LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Masuk RS Dr Zubir mahmud 01september 2015
Identitas Pasien
Nama
No. RM
Jenis kelamin
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: An. M
: 11.04.67
: Perempuan
: 12 tahun 7 bulan
: Islam
Alamat: Peudawa puntung
: SMP
: Pelajar
Orang Tua
Nama ayah
: ny. R
Usia
: 38 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Peudawa puntung
Pekerjaan
: Swasta
Nama ibu
: Ny. W
Usia
: 38 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Peudawa puntung
Pekerjaan
: anak kandung
II. ANAMNESIS
Anamnesis secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada pasien dan ibu pasien pada
tanggal 2 september 2015
a. Keluhan Utama:
Demam yang mendadak tinggi 5 hari.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan usia 12 tahun 7 bulan datang dengan keluhan
demam sejak 2 hari, demam mendadak tinggi, suhu tidak diukur, terasa sama
saja saat malam dan pagi hari. Demam disertai menggigil namun tidak kejang.
Demam disertai mual, nyeri perut, dan muntah tiap pasien makan, muntah berisi
makanan, tidak ada darah. Pasien juga mengeluhkan nafsu makannya menurun,
badannya lemas. Orang tua pasien mengatakan pada hari pertama demam timbul
bintik-bintik merah di tangan dan kakinya. Sebelumnya pasien sudah berobat ke
RS. Demam sempat turun pada hari ke 2 sakit. Saat itu pasien berobat kembali
ke RS dikarenakan pasien tetap mengalami demam,mual dan muntah, dilakukan
perawatan selama 2 hari serta dilakukan pemeriksaan lab secara berkala,
dikatakan terjadi penurunan trombosit,. Kemudian pasien diputuskan untuk
dirawat. Pada saat perawatan pasien mengeluhkan nyeri perut, dan sesak. Nyeri
sendi, otot, dan sakit kepala disangkal. Riwayat gusi berdarah dan mimisan
disangkal. Buang Air Kecil (BAK) normal (jumlah seperti biasanya, warna
kuning jernih, tidak nyeri). Buang Air Besar (BAB) normal, setiap hari pasien
BAB, sulit BAB dan BAB hitam disangkal. Nyeri dan keluar cairan dari telinga
disangkal. Batuk dan pilek disangkal. Riwayat berpergian dari luar kota
disangkal.tetangga pasien mengalami penyakin DBD
KELAHIRAN
Morbiditas kehamilan
g. Riwayat Tumbuh-Kembang
a. Tumbuh gigi
: Usia 6 bulan
b. Tengkurap
c. Duduk
: Usia 4 bulan
: Usia 6 bulan
d. Jalan
: Usia 12 bulan
h. Riwayat Nutrisi
Pasien minum ASI sejak lahir sampai usia 2 tahun,mulai diberikan
pendamping ASI saat usia 6 bulan. Saat ini makan 3 kali sehari dengan nasi porsi
sedang, sayur, lauk pauk (telur ikan), ayam dan daging-daging.
i. Riwayat Imunisasi
a.
b.
c.
d.
e.
BCG 1x
Hepatitis B 3x
Polio 6x
DPT 5x
Campak 2x
Keadaan umum:
Kesan sakit
: Tampak Sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Status Gizi
Berat Badan(BB) : 39kg, Tinggi Badan(TB): 138 cm, usia(U): 12 tahun 7 bulan.
BB/U
: 35/36 x 100%
= 97 % gizi baik
TB/U
: 138/142 x 100%
= 97% gizi baik
BB/TB : 35/33 x 100%
= 106% gizi baik
BBI
: 33 kg
KKI
: 33x 70 kkal = 2310 kkal ~ 2300 kkal
Tanda Vital
Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Frekuensi nadi
Frekuensi Napas
: 28 kali/menit
Suhu Tubuh
Kepala
a. Bentuk : normocephali, deformitas (-).
b. Wajah bentuk simetris, tidak tampak pucat.
c. Rambut : Lurus, hitam, kelebatan sedang, distribusi merata.
Mata
a. Exophthalmus
: tidak ada
b. Enopthalmus
: tidak ada
c. Kelopak
d. Lensa
: jernih
e. Konjungtiva
: anemis - / -
f. Sklera
: ikterik - / -
g. Gerakan mata
: normal
h. Nistagmus
: tidak ada
i. Pupil
Telinga
a. Daun telinga bentuk normotia
b. Liang Telinga: serumen -/-, secret-/c. Membran timpani tidak dapat di observasi
Hidung
a. Pernapasan cuping hidung (-)
b. Bentuk normal, tidak ada deviasi septum
4
Bibir
a. Simetris
b. Mukosa lembab
c. Sianosis (-)
d. Pucat (-)
Leher
a. KGB tidak teraba membesar
b. Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
c. Trakea lurus di tengah
Thorax
a. Tampak simetris dalam keadaan statis dan dinamis.
b. Tidak ada penonjolan atau pembengkakan lokal.
c. Tidak ada pelebaran pembuluh darah
d. Tidak ada hiperpigmentasi
e. Retraksi suprasternal (-)
f. Retraksi epigastrium (-)
g. Pulsasi ictus cordis tidak tampak
h. Letak areola mamae simetris
Jantung
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
Paru
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
Abdomen
a. Inspeksi
b. Palpasi
Hati
Limpa
Ginjal
: ballotemen - / -
c. Perkusi
d. Auskultasi
Genitalia
Tidak tampak kelainan
Kelenjar
a. Submandibula : tidak teraba
b. Cervical
: tidak teraba
: tidak teraba
e. Lipat paha
: tidak teraba
Kulit
a. Warna
: sawo matang
b. Jaringan parut
: tidak ada
c. Pigmentasi
:-
d. Pertumbuhan rambut
: merata
e. Lembab / kering
: lembab
f. Suhu raba
: hangat
g. Turgor
: baik
h. Keringat Umum
:+
6
III.
i. Petechie
j. Rash konvelesens
: (-/-)
k. Ikterus
: (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil lab dari Rumah sakit umum ZUBIR MAHMUD Aceh timur 2015
Nilai Normal
Keterangan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
11,7-15,5 g/dl
13,9 g/dl
Normal
Hematokrit
37-43%
39.6%
Normal
Leukosit
3,6-11,0 ribu/ul
5,43 ribu/uL
Normal
Trombosit
150-400 ribu/ul
173 ribu/uL
Normal
Eritrosit
4,2-5,4 juta/uL
5,7 juta/uL
Meningkat
VER
82-92 fl
85 fl
Normal
HER
23,1-31,5 pg
27 pg
Normal
KHER
32-37 g/dl
35 g/dl
Normal
RDW
11,5-14,5 %
13,5 %
Normal
Basofil
0-1 %
0%
Normal
Eosinofil
1.3 %
2%
Normal
Basofil
0.02 %
3%
Normal
Segmen
50-70 %
68 %
Normal
Limfosit
20-40 %
22 %
Normal
Monosit
2-8%
5%
Normal
Hitung jenis
Pemriksaan hari ke-2 di rumah skit Umum ZUBIR MAHMUD aceh timu 2015
Nilai Normal
Keterangan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
11,7-15,5 g/dl
13,1g/dl
Normal
Hematokrit
37-43%
373.9%
Normal
Leukosit
3,6-11,0 ribu/ul
3.67 ribu/uL
Normal
7
Trombosit
150-400 ribu/ul
142 ribu/uL
Menurun
Pemriksaan hari ke-3 di rumah skit Umum ZUBIR MAHMUD aceh timu 2015
Nilai Normal
Keterangan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
11,7-15,5 g/dl
13,3 g/dl
Meningkat
Hematokrit
37-43%
37.6%
Meningkat
Leukosit
3,6-11,0 ribu/ul
2,31 ribu/uL
Menurun
Trombosit
150-400 ribu/ul
126 ribu/uL
Menurun
Pemriksaan hari ke- 4 di rumah skit Umum ZUBIR MAHMUD aceh timu 2015
Nilai Normal
Keterangan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
10,8-15,6 g/dl
14,1 g/dl
Normal
Hematokrit
33-45%
40.0%
Normal
Leukosit
5,0-14,5 ribu/ul
2.11 ribu/uL
Menurun
Trombosit
184-488 ribu/ul
89 ribu/uL
Menurun
Eritrosit
3,8-5,2 juta/uL
4,93 juta/uL
Normal
VER
69-93 fl
73,9 fl
Normal
HER
22-34 pg
24,7 pg
Normal
KHER
32-36 g/dl
33,5 g/dl
Normal
RDW
11,5-14,5 %
13,3 %
Normal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum/Kesadaran : Tampak Sakit Sedang / Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Frekuensi nadi
Frekuensi Napas
: 28 kali/menit
8
Suhu Tubuh
Hidung: pernapasan cuping hidung (-), mukosa tidak hiperemis sekret hidung (-)
Paru: Suara nafas vesikuler + menurun/+, Rh -/-, Wh -/- (diperiksa dari bagian
belakang)
Abdomen: Buncit, supel, nyeri tekan epigastrium +, hati dan limpa tidak teraba,
shifting dullness (+)
Pemeriksaan Lab:
VI.DIAGNOSA PENUNJANG
Dengue Fever
Typhoid Fever
RL 18 tpm
Inj ranitin 1 amp /12 jam
Cefotaxime amp /12 jam
Antasida syr 3x CI
Paracetamol 3x 500 mg (bila suhu >38,5C)
05 september pukul: 07.00
S: Demam(-), mual(-), muntah(-), makan nafsu makan baik, BAB mencret(-), hitam(-), BAK
normal, mimisan (-), gusi berdarah(-), sesak (-), nyeri perut (-),nafsu makan meningkats
O: KU/Kes ; TSS/CM
Td: 100/80, N:90x/menit reguler, isi cukup, kuat, P:22x/menit, S:36,70C
Mata : CA -/-,SI -/THT : faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1
Leher : KGB tidak membesar
Jantung : BJ 1,2 reg,M (-), G (-)
Paru : SN ves kanan melemah berkurang, Rh (-/-), Wh (-/-) (diperiksa dari bagian belakang)
Abdomen: datar, supel, turgor cukup, BU (+) normal, NTE (-), hepatosplenomegali (-)
Ekskremitas: akral hangat, edem(-), petekie +/+ di tangan dan kaki. rash konvalesens +/+
A: DBD grade II hari ke 8 (fase penyembuhan)
P: Acc boleh pulang
XI. Prognosis
Ad Vitam
: Bonam
Ad functionam
: Bonam
Ad sanationam
: Dubia ad bonam
V. RESUME
Pasien perempuan usia 12 tahun 7 bulan datang dengan keluhan demam sejak
2 hari, demam mendadak tinggi, suhu tidak diukur, terasa sama saja saat malam dan
pagi hari. Demam disertai menggigil namun tidak kejang. Demam disertai mual,
nyeri perut, dan muntah tiap pasien makan, muntah berisi makanan, tidak ada darah.
Pasien juga mengeluhkan nafsu makannya menurun, badannya lemas. Orang tua
pasien mengatakan pada hari pertama demam timbul bintik-bintik merah di tangan
dan kakinya. Sebelumnya pasien sudah berobat ke RS. Demam sempat turun pada
hari ke 2 sakit. Saat itu pasien berobat kembali ke RS dikarenakan pasien tetap
mengalami demam,mual dan
Kemudian pasien diputuskan untuk dirawat. Pada saat perawatan pasien mengeluhkan
nyeri perut, dan sesak. Nyeri sendi, otot, dan sakit kepala disangkal. Riwayat gusi
berdarah dan mimisan disangkal. Buang Air Kecil (BAK) normal (jumlah seperti
biasanya, warna kuning jernih, tidak nyeri). Buang Air Besar (BAB) normal, setiap
hari pasien BAB, sulit BAB dan BAB hitam disangkal. Nyeri dan keluar cairan dari
telinga disangkal. Batuk dan pilek disangkal. Riwayat berpergian dari luar kota
disangkal.tetangga ada yang terkena DBD.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Demam dengue adalah sindrom disebabkan oleh infeksi beberapa jenis arthropod,
dengan karakteristik demam bifasik, mialgia atau artralgia, rash, leukopenia, dan
limfadenopati. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu sindrom yang lebih berat,
sering kali fatal ditandai dengan demam dan disebabkan oleh virus dengue. Pada demam
berdarah ini terjadi gangguan hemostasis, permeabilitas kapiler dan pada kasus lebih berat
dapat terjadi kehilangan protein yang banyak (dengue shock syndrome)1.
