Anda di halaman 1dari 2

TINGGALLAH KUNTUM DI TENGAH HALAMAN

TINGGALKAN PADI SEDANG BERBUAH


In memorium lima tahun Dr. Haji Nasrun Adil telah tiada, dosen Kajian Kesusatraan Indonesia FBS Unimed,
10 Oktober 2010-2015. Ya Allah ampunilah segala dosa, kesalahan dan kurang arifnya Abangnda dalam menghadapi
Kemahabesaran-Mu ya Rabb. Disalin ulang seiring doa mengenang telah berpulang ke Rahmatullah, Abangnda Haji
Nasrun Adil bin Muhammad Nasir, sempena kenduri Arwah Junjungan dan berkirim doa dalam Istiadat Melayu
dengan berkhatam kaji membaca Al Quran ke 17
Penyunting Narasi : Prof. Hj. Nur Asiah Djamil, MA
Prof. Haji Zulkarnain Lubis, MS, Ph.D
Prof. Hj. Tina Mariani Arifin, MA, Ph.D
Dr. Basyarudin Sani, M.Pd
Tinggallah kuntum di tengah halaman, tinggalkan padi sedang berbuah, hantarkan daku dengan senyuman,
membawa hati mengusung tuah. Bila malam mengarak pagi, bulan juga sudah tenggelam, biarlah daku menjauh pergi,
tinggalkan semua masa yang silam. Mengapa aku pergi dahulu,tinggalkan teman sedang bersenda,kulihat langit
mendung selalu, laksana petang berebut senja.
Acun meninggalkan rumah yang baru tiga tahun ditempatinya di Griya Unimed. Nasrun Adil meninggalkan
tugasnya sebagai asessor sertifikasi dan pendidikan guru dalam jabatan. Abangnda meninggalkan proposal
disertasinya yang hampir selesai. Almarhum meninggalkan segala peralatan hajinya yang telah diserahkan pihak
penyelenggara Kementrian Agama, Medan. Allahuyarham meninggalkan segala kenangan dan cinta kasih serta angan
dan cita-citanya yang belum terwujud.
Nasrun Adil dilahirkan di Batubara pada pagi hari Rabu, 14 Rabiuts Tsani 1380 atau 11 Oktober 1959 dan
menghembuskan nafasnya yang terakhir di Kisaran pada waktu syamsudhdhuha hari Jumat, 29 Syawal 1431 atau 8
Oktober 2010, dipusarakan di Medan di kompleks perkuburan muslimin bersebelahan dengan Griya Unimed.
Abangnda datang ke dunia ini pada bulan Oktober kembali menghadap Allah SWT juga pada bulan Oktober dan bulan
tersebut diperingati sebagai Bulan Bahasa. Almarhum selama hidupnya memperoleh rezeki sebagai guru
mengajarkan bahasa, sebagai pengkaji dan tunjuk ajar dalam berbudi bahasa. Tuhanku ku datang pada-Mu,
bersimpun sujud menadah tangan, mohon hidayah dan kasih sayang-Mu, dosa dan segala kesalahan Abangda mohon
diampunkan, amin.
Biarlah daku pergi melangkah
Andai terdengar hamba tak pulang
Mohon daku doa restumu
Hilang lenyap tidak kembali
Maafkan daku segala salah
Jenguk pusara taburkan kembang
Disanalah nanti kita bertemu
Walau setahun hanya sekali.
Abangda sangat menyenangi lagulagu berirama padang pasir yang diciptakan Hj. Nur Asiah Djamil dan Haji
Ahmad Baqi. Dalam setiap kesempatan yang ada beliau selalu menyumbangkan suara apalagi bila diiringi keyboard
Qasidah, apalagi kalau dahulu dihadiri Bunda, Abangnda akan menyanyikan beberapa buah lagu. Abangnda
mengoleksi album-album lagu berirama padang pasir terutama buah karya Prof.Haji Ahmad Baqi dan Bunda Prof.Hj.
Nur Asiah Djamil.
Bila pagi fajar menyinsingkan sinarnya. Burung murai berkicauan di atas dahan. Embun di atas daun berkilau
bak permata. Kian jatuh ke bumi berlahan lahan. Bunga bunga hidup subur indah di taman. Menghirup udara pagi
segar dan nyaman. Hewan dan tumbuh tumbuhan mengabdi kepada-Nya. Marilah kita pun semua taat pada-Nya.
