LAPORAN KASUS
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tuan Makmun
: 116
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Usia
: 56 tahun
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: Buruh
Keluhan tambahan
: Batuk berdahak
frekuensi sesak menjadi lebih sering akibat kabut asap yang tebal di daerah
Palembang. Sesak berkurang bila pasien minum obat.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Keluhan Serupa
mengi sejak remaja, terutama saat terpapar asap dan debu atau pada saat
cuaca dingin. Keluhan sesak menghilang setelah minum obat.
Riwayat Kencing Manis
: disangkal
Riwayat Darah Tinggi
: disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Sakit Ginjal
: disangkal
Riwayat sakit kuning
: disangkal
Alergi Obat dan Makanan : disangkal
Riwayat Operasi
: disangkal
Riwayat merokok
: disangkal
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Ibu kandung pasien memiliki riwayat penyakit asma (+)
Istri pasien memiliki alergi makanan laut (ikan laut, udang, cumi) yang akan
menimbulkan keluhan bentol-bentol merah disertai gatal
Anak laki-laki pasien juga memiliki keluhan sesak disertai mengi yang sama
dengan pasien
Kesan: Riwayat keluarga penyakit atopi (+)
Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang suami dari 1 istri dan 3 orang anak. Anak pertama dan
kedua sudah menikah. Saat ini pasien tinggal bersama istri dan 1 orang anak
laki-laki. Sehari-hari pasien bekerja sebagai buruh di Pelabuhan Boom Baru.
Sensorium
: compos mentis
Tekanan darah
: 130/70 mmHg
Nadi
Frekuensi pernapasan
: 30 x/menit
Suhu
: 36,7C
Berat Badan
: 62 kg
Tinggi
: 172 cm
Keadaan gizi
: 20,95 (normoweight)
Keadaan Spesifik
Kepala
Mata
Hidung
Thoraks
Pulmo
Cor
Abdomen
: Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
timpani, bising usus (+) normal.
Ekstemitas
Genitalian
1.4. RESUME
Tuan Makmun, 56 tahun, datang ke Puskesmas Boom Baru dengan keluhan
utama sesak disertai mengi sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh
mengeluh batuk berdahak putih kental. Pasien sering mengalami sesak sejak
usia remaja, sesak setelah terhirup asap dan debu, pada cuaca dingin terutama
pada malam hari. Frekuensi serangan kurang dari 2 kali sebulan. Namun,
sekitar 1 bulan terakhir, frekuensi sesak menjadi lebih sering akibat kabut
asap yang tebal di daerah Palembang. Sesak berkurang bila pasien minum
obat.
Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan takipnea (RR=
30x/menit), sedangkan tanda vital lainnya dalam batas normal. Dari
pemeriksaan spesifik pada paru, didapatkan ekspirasi memanjang dan
wheezing pada kedua lapang paru.
1.5. DIAGNOSIS BANDING
Asma Bronkial
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
1.6. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Spirometri
1.7. DIAGNOSIS KERJA
Asma Bronkial
1.8. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologis
Komunikasi, Informasi dan Edukasi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pasien harus mengetahui tanda gejala dini serangan asma. Jika sesak
terasa semakin berat, pasien harus segera ke IGD rumah sakit terdekat.
7.
2. Farmakologis
Aminofilin tab 2x150 mg (p.o)
Prednison tab 3x5 mg (p.o)
Ambroxol tab 3x30 mg (p.o)
Vitamin B kompleks 1x1 tab (p.o)
1.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
3.1.1.
Asma Bronkial
Definisi
Asma merupakan salah satu penyakit paru obstruktif yang ditandai
dengan bronkospasme episodik reversible akibat respon bronkokonstriksi
berlebihan terhadap rangsangan tertentu.
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk
terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat
reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
3.1.2.
Epidemiologi
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10
penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan
emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai
penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun
1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/ 1000,
dibandingkan bronkitis kronik 11/ 1000 dan obstruksi paru 2/ 1000.
Insiden asma dewasa ini di Indonesia kira-kira 5-7% dan
diperkirakan akan semakin meningkat dalam waktu yang akan datang,
oleh karena negara Indonesia saat ini berubah menjadi negara industri.
Perbandingan asma pada anak laki-laki dan wanita sebesar 1,5 : 1 dan
perbandingan ini cenderung menurun pada usia yang lebih tua. Pada orang
dewasa, asma lebih sering dialami oleh wanita daripada pria.
3.1.3.
ras.
Faktor
lingkungan
mempengaruhi
individu
dengan
Faktor pejamu
Asma adalah penyakit yang diturunkan telah terbukti dari berbagai
penelitian. Predisposisi genetik untuk berkembangnya asma memberikan
bakat/ kecenderungan untuk terjadinya asma. Fenotip yang berkaitan
dengan asma, dikaitkan dengan ukuran subjektif (gejala) dan objektif
(hipereaktiviti bronkus, kadar IgE serum) dan atau keduanya.
Faktor lingkungan
Alergen dan sensitisasi bahan lingkungan kerja dipertimbangkan
adalah penyebab utama asma, dengan pengertian faktor lingkungan
tersebut pada awalnya mensensitisasi jalan napas dan mempertahankan
kondisi asma tetap aktif dengan mencetuskan serangan asma atau
menyebabkan menetapnya gejala.
3.1.4.
Etiologi
Pada asma, gangguan aliran udara terjadi akibat faktor pencetus
berupa:
3.1.5.
