Anda di halaman 1dari 11

Pernahkah terpikir untuk menghubungkan antara hujan dengan lembab di rumah anda?

Mungkin anda sering jumpai rumah-rumah dengan kondisi masalah lembab dan jamur
yang serius namun dibiarkan begitu saja. Hal ini disebabkan masih kurangnya perhatian
kita terhadap isu lembab. Sebelum membahas lebih jauh tentang lembab, disini akan
sedikit diuraikan mengenai perbedaan istilah: moisture, humidity dan dampness, yang
dalam bahasa Indonesia memiliki kata yang sama yaitu lembab.
Moisture (lembab) dalam bangunan dapat berupa uap air atau titik air atau basah,
biasanya dapat dirasakan atau dilihat pada obyek atau menempel pada bahan bangunan.
SedangkanHumidity (lembab) merupakan tingkat basah yang ada di udara dari hasil
penguapan air, keberadaannya tidak selalu dapat dirasakan, kecuali ketika mengembun
dalam bentuk dropletatau tetesan air pada permukaan bangunan yang lebih dingin dari
sekitarnya.
Moisture dalam struktur bangunan dapat mempengaruhi bahan bangunan yang mengarah
ke proses mikrobiologis dan kimia, misalnya dengan mengemisi zat berbau dan iritan
dan/atau alergen. Kelembaban relatif (relative humidity) di udara dalam ruangan dapat
menyebabkan kondensasi pada permukaan ruangan yang dingin, juga mengakibatkan
pertumbuhan mikroba dan proses kimia. Peningkatan humidity juga dapat meningkatkan
risiko serangan tungau debu rumah.

Istilah dampness merupakan indikator lembab yang tergantung dari sumber masalah
di dalam bangunan. Misalnya: visible mold (jamur pada dinding) dan kondensasi di
dinding adalah indikasi tingginya kelembaban relatif di dalam ruang ditambah kombinasi
permukaan yang dingin. Sedangkan, damp stain and spots (bercak noda pada
dinding), damp water damage (dinding rusak karena lembab), dan bau pengap atau
apek seringkali merupakan indikasi moisture pada konstruksi bangunan.
Berikut ini beberapa faktor risiko lembab pada bangunan, antara lain: konstruksi rumah
yang tidak baik seperti atap yang bocor, lantai dan dinding yang tidak kedap air, emisi cat
dinding (bahan bangunan) yang belum kering, uap air dari aktivitas memasak, aktivitas
mandi, respirasi, pipa air yang bocor, dan banjir.
Perkembangan Studi tentang Lembab
Adanya hubungan antara kesehatan dan dampness (kelembaban) merupakan
pembahasan para pakar dari multidisiplin ilmu, antara lain melibatkan ilmu kesehatan dan
keselamatan kerja (K3), kesehatan masyarakat, teknologi HVAC, fisika bangunan,
mikrobiologi, dan epidemiologi. Berdasarkan studi tersebut (Bornehag, et al. 2001),
tinggal atau bekerja di gedung yang damp (basah) nampaknya meningkatkan risiko untuk
sejumlah efek kesehatan terutama gejala pernapasan seperti batuk dan asma, termasuk
gejala tidak spesifik seperti kelelahan dan sakit kepala. Hasil diskusi dan analisis

menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kelembaban dan efek kesehatan.
Namun, tidak diketahui seperti apa agen kelembaban (misalnya seberapa lembab) di
udara dalam ruangan yang menyebabkan efek kesehatan.
Pengetahuan yang terbatas tentang mekanisme di balik hubungan antara kelembaban dan
efek kesehatan bukan berarti menjadi kita tidak bisa ikut campur tangan dalam masalah
kelembaban di gedung.
Hal yang jelas dikemukakan adalah adanya dugaan kuat mengenai kelembaban yang
menyebabkan efek kesehatan dan lagipula hingga saat ini belum ada indikasi bahwa
tinggal di sebuah bangunan lembab dapat meningkatkan kesehatan. Jadi, hal ini
merupakan sebuah tantangan besar untuk ilmu pengetahuan dalam menjelaskan asosiasi
tersebut. Hal yang terlihat jelas adalah dampak lembab berupa jamur dan noda di tembok
atau langit-langit rumah anda akan menurunkan estetika interior bangunan, bahkan
terkadang bau apek yang ada akan mengganggu kenyamanan anda. Sebagai saran praktis
adalah sebaiknya menghindari kelembaban dalam bangunan.
Menghindari Lembab di Rumah Anda
Pada umumnya Negara tropis yang merupakan kondisi lingkungan perumahan anda,
berada pada kondisi kelembaban udara yang tinggi. Upaya untuk menjaga rumah anda
dari lembab, antara lain adalah sebagai berikut:

