Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah masa dari ovulasi sampai partus atau kira-kira
280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). 40 minggu
disebut kehamilan matur (cukup bulan), lebih dari 43 minggu disebut
postmatur, kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan
premature (Winkjosastro, H, 2009).
Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan selama masa hamil
secara berkala sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah
ditentukan untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil
sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan
baik dan melahirkan bayi yang sehat. Pelayanan antenatal yang berkualitas
dimulai dari pelayanan di tempat pendaftaran, pelayanan kesehatan, meliputi
anamnese, pelayanan fisik maupun laboratorium, penyuluhan perorangan atau
konseling sampai dengan pelayanan obat dan atau rujukan. Proses pelayanan
tersebut dipengaruhi oleh tenaga professional, dana, sarana dan prosedur kerja
yang tersedia agar mendapatkan kualitas yang baik (Mufdlilah, 2009).
Penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup
masih terlalu lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals/MDGs) dalam rangka mengurangi tiga per
empat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada
2015, untuk mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara
1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per tahun. Namun data World Health

Organization (WHO), UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan


angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun.
Pada 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah
persalinan. Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang
(www.antarnews.com).
Sementara itu berdasarkan data Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia tahun 2011 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan
Keluarga (KSPK) BKKBN DR Sudibyo Alimoesa mengatakan berdasarkan
data dan penelitian tentang kualitas penduduk Indonesia 2011 tercatat Angka
Kematian Ibu (AKI atau MMR) masih sebesar 228/100.000 kelahiran hidup
(Sudibyo, 2011).
Angka kematian ibu di provinsi sulawesi selatan tahun 2009 yaitu
116/100.000 kelahiran hidup dengan penyebab perdarahan 72 orang
(62,07%), eklampsi 19 orang (16,38%), infeksi 5 orang (4,31%) orang dan
lain-lain 20 orang (17,24%). Sedangkan pada tahun 2010, yaitu sebesar
125/100.000 kelahiran hidup (Sudarianto, 2009).
Sedangkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Bulukumba didapatkan Angka Kematian Maternal pada tahun 2011 sebanyak
9 orang. Terdapat 1 orang kematian ibu hamil pada usia 0 sampai 7 bulan, 6
orang kematian ibu hamil pada usia kehamilan 7 bulan sampai melahirkan,
dan 2 orang kematian ibu

nifas 0 sampai 7

hari. Penyebab kematian

maternal yaitu perdarahan 4 orang, ruptur uteri 1 orang, preeklamsi / eklamsi


1 orang, dan lain lain 3 orang (Profil Dinas Kesehatan Bulukumba Tahun
2011).

Tingginya angka kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan


rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi pameriksaan Antenatal
Care (ANC) yang tidak teratur. Keteraturan Antenatal Care (ANC) dapat
ditujukan melalui frekuensi kunjungan, ternyata hal ini yang menjadi masalah
karena tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin
terutama ibu hamil normal sehinnga kelainan yang timbul dalam kehamilan
tidak dapat terdeteksi sedini mungkin. Ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab mengapa ibu hamil kurang termotifasi dalam melakukan Antenatal
Care (ANC) secara teratur dan tepat waktu, antara lain : kurangnya
pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care (ANC), kesibukan, tingkat
sosial ekonomi yang rendah, dukungan suami yang kurang, dan kurangnya
kemudahan untuk pelayanan Antenatal, asuhan medik yang kurang baik,
kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa (Winkjosastro, H,
2009).
Tingkat

pengetahuan

seseorang

tentang

suatu

informasi

mempengaruhi perilaku seseorang dalam menerima nasehat atau anjuran


mengenai perilaku kesehatan dan secara langsung dapat mempengaruhi
perubahan sikap seseorang. Pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya
kehamilan yang diperoleh melalui keaaktifan ibu hamil dalam mengakses
informasi seputar kehamilan khususnya tanda bahaya dalam kehamilan
melalui rutin melakukan kunjungan antenatal atau rutin memeriksakan
kehamilannya di tenaga kesehatan khususnya bidan dan dokter kandungan
(Notoatmodjo, 2011).