Patogenesis
10
Manifestasi Klinis
3.1.7.
Penegakan Diagnosis
1) Anamnesis
Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah
dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama
reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai
diagnostik.
Riwayat penyakit / gejala :
Bersifat
episodik,
seringkali
reversibel
dengan
atau
tanpa
pengobatan
Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
Riwayat keluarga (atopi)
Riwayat alergi / atopi
Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan pengobatan
2) Pemeriksaan fisik
a) Perkusi dada : sonor sampai hipersonor
b) Auskultasi :
3) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
spesifik
Sputum
Kristal-kristal
charcot
leyden
yang
merupakan
b) Spirometri
c) Allergy testing
d) Radiologi
3.1.8.
Tatalaksana
Tatalaksana
pasien
asma
adalah
manajemen
kasus
untuk
14
(lima)
komponen
yang
dapat
diterapkan
dalam
Inhalasi kortikosteroid
antileukotrien
Jenis obat
Golongan
Nama generik
17
Bentuk/kemasan obat
Pengontrol
(Antiinflamasi)
Steroid inhalasi
Flutikason propionat
Budesonide
IDT
IDT, turbuhaler
Antileukokotrin
Zafirlukast
Oral(tablet)
Kortikosteroid sistemik
Metilprednisolon
Prednison
Oral(injeksi)
Oral
Prokaterol
Formoterol
Salmeterol
Oral
Turbuhaler
IDT
Flutikason + Salmeterol.
Budesonide + formoterol
IDT
Turbuhaler
Salbutamol
Oral,
IDT,
solution
Terbutalin
Prokaterol
IDT
Fenoterol
Ipratropium bromide
IDT, solution
IDT, solution
Metilsantin
Teofilin
Aminofilin
Teofilin lepas lambat
Oral
Oral, injeksi
Oral
Kortikosteroid sistemik
Metilprednisolon
Prednison
Oral, inhaler
Oral
Agonis beta-2
kerjalama
kombinasi steroid dan
Agonis beta-2
kerjalama
Pelega
(Bronkodilator)
Agonis
cepat
beta-2
kerja
Antikolinergik
18
rotacap
BAB IV
PENCEGAHAN DAN PEMBINAAN
4.1 Genogram Keluarga Tn. Makmun
Tn. Makmun, 56 tahun
Laila, 32 tahun
Hasan, 28 tahun
Fauzi, 26 tahun
b. Fungsi Psikologis
Keluarga Tn. Makmun menyatakan bahwa terdapat kerjasama
yang baik di dalam anggota keluarga. Apabila terdapat masalah, maka
akan diselesaikan dengan cara musyawarah. Meskipun anak pertama
dan kedua telah berkeluarga dan tinggal di rumah yang berbeda,
namun jika terdapat masalah kelurga, keluarga Tn. Makmun akan tetap
saling berhubungan via telepon untuk berdiskusi dan mencari
pemecahan masalah bersama. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa fungsi psikologis keluarga ini berjalan dengan baik.
c. Fungsi Sosial-Ekonomi
Tn. Makmun bekerja sebagai buruh di Pelabuhan Boom Baru dan
Ny. Suarni adalah seorang ibu rumah tangga. Anak ketiga yaitu Tn.
Fauzi bekerja sebagai karyawan di perusahaan telekomuniksi. Dari
sudut pandang ekonomi, keluarga Tn. Makmun merupakan kelurga
dengan ekonomi menengah.
Tn. Makmun dan istri mengaku tidak pernah mengalami konflik
dengan tetangga sekitar dan sering ikut berpartisipasi di dalam
kegiatan di sekitar rumahnya. Dari sudut pandang sosial, keluarga Tn.
makmun memiliki sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitar.
4.2.2. Fungsi fisiologis
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau
dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan
anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:
a. Adaptation
Keluarga ini mampu beradaptasi antar sesama anggota keluarga,
saling mendukung, saling menerima, dan memberikan saran satu sama
yang lainnya serta mengambil keputusan secara musyawarah.
.
b. Partnership
20
non
farmakologis
dan
farmakologis.
menekan
Pada
pada konsep
23
DAFTAR PUSTAKA
Davey, P. 2005. Medicine at a glance. Jakarta:Erlangga
Fajar,
A. N. 2009.
Cuaca Dingin Picu Timbulnya Asma.
(http/:/www.fajar.co.idkoran1260979218FAJAR.OLG_17_28.pdf, Diakses
pada tanggal 29 September 2015)
24
LAMPIRAN 1
DENAH RUMAH
WC
DAPUR
KAMAR 2
RUANG MAKAN
KAMAR 1
RUANG TAMU
TERAS
25
LAMPIRAN 2
APGAR SCORE
Skor untuk masing-masing kategori adalah :
0 = Jarang/tidak sama sekali
1 = Kadang-kadang
2 = Sering/selalu
Tiga kategori penilaian yaitu :
5 = Kurang
6-7 = Cukup
8-10 = Baik
Variabel
APGAR
APGAR
Penilaian
Adaptation
Ayah
2
Ibu
2
Partnership
Growth
Affection
Resolve
1
1
2
1
Total
26
LAMPIRAN 3
SCREEM SCORE
Variabel Penilaian
Social
Penilaian
Interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup
baik.
Culture
Religious
santun.
Keluarga ini taat menjalankan ibadah sesuai dengan
Economic
Educational
Medical
27