Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

OD KATARAK SENILIS MATUR


OS KATARAK SENILIS IMATUR
ODS PRESBIOPIA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh:
Thuba Handri Wirana
01.210.6285
Pembimbing:
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERRAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
OD KATARAK SENILIS MATUR
OS KATARAK SENILIS IMATUR
ODS PRESBIOPIA
Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST Tingkat II
dr. Soedjono Magelang

Telah disetujui dan dipresentasikan


pada tanggal: September 2015

Disusun oleh:
Thuba Handri Wirana
01.210.6285

Dosen Pembimbing,

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M

dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M

BAB I
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny.S

Umur

: 70 Tahun

Alamat

: Muntilan

Pekerjaan

: Petani

Agama

: Islam

Tanggal Poli

: 31 Agustus 2015

2. ANAMNESIS
Dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 31 Agustus 2015 jam 17.00 dengan
keluhan utama kedua mata kabur.
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan penglihatan mata kanan dan kiri kabur sejak 1 tahun
yang lalu, sejak 3 bulan yang lalu penglihatan mata kanan dirasakan bertambah
kabur daripada mata yang kiri, awalnya seperti kabut dan semakin lama menjadi
sangat kabur. Pasien mengaku awalnya mata kanan lebih jelas melihat pada fajar
atau malam hari daripada siang hari, dan sekarang tidak ada perbedaan, sama-sama
kabur pada siang dan malam hari.
Sedangkan mata yang kiri, jika fajar atau malam hari melihat lebih jelas
dibandingkan siang hari. Pasien mengaku menggunakan kacamata baca sejak usia
42 tahun, sekarang sudah tidak dipakai karena kurang nyaman untuk menghitung
uang dan membaca. Pasien menyangkal adanya keluahan penglihatan ganda, cekotcekot, mual muntah, melihat pelangi jika memandang lampu, maupun sering
menabrak nabrak saat berjalan, menyangkal adanya keluhan sering buang air kecil
pada malam hari, sering lapar dan haus, gula darah yang tinggi disangkal. Tekanan
darah tinggi diakui pasien sejak 10 tahun yang lalu.

b. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat hipertensi diakui


Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Riwayat adanya trauma pada mata (terkena bahan kimia, terbentur benda

tumpul, atau benda tajam) disangkal.


c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat Diabetes disangkal disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Sakit Serupa disangkal
d. Riwayat Sosial Ekonomi
Kesan sosial ekonomi cukup.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Status gizi
: Baik
Tanda Vital
1. Tekanan darah
: 150/90mmHg
2. HR
: 76 x/menit
3. Suhu
: 36.5
4. RR
: 20 x/menit
Status generalis dalam batas normal
b. Status Ophthalmicus

Keruh
semua
Pemeriksaan

Keruh
sebagian
OD

OS

Visus
Bulbus Oculi
Gerak bola mata
Strabismus
Eksoftalmos
Endoftalmos

Suprasilia
Kedudukan
Jaringan parut
Palpebra

Benjolan

Edema

Hiperemi

Margo palpebra:
Entropion
Ektropion
Silia:
Trikiasis
Tanda radang
Konjungtiva
Hiperemi
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
Sekret
Sklera
Warna
Laserasi
Kornea
Kejernihan
Kecembungan
Infiltrat
Ulkus
Sikatrik

COA
Kedalaman
Hipopion
Hifema

1/300 NC
Add S+ 3,00

6/20 NC
Add S+ 3,00

Segala arah
-

Segala arah
-

Simetris
Tdk ditemukan

Simetris
Tdk ditemukan

Tdk ditemukan
Tdk ditemukan

Tdk ditemukan
Tdk ditemukan

Tdk ditemukan
Tdk ditemukan
Tdk ditemukan
Tdk ditemukan

Tdk ditemukan
Tdk ditemukan
Tdk ditemukan
Tdk ditemukan

Putih
-

Putih
-

+
Cembung
-

+
Cembung
-

Dalam
Tdk ditemukan
Tdk ditemukan

Dangkal
Tdk ditemukan
Tdk ditemukan

Coklat
+
-

Coklat
+
-

Iris
Warna
Kripta
Sinekia
Iris shadow

Sentral
Lingkaran
3 mm
+/+

Sentral
Lingkaran
3 mm
+/+

keruh

Keruh sebagian

Jernih

Jernih

Fokus 0
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Fokus 0
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Tdk meningkat