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 1457/Menkes/SK/X/2003


tentang standar pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di
kabupaten atau kota khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan
target tahun 2010 : berupa cakupan kunjungan ibu hamil Kunjungan Awal
(K1) dan kunjungan ulang (K4). K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama
kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 di bawah 70% (dibandingkan jumlah
sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan
keterjangkauan pelayanan antenatal yang masih rendah, K4 Kontak minimal
4 kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang
terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada
trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah
60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun)
menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang masih rendah.
Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan
menangani risiko tinggi obstetric (http://yatinem.wordpress.com).
Cakupan pelayanan Antenatal Care (ANC) dapat dipantau melalui
pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1), untuk melihat akses dan pelayanan
kesehatan ibu hamil, sesuai standar paling sedikit 4 kali kunjungan ulang
(K4) dengan distribusi 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan
kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga (Depkes RI 2009).
Cakupan K4 di Indonesia tahun 2008 yaitu 70,29% kemudian pada
tahun 2009 menurut hasil Survey Riset Kesehatan Dasar adalah 61,4 %,
berdasarkan Profil Kesehtan Dinkes Provinsi Sul-Sel kunjungan ibu hamil
(K4) juga mengalmi penurunan pada tahun 2008 yaitu 93,83 % menjadi 76,66

% pada tahun 2009, tahun 2010 yaitu 80,24%, pada tahun 2011 meningkat
menjadi 88,67 %, sedangkan pada tahun 2012 yaitu 88,9%. (Depkes RI, 2012)
Sedangkan yang berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Bulukumba
kunjungan K1 tahun 2008 96,36 %, tahun 2009 95,39 % dan tahun 2010 yaitu
92,46 % sedangkan kunjungan ibu hamil K4 tahun 2008 yaitu 85,83 %,tahun
2009 yaitu 88,37 %, tahun 2010 yaitu 82,90 % juga mengalami penurunan,
tahun 2011 jumlah kunjungan K4 yaitu 86,70% dan tahun 2012 meningkat
menjadi 88,79%. (Dinas Kesehatan Kab.Bulukumba: 2012 ).
Data terakhir yang calon peneliti peroleh dari Rekam Medis RSUD H.
A. Sulthan Daeng Radja Bulukumba pada tahun 2010 tercatat jumlah ibu
hamil sebesar 1545 orang serta yang tercatat pada kunjungan awal (K1)
sebesar 769 orang (49,77%) dan kunjungan ulang (K4) sebanyak 776 orang
(50,23%). Tahun 2011 sebanyak 1675 orang dan yang tercatat pada kunjungan
awal (K1) sebanyak 879 orang (52,48%) dan kunjungan ulang (K4) sebanyak
796 orang (47,52%), tahun 2012 tercatat sebanyak 1072 orang ibu hamil dan
yang melakukan kunjungan awal (K1) sebanyak 934 orang (87,13%) dan
kunjungan ulang sebanyak 138 orang (12,87%). Sedangkan untuk tahun 2013
periode 1 januari s/d 15 Maret 2013 dari 895 ibu hamil terdapat sebanyak 221
ibu hamil (24,69%) yang datang memeriksakan kehamilannya (Data Rekam
Medis RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2012).
Dari latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengangkat
penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Tanda Bahaya Dalam Kehamilan Dengan Kepatuhan Kunjungan
Antenatal Care (ANC) di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Kab.
Bulukumba Tahun 2013

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan masalah:
Apakah ada hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda
Bahaya Dalam Kehamilan Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care
(ANC) di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Kab. Bulukumba Tahun 2013?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda
bahaya dalam kehamilan dengan kepatuhan Kunjungan Antenatal di
RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda
bahaya dalam kehamilan di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja
Bulukumba Tahun 2013.
b. Mengidentifikasi kepatuhan Kunjungan Antenatal di RSUD H. A.
Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2013
c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda
bahaya dalam kehamilan dengan kepatuhan Kunjungan Antenatal di
RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2013
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat praktis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan
pelaksanaan program bagi instansi Departemen Kesehatan khususnya di
RSUD H. A. Sulthan daeng Radja Bulukumba dalam menyusun program
perencanaan berkaitan dengan upaya pencegahan dan penanganan
komplikasi kehamilan khususnya tanda bahaya dalam kehamilan.
2. Manfaat ilmiah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penulisan
karya ilmiah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai