Anda di halaman 1dari 2

Jakarta, Jogja, Jember, Juni dan kamu, bob

Aku masih inget banget, taun lalu aku pengen cepet2 nyampe di bulan ini dan
tahun ini karena aku pengen banget ngerasain yang namanya ngerayain first
anniversary. Tahun lalu, aku optimis banget bakal bisa tersenyum manis semanismanisnya saat masuk di bulan Juni 2012. Aku optimis, long distance
relationshipku bakal bertahan, nda kalah sama jarak, nda kalah sama keegoisan,
nda kalah sama ketidakpengertian, nda kalah sama kecemburuan, intinya nda
kalah sama apapun juga yang coba ngehancurin mimpi2ku dan kamu, saat itu..
Dan sekarang, yeaahh..inilah bulan Juni, Juni 2012 yang aku tunggu. And well,
kenyataannya berbanding terbalik dengan harapanku taun kemarin. Nyesek. Itu
yang aku rasain saat awal terbangun pagi dan menghirup udara pagi di bulan Juni
2012. Inget kamu, inget awal pertemuan kita di bulan Juni tahun lalu, inget
genggaman tangan pertama kalimu, inget sholat berjamaah pertama kita, inget
pelukan pertamamu, inget panggilan sayang pertamamu, inget kebersamaan
pertama kita, inget semua yang kita jalani bersama pertama kalinya di bulan Juni
tahun lalu, aku cuma bisa menghela nafas panjang dan bergumam, kamu masih
inget tidak, bob?..
Jogja dan Juni itu identik dengan kamu, identik dengan kita, kebersamaan kita,
lipatan jarak pertama kita, pertama kalinya aku bisa menatapmu dari jarak yang
paling dekat itu di Jogja dan di bulan Juni. Dan memang, setiap mendengar,
melihat dan merasakan atmosfer Jogja dan bulan Juni, rasa deg itu selalu ada,
dan otomatis, otakku berputar, flashback ke setahun lalu, melihat kebersamaan
kita saat itu, melihat tawa kita, melihatmu menggenggam tanganku sepanjang
jalan, merasakan pelukan dan ciuman2 kecilmu dirambutku, dan sekarang yang
bisa aku lakukan hanya mencari jejak2 yang masih tertinggal dan aroma tubuhmu
yang masih melekat jelas diingatanku.

Kebersamaan kita, mimpi2 awal kita waktu itu, keoptimisan kita jalanin LDR,
rasa sayang kita yang saling bisa menguatkan saat 902 kilometer jelas2
menghadang kita untuk bisa menatap dari jarak yang paling dekat, membuat aku
bisa menangis dan tertawa bersamaan saat mengenang dan mengingatnya
sekarang. Jakarta dan Jember yang melipat jarak di Jogja di bulan Juni mengajari
aku tentang banyak hal, tentang tertawa, tentang menangis, tentang rindu, tentang
setia, tentang mendengarkan dan didengarkan, tentang pengertian, tentang
kepedulian, tentang pelukan hangat walau hanya diwakilkan suara, tentang
dongeng setiap malam saat hendak terlelap tidur, dan tentang 902 kilometer yang
membentang.
Terima kasih untuk Juni 2011, awal semua cerita dan kebersamaan kita walau
akhirnya tidak bisa kita nikmati Juni 2012 dengan kebersamaan yang sama. Tapi
setidaknya, malam ini aku bisa mengenangmu. Aku merindukan Jakarta dan
Jember yang melipat jarak di Jogja di bulan Juni, dan juga merindukanmu, bob..

Anda mungkin juga menyukai