina. Warna iris tergantung dari sel sel pigmen yang bercabang yang terdapat di
dalam stroma yang banyaknya dapat berubah ubah, sedangkan epitel pigmennya jumlahnya
tetap.3
Di dalam iris terdapat otot sfingter pupil ( M. Sphincter Pupillae ), yang berjalan
sirkuler, letaknya di dalam stroma dekat pupil dan dipersarafi oleh saraf parasimpatis, N. III.
Selain itu juga terdapat otot otot dilatator pupil ( M. Dilatator Pupillae ), yang berjalan
radier dai akar iris ke pupil, letaknya dibagian posterior stroma dan diurus saraf simpatis.3,4,5
Pasokan darah ke iris adalah dari sirkulasi iris mayor, kapiler kapiler iris
mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang. Persarafan iris adalah melalui serat serat
di dalam nervus siliaris.4
Badan siliar ( corpus siliar ) berbentuk segitiga, terdiri dari 2 bagian, yaitu : pars
korona, yang anterior bergerigi, panjangnya kira kira 2 mm dan pars plana, yang posterior
tidak bergerigi, panjangnya kira kira 4mm. Badan siliaris berfungsi sebagai pembentuk
humor aquos. Badan siliar merupakan bagian terlemah dari mata. Trauma, peradangan,
noeplasma didaerah ini merupakan keadaan yang gawat.5
Gambar sirkulasi aquos
Pada bagian pars korona diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel
iris. Bagian yang menonjol ( processus ciliaris ) berwarna putih oleh karena tidak megandung
pigmen. Sedangkan dilekukannya berwarna hitam karena mengandung pigmen. Didalam
badan siliaris terdapat 3 macam otot silier yang berjalan radier, sirkuler dan longitudinal. Dari
prosesus siliar keluar serat serat zonula zinii yang merupakan penggantung lensa. Fungsi
Ilmu Penyakit Mata RSAL dr. MintohardjoPage 3
otot siliar untuk akomodasi. Kontraksi atau relaksasi otot otot ini mengakibatkan kontraksi
dan relaksasi dari kapsula lentis, sehingga lensa menjadi lebih atau kurang cembung yang
berguna pada penglihatan dekat atau jauh. Badan siliar banyak mengandung pembuluh darah
dimana pembuluh darah baliknya mengalirkan darah ke V. vortikosa. Pada bagian pars plana,
terdiri dari satu lapisan tipis jaringan otot dengan pembuluh darah diliputi epitel.3,4
BAB III
UVEITIS ANTERIOR
A. DEFINISI
Uveitis anterior adalah suatu bentuk peradangan yang mengenai traktus uvea
anterior. Radang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan atau selaput
pelang ( iris ) dan keadaan ini disebut sebagai iritis. Bila mengenai bagian tengah
uvea maka keadaan ini disebut sebagai siklitis. Biasanya iritis akan disertai siklitis
yang disebut iridosiklitis atau uveitis anterior.2,6
Bentuk uveitis paling sering adalah uveitis anterior akut ( iritis ) umumnya
unilateral dan ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan kabur, mata
merah tanpa kotoran mata purulen, dan pupil kecil, atau ireguler.2,6
Klasifikasi uveitis berdasarkan :7
1. Lokasi utama dari bercak peradangan :
a. Uveitis anterior
: meliputi iris, iridosiklitis, dan uveitis
intermedia.
b. Uveitis posterior
koroiditis,
koriorenitis,
retinokoroiditis,
diabetik dan Degenerasi Macular. Umur penderita biasanya bervariasi antara usia
pubertal sampai 50 tahun.1,3
Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai jumlah kasus uveitis. Di
Indonesia ditemukan angka kejadian uveitis anteror adalah 8 12 orang dari
100.000 penduduk per tahun. Insidensinya meningkat pada usia 20 50 tahun dan
paling banyak pada usia sekitar 30-an ). ( AOA, 2004 )
Menurut AOA ( 2004 ), berdasar etiologinya ada beberapa faktor resiko yang
menyertai kejadian uveitis anterior, antara lain : penderita toxoplasmosis dan yang
berhubungan dengan hewan perantara toxoplasma. Beberapa penyakit menular
Ilmu Penyakit Mata RSAL dr. MintohardjoPage 5
seksual juga meningkatkan angka kejadian uveitis anterior seperti sifilis, HIV, dan
sindroma Reiter.
