Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Laporan Praktikum
02
13
18
22
24
27
/
/
/
/
/
/
X
X
X
X
X
X
MIPA
MIPA
MIPA
MIPA
MIPA
MIPA
1
1
1
1
1
1
)
)
)
)
)
)
I.
Tujuan Penelitian
1.
Agar dapat mengerti bagaimana cara membuat Nata de Coco yang benar
sehingga menghasilkan produk yang terbaik
2.
II.
Kompor
Panci
Penyaring
Nampan plastic
2. Bahan
Air kelapa
Asam cuka
Gula
Ammonium sulfat
III.
Acetobacter xylinum
2,5
15
10
9
liter
gr
gr
gr
250 ml
Langkah kerja
rapat.
Setelah 1 malam tambahkan acetobacter ke dalam air dalam
nampan tersebut.
Tutup kembali dengan rapat dan diamkan hingga 1 minggu.
Setelah 1 minggu buka kertas Koran dan cuci nata de coco
dengan air sampai bersih.
Kemudian potong-potong dadu nata de coco dan rembus hingga
rasa pada nata netral.
Nata siap dikonsumsi.
IV.
V.
Hasil Pengamatan
Pembahasan
Pada praktikum pembuatan nata de coco ini yang bertujan untuk mempelajari
pembuatan nata de coco secara fermentasi dan mengetahui peranan mikroba dalam pembuatan
nata de coco di mana bakteri yang di gunakan adalah Acetobacter xylinum. Dan bahan yang di
gunakan adalah air kelapa, gula pasir 10%, di tambahkan amonium sulfat 0,5%. Pada
praktikum ini tidak di dapatkan hasil apapun, hanya saja terjadi perubahan warna yaitu
warnanya menjadi keruh setelah inkubasi selama 14 hari. Tidak terbentuknya nata pada
praktikum ini mungkin di sebabkan oleh air kelapa yang kurang baik. Menurut Anonim (2013: 1)
bahwa salah satu syarat dalam pembuatan nata de coco adalah terletak pada air kelapa di
mana air kelapa yang akan di guankan dalam pembuatan nata de coco tidak boleh di tersimpan
terlalu lama.
Pada saat di lakukan proses pembuatan nata de coco
pencampuran bahan-bahan seperti gula pasir 10%, di tambahkan amonium sulfat 0,5% di
lakukan secara bersamaan waktunya bersamaan dengan waktunya dengan pemasakan air
kelapa. Jadi tidak menunggu setelah pendidihan air kelapa dan pendinginan kembali hingga
suhu nya berubah menjadi suhu kamar. Hal ini di lakukan agar tidak terjadinya kontaminasi atau
kemungkinan terjadinya kontaminasi akan kecil pada nata de coco yang akan di
hasilkan. Menurut Winarno (1998: 19) menyatakan bahwa gula pasir yang terdapat di pasaran
sering menjadi sumber spora bagi berbagai macam mikroba sehingga pemakaian gula tanpa
pendidihan cenderung memindah beban kontaminasi. Spora akan berimigrasi selama proses
fermentaasi dan dapt menimbulkan cacat pada nata de coco.
Proses untuk terjadinya nata di butuhkan waktu 14 hari, pada suhu ruang 20 30 C
dan menggunakan Acetobacter xylinum. Menurut Kurniadi (1998: 21) bahwa medium yang
baik untuk nata de coco mempunyai ph 4 4,5 dan pada suhu ruang 20 30 C selama
pemeraman ini di butuhkan waktu 14 hari untuk bakteri Acetobacter xylinum mengubah atau
memanfaatkan gula sebagai sumber tenaga. Dimana gula akan disintesa menjadi selulosa
dan sebagai hasil ikatan terbentuk cuka yang berfungsi menurunkan pH medium sampai 2,5
sehingga medium semakin asam.
Digunakannya bakteri Acetobacter xylinum karena aktifitas dari bakteri tersebut
dapat memcah gula untuk mensintesa selulosa ekstraseluler. Menurut Hidayat (1996: 13)
mengatakan bahwa selulosa yang terbentuk berupa benang-benang yang bersama-sama
dengan polisakarida membentuk suatu jalinan yang terus menebal menjadi lapisan
nata. Aktivitas pembentukan nata de coco hanya terjadi pada kisaran pH antara 3,5 7,5
pada suhu kamar.
Digunakan nya amonium sulfat pada pembuatan nata de coco ini adalah sebagai
sumber nitrogen untuk membantu pertumbuhan Acetobacter xylinum padda pembuatan
vinegar dan nata de coco. Menurut Winarno (1998: 19) bahwa adapun pembuatan cuka
dalam pembuatan nata de coco ini adalah agar tercapai tingkat keasaman yang optimum
bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum di mana bakteri lain terutama bakteri yang
mengganggu pembetukan nata pada air kelapa tidak dapat tumbuh.
Berbagai proses industri di gunakan untuk menghasilkan produk mikrobiologi dan di
pisahkan menjadi beberapa kategori berdasarkan kecenderungan penggunaan produk
akhir. Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang
masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh
bakteri antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat. Menurut
Dwidjoseputro (2005: 70) bahwa sebagian besar mikroorganisme dapat di manfaatkan
dalam industri pangan antara lain minuman alkohol, vaksin dan pertambangan.
Nata yang terbentuk pada pembuatan nata yang berhasil biasanya sangat bervariasi sesuai
dengan pendapat Winarno (1998: 19) bahwa nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam
kualitasnya. Kualitas yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi
standar kualitas bahan nata, dan prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan
pada factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum yang
digunakan. Apabila rasio antara karbon dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol
dengan baik, maka semua cairan akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu sedikitpun.
Oleh sebab itu, definisi nata yang terapung di atas caian setelah proses fermentasi selesai, tidak
berlaku lagi.
VI.
Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Bakteri Acetobacter xylinum mampu menghasilkan selulosa ekstraseluler yang di sebut
dengan nata.
2. Kain kasa di gunakan untuk mencegah kotoran masuk ke dalam media yang dapat
menyebabkan kontaminan.
3. Tidak terbentuknya nata pada percobaan ini adalah tidak tercampurnya rasio karbon dan
5.