Anda di halaman 1dari 16

Kabupaten Jombang

4.1. KRITERIA DAN STANDART PERENCANAAN


Dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
diperlukan suatu kriteria yang mencakup berbagai aspek dalam perencanaan.
Kriteria yang diperlukan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

Periode perencanaan

Konsumsi//Pemakaian Air

Kebutuhan air

Kehilangan Air

Sistem air baku, transmisi, produksi, reservoir dan sIstem distribusi

Metode Proyeksi Penduduk

Kriteria teknis untuk item-item tersebut di atas disampaikan pada sub bab-sub bab
berikut ini

4.1.1. PERIODE PERENCANAAN


Periode perencanaan untuk suatu Rencana Induk pengembangan SPAM adalah
sekurang-kurangnya 15 tahun. Kelayakan rencana induk pengembangan SPAM harus
dikaji ulang setiap 5 tahun atau dapat diubah bila ada hal-hal khusus dengan
memperhatikan perkembangan tata ruang kabupaten atau kota yang bersangkutan.
Periode perencanaan yang terlalu panjang akan menyebabkan terlalu banyak bias
sedang periode perencanaan yang terlalu pendek akan menyebabkan pekerjaan tidak
efisien. Berikut matrik kriteria utama penyusunan RISPAM untuk berbagai klasifikasi
kota terdapat pada tabel 4.1. berikut ini.

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 1

Kabupaten Jombang

Tabel 4.1 Matriks Kriteria Utama Penyusunan RI SPAM


Untuk Berbagai Klasifikasi Kota
Kategori Kota
No.

Kriteria Teknis

Metro
( >1jt )
jiwa

Besar
Sedang
Kecil
( 500rb - 1jt ) jiwa ( 100 - 500 )rb jiwa ( 20 100 )rb jiwa

Jenis perencanaan

Rencana Induk

Rencana Induk

Rencana Induk

II

Horison perencanaan

20 Tahun

(15-20) Tahun

(15-20) Tahun

(15-20) Tahun

III

Sumber Air Baku

Investigasi

Investigasi

Identifikasi

Identifikasi

IV

Pelaksana

Penyedia jasa
/Penyelenggara/
Pemda

Penyedia jasa
/Penyelenggara/
Pemda

Penyedia jasa
/Penyelenggara/
Pemda

Penyedia jasa
/Penyelenggara/
Pemda

Peninjauan Ulang

Per 5 Tahun

Per 5 Tahun

Per 5 Tahun

Per 5 Tahun

VI

Penanggungjawab

Penyelenggara/
Pemda

Penyelenggara/
Pemda

Penyelenggara/
Pemda

Penyelenggara/
Pemda

VII

Sumber Pendanaan

-Hibah LN
-Pinjaman LN
-Pinjaman DN
-APBD
-PDAM
-Swasta

-Hibah LN
-Pinjaman LN
-Pinjaman DN
-APBD
-PDAM
-Swasta

-Hibah LN
-Pinjaman LN
-Pinjaman DN
-APBD
-PDAM
-Swasta

-Pinjaman LN
-APBD

4.1.2. STANDART KONSUMSI


4.1.2.1. Kebutuhan Domestik
Kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan oleh suatu unit konsumsi dimana
kehilangan dan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran juga diperhitungkan.
Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan domestik
(rumah tangga ) penduduk untuk keperluan mandi, masak, minum, mencuci dan
kegiatan domestik lainnya.
Besarnya kebutuhan air domestik ditentukan oleh kebiasaan masyarakat, adat
istiadat, taraf hidup, kondisi lingkungan dan lain-lain yang akan berpengaruh
terhadap pola konsumsi air masyarakat. Departemen Pekerjaan Umum telah
menetapkan kriteria besaran konsumsi air domestik berdasar kategori kota,
sebagaimana tabel 4.2. berikut ini.
Tabel 4.2. Kriteria Kebutuhan Air Berdasarkan Kategori Kota

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 2

Kabupaten Jombang

Kategori
Kota

Jumlah
Penduduk

Metropolis
> 1 juta
Besar
500.000-1juta
Sedang
100.000 500.000
Kecil
20.000 100.000
IKK
<20.000

Sambungan
rumah
(l/o/h)

Hidrant
Umum
(l/o/h)

Non RT
(I/o/h)

Kehilangan 20
%
(I/o/h)

Total
(I/o/h)

190
170
150
130
100

30
30
30
30
30

60
40
30
20
10

50
45
40
30
24

268
227
196
160
120

4.1.2.2. Kebutuhan Non Domestik


Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan air di luar
kegiatan domestik/rumah tangga. Besarnya kebutuhan air non domestik ditentukan
oleh banyaknya konsumen non domestik yang ditunjukkan oleh banyaknya fasilitas
non domestik antara lain :
1. Bangunan perkantoran baik pemerintah maupun swasta
2. Fasilitas ibadah (masjid, gereja dll)
3. Tempat pendidikan
4. Bangunan komersial ( toko, hotel, restoran dll)
5. Prasarana umum ( pasar, terminal)
6. Industri
Perhitungan kebutuhan air dapat didasarkan pada jumlah sarana non domestik pada
masa mendatang dengan melihat rencana perkembangan Kota. Pendekatan lain yang
bisa dilakukan adalah dengan pendekatan dari besaran ekuivalen penduduk. Dalam
metode ini prediksi kebutuhan non domestik dihitung dari prosentase kebutuhan air
domestik, dengan perkembangannya mengikuti besarnya perkembangan kebutuhan
domestik. Untuk pengembangan besarnya konsumsi air non domestik dapat dihitung
dari besarnya konsumsi non domestik yang ada saat ini berdasar rekening yang ada di
PDAM.
Kriteria kebutuhan air Non domestik untuk masing-masing satuan kategori sarana non
domestik ditampilkan pada tabel 4.3. berikut ini

Tabel 4.3. Kriteria Konsumsi air Non Domestik

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 3

Kabupaten Jombang

Kategori

Kebutuhan air

Masjid
Gereja
Terminal
Sekolah
Rumah Sakit
Kantor

20-40 l/org/hr
5-15 l/org/hr
15-20 l/org/hr
15-30 l/murid/hr
220-300 l/org/hr
25-40 l/org/hr

Umum :

Industri :
Peternakan
Industri Umum

10-35 l/ekor/hr
40-400 l/org/hr

Komersial :
Bioskop
Hotel
Restoran
Pasar/Pertokoan

10-15 l/kursi/hr
80-120 l/org/hr
65-90 l/kursi/hr
5 l/m2/hr

4.2. KEBUTUHAN AIR


Fluktuasi kebutuhan air yang dikomsumsi oleh masyarakat bervariasi setiap waktu,
yang disebabkan beberapa faktor yang diantaranya sebagai berikut :

Kecukupan pasokan produksi air PDAM, kondisi sistem distribusi, banyaknya


pelanggan yang tersambung ke sistem, dan sistem tekanan yang ada.

Kondisi

iklim,

seperti

temperatur

dan

kelembaban

yang

menyebabkan

kecenderungan penggunaan air.

Pola aktivitas masyarakat, kerja, aktivitas rumah tangga, mandi dan sebagainya.

Faktor ekonomi yang mempengaruhi penggunaan dan kemampuan membayar air.

Meningkatnya penggunaan air kemasan dan sumur pribadi.

Sarana pelayanan pelanggan PDAM antara lain sambungan rumah tangga, kran
umum, truk tangki air PDAM dan pembelian dari penjual air.

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 4

Kabupaten Jombang

Kebutuhan akan meningkat jika sesuai dengan kebutuhan dasar bila penyediaan
pasokan air PDAM mencukupi dan tekanan air pada sistem penyediaan air bersih

30
Kebutuhan Jam Puncak

1.7

VOLUME PENAMPUNGAN

25

1.5

ALIRAN

Bak air bersih/ Kapasitas Pompa

1.3

20
Kebutuhan rata-rata

harian

1.0

15

10
0.6
5

0
12:00M

6:00am

12:00 N

6:00pm

12:00M

JAM DALAM SEHARI

Gambar 4.1
Pola Kebutuhan per Hari

4.2.1. KEBUTUHAN RATA-RATA


Kebutuhan air rata-rata adalah jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan air untuk kebutuhan domestik, kebutuhan non domestik ditambah dengan
kehilangan air. Konsumsi rata-rata air setiap jamnya selama 1 tahun periode, atau
kebutuhan rata-rata per hari (ADD) relatif konstan dari tahun ke tahun. Dalam
perencanaan kebutuhan rata-rata dapat mengambil dari kriteria yang ada atau
dengan mengacu pada konsumsi rata-rata saat ini di wilayah perencanaan berdasar
data konsumsi air yang tercatat di PDAM. Penentuan kebutuhan dari data rekening
PDAM lebih akurat karena menunjukkan kondisi riil di lapangan. Pengambilan data
primer di lapangan dengan menyebarkan kuisioner kepada konsumen untuk
mengetahui jumlah pemakaian air juga dapat dimanfaatkan, terutama untuk
perencanaan baru di wilayah yang saat ini belum terlayani sarana air minum
perpipaan

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 5

FACTOR JAM PUNCAK

memadai. Gambar 4.1 berikut ini menggambarkan pola kebutuhan per hari.

Kabupaten Jombang

4.2.2. KEBUTUHAN MAKSIMUM (Qmaks)


Kebutuhan hari maksimum adalah banyaknya air yang diperlukan yang terbesar pada
suatu hari pada satu tahun, dihitung berdasar dari kebutuhan air rata-rata. Untuk
menghitung kebutuhan hari maksmum digunakan rumus sebagai berikut :
Qmaks = Fmaks x Qr
Dimana :
Q maks =

kebutuhan harian maksimum

Fmaks

faktor harian maksimum yang besarnya 1,15 1,2

Qr

kebutuhan rata-rata

4.2.3. KEBUTUHAN PUNCAK(Qpeak)


Pada setiap hari, kebutuhan air akan bervariasi setiap jamnya sesuai dengan kegiatan
sehari-hari, temperatur, dan faktor-faktor lain yang telah disebut di atas. Biasanya,
hal ini menghasilkan dua kebutuhan jam puncak; yaitu sekitar jam 07.00 pagi dan
05.00 sore. Kebutuhan jam puncak seperti ini terjadi setiap hari sesuai dengan faktor
puncak aktivitas selama kebutuhan jam puncak ini (PHD).
Kebutuhan jam puncak bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lain dalam sistem,
tergantung dari jenis pemakaian masing-masing wilayah. Wilayah yang memiliki
banyak pabrik industri, puncak konsumsinya terjadi pada pagi hari saat kegiatan
produksinya sedang berjalan maksimum. Puncak konsumsi seperti ini tidak akan
setinggi pada daerah perumahan, tapi durasinya akan lebih lama. Sementara wilayah
niaga dimana banyak orang berbelanja, maka puncak kebutuhan akan terjadi disaat
liburan akhir pekan dan malam hari.
Dengan mempertimbangkan semua faktor yang telah disebut di atas maka faktorfaktor kebutuhan puncak yang dipakai untuk penyusunan evaluasi kebutuhan air
minum ini adalah:

Transmisi sumber air baku dan fasilitas intake: 1.15 x rata-rata permintaan
perhari (ADD).

Stasiun stasiun pompa air baku: 1.15

Fasilitas IPA : 1.1

Stasiun pompa IPA : 1.3

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 6

Kabupaten Jombang

Transmisi dari IPA : 1.3

Pipa distribusi air primer dan sekunder 1.75

4.3. KEHILANGAN AIR


Kehilangan air adalah selisih antara banyaknya air yang produksi dengan air yang
dikonsumsi (water consumption). Dalam kenyataannya, kehilangan air dalam suatu
perencanaan sistem distribusi selalu ada. Kehilangan air tersebut dapat bersifat
teknis ataupun non teknis. Yang bersifat teknis misalnya kebocoran pipa, sambungan,
katup dan sebagainya. Sedangkan yang bersifat non teknis adalah pencurian air dari
pipa distribusi, ketidakakuratan meter air, kerugian administrasi.
Jenis kehilangan dalam dalam digolongkan kedalam 2 (dua) jenis Yaitu :
a) Kehilangan air fisik (nyata), yaitu :
Kehilangan air yang terjadi secara fisik (nyata) terbuang keluar melalui
retak/lubang-lubang pada pipa distribusi.
Misalnya kebocoran yang keluar secara fisik melalui retak, lubang atau
sambungan yang tidak benar.
b) Kehilangan air non fisik (tidak nyata), yaitu :
Kehilangan air yang terjadi dan secara fisik tidak dapat terlihat atau tidak
diperhitungkan.
Misalnya kebocoran disebabkan oleh kesalahan secara non teknis, administrasi
yang tidak tertib, pencurian air, pembacaan meter yang tidak benar dan
sebagainya.
Besarnya kehilangan air diperkirakan sebanyak 15 % sampai 25 % dari kebutuhan air
total (kebutuhan domestik + kebutuhan non domestik). Kebocoran air yang cukup
besar, akan terjadi karena beberapa hal seperti : sambungan-sambungan yang tidak
resmi, kebocoran pada sambungan pelayanan, ketidakakuratan pada meteran air, dan
kerugian secara administrasi. Hal ini cukup beralasan jika diharapkan bahwa selama
periode perencanaan, perlu direncanakan bahwa kehilangan air akan berkurang dari
tahun 2001 sampai tahun 2025 mencapai maksimal 20% secara menyeluruh.
Pemerintah melalui penelitian beberapa sistem penyediaan air bersih di wilayah
Republik Indonesia, telah menetapkan besaran 20% sebagai angka kebocoran
maksimal. Lebih jelasnya mengenai toleransi besaran untuk kebocoran dapat dilihat
pada tabel 4.4. berikut :

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 7

Kabupaten Jombang

Tabel 4.4. Kehilangan Air yang Direkomendasikan


No
1
2
3
4
5

Jumlah kehilangan
air yang diperbolehkan ( % )

Sumber Kehilangan Air


Kebocoran pada distribusi (sambungan, katup,sil
kopling,plukkran)
Keakuratan grit meter air
Kebocoran pipa konsumen
Pemakaian untuk operasi pemeliharaan, sosial dan hidran
kebakaran
Kehilangan air non fisik lainnya misalnya : kesalahan
administrasi, pembacaan meter, sambungan liar dan lainlain

5
35
5
3
2

TOTAL
Sumber : Standar Kebijaksanaan Nasional ( Ciptakarya Dep,PU )

18 - 20

4.4. SISTEM AIR MINUM


4.4.1. SISTEM AIR BAKU
Ketersediaan air baku merupakan syarat utama dalam penyediaan air minum. Dalam
perencanaan sistem penyediaan air minum, pelaksanaan survey sumber air baku
sangat penting, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai
alternatif sumber air baku yang dapat digunakan sebagai sumber air minum.
Penyelidikan dan penelusuran sumber-sumber air baku dalam kegiatan perencanaan
sistem ditekankan pada kemungkinannya untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber
air baku yang potensial bagi sistem penyediaan air minum yang direncanakan tanpa
melupakan

dampak

negatif

yang

mungkin

akan

ditimbulkan

dari

kegiatan

pemanfaatan tersebut.
Untuk dapat dipergunakan sebagai sumber air minum, beberapa pertimbangan yang
bisa dipakai antara lain adalah :

Kuantitas sumber air baku serta kontinuitasnya

Kualitas sumber air baku

Kemudahan dalam pembangunan konstruksi

Kemamanan pengoperasian sumber

Biaya unit produksi yang dibutuhkan serta pengopersiannya

Kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap sumber air

Terdapat beberapa alternatif sumber air baku yang bisa dipergunakan. Secara teknis,
semua air baku bisa dimanfaatkan untuk penyediaan air minum, namun pemilihan

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 8

Kabupaten Jombang

sumber air baku harus memperhatikan faktor ekonomis. Apabila tersedia, sumber air
baku dengan kuantitas yang cukup besar, mempunyai kualitas yang sudah memenuhi
standart, berada pada lokasi yang tidak jauh dari konsumen dan memiliki beda tinggi
yang mencukupi untuk dialirkan secara gravitasi ke daerah pelayanan adalah sumber
air baku yang utama untuk dimanfaatkan. Pada kenyataannya potensi sumber air
baku seperti ini sangat sulit dijumpai. Sebagian besar air baku yang tersedia hanya
memenuhi sebagian dari kriteria tersebut di atas. Adakalanya air baku yang tersedia
dalam jumlah yang besar namun kualitasnya belum memenuhi syarat sehingga untuk
memanfaatkannya sebagai air minum diperlukan upaya-upaya teknis yang rumit atau
terdapat air dengan kaulitas yang memenuhi syarat namun berada di lokasi yang
sangat jauh atau di lokasi yang sulit dijangkau sehingga diperlukan upaya-upaya
tertentu untuk bisa memanfaatkan sumber air baku yang ada. Konflik dengan pihak
lain akibat benturan kepentingan dalam upaya pemanfaatan air sebisa mungkin
dihindarkan untuk mencegah perebutan air dikemudian hari sehingga pemanfaatan
air bisa terus dilakukan.
Masing-masing sumber air baku yang ada baik mata air, air permukaan maupun air
tanah masing-masing memiliki keuntungan dan kekurangan dalam pemanfaatannya.
Air dari mata air biasanya memiliki kualitas yang baik sehingga tidak memerlukan
pengolahan khusus untuk pemanfaatannya dan biasanya berada pada elevasi yang
mencukupi untuk dialirkan secara gravitasi ke wilayah pelayanan. Fluktuasi debit
pada musim kemarau dan penghujan biasanya tidak terlalu besar. Namun biasanya
mata air berada di lokasi yang cukup jauh dan di lokasi yang sulit dijangkau sehingga
memerlukan perpipaan yang cukup panjang. Selain itu konflik dengan para pengguna
air baik untuk keperluan sehari-hari maupun dengan para petani yang memanfaatkan
untuk keperluan irigasi harus diperhitungkan dalam upaya penggunaan mata air untuk
air baku air minum. Air tanah dalam biasanya memiliki kualitas yang memenuhi
syarat untuk dimanfaatkan, hanya sebagian kecil air tanah dalam yang memiliki
kualitas yang belum memenuhi syarat namun biasanya hanya memerukan pengolahan
sederhana untuk memanfaatkannya. Debit air tanah dalam bervariasi di setiap lokasi
dengan fluktuasi yang kecil sehingga cukup memudahkan untuk dimanfaatkan. Namun
diperlukan pompa untuk eksplorasi maupun untukk mendistribusikan ke wilayah
pelayanan. Untuk air permukaan ( sungai, danau, waduk) biasanya memiliki debit
yang mencukupi meskipun fluktuasi debit sangat tinggi dan biasanya berada di dekat
pemukiman sehingga perpipaan yang diperlukan tidak terlalu panjang. Namun
kualitasnya biasanya masih jauh dari standart yang diperlukan sehingga memerlukan

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 9

Kabupaten Jombang

pengolahan lengkap. Lokasinya yang biasanya berada di lokasi pemukiman


menyebabkan diperlukan pompa untuk membawa air ke konsumen.
Jenis sistem pengambilan air baku dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung
dari jenis sumber yang akan digunakan sebagai berikut :

Sistem pengambilan pada air permukaan berupa intake

Pengambilan

pada

sumber

mata

air

berupa

Bangunan

Penangkap

air

(broandcaptering)

Pengambilan pada air tanah dalam sumur

Untuk lebih jelasnya tentang pemilihan air baku terdapat pada gambar 4.2

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 10

Kabupaten Jombang

Gambar 4.2. Skematik Pemilihan Air Baku


Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 11

Kabupaten Jombang

4.4.2. SISTEM TRANSMISI


Pipa transmisi digunakan untuk mengalirkan air dari sumber /reservoir ke jaringan
distribusi. Terdapat dua jenis sistem transmisi yaitu transmisi air baku dan transmisi air
bersih. Pipa transmisi air baku membawa air baku dari sumber ke instalasi pengolahan
sedang pipa transmisi air bersih membawa air dari sumber atau dari bangunan
pengolahanan menuju reservoir. Pengaliran bisa dilakukan dengan cara atau sistem
gravitasi dan sistem pemompaan. Sistem gravitasi biasanya digunakan pada pengambilan
sumber air dari mata air pegunungan sedangkan sistem pemompaan biasanya digunakan
pada pengambilan langsung dari air permukaan (sungai) lewat intake yang kemudian diolah
melalui bangunan-bangunan pengolahan yang hasil pengolahannya dimasukkan ke reservoir
unutk didistribusikan ke pelanggan melalui pipa transmisi dengan sistem pemompaan.
Perhitungan dimensi pipa transmisi biasanya berdasarkan pada debit maksimum harian
(Qmaks).

4.4.3. SISTEM PRODUKSI


Sistem produksi Pengolahan air baku ada beberapa sistem pengolahan (IPA) diantaranya :
1. Pengolahan air permukaan
2. Pengolahan air tanah
Proses pengolahan air minum yang umum dilakukan untuk air permukaan adalah proses
pengolahan lengkap. Adapun bangunan pengolahan yang diperlukan untuk proses
pengolahan lengkap ini meliputi :
a. Bangunan Penangkap Air/Sadap (Intake)
b. Bangunan Bak Penenang dan Bak Pembagi
c. Bangunan Bak Prasedimentasi
d. Bangunan Bak Pengaduk Cepat
e. Bangunan bak Pengaduk Lambat
f. Bangunan Bak Sedimentasi
g. Bangunan Bak Filtrasi
h. Unit Pembubuh Bahan Kimia
i. Reservoir
Proses pengolahan air minum yang umum dilakukan untuk air tanah adalah proses yang
tidak selengkap pengolahan air permukaan. Adapun bangunan yang diperlukan sangat
tergantung dari proses yang diperlukan sesuai dengan kualitas air tanah yang dihasilkan.
Proses penghilangan Fe dan Mn memerlukan aerasi sehingga perlu bangunan aerator

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 12

Kabupaten Jombang

dilengkapi dengan bak pengendap dan filter. Proses penghilangan kesadahan memerlukan
penambahan kapur dan soda, sehingga diperlukan bak pengaduk cepat, floculator, bak
pengendap disamping bak recarbonisasi untuk penambahan CO2 dan seterusnya.

4.4.4. RESERVOIR
Ketersediaan reservoir dalam perencanaan air minum diperlukan karena adanya fluktuasi
pemakaian air oleh masyarakat. Ketika pemakaian air oleh konsumen rendah (dibawah
rata-rata) akan terdapat sisa debit yang tidak terpakai. Debit inilah yang akan disimpan
dalam reservoir yang akan dipergunakan kembali saat pemakaian air oleh masyarakat di
atas rata-rata dan suplai air dari sumber tidak mencukupi.
Berdasarkan letaknya reservoir dibedakan menjdi dua macam yaitu elevated reservoir dan
ground reservoir. Elevated reservoir adalah reservoir yang diletakkan di atas tanah dengan
ketinggian tertentu sesuai perhitungan kebutuhan tekanan sedangkan ground reservoir
dibangun dengan meletakkan atau menanam sebagian bangunan reservoir dalam tanah.
Dalam penentuan kapasitas reservoir dapat dilakukan dengan dua cara. Yang pertama
dengan berdasarkan pada pola pemakaian air selama satu hari. Jumlah air yang harus
tersimpan pada saat pemakaian air dibawah kebutuhan minimum dan selisih air yang
diperlukan pada kebutuhan di atas rata-rata, volume itulah yang harus disimpan dalam
sebagai cadangan di reservoir. Cara lain adalah dengan mengambil perkiraan kebutuhan
reservoir dari prosentase kebutuhan harian. Untuk cara ini, biasanya sistem penampungan
diambil sebesar 25% dari rata-rata kebutuhan harian (6 jam, yaitu 4 jam pada bak air
bersih di instalasi pengolahan dan 2 jam pada reservoir pelayanan).
Reservoir

pelayanan,

yang

ditempatkan

antara

kapasitas

pada

lokasi

tertentu

diperlukan

untuk

menyediakan:

Perbedaan

aliran

pemompaan

dan

kebutuhan

jam

puncak,

penampungan air operasional ( operational storage )

Penampungan air untuk pemadam kebakaran

Keandalan sistem pelayanan ( penampungan keadaan darurat )

Salah satu alasan utama penggunaan reservoir adalah pemompaan dan pengaliran air dari
sumber ke sistem distribusi yang dirancang berdasarkan dari kebutuhan rata-rata per hari,
sebagai pemenuhan kebutuhan jam puncak. Reservoir untuk keperluan pelanggan niaga dan
industri tidak ada pembatasan dan diserahkan pada kebijaksanaan pemilik-pemiliknya.

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 13

Kabupaten Jombang

4.4.5. SISTEM DISTRIBUSI


Air yang disuplai melalui pipa akan didistribusikan melalui dua alternatif sistem, yaitu :
-

Continous sistem (sistem berkelanjutan)

Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplai dan didistribusikan kepada konsumen
secara terus-menerus selama 24 jam. Sistem ini biasanya diterapkan bila pada setiap
waktu kuantitas air baku dapat menyuplai seluruh kebutuhan konsumen di daerah tersebut.
-

Intermitten sistem

Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplai dan didistribusikan kepada konsumen
hanya selama beberapa jam dalam satu harinya, biasanya 2 sampai 4 jam pada pagi hari
dan 2 sampai 4 jam pada sore hari. Sistem ini biasanya diterapkan bila kuantitas dan
tekanan air yang cukup tidak tersedia dalam sistem.
Sistem jaringan induk distribusi yang dipakai dalam pendistribusian air bersih ada dua
macam, yaitu :
-