Tdk meningkat

Pupil
Letak
Bentuk
Diameter
Reflek pupil L/TL
Lensa
Kejernihan
Corpus Vitreum
Fundus Reflek
Funduskopi
Papil N. Opticus
Vasa

Makula Lutea

Retina

TIO

4. DIAGNOSA BANDING
Oculus dexter
a. OD Katarak Senilis Matur

dipertahankan

karena didapatkan adanya

penurunan tajam penglihatan, hasil pemerikasaan didapatkan lensa keruh


seluruhnya, iris shadow (-), Fundus refleks (-).
b. OD Katarak Senilis Imatur disingkirkan karena didapatkan adanya penurunan
tajam penglihatan, hasil pemerikasaan didapatkan lensa keruh sebagian,coa tidak
dangkal, iris shadow (+), Fundus refleks (+), TIO tidak meningkat.

c. OD katarak senilis Hipermatur disingkirkan karena tidak didaptkan kekeruhan


lensa yang masif, tidak ada COA yang sangat dalam, tidak ada iris shadow
pseudopositif.
d. OD Katarak Komplikata disingkirkan karena hasil anamnesa tidak ditemukan
adanya penyakit DM, dan tidak ada riwayat keluarga yang DM.
e. OD Katarak Traumatika disingkirkan karena tidak ditemukan riwayat trauma
terkena benda tajam maupun tumpul.

Oculus Sinister
a. OS Katarak Senilis Imatur dipertahankan karena didapatkan adanya
penurunan tajam penglihatan, hasil pemerikasaan didapatkan lensa keruh
sebagian, COA tidak dangkal, iris shadow (+), Fundus refleks (+), TIO tidak
meningkat.
b. OS Katarak Senilis Matur disingkirkan karena didapatkan adanya penurunan
tajam penglihatan, hasil pemerikasaan didapatkan lensa keruh seluruhnya, iris
shadow (+), Fundus refleks (+).
c. OS katarak senilis Hipermatur disingkirkan karena tidak didapatkan
kekeruhan lensa yang masif, tidak ada COA yang sangat dalam, tidak ada iris
shadow pseudopositif.
d. OS Katarak Komplikata disingkirkan karena hasil anamnesa tidak ditemukan
adanya penyakit DM, dan tidak ada riwayat keluarga yang DM.
e. OS Katarak Traumatika disingkirkan karena tidak ditemukan riwayat trauma
terkena benda tajam maupun tumpul.

ODS Presbiopia
1. ODS Presbiopia dipertahankan karena usia pasien lebih dari 40 tahun dan
pasien memerlukan kacamata baca untuk membaca..
5. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Gula darah (GDS, GDP, GD2PP)

6. DIAGNOSIS KERJA
7. OD Katarak Senilis Matur
8. OS Katarak Senilis Imatur
9. ODS Presbiopia
10. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa Untuk OS katarak senilis immatur
i. Topikal : Catarlent (CaCl anhidrat 0,075gram, Kalium iodida
0,075gram,,

Natrium

tiosulfat0,00075gram,

fenilmerkuri

nitrat

0,3gram)
ii. Oral : vit B1, B6, B12 1x1 tablet sehari malam
iii. Parenteral : Tidak diberikan obat parenteral
iv. Operatif : Belum dilakukan, evaluasi sampai menjadi matur
2. Non medikamentosa Untuk OS katarak senilis immatur :-11. 1.Medikamentosa Untuk OD katarak senilis matur
i. Topikal -ii. Oral-iii.
Parenteral-iv. Operatif : EKEK (Ekstrasi Katarak Ekstra Kapsular) + Penanaman IOL
(Intra Okular Lensa)
12. 2.Non medikamentosa Untuk katarak senilis matur :-13.
i.
ii.
iii.
iv.

1.Medikamentosa untuk presbiopia

Topikal -Oral -Parenteral -Operatif


14.