C. ETIOLOGI
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar yang dapat
berjalan akut maupun kronis. Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan
melihat gambaran klinisnya saja. Iritis dan iridosiklitis dapat merupakan suatu
manifestasi klinik dari reaksi imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap
jaringan uvea anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh gangguan sistemik
ditempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi
alergi mata.5
Penyebab uveitis anterior diantaranya, yaitu : idiopatik, penyakit sistemik
yang berhubungan dengan HLA B27 seperti : ankilosing spondilitis, sindrom
Reiter, penyakit Chrons, Psoriasis, Herpes zoster, herpes simpleks, sifilis, penyakit
Lyme, inflamatory bowel disease, Juvenille idiopathic arthritis, sarkoidosis,
trauma dan infeksi.1,2,5,6
Pada kekambuhan atau rekuren terjadi reaksi imunologik humoral. Terjadinya
uveitis dapat disebabkan oleh faktor eksogen seperti trauma uvea atau invasi
mikroorganisme atau agen lain dari luar dan faktor endogen dapat disebabkan
idiopatik, autoimun, keganasan, mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh
pasien misalnya infeksi bakteri dan virus.
Etiologi uveitis dibagi menjadi :
1. Berdasarkan spesifikasi penyakit :
a. Penyebab spesifik ( infeksi )
Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi, ataupun parasit yang spesifik.
b. Penyebab non spesifik ( non infeksi ) atau reaksi hipersensitivitas
Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme
atau antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi
antigen antibodi dengan predileksi pada traktus uvea.
2. Berdasarkan asalnya :
a. Eksogen
: pada umumnya disebabkan oleh karena trauma,
operasi intra okuler, ataupun iatrogenik
b. Endogen
: dapat disebabkan oleh fokal infeksi diorgan lain
ataupun reaksi autoimun.
3. Disebabkan penyakit sistemik : penyakit kolagen, reumatoid artritis,
multiple sklerosis, sarkoidosis, penyakit vaskular.
4. Disebabkan imunologik : sindrom Bechet, sindrom Vogt Koyanagi
Harada, oftalmia simpatika, poliarteritis nodosa, granulomatosis
Wegener.
5. Neoplasma : leukimia, melanoma maligna, reticulum cell sarcoma.
Ilmu Penyakit Mata RSAL dr. MintohardjoPage 6
granulomatosa
Onset
Akut
Tersembunyi
Sakit
Nyata
Fotofobia
Nyata
Ringan
Penglihatan kabur
Sedang
Nyata
Merah sirkumkorneal
Nyata
Ringan
Putih halus
Kelabu besar
Keratik presipitat
Pupil
Sinekia posterior
Kadang kadang
Kadang kadang
Nodul iris
Kadang kadang
Kadang kadang
Uvea anterior
Tempat
posterior
Perjalanan
Akut
Menahun
Rekurensi
Sering
Kadang kadang
Sel sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat
membentuk keratik presipitat. Akumulasi sel sel radang dapat terjadi di tepi
pupil ( Koeppe Nodules ), bila dipermukaan iris ( Busacca Nodules ), yang
dapat ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata depan. Pada
iridosiklitis berat, sel radang yang banyak dapat menimbulkan hipopion.2,6,8
Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan
sel sel radang di bilik mata depan disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit
kedalam bilik mata depan disebut hifema. Apabila proses radang kronis dan
berulang, maka sel sel radang dapat melekat pada permukaan endotel kornea
disebut Keratik Presipitat.
Ada 2 jenis Keratik Presipitat :
1. Mutton Fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen
yang difagositirnya, biasanya pada granulomatosa.
2. Punctate KP : kecil, putih, terdiri dari limfosit dan sel plasma, pada
non granulomatosa.