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk
betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam
penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh
nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh
manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila
nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul7.
3. Epidemiologi
Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia.
Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam stratifikasi DBD oleh World Health
Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan
kematian akibat DBD, khususnya pada anak4. Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan
pada tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi
dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01% (2007)5.
Dari 500.000 kasus dengue berat membutuhkan perawatan di rumah sakit tiap
tahunnya, dimana proporsi terbesar pada anak. Paling sedikit 2,5 % terjadi kematian 4. Gambar
dibawah ini menunjukkan peningkatan jumlah kasus DBD tiap tahunnya (gambar1).
Gambar 1
Walaupun infeksi dengue ringan telah dikenal selama beberapa tahun, epidemi infeksi
dengue berat dilaporkan terjadi di filipina tahun 1953. Kemudian menyebar dengan cepat ke
14
Thailand, Vietnam, Indonesia, dan negara Asia lainnya, menjadi endemi dan epidemi pada
beberapa negara. Sebelum tahun 1970 hanya sembilan negara yang mengalami epidemi
infeksi dengue berat, jumlah ini kemudian meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun
19954. Masalah penyakit ini terbesar di negara Asia, dimana pada beberapa negara
meenyebabkan perawatan di rumah sakit untuk pediatrik meningkat. Gambar dibawah ini
menunjukkan distribusi global infeksi dengue (gambar2)4.
Gambar 2
Negara-negara yang termasuk dalam WHO South-East Asian Region (SEAR) terbagi
dalam berbagai tingkatan endemi. Di Indonesia, Myanmar dan Thailand, epidemi disebabkan
oleh seluruh empat serotipe. Mobiditas tertinggi pada anak-anak, dan epidemi terjadi pada
daerah urban setiap 3 sampai 5 tahun. Di Bangladesh, India, Maldives dan Sri Lanka, infeksi
dengue adalah suatu keadaan darurat, epidemi menjadi lebih banyak, multipel serotipes virus
terdapat di sirkulasi, dan penyakit menyebar di dalam negara. Di Bhutan and Nepal, tidak ada
kasus yang dilaporkan dan endemi masih belum jelas. Gambar dibawah ini menunjukkan
kasus infeksi dengue dari 1994 sampai 2003 (gambar 3)4.
15
Gambar 3
Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke -18, seperti yang dilaporkan
oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue
menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts)
kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena
demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot,
dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan
penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi
virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang
ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke negara lain seperti Thailand,
Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabaya
dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat
kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2)Urbanisasi yang tidak terencana
& tidak terkendali, (3) Tidak adanya control vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis,
dan (4) Peningkatan sarana transportasi7.
Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor antara lain
status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan
(virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak
ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah
penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di
seluruh propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa.
Incidence rate meningkat dari 0,005per 100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar
antara 6-27 per 100,000 penduduk. Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh
iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32C) dengan kelembaban yang
tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia,
karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya
penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue
terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar
bulan April-Mei setiap tahun7.
4. Patogenesis
Patogenesis demam berdarah dengue masih belum begitu jelas dan kontroversial.
Namun terdapat dua teori yang banyak dianut untuk menjelaskan patogenesis demam
16
berdarah dengue ini yaitu teori infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory)
dan teori immune enhancement6.
a. Teori infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda,
respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu, menyebabkan proliferasi dan
transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di
limfosit, proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue.
Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya
mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini
terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan
dalam rongga serosa6,7.
Gambar 4
Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-antibodi selain
mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan
mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah
(gambar 2). Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi
trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada
membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat),
sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini akan menyebabkan trombosit
dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia.