Perhatikan sirkulasi udara

Area basah seperti kamar mandi dan uap dapur menyebabkan uap air terperangkap di
dalam rumah dan menjadi lembab. Dengan memasang exhaust fan atau menambah
jumlah dan luas jendela di rumah anda, dapat mencegah dan mengurangi kondensasi yang
terjadi. Caranya cukup mudah yaitu dengan membuka jendela atau mengaktifkan exhaust
fan untuk memasukkan udara segar dari luar agar terjadi aliran udara segar ke dalam
ruangan rumah anda.

Periksa atap rumah

Biasanya memeriksa dan membersihkan atap rumah, jarang dilakukan bahkan dianggap
enteng. Bila dilakukan, biasanya ketika musim hujan telah tiba dan atap bocor sudah
terasa mengganggu. Jika anda belum merasa tergganggu, biasanya dibiarkan saja dan
pada keadaan inilah lama-lama akan nampak bercak noda jamur pada langit-langit dan
tembok rumah anda.

Sebaiknya, atap rumah harus tersegel dengan baik dan lebih baik jika ditambahkan
pelapis anti bocor. Pastikan juga saluran air hujan di atap rumah anda tidak tersumbat
oleh daun kering atau kotoran lainnya yang dapat menyebabkan air hujan tumpah atau
merendam rongga atap atau mengalir melalui talang ke tembok luar sehingga atap dan
dinding menjadi basah dan lembab.

Periksa pipa saluran air

Pipa air yang bocor seringkali diabaikan. Padahal bocor yang kecil dan lambat tetapi
dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan bahan bangunan di sekitarnya
dan rumah menjadi terasa lembab. Jadi jika anda merasa lembab pada rumah anda,
sebaiknya coba periksa pipa saluran air.

Pastikan lantai dan dinding anda kedap air

Kondisi lantai dan dinding yang tidak kedap bisa saja terasa basah akibat rembesan air
atau lembab dari tanah meskipun di cuaca panas. Air dari luar atau dari dalam tanah bisa
mengalir melalui celah lantai dan dinding yang tidak kedap (karena berporous) terutama
rumah di daerah yang lebih rendah dari permukaan air. Hal ini akan menjadi masalah
ketika musim penghujan tiba dan ketika permukaan tanah sudah jenuh air sehingga
rembesan air akan kerap terjadi. Solusinya memang agak rumit yaitu merombak kembali
permukaan lantai rumah agar lebih tinggi dibandingkan permukaan air, atau dengan cara
melapiskan dinding dan lantai agar lebih kedap air untuk mencegah lembab melalui celah
yang ada.

Memasukan sinar matahari ke dalam rumah

Sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah melalui bukaan jendela yang cukup, atau
dengan membuat atap atau dinding kaca. Sinar matahari dapat membantu mengeringkan
area basah dan juga menyehatkan keluarga anda. Oleh karena itu, sediakan sinar matahari
ke dalam rumah anda dalam jumlah yang cukup.

Perhatikan air buangan AC

Tren penggunaan Air Conditioning (AC) di rumah merupakan alih-alih untuk


menciptakan udara yang nyaman dari panasnya udara di ibukota. Air buangan AC
seringkali diabaikan dan dibiarkan mengalir begitu saja di lantai luar rumah dan menjadi
suasana yang kondusif untuk berkembangnya jamur dan lumut. Bahkan, tak jarang
ditemui, air hasil kondensasi AC ini perlahan merembes ke dalam dinding rumah
sehingga dinding interior terkelupas catnya hingga berjamur. Untuk mengatasinya,
sebaiknya alirkan air tersebut dengan selang langsung ke saluran buangan atau tampung

dahulu ke ember dan anda bisa gunakan air tampungan ini untuk menyiram tanaman.
Nah, yang terakhir ini sekalian untuk menghemat air. Selamat mencoba.

http://www.homeimprovementpages.com.au/article/how_to_avoid_damp_in_the_
home
Bornehag C.G., Blomquist G., Gyntelberg F., Jarvholm B., Malmberg P., Nordvall
L., Nielsen A., Pershagen A., Pershagen G., Sundell J. (2001). Dampness in
Building and Health. Indoor Air Journal 2001; 11; 72-86. Denmark.

. Improve Your Ventilation


Condensation is one of the most common causes of that clammy and damp feeling inside
the home but thankfully, it is also easy to fix. In wet areas such as the bathroom or
laundry, or in the kitchen, steam can be created and built up. Installing an exhaust fan or
rangehood is a huge help as it will vent the moist air to the outside of the home before it
has a chance to form as condensation on windows, mirrors and walls.
Adequate ventilation is also important for managing and preventing condensation. This
can be as simple as opening windows on the opposite sides of your home in order to
allow fresh air to flow through. Ceiling fans, pedestal fans and air conditioners will all
help to keep the air flowing freely and in the case of the air conditioner, it is capable of
removing excess moisture from the air. Heating the home also warms the air, preventing
condensation from forming (as it is created from warm air hitting cold surfaces).

2. Ensure You Have Adequate Damp Proofing


A poorly damp proofed home can feel clammy, even on the hottest of days. If your home
does not have a damp course, or the damp course is damaged, moisture from the soil can
rise up through the bricks and structural members, causing that wet look and feel. The
solution to this is to install a new damp course, either by pulling the bricks out and laying
a physical membrane before replacing the bricks, or by injecting a solution into the bricks
in order to stop moisture from rising up through them.
Another thing that you need to do is check that your flooring is adequately damp proofed,
which is especially important if you have a concrete slab floor. There should be a damp
proofing membrane laid all the way underneath the flooring.

3. Check Your Roofing


It may sound like something that isnt important, but your roofing can actually
contribute to damp in the home if it is not correctly looked after. You need to make sure

that there are cracks or breaks in the roofing material that water can come through. The
roof should also be adequately sealed. Also remember to check that the guttering and
downpipes are correctly connected and that they are not blocked by debris that can cause
water to back up into the roof cavity, or to flow over the guttering and onto the external
wall, soaking it and causing it to feel damp.

4. Check the Plumbing


One potential cause of damp is leaking from your plumbing. These can often go
unnoticed for years, especially if they are small, slow leaks but cause massive amounts of
damage over time, so if your home feels damp and youve eliminated the more obvious
culprits, its time to thoroughly check your plumber. This is a job that needs to be done
by your plumber as it is potentially time consuming and you will need their specialised
skills.

5. Check Flashings
Flashings stop water from entering around windows, doors, skylights, and so on. If the
flashing around one of these is damaged, water can be entering into your home and
causing a damp problem. This is a job for a professional as they can replace the flashing
if it is damaged.

I. Pengertian Rumah Sehat


Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut
rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul dan
membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai tempat berlindung
dan menyimpan barang berharga. Selain itu, rumah juga merupakan status lambang
sosial. (Azwar, 1996; Mukono, 2000).
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan
kesehatan masyarakat. Karena itu, pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental
yang kompleks dan tersedianya standar perumahan adalah isu penting dari kesehatan
masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat
kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari
ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi
pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial. (Krieger and
Higgins, 2002).
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang
digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun
1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat

berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO Mengenai
Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat
berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan
kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat
bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan perumahan yang sehat, aman,
serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan
baik.
II. Kriteria Rumah Sehat
II.1. Menurut Winslow dan APHA
Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen.
Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan
sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan
fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.
Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association (APHA), syarat
rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah, yaitu
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
II.2. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
829/Menkes/SK/VII/1999
Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:
a. Bahan bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain:

Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;


Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;
Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
b. Komponen dan penataan ruangan

Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;


Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah
dibersihkan;
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.
d. Kualitas udara

Suhu udara nyaman, antara 18 30 oC;


Kelembaban udara, antara 40 70 %;
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;
Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;
Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;
Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.
e. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
f. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
g. Penyediaan air

Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang setiap
hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
h. Pembuangan Limbah

Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan
bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari
permukaan tanah dan air tanah.
i. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang
tidur.
II.3. Menurut Ditjen Cipta Karya, 1997
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah:

1. Pondasi yang kuat guna meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi
kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan
tanah;
2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm
dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau
anyaman bambu;
3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar
matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;
4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap,
menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga
kerahasiaan (privacy) penghuninya;
5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari
lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum;
6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi
masuknya debu, angin dan air hujan.
III. Perlunya Pencahayaan dan Pertukaran Udara Dalam Rumah
III.1. Pencahayaan
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui
jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang terbuka. Cahaya matahari berguna
untuk penerangan dan juga dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk,
membunuh kuman penyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain.
Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan untuk
berbagai keperluan menurut WHO dimana salah satunya adalah untuk kamar keluarga
dan tidur dalam rumah adalah 60 120 Lux.

Guna memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya
jendela kamar tidur menghadap ke timur dan luas jendela yang baik minimal mempunyai
luas 10-20% dari luas lantai.

b. Pencahaya
an Buatan
Pencahayaan
buatan yang
baik dan
memenuhi
standar dapat dipengaruhi oleh:

Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit- langit


Konstruksi sumber cahaya dalam ornamen yang dipergunakan
Luas dan bentuk ruangan
Penyebaran sinar dari sumber cahaya
III.2. Ventilasi (Pertukaran Udara)
Ventilasi digunakan untuk pergantian udara. Udara perlu diganti agar mendapat kesegaran
badan. Selain itu agar kuman-kuman penyakit dalam udara, seperti bakteri dan virus,
dapat keluar dari ruangan, sehingga tidak menjadi penyakit. Orang-orang yang batuk dan
bersin-bersin mengeluarkan udara yang penuh dengan kuman-kuman penyakit, yang
dapat menginfeksi udara di sekelilingnya. Penyakit-penyakit menular yang penularannya
dengan perantara udara, antara lain TBC, bronchitis, pneumonia, dan lain-lain.
Hawa segar diperlukan dalam rumah guna mengganti udara ruangan yang sudah terpakai.
Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan.
Umumnya temperatur kamar 220C 300C sudah cukup segar. Guna memperoleh
kenyamanan udara seperti dimaksud di atas diperlukan adanya ventilasi yang baik.
Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan masak-masak, jangan sampai orang-orang
yang ada di dalam rumah menjadi kedinginan dan sakit. Pembuatan lubang-lubang
ventilasi dan jendela harus serasi dengan luas kamar dan sesuai dengan iklim di tempat
itu. Di daerah yang berhawa dingin dan banyak angin. Jangan membuat lubang-lubang
ventilasi yang lebar. Cukup yang kecil-kecil saja.
Tetapi di daerah yang berhawa panas dan tidak banyak angin, lubang ventilasi dapat
dibuat agak lebih besar.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, di antaranya:

1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas
lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya
menjadi 10% dikali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga
udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.
2. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari
pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.
3. Aliran udara diusahakan ventilasi silang dengan menempatkan lubang hawa berhadapan
antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang
besar misalnya almari, dinding sekat dan lain-lain.