2.Non medikamentosa untuk presbiopia


15. Diberikan kacamata adds +3,00
16.

17.
18. PROGNOSIS

19.
22.
Quo ad
visam
25.
Quo ad
sanam
28.
Quo ad
fungsionam
31.
Quo ad
kosmeticam
34.
Quo ad
vitam

20.

VOD

21.

VOS

23. Dubia ad
Bonam

24. Dubia ad
malam

26. Ad Bonam

27. Ad malam

29. Ad Bonam

30. Ad bonam

32. Ad Bonam

33. Ad bonam

35. Ad Bonam

36. Ad Bonam

37.
38.
39.
40. RUJUKAN
41. Dalam kasus ini dilakukan rujukan ke ilmu penyakit dalam karena dari pemeriksaan
klinis ditemukan hipertensi
42.
43. KOMPLIKASI
44. Katarak imatur Glaukoma Sekunder Sudut Tertutup
45. Katarak matur hipermatur Glaukoma Sekunder Sudut Terbuka
46.
47. EDUKASI
48. Untuk Katarak
Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit yang diderita berasal dari
kekeruhan pada lensanya karena terkait usia sehingga menyebabkan

penglihatannya kabur
Memberikan penjelasan bahwa kekeruhan lensa pada mata sebelah kiri
merupakan katarak yang belum matang semakin lama semakin bertambah
seiring berjalannya waktu, obat-obatan hanya diberikan untuk mengurangi
gejala-gejala yang ada tanpa membantu dalam perbaikan penglihatan kembali.
Jika selama pengobatan timbul keluhan saat melihat cahaya seperti melihat
pelangi segera periksakan ke dokter.

Menjelaskan kepada pasien bahwa mata sebelah kanan merupakan katarak


yang sudah matang, maka pengobatanya hanya bisa secara operasi. Jika tidak
segera dioperasi akan menjadi katarak yang hipermatur (sangat matang) dan
bisa mengakibatkan penyakit glaukoma sekunder sudut terbuka.

49.
50. Untuk presbiopia
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita oleh karena

melemahnya lensa mata karena faktor usia.


Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi dapat diperbaiki
dengan kacamata baca.

51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.

61. BAB II
62. TINJAUAN PUSTAKA
63.

KATARAK
64. Definisi
65.

Katarak berasal dari bahasa Yunani yang berarti Katarrahakies, bahasa Inggris

Cataract, dan bahasa latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular, dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak dapat
terjadi akibat hidrasi, denaturasi protein atau keduanya.
66.
67. Epidemiologi
68.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), katarak merupakan

penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak di dunia. Dengan proses penuaan
populasi umum, prevalensi keseluruhan kehilangan penglihatan sebagai akibat dari kekeruhan
lensa meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan jumlah katarak
yang mengakibatkan kebutaan reversible melebihi 17 juta (47,8%) dari 37 juta penderita
kebutaan di dunia, dan angka ini diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun 2020.
69.
70. Anatomi Lensa
71. Lensa Kristalina Normal
72.

Lensa Kristalina adalah sebuah struktur yang transparan dan bikonveks yang

memiliki fungsi untuk mempertahankan kejernihan, refraksi cahaya, dan memberikan


akomodasi. Lensa tidak memiliki suplai darah atau inervasi setelah perkembangan janin dan
hal ini bergantung pada aqueus humor untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya serta
membuang sisa metabolismenya. Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus
vitreous. Posisinya dipertahankan oleh zonula Zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat
yang menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar. Lensa terdiri dari kapsula, epitelium
lensa, korteks dan nukleus.
73.

Kutub anterior dan posterior dihubungkan dengan sebuah garis imajiner yang

disebut aksis yang melewati mereka. Garis pada permukaan yang dari satu kutub ke kutub
lainnya disebut meridian. Ekuator lensa adalah garis lingkar terbesar.

74.
75. Gambar 1. Bentuk lensa dan posisinya pada mata.
76.

77.
78. Gambar 2. Struktur lensa normal
79.
80. Kapsula
Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang
transparan terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh sel-sel epitelial.
Kapsula terdiri dari substansi lensa yang dapat mengkerut selama perubahan
akomodatif. Lapis terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan
dalam melekatnya serat-serat zonula. Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan
posterior preekuatorial dan tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana
memiliki ketipisan sekitar 2-4 m. Kapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul
posterior dan terus meningkat ketebalannya selama kehidupan.
81. Serat zonular

82.

Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari

epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat zonula ini
memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu. Seiring usia, serat-serat zonula
ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan posterior yang tampak sebagai
bentuk segitiga pada potongan melintang dari cincin zonula.
83. Epitel Lensa
84.

Terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa, lapisan ini merupakan

lapisan tunggal dari sel-sel epitelial. Sel-sel ini secara metabolik aktif dan melakukan semua
aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel ini juga
menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa. Sel-sel epitelial aktif
melakukan mitosis dengan aktifitas terbesar pada sintesis DNA pramitosis yang terjadi pada
cincin di sekitar anterior lensa yang disebut zona germinativum. Sel-sel yang baru terbentuk
ini bermigrasi menuju ekuator di mana sel-sel ini melakukan diferensiasi menjadi serat-serat.
Dengan sel-sel epitelial bermigrasi menuju bow region dari lensa, maka proses differensiasi
menjadi serat lensa dimulai.
85.

Mungkin, bagian dari perubahan morfologis yang paling dramatis terjadi

ketika sel-sel epitelial memanjang membentuk sel serat lensa. Perubahan ini terkait dengan
peningkatan massa protein selular pada membran untuk setiap individu sel-sel serat. Pada
waktu yang sama, sel-sel kehilangan organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan
ribosom. Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan, karena cahaya dapat melalui
lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini. Bagaimana pun, karena serat-serat
sel lensa yang baru ini kehilangan fungsi metaboliknya yang sebelumnya dilakukan oleh
organel-organel ini, kini serat lensa terganting dari energi yang dihasilkan oleh proses
glikolisis.
86. Korteks dan Nukleus
87.

Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan,

sel-sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk dengan lapisan
tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari ini adalah nukleus fetal dan
embrional yang dihasilkan selama kehidupan embrional dan terdapat pada bagian tengah
lensa. Bagian terluar dari serat adalah yang pertama kali terbentuk dan membentuk korteks
dari lensa.
88.
89. Fisiologi Lensa

90.

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat
zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil;
dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya parallel akan terfokus
ke retina. untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastic kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara
korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan
berkurang.
91.

Gangguan pada lensa adalah kekeruhan (katarak perkembangan/pertumbuhan

misalnya congenital atau juvenile, degenerative misalnya katarak senile, komplikata, trauma),
distorsi, dislokasi, dan anomaly geometric.
92.
93. KATARAK SENILIS
94.

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terjadi biasanya mulai pada usia

50 tahun. Tiga tipe katarak terkait usia adalah nuclear, kortical, dan subkapsular posterior
katarak.
95.

Pada katarak senilis akan terjadi degenerasi serat lensa secara perlahan karena

proses penuaan. Pathogenesis dari katarak terkait usia multifactor dan belum sepenuhnya
dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya
kemampuan akomodasi. Sebagai lapisan baru serat kortical berbentuk konsentris, akibatnya
nucleus dari lensa mengalami penekanan dan pergeseran (nucleus sclerosis). Cristalisasi
(protein lensa) adalah perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein
menjadi

high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba

mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang menyebar, penurunan
pandangan.

96.

Katarak senilis secara klinik mempunyai 4 stadium :

97.
1. Katarak senilis insipien
98.
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior
dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat
di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien. Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap
air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi.
2. Katarak senilis imatur
99.
sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
3. Katarak senilis matur
100.
pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini
bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak
dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal
dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa
pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali,
tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
4. Katarak senilis hipermatur
101.
merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul
lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan

terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan
berjalanterus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak
berlanjut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu
disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan
tersebut dinamakan katarak morgagni.
102.

103.
104.
105.

Gejala Klinis

106.

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat

kemunduran secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan penglihatan


bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
107.

a. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien

dengan katarak senilis.


108.

b. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas

kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika
mendekat ke lampu pada malam hari.
109.

d.

Diplopia

monocular.

Kadang-kadang,

perubahan

nuclear

yang

terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian
tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan
110.

retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan

diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa
kontak.
111.

e. Noda, berkabut pada lapangan pandang.

