Dia agak-agak kayak ngancem gitu, katanya jangan sampe nilai gua memengaruhi
rata-rata sekolah. Maksudnya apa sih?
Kok, parah banget sih, laporin aja Pak Warno.
Jangan, urusannya tambah panjang lagi.
Loh, dia ga boleh gitu dong, biar sekolah kita memang peringkat tertinggi di Jakarta,
terus harus neken murid baru untuk jaga prestasi sekolah.
Iya, gua tadinya berharap, guru-guru bantuin gua untuk adaptasi, ternyata malah
ditekan.
Tristan musti tahu nih.
Loh kok? Apa hubungannya sama dia? tanyaku.
Ini kan breaking news. Lagipula dia kan temen kelas 12 lo.
Aku tidak membantah. Dalam hati kecilku, aku memang ingin semua orang di dunia ini
tahu dan membelaku terutama Tristan.
Imel memencet-mencet BB-nya yang dilapisi karet berwarna pink. Tidak berapa lama ia
menempelkan BB nya di telinga kanan.
Eh, tau ga lo, si Mirel dikerjain si Dartoyo Imel menceritakan kejadian yang menurutku,
terbesar dan terkutuk sepanjang hidupku. Tapi aku belum tahu kepada siapa Imel
menceritakannya, Jespere quil raconterais a Tristan.1
Dah, si Tristan dah tau. ujar Imel.
Terus?
Iya, kesel banget dia dengernya.
Waduh, lo mah enak tahun depan dah lulus. Gua masih ada dua tahun lagi sama tuh
orang gila.
Bener juga nih anak, aku disini tidak sampe setahun, setelah itu free as a bird.
hari ini cuaca sangat bersahabat. Langit mendung tanpa hujan dan angin sejuk semilir
berhembus menerpa membuat hatiku yang tadinya panas menjadi tenang kembali.
Suara HP-ku sedikit mengagetkanku. Kuambil HP dari kantongku. Terpampang di layar HP
nama Tristan.
Wow! Tristan langsung menelponku. begitu pedulinyakah dia kepadaku? Sejenak wajahku
menunjukkan kebahagiaan namun aku tahan.
1.AkuharapiamenceritakannyakeTristan
Seperti biasa, kantin sudah penuh dengan murid-murid yang bergegas menggunakan
waktu istirahatnya, berbanding terbalik dengan menggunakan BB-nya sehemat mungkin
untuk menelpon. Pikir-pikir lucu juga ya. Mereka sibuk beristirahat dan berkumpul di kantin,
tapi sebenarnya mereka tidak berkumpul pikirannya berada di layar BB, ngobrol dengan
dunia lain, malah kadang cuma berbeda beberapa meter, mereka chatting menggunakan
BB. Nothings wrong with that but itsjust little bit weird. Emang sih chatting lebih asik dari
ngobrol, ga tau kenapa. Maybe someday if Axis release BB I will buy it. Pasti lebih murah
dari yang lain.
Tapi memang tidak semua menggunakan BB, sebagian lagi masih menggunakan HP
seperti aku. Itu sangat membantuku karena mereka menggunakan provider yang sama
sepertiku. Penghematan, penghematan, penghematan!
Selama tidak ada papah dan mamah, aku harus berhemat. Aku tidak mungkin meminta
uang terus ke tante Mirna walaupun uang itu akan diganti nantinya oleh papah. Untungnya
pulsaku hemat. Aku juga agak bingung, kok pulsaku ga habis-habis padahal aku sangat
sering menelpon terutama untuk menanyakan solusi soal-soal yang bikin pala mumet sampai
berjam-jam. Belum lagi SMS yang berpuluh-puluh.
kantin didominasi oleh cewek-cewek kelas 12 tapi Imel tidak kelihatan canggung ataupun
sungkan. Ia dengan santainya duduk di salah satu bangku panjang kantin yang di ujungnya
cewek-cewek kelas 12 yang melihatnya dengan tatapan sinis.
Berbeda denganku, aku adalah cewek satu spesies dengan mereka, jadi pas de
probleme! 2
Biarin. Nanti gua bilang nyokap gua, biar rasa! gerutu Imel.
Eh, jangan. Biarin. Lagipula gua udah ga papa kok. Mungkin pak Dartoyo lagi dapet!
Kami berdua tertawa kecil membayangkan pak Dartoyo menggunakan pembalut
wanita.
Anak-anak yang lain gimana? tanya Imel.
Diem aja.
Gimana sih!
Ya abis mo gimana lagi? mo teriak-teriak belain gua, yang cuma anak baru?
Huh! Iya juga ya. Kadang kesel juga ngeliat arogansi guru-guru. kayak mereka dewa
aja.
Ya sudahlah, itu kan cuma beberapa guru, yang lain tetep baik kok sama gua.
tenangku.
Lo mo minum ga?
Boleh.
Apaan?
Teh botol aja.
Imel memesan dua Teh Botol di salah satu sisi terpojok kantin.
Tiba-tiba seseorang menyolekku dari belakang.
Hi, Mir.
Friska. Ah! satu lagi yang bisa membuat hariku tambah runyam.
Hi. balasku agak malas.
Eh, kenapa pak Dartoyo? tanya Friska dengan tampang sok ingin tahu.
Enggak, kok gak pa pa.
Kata anak-anak, lo dipermalukan ya, sama dia? tanyanya dengan nada sedikit
melecehkan diiringi tawa kecil.
2.Tidakmasalah!
Loh, ini anak maksudnya apa sih? sudah tahu kok malah nanya lagi. kayaknya Friska
cuma ingin membuatku bete. Temen-teman Friska yang berada di sekelilingnya hanya
senyum-senyum mengejek.
Sebenernya apa sih yang mereka mau? Aku sudah berusaha mengikuti keinginan mereka
menjauh dari Tristan. Aku hanya ingin melewati satu tahun menuju dunia kampus.
Eh, ya udah ya. daaahh. ujar Friska sambil ngeloyor meninggalkan ku.
Imel datang dengan dua botol Teh Botol dingin kemudian meletakkan satu di
hadapanku.
Ngapain tuh si bi**h? tanya Imel.
Tau. Ngeselin banget, ke sini cuma nanya kasus gua sama Pak Dartoyo terus pergi.
Sialan tuh anak. Ngejek lo doang tuh.
Aku hanya menarik napas dan menyedot Teh Botol dingin. Nikmatnya rasa Teh Botol ini,
aku sangat kangen dengan rasanya. Benar kata orang-orang di Lyon. Tidak ada yang bisa
menyamakan rasa Teh Botol walaupun dibandingkan dengan soft drink ternama.
Bunyi bel membuatku semakin cepat menghabiskan Teh Botol dinginku. Betapa cepatnya
waktu istirahat terasa. Ingin sekali ku lewati hari ini, pulang, dan tidur di kamar.
Eh, jangan lupa ya. Pulang sekolah ketemuan di depan. kata Imel.
Iya
Ku berjalan tanpa semangat menuju kelas yang kini meninggalkan memori kelam dalam
lembaran hidupku yang baru. Lembaran yang tidak mungkin kuhapus lagi.