Anda di halaman 1dari 3

CROUP

Bentuk obstruksi saluran pernapasan akut yang paling lazim, terutama disebabkan oleh virus.
Tanda-tanda utama yang tampak adalah edema radang, destruksi epitel bersilia, dan eksudat.
Infeksi bakteri sekunder jarang terjadi. Kebanyakan penderita menderita infeksi pernapasan atas
selama beberapa hari sebelum batuk menjadi jelas. Dengan gangguan saluran pernapasan atas
yang progresif, dan terjadi serangkaian gejala-gejala dan tanda-tanda yang khas. Mula-mula
hanya ringan, batuk keras dan kasar dengan stridor inspiratoir yang intermitten. Ketika obstruksi
bertambah, stridor menjadi

terus menerus dan disertai penjelekan batuk, pelebaran lubang

hidung dan retraksi suprasternal, infrasternal, dan interkostal. Ketika radang meluas ke bronkus
dan bronkiolus, kesukaran bernapas bertambah, dan fase ekspirasi pernapasan juga menjadi
berat dan lama. Terjadi berbagai tingkat keterlibatan saluran pernapasan bawah. Suhu tubuh
mungkin hanya sedikit naik. Gejala-gejala khas memburuk pada malam hari; jarang mencapai
39-40C dan sering kambuh dengan intensitas yang menurun selama beberapa hari. Biasanya
anak yang lebih tua sakitnya tidak serius. Anggota keluarga yang lain dapat menderita penyakit
pernapasan ringan. Lama sakit berkisar dari beberapa hari sampai kadang-kadang beberapa
minggu; sering berulang sejak umur 3-6 tahun, berkurang sejalan dengan pertumbuhan jalan
napas. Pemburukan pada sebagian besar penderita croup hanya sejauh stridor dan sedikit dispnea
sebelum mereka mulai menyembuh. Pada beberapa kasus ada obstruksi yang lebih jelek. Agitasi
dan menangis sangat memperburuk gejala dan tanda-tanda, dan anak lebih suka duduk tegak di
tempat tidur atau dipertahankan tegak.
Mungkin ada penguranagan suara pernapasan bilateral, ronki dan krepitasi tersebar. Pda
gangguan jalan napas lebih lanjut, terjadi kelapaaran udara dan kegelisahan, dan kemudian
diantikan oleh hipoksemia berat, hiperkapnea, dan kelamahan, disertai dengan pengurangan
pertukaran udara dan stridor, takitkardi, dan akhirnya mati karena hipoventilasi. Pada anak
hipoksemia yang mungkin sianosis, pucat, atau akut, setiap manipulasi faring, termasuk
penggunaan penekan lidah, dapat mengakibatkan henti kardiorespirasi. Kareannya pemeriksaan
ini harus ditunda, dan oksigen harus diberikan sampai penderita dipindahkan ke tempat di rumah
sakit dimana manajemen optimal jalan napas d pola syok dimungkinkan. Kadang-kadang pola
laringotrakeobronkitis berat mungkin sukar dibedakan dari epiglotitis, walaupun biasanya

epiglots bermula lebih eksplosif dan perjalanan penyakitnya cepat, ia juga memerlukan tindakan
pencegahan yang sama. Pemeriksaan roentgenografi nasofaring dan saluran pernapasan atas
dapat membantu.
Komplikasi
Komplikasi terjadi pada sekitar 15% penderita dengan croup virus. Yang paling sering adalah
perluasan proses infeksi yang melibatkan daerah saluran pernapasan lainnya, seperti telinga
tengah, bronkiolus terminal, atau parenkim paru. Trakeitis bakteri mungkin merupakan
komplikasi croup virus bukannya penyakit tersendiri. Pneumonia interstisial dapat terjadi, tetapi
sukar untuk membedakan pada rontgenogram daru daerah bercak atelektasis akibat obstruksi.
Bronkopneumonia tidak lazim kecuali kalau ada aspirasi isi lambung yang telah terjadi selama
masa kegawatan pernapasan berat. Walaupun pneumonia bakteri sekunder tidak lazim,
trakeobronkitis supuratif merupakan komplikasi tambahan pada Laringotrakeobronikitis.
Pneumonia, limfadenitis servikal, otitis atau kadang-kadang meningitis atau artritits septic dapat
terjadi selama perjalanan epiglotitis. Emfisema mediastinum dan pneumotoraks merupakan
komplikasi trakeotomi paling lazim.
Pengobatan
Terapi untuk croup infeksius terutama adalah rumatan atau penyediaan pertukaran pernapasan
yang adekuat dan sebagian tergantung pada lokasi primer penyakit dan penyebabnya. Pada
bentuk infeksi bakteri, terapi antibiotic juga penting. Sebagian besar anak afebris dengan croup
spasmodik akut atau penderitademam dengan laringotrakeobronkitis ringan biasanya dapat
secara aman dan efektif ditatalaksana di rumah. Pengobatan terhadap refluks gastroesofagus,
yang menjadi dasar penyakit, dan yang tidak sering dicurigai, dapat mencegah croup spasmodic
pada anak yang diketahui rentan terhadapnya.
Penggunaan uap dari shower ata bak mandi di dalam kamar mandi tertutup, uap dari vaporizer
atau uap dingin dari nebulizer ( yang mempunyai keamanan dan mungkin kemanuran) sering
menghentikan spasme laringitis akut dan kegawatan pernapasan dalam beberapa menit. Pengaruh
yang sama telah diamati oleh beberapa orang tua ketika mereka membawa anaknya keluar ke
udara malam yang dingin pada perjalanan ke praktek dokter. Fenomena yang telah lama dikenal
ini dapat dijelaskan oleh peran saluran pernapasan atas sebagai organ penukar panas dan

kelembapan; menghirup udara yang lebih dingin daripada suhu tubuh dan saturasi uap air kurang
dari 100% mengakibatkan pendinginan mukosa, menyebabkan vasokonstriksi dan melonggarkan
edema.
Anak dengan croup harus dirawat inap bila dijumpai salah satu gejala dari yang berikut ini:
dicurigai ada epiglotitis atau telah menderita epiglotitis yang sebenarnya, stridor progresif,
stridor berat pada saat istirahat, kegawatan pernapasan, hipoksemia, gelisah, sianosis, pucat,
depresi sensorium, atau demam tinggi pada anak yang tampak toksik. Pada semua kasus
keputusan untuk rawat inap dibuat karena perlu untuk memerlukan observasi yang terpercaya
dan trakeotomi yang relative aman atau yang lebih sering, intubasi nasotrakea, jika salah satu
dari kedua tindakan ini diperlukan.
Di rumah atau di rumah sakit, penderita croup harus diamati dengan cermat untuk penguatan
gejala obstruksi pernapasan. Anak yang dirawat-inap di rumah sakit biasanya ditempatkan

Anda mungkin juga menyukai