112.

f. Ukuran kaca mata sering berubah.

113.
114.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemeriksaan

Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector


Pemeriksaan slit-lamp : untuk mengetahui segmen anterior
Tonometry non contact atau aplanasi atau Schiotz
Pemeriksaan funduscopy (jika masih memungkinkan)
USG : untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata selain katarak
Biometri : untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi katarak

115.
116.

Penatalaksanaan

117.

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala

katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala

cukup

dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan
lensa yang keruh.
118.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.

119.

Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu

intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).
Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur

operasi pada

ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
120.
121.

PRESBIOPI

122.

Presbiopi merupakan kondisi mata dimana lensa kristalin kehilangan

fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda yang dekat.
Presbiopi adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya
kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur.
123.

Presbiopi merupakan bagian alami dari penuaan mata. Presbiopi ini

bukan merupakan penyakit dan tidak dapat dicegah. Presbiopi atau mata tua yang
disebabkan karena daya akomodasi lensa mata tidak bekerja dengan baik akibatnya
lensa mata tidak dapat menmfokuskan cahaya ke titik kuning dengan tepat sehingga
mata tidak bisa melihat yang dekat. Presbiopi adalah suatu bentuk gangguan refraksi,
dimana makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur. Daya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk
mencembung dan memipih. Biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, dan setelah umur
itu, umumnya seseorang akan membutuhkan kaca mata baca untuk mengkoreksi
presbiopinya.

124.

125.
126.

Etiologi

a. Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut


b. Kelemahan otot-otot akomodasi
c. Lensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elastisitasnya akibat kekakuan
(sklerosis) lensa
127.

Klasifikasi

a. Presbiopi Insipien
128.

tahap

awal

perkembangan

presbiopi,

dari

anamnesa

didapatipasien

memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak kelainan
biladilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca
b. Presbiopi Fungsional
129.

Amplitud akomodasi yang semakin menurun dan akandidapatkan kelainan

ketika diperiksa
c. Presbiopi Absolut
130.

Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional,dimana proses

akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali

d. Presbiopi Prematur
131.

Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan biasanya berhungan

dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan


e. Presbiopi Nokturnal
132.

Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelapdisebabkan oleh

peningkatan diameter pupil


133.
134.

Gejala

a. Kesulitan membaca tulisan dengan cetakan huruf yang halus / kecil


b. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih. Bisa juga
disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama
c. Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca atau menegakkanpunggungnya
karena tulisan tampak kabur pada jarak baca yang biasa (titik dekat matamakin
menjauh)
d. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari
e. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
135.
136.

Penatalaksanaan Presbiopi

1. Digunakan

lensa

positif

untuk

koreksi

presbiopi. Tujuan

koreksi

adalah

untukmengkompensasi ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek yang


dekat
2. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif sesuaiusia dan
hasil pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu
Jaeger 20/30
3. Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3.00 D adalah lensa positif terkuat
yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak melakukan
akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena tulisan yang dibaca terletak
padatitik fokus lensa +3.00 D
137.

138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.

Selain kaca mata


untuk

kelainan

presbiopi saja, ada


beberapa jenis lensa lain yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang
ada bersamaan dengan presbiopia. Ini termasuk:
a. Bifokal
147.
untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang mempunyaigaris
horizontal atau yang progresif
b. Trifokal
148.
untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa yangmempunyai
garis horizontal atau yang progresif
c. Bifokal kontak
149.
untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian bawahadalah untuj
membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil koreksinya
d. Monovision kontak
150.
lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan lensakontak untuk
melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang dominan umumnyaadalah mata
yang digunakan untuk fokus pada kamera untuk mengambil foto
e. Monovision modified
151.
lensa kontak bifokal pada mata non-dominan, dan lensakontak untuk melihat
jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan untuk melihat jauh dan satu mata
digunakan untuk membaca.
152.

153.
154.

DAFTAR PUSTAKA
155.

156. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; 2009
157. Ilyas S. Kelainan Refraksi dan Kacamata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia; 2003
158. Vaughan DG. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika; 2000
159. James B. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta : Erlangga ; 2003
160.
161.

Anda mungkin juga menyukai