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, pupil akan
miosis, dan dengan adanya timbunan fibrin dan sel sel radang dapat terjadi
seklusio maupun oklusio pupil, sehingga cairan dalam bilik mata belakang
tidak dapat mengalir, mengakibatkan tekanan di bilik mata belakang lebih
besar dari depan, sehingga iris menggelembung ke depan disebut iris bombe
( Bombans ).2,8
Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar
menyebabkan tekanan bola mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel
radang dapat berkumpul disudut bilik mata depan sehingga kanal Schlem
tertutup menyebabkan glaukoma sekunder. Pada fase akut glaukoma sekunder
Ilmu Penyakit Mata RSAL dr. MintohardjoPage 10
terjadi karena gumpalan gumpalan pada sudut bilik mata depan, sedangkan
fase lanjut karena adanya seklusio pupil.2,8,9
F. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan subjektif yang menyertai uveitis anterior adalah nyeri,
terutama di bulbus okuli, sakitnya spontan atau pada penekanan didaerah
badan siliar, sakit kepala dikening yang menjalar ke temporal, fotofobia,
bervariasi dan dapat demikian hebat pada uveitis anterior akut, lakrimasi yang
terjadi biasanya sebanding dengan derajat fotofobia, gangguan visus dan
unilateral.2,8,9
Gambar uveitis granul, mutton fat kp nodul koeepe,busacca
Sedang
ringan
Berat
Keluhan sedang sampai berat
sedang
VA 20/30 to 20/100
VA < 20/100
VA 20/20 to 20/30
Kemerahan
Kemerahan
sirkumkorneal Kemerahan
sirkumkorneal dalam
sirkumkorneal
dalam
superfisial
Tampak KP
Tampak KP
Pupil terfiksir
Sinekia posterior
Tidak ada KP
1+ cells and flare
Tekanan
intraokuler
berkurang 3 6 mmHg
intraokuler
meningkat
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium sangat dibutuhkan guna mendapat sedikit gambaran mengenai
penyebab uveitis. Pada pemeriksaan darah, yaitu hitung jenis, eosinofilia :
kemungkinan penyebab parasit atau alergi, VDRL, FTA, Autoimun Marker, calcium,
serum ACE level, toksoplasma serologi dan serologi TORCH lainnya. Pemeriksaan
urin berupa kalsium urin 24 jam dan kultur. Pemeriksaan radiologi, yaitu foto thoraks,
foto spinal dan sendi sacroiliaka, foto persendian lainnya dan foto tengkorak untuk
melihat adakah kalsifikasi cerebral.
Skin test, yaitu Mantoux test, untuk TBC, Pathergy test, untuk Bechets
disease akan terjadi peningkatan sensitivitas kulit terhadap trauma jarum pada pasien
bila disuntikkan 0,1 ml saline intradermal dalam 18 24 jam kemudian terjadi reaksi
pustulisasi. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui etiologi secara pasti.
Tabel anjuran pemeriksaan untuk mengetahui penyebab sistemik uveitis
anterior
Penyakit
Hasil
Pemeriksaan
yang
laboratorium
radiologi
Konsultasi
lainnya
dicurigai
Ankylosing
Pemeriksaan
Rheumatologist
spondylitis
HLA B - 27
Inflamatory
( + ) HLA B -
Internist
or
bowel disease 27
gastroenterologist
Reiters
Internist,
Cultures
Syndrome
HLA B - 27
urologist,
conjungtival,
rheumatologist
urethral,
prostate
Psoriatic
( + ) HLA B -
Rheumatologist,
arthritis
27
dermatologist
Herpes
Diagnosis
Dermatologist
klinis
Bechets
( + ) HLA B
Internist,
Bechets
disease
27
rheumatologist
puncture test
Lyme disease
ELISA
or Immunofluorecent
Lyme
assay
Internist,
rheumatologist
Juvenille
Rheumatologist,
rheumatoid
ANA, ( - )
pediatrician
arthritis
rheumatoid
factor
Sarcoidosis
Angiotensin
Chest x ray
Internist
converting
enzyme
Syphilis
( + ) RPR or
Internist
VDRL, FTA
ABS or MHA
TP
Tuberculosis
Chest x - ray
Internist
Purified
protein
derivative
ski
( PPD ) skin
test
H. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari uveitis anterior adalah konjungtivitis, keratitis atau
keratokonjungtivitis dan glaukoma akut. Pada konjungtivitis, penglihatan tidak kabur,
respon pupil normal, terdapat kotoran mata, dan umumya tidak ada rasa sakit,
fotofobia, atau injeksi siliaris.