IV. Bagaimana Tingkat


Kelembaban Dapat
Mempengaruhi Kesehatan
Kita?
IV.1. Pengertian Kelembaban
Kelembaban mengacu pada jumlah partikel air (dengan kata lain, uap air) yang ada di
udara. Udara memiliki kapasitas tertentu untuk menahan partikel-partikel air yang sering
bervariasi dengan suhu sekitarnya. Saat cuaca berawan, musim panas atau hujan, akan
ada kelembaban yang tinggi di udara. Anda juga mungkin merasa berkeringat dan lebih
panas daripada biasanya, sebagai uap air di udara telah mencapai tingkat kejenuhan.
Demikian pula, ketika suhu turun selama musim dingin, udara menjadi kering. Tingkat
kelembaban rendah juga dapat terjadi di tempat-tempat yang sangat panas dimana tidak
ada hujan selama berbulan-bulan.
IV.2.a. Pengaruh Tingkat Kelembaban Tinggi

Jika tingkat kelembaban relatif yang tinggi baik karena kondisi eksternal, seperti suhu
udara terbuka atau faktor manusia, udara akan membawa lebih banyak uap air yang dapat
mengakibatkan kondisi seperti embun pada permukaan yang dingin, menyebabkan
kelembaban di sekitar kita.
Sebagai kumpulan air yang terbentuk pada dinding, jendela dan pintu, permukaan ini
mengundang berkembang-biaknya jamur dan lumut yang menjadi sumber berbagai
masalah kesehatan kita.
Jamur, bersama dengan tungau dan debu sering menyebabkan masalah pernapasan
seperti asma, alergi dan batuk. Mikroorganisme tersebut juga dapat tumbuh di pakaian
dalam kondisi basah.
Seperti udara sekitarnya yang kaya dengan uap air, tubuh anda mungkin keringat
mengucur deras dan anda mungkin mengalami kegerahan bahkan selama cuaca berawan.
Kelembaban juga dapat menyebabkan dinding kertas atau lukisan menjadi lepek, atau
bahkan menyebabkan dinding plester yang baru dikerjakan mengalami retak.
Tingkat kelembaban tinggi di rumah kita dapat menyebabkan pintu kayu atau jendela
memuai atau melebar sehingga tidak sesuai dengan ukuran kusen.

IV.2.b. Pengaruh Tingkat Kelembaban Rendah


Ketika kelembaban turun di bawah tingkat kenyamanan, anda mungkin akan mengalami
udara kering dan juga mungkin merasakan dingin yang tidak menyenangkan selama
musim dingin. Seperti udara lembab yang sangat tinggi, udara kering juga dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang terkait seperti kulit kering, bibir pecah-pecah, dan
lain-lain. Ketika Anda bernafas dalam udara dingin dan sangat kering, anda juga mungkin
mengalami kesulitan bernafas atau mendapatkan sakit tenggorokan selama pagi dan
malam hari di saat musim angin.
Tidak seperti tingkat
kelembaban tinggi, udara
kering tidak berpengaruh
begitu banyak pada alatalat rumah tangga. Akan
tetapi furnitur seperti
pintu, jendela biasanya
menciut akibat
kekeringan ekstrim udara
di sekitarnya.
Singkatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kelembaban di rumah Anda adalah
sebagai berikut:

Kondisi cuaca dan tingkat suhu di luar rumah Anda.


Bagaimana bangunan tersebut dilindungi dari kelembaban, dan lain-lain, serta
kebocoran.
Anda sehari-hari aktivitas seperti mandi, pengukusan, pengeringan pakaian basah dan
lain-lain
V. Penutup
Rumah sebagai bangunan, yang tidak hanya sebagai tempat berlindung dan beristirahat
serta sebagai sarana pembinaan keluarga, tentu sangat dirindukan oleh banyak keluarga
agar dapat menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga
seluruh anggota keluarga dapat beraktifitas secara produktif, nyaman, dan sehat. Tulisan
ini yang diambil dari berbagai sumber, mudah-mudahan dapat menginspirasi bagi
pembaca yang akan membangun maupun yang sudah memiliki rumah dan juga bagi
pelaku pemberdayaan masyarakat, sehingga warga yang tidak mempunyai pengetahuan
rumah sehat dapat terbantukan. (diambil dari berbagai sumber oleh Wirawan Kristianto,
TA Safeguard Lingkungan, KMP PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)

Anda mungkin juga menyukai