17
Gambar 5
5. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan demikian infeksi virus
dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala
(asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness), Demam
Dengue, atau bentuk yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom
Syok Dengue (SSD)7.
19
Periode inkubasi 1 sampai 7 hari. Manifestasi klinis bervariasi dan dipengaruhi usia
pasien. Pada bayi dan anak yang lebih kecil penyakit ini mungkin tidak khas atau ditandai
dengan demam 1-5 hari, faringitis, rinitis, batuk ringan dan ruam makulopapular. Infeksi lebih
jelas terutama pada anak besar dan dewasa yaitu demam yang tiba-tiba; dengan peningkatan
temperature yang cepat 39,5oC-41,1oC (103-195oC), biasanya disertai nyeri frontal atau nyeri
retroorbital1.
Gambar 6
Manifestasi klinis simtomatik infeksi virus dengue diklasifikasikan oleh WHO yaitu
(gambar6)1:
1. Demam tidak terdiferensiasi
2. Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan 2 atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala, nyeri retroorbital, mialgia/
atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif),
leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien yang sudah
dikonfirmasi menderita demam dengue/ DBD pada lokasi dan waktu yang sama.
3. Demam Berdarah Darah (dengan atau tanpa renjatan)
Demam Dengue
Gejala klasik dari demam dengue ialah gejala demam tinggi mendadak, kadangkadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, nyeri otot,
tulang, atau sendi, mual, muntah, dan timbulnya ruam. Ruam berbentuk makulopapular yang
bisa timbul pada awal penyakit (1-2 hari ) kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya
timbul ruam merah halus pada hari ke-6 atau ke7 terutama di daerah kaki, telapak kaki dan
tangan. Selain itu, dapat juga ditemukan petekia. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan
leukopeni kadang-kadang dijumpai trombositopeni. Masa penyembuhan dapat disertai rasa
lesu yang berkepanjangan, terutama pada dewasa. Pada keadaan wabah telah dilaporkan
adanya demam dengue yang disertai dengan perdarahan seperti : epistaksis, perdarahan gusi,
perdarahan saluran cerna, hematuri, dan menoragi. Demam Dengue (DD). yang disertai
20
dengan perdarahan harus dibedakan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada penderita
Demam Dengue tidak dijumpai kebocoran plasma sedangkan pada penderita DBD dijumpai
kebocoran plasma yang dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, pleural efusi dan asites7.
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari, disertai
dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi,
mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan
farings hiperemis ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek.
Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga.
Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada bayi. Bentuk perdarahan
yang paling sering adalah uji tourniquet (Rumple leede) positif, kulit mudah memar dan
perdarahan pada bekas suntikan intravena atau pada bekas pengambilan darah. Kebanyakan
kasus, petekia halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatumole,
yang biasanya ditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih
jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase demam. Hati
biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2-4 cm di bawah arcus costae
kanan. Sekalipun pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat ringannya penyakit namun
pembesaran hati lebih sering ditemukan pada penderita dengan syok. Masa kritis dari penyakit
terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering
disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan
gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat
penderita dapat mengalami syok7.
6. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan10:
Hepatomegali.
Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura dan
rongga peritoneal.
Fase kritis hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan penyakit. Pada saat ini suhu turun dan
dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan dan pada DBD merupakan
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah
trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran
limfosit plasma biru (sejak hari ke 3). Trombositopenia umumnya dijumpai pada hari ke 3-8
sejak timbulnya demam. Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai mulai hari ke 3 demam5.
Untuk membuktikan etiologi DBD, dapat dilakukan uji diagnostik melalui
pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau biologi molekular. Di antara tiga jenis uji
etiologi, yang dianggap sebagai baku emas adalah metode isolasi virus. Namun, metode ini
membutuhkan tenaga laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 12 minggu), serta
biaya yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan ini, seringkali yang dipilih adalah metode
diagnosis molekuler dengan deteksi materi genetik virus melalui pemeriksaan reverse
transcriptionpolymerase chain reaction (RT-PCR). Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil
yang lebih sensitif dan lebih cepat bila dibandingkan dengan isolasi virus, tapi pemeriksaan
ini juga relatif mahal serta mudah