Sistem Cabang atau Branch

Pada sistem ini air hanya mengalir dari satu arah dan pada setiap ujung pipa akhir daerah
pelayanan terdapat titik akhir (dead end), serta pipa distribusi tidak saling berhubungan.
Area konsumen disuplai air melalui satu jalur pipa utama. Sistem ini biasanya digunakan
pada daerah dengan sifat-sifat sebagai berikut :
a. Perkembangan kota kearah memanjang
b. Sarana jaringan tidak saling berhubungan
c. Keadaan topografi dengan kemiringan medan yang menuju satu arah
Keuntungan dari sistem ini adalah jaringan distribusi lebih sederhana, sehingga
pemasangan pipa lebih murah dan penggunaan pipa lebih sedikit karena pipa distribusi
hanya dipasang pada daerah yang paling padat penduduknya
Kerugian dari sistem ini adalah kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan
pengendapan diujung pipa tidak dapat dihindari, sehingga harus dilakukan pembersihan
yang intensif, bila terjadi kerusakan dan kebakaran pada salah satu bagian sistem, suplai
air akan terganggu, keseimbangan sistem pengaliran kurang terjamin terutama terjadinya
tekanan kritis pada bagian pipa yang terjauh

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 14

Kabupaten Jombang

Sistem Melingkar atau Loop

Pada sistem ini jaringan pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang lain
membentuk lingkaran-lingkaran, sehingga pada pipa induk tidak ada titik mati (dead end)
dan air akan mengalir ke suatu titik yang dapat melalui beberapa arah. Sistem ini
diterapkan pada :
a. Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan
b. Daerah dengan perkembangan kota cenderung ke segala arah
c. Keadaan topografi yang relatif datar
Keuntungan sistem ini kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan
kotoran dan pengendapan lumpur dapat dihindari , bila terjadi kerusakan, perbaikan atau
pengambilan air untuk pemadam kebakaran pada bagian tertentu, maka suplai air pada
bagian sistem lainnnya tidak terganggu
Kerugian pemilihan sistem ini adalah sistem perpipaan rumit dan perlengkapan pipa yang
dipergunakan sangat banyak sehingga biaya yang diperlukan lebih besar.

4.5. METODE PROYEKSI PENDUDUK


Proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas yang ada sangat diperlukan untuk kepentingan
perencanaan dan perancangan serta evaluasi penyediaan air bersih. Kebutuhan akan air
bersih semakin lama semakin meningkat sesuai dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk dimasa yang akan datang. Untuk suatu perencanaan diperlukan suatu proyeksi
penduduk (termasuk juga fasilitas-fasilitas umum). Walaupun proyeksi bersifat ramalan
dimana keberadaannya dan ketelitiannnya bersifat subyektif, namun bukan berarti tanpa
pertimbangan dan metode. Beberapa metode proyeksi penduduk yang biasa digunakan
antara lain metode aritmatik, metode bunga berganda dan metode Metode Selisih Kuadrat
Minimum.
-

Metode rata-rata aritmatik


Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu
naik secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek.
Rumus yang digunakan :
Pn = Po + r (dn)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada masa akhir tahun periode
Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 15

Kabupaten Jombang

R = rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun


Dn = kurun waktu proyeksi
-

Metode Selisih Kuadrat Minimum


Metode ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti bahwa data
perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier,
meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Dalam persamaan
ini data yang dipakai jumlahnya harus ganjil.
Rumusnya adalah :
Pn = a + (bx)
Dimana :
a = ( ( p) ( t ) ( t) ( pt) ) / (n ( t ) ( t ) )
b = (n ( pt) ( t) ( p) ) / (n ( t ) ( t ) )
x = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar

Metode Berganda
Proyeksi dengan metode ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara
otomatis

berganda,

dengan

pertambahan

penduduk.

Metode

ini

tidak

memperhatikan adanya suatu saat terjadi perkembangan menurun dan


kemudian mantap, disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum.
Rumus yang digunakan:
Pn = Po (1+ r)
Dimana;
Po = jumlah penduduk mula-mula
Pn = penduduk tahun n

n
r

= kurun waktu
= rata-rata prosentase pertambahan penduduk pertahun

Rencana Induk Pengembangan SPAM

IV - 16

Anda mungkin juga menyukai