Pada keratitis atau keratokonjungtivitis, penglihatan dapat kabur dan ada rasa
sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan herpes
zoster dapat menyertai uveitis anterior sebenarnya. Pada glaukoma akut, ppupil
melebar, tidak terdapat sinekia posterior, dan korneanya beruap .
Setelah serangan berulang kali, uveitis non granulomatosa dapat menunjukan
ciri uveitis granulomatosa. Belakangan ini, belakangan ini, perbedaan ini kurang
ditonjolkan dan beberapa ahli malah mengabaikan hal ini sama sekali. Meskipun
begitu, perbedaan ini tetap berguna sebagai pegangan untuk pengobatan dan
prognosis.6
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang utama untuk uveitis tergantung pada keparahannya dan
bagian organ yang terkena. Baik pengobatan topical atau oral adalah ditujukan untuk
mengurangi
peradangan.11 Tujuan
dari
pengobatan
uveitis
anterior
adalah
adalah
tidak
spesifik,
pada
umumnya
Tingkat
Banyakny
Visual Cells
keparaha
acuity
n uveitis
kunjungan
pemeriksaa
anterior
follow up
n slit lamp
Setiap 4 7 Ya
Ya
Ringan
flare
Rencana
penatalaksanaa
n
Ya
hari
Ilmu Penyakit Mata RSAL dr. MintohardjoPage 17
terdiagnosa
Sedang
Setiap 2 4 Ya
Ya
Ya
hari
terdiagnosa
Berat
Setiap 1 2 Ya
Ya
Ya
hari
berikutnya
berikutnya
terdiagnosa
berikutnya
Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada uveitis
anterior. Terapi yang harus diberikan antara lain :
Terapi konservatif :
Timolol 0,25% - 0,5% 1 tetes tiap 12 jam
Acetazolamide 250 mg tiap 6 jam
Terapi bedah
Dilakukan bila tanda tanda radang telah hilang, tetapi TIO tetap tinggi.
Sudut tertutup : iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi
perlengketan iris dengan trabekula, dilakukan bedah filtrasi.
Sudut terbuka
: bedah filtrasi
3. Katarak Komplikata
Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi yang
diperlukan adalah pembedahan. Ekstraksi katarak pada pasien dengan uveitis :
13
BAB IV
RINGKASAN
Uveitis anterior adalah suatu bentuk peradangan yang mengenai traktus uvealis
anterior. Radang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan atau selaput
pelangi dan keadaan ini disebut iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka
keadaan ini disebut sebagai siklitis. Biasanya iritis akan disertai siklitis yang disebut
iridosiklitis atau uveitis anterior.2
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang sedikit,
konjungtiva bulbi, injeksi siliar dan injeksi konjungtiva, serta kornea keruh karena
udem dan keratik presipitat. Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesa, temuan klinis
pada pasien, dan beberapa pemeriksaan penunjang dapat membantu menegakkan
diagnosis etiologik pada pasien.
Penatalaksanaan yang utama untuk uveitis tergantung pada keparahan dan bagian
organ yang terkena. Baik pengobatan topikal atau oral ditujukan untuk mengurangi
peradangan.11 Tujuan dari pengobatan uveitis anterior adalah memperbaiki visual
acuity, meredakan nyeri pada okular, menghilangkan inflamasi oular atau mengetahui
asal peradangannya, mencegah terjadinya sinekia dan mengatur tekanan intra
okular.11,12 Pengobatan uveitis anterior adalah tidak spesifik, pada umumnya
menggunakan kortikosteroid topikal, oral, dan sikloplegik.1,2,4,6
Uveitis merupakan penyakit yang mudah mengalami kekambuhan, bersifat merusak,
menyerang pada usia produktif dan kebanyakan berakhir dengan kebutaan. Hubungan
yang baik antara dokter dan pasien sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil
penanganan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan, Wasisdi. Gambarn Klinis Uveitis Anterior Akuta pada HLA B27 positif.
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
2. Ilyas H Sidarta. Uveitis dan Uveitis Anterior. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima.
Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 2007 : 172 175.
Ilmu Penyakit Mata RSAL dr. MintohardjoPage 20
Clinics.
Available
at
www.cehjournal.org/NonInfectiousofUveitisAnterior/html
15. http://www.medicinelibrary.com. Anterior Uveitis. Diunduh pada 25 Januari 2015.