(lirik lagu yang sering dinyanyikan Almarhum Abangda. Syair lagu ini menjadi kenyataan, kelak Abangnda berpulang
ke Rahmatullah pada pagi hari ketika mentari meninggi sepenggalahan antara terik dan teduh menjelang siang pada
waktu pelaksanaan Shalat Dhuha.)
Walau komponis dan pencipta lirik lagu ini bukan anak Melayu tapi dalam proses linguistisasi (pemerolehan
bahasa) keduanya dibesarkan di Sumatera Timur. Penguasaan estetika diksi Melayu, etika makna dan pemahaman
semantik majasi yang baik, pilah pilih nuansa kata sehingga bait-bait lagu yang direka susun tertata apik termaktub
indah, menyenangkan didengar telinga.
Bila terdengar suara adzan
Biarlah aku pergi dahulu
Bergema sayup menjelang pagi
Tinggalkan semua yang dicinta
Dalam irama ku kirim pesan
Semoga yang tinggal senyum selalu
Sebagai tanda aku dah pergi
Yang pergi hilang lenyap berita
Pada hari Almarhum akan berpulang itu, selesai sholat Shubuh, tak seperti biasa Abangnda
membaca surah Yaasin sampai dua kali katanya untuk Almarhum Abah dan Almarhumah Bunda. Tanpa
sarapan di pagi Jumat itu, akan berangkat bersalam takzimlah Kakanda Dra. Hj. Nurlaila Haji Usman
menghantar pergi, juga tak seperti biasa disertai peluk cium pula dan linangan air mata, sudah hendak
berangkat, masuk ke rumah lagi.
Mentari berarak naik, angin berhembus lembut, mobil melaju kencang, saat orang shaleh/shalehah
akan mengerjakan shalat sunnah, cahaya tambah benderang pada waktu syamsudhdhuha itu. Allah Karim,
Subhanallah, Abangndaku pada saat itulah terjadi
Tak boleh sededak padi
Demikian sudah nasib suratan
Sekamnya belah ditumbuk luluh
Semuanya itu ditakdirkan Tuhan
Tak boleh sekehendak hati
Tiada dapat hendak dielakkan
Kehendak Allah juga yang sungguh
Karena segalanya sudah ditentukan
(Pantun dan syair, Bunda Nuraidah TS)

FADHILAH QIRAATILQURAN
Bacalah Alquran setiap hari, ia akan tetap terus menarik, menawan hati dan mempesona jiwa,
menjadi hiburan yang indah, mengobat hati nan lara. Alangkah indahnya katakata, rangkaisuai padanan
frasa, diksi terpilih berangkum termaktub nyata, tata letak kata bersajak klausa dan kalimat ayatayat Alqur
anulkarim, Kitabullah kitab nan mulia.
Dengan meniru kemahaindahan Alqur an, para penyair menggubah menjalin kata, menyanjung asa,
menjunjung cita, meraih tuah dengan harapan dapat menyerlahkan jua. Tapi penulis lirik lirik lagu
dilupakan saja tak beroleh sebutan sebagai pujangga. Padahal di seluruh dunia ada banyak kalimat
kalimat tertentu para penulis lagu itu yang abadi diingat terus oleh masyarakatnya. Sama ada dalam jenis
lagu berirama apa saja dari yang konvensi sampai yang paling mutaakhiri.
Maa zaa wajada man faqodaka ,wamallazi faqoda man wajadaka, laqod khoba man rodhia dunaka
badala, walakod khosiro man bagho anka mutahauwwala.
(lirik lagu Rabiatul Adawiyah yang dirilis ulang dinyanyikan oleh Umm Kaltsum, Mesir, 1896)
Alangkah cantiknya dunia ini
Sembahyang itu suatu kewajiban
Bila makhluk-Nya tunduk mengabdi
Walau musyafir di perjalanan
Pada Tuhannya Rabbul Izzati
Walau derita membalut badan
Tunaikan Sholat yang lima kali
Walau pun di dalam kesengsaraan
Tiga orang dosen Bahasa Indonesia IKIP/Unimed meninggal dunia dengan kasihan dalam berdekat
masa. Almarhum Abdul Aziz Angkat berpulang pada peristiwa kerusuhan di DPRD SU, mendiang Delvi
Napitupulu meninggal terjatuh ketika hendak berangkat mengawas UN dan Allahyarham Nasrun Adil
berpulang ke Rahmatullah pada pagi Jumat 29 hari bulan Syawal 1431 akan berangkat melaksanakan tugas
menguji mahasiswa calon sarjana di FKIP Universitas Asahan.
Tak lama setelah abangda NA dipanggil menghadap Kadhi Robbulizzati berikut menyusul pula
Antilan Rifaldi Purba, Alm. Abangda Abdul Rahman, entah siapa berikutnya sampai gilirannya untuk
dipanggil menghadap maka tiada sedetikpun dapat dimundurkan atau dimajukan saat saat yang
menyedihkan itu. Namun begitu dalam ilmu Tasauf, Syekh Ibrahim Almatbuli ada berkata karena yang akan
datang adalah sesuatu yang ghaib maka kita boleh berdoa supaya dipanjangkan Allah umur dalam taat
sehat selamat tercapai cita cita dan husnulkhatimah, amin.
Ketiga dosen yang baik budi ini peristiwa berpulangnya diliput media karena termasuk tragis dan
sepenuh duka. Tapi Abangnda Nasrun Adil yang paling kasihan, Pak Abdul Aziz dan Ibuk Delvi sempat
dirawat di rumah sakit. Abangnda berangkat dari Medan pagi pagi benar, menjelang siang peristiwa itu
pun terjadilah dan petang hari itu juga dikebumikan karena begitu yang baik menurut syariat. Hancurlah
duka bertambah tambah nestapa mencucur deras si air mata mengiringi kepergian Abangnda untuk
selamanya. Kulluman alaiha fana (Ar Rahman)
Entah mengapa Abangnda pergi juga mencari rezeki karena Almarhum sudah ditepung tawari untuk
berangkat menunaikan ibadah Haji. Padahal dalam syair Bayan Budiman ada tersebut dan dimaktubkan.
Beramai orang mengantar budi
Balai merawal datang bertingkat
Doa selamat ditepung tawari
Pulut bertih tuah semangat
Berpingit badan berazam diri
Takzim kasih sepenuh hikmat
Menunggu salam berangkat haji
Haji mabrur dalam inayat
Sejak dulu Acun selalu kukirimi surat dan sekarang dengan SMS. Walau hidup sangat sederhana aku
tetap bangun sebelum pukul lima untuk sujud memuji Rabb-ku, yang telah menciptakanku. Kalau tidur di
kampung Abangnda sering memperhatikanku. Walau tidak untuk mengikuti musabaqah, aku setiap hari
membaca dan menghafal Alqur an, Abangnda diam tertegun mendengarkan. Waktu aku sakit berat, aku tetap
ridha saja tak ada kesal dan keluhan, dalam doaku aku yakin Allah akan sembuhkan. Akhirnya Abangnda
simpati, kasihan dan bersedekah kepadaku satu setengah juta. Padahal lebih dua puluh tahun kami tak
kawan sampai Acun meninggal aku tak pernah berjabat tangan bersalam takzim sebagai seorang adik
apalagi berbicara langsung, meminjam atau meminta sesuatu. Tapi pada sepuluh hari bulan Syawal ku kirimi
Abangnda SMS :Puasa enam hari di bulan Syawal sangat besar fadhilahnya, pahalanya seumpama
berpuasa sepanjang tahun. Abangnda kerjakanlah ! Maafkan saya bila Abangnda merasa tak nyaman
dengan SMS ini dan doakan kaki saya supaya sehat di Mekkah nanti.
Tiada berapa lama SMS tersebut dibalas walau kurang koherens sebagai sebuah dialog. Sama-sama,
semoga Allah menggerakkan hati, niat dan aktivitas kita sesuai tuntunan-Nya. Hingga kita memperolah janjiNya setelah Ramadhan ini, sampai menghadap-Nya kelak, amin.
Allahkarim, Abangnda katakata yang kau kirimkan, tanpa Abangnda sadari,
kini menjadi kenyataan. Tapi mengapa begitu cepat Tuhan-ku ? Mengapa, ayuhai Tuhan-ku yang
Maharahman ?
Medan, 5 Dzulhijjah 1436
Wassalam bil maaf
Drs.Rizal Mahmuzar,M.Hum
Guru Mengaji Membaca Alqur an TPQ Hikmatur Ridho, Medan.
Asisten Peneliti, Kajian Tamaddun dan Estetika Diksi Melayu, Daarul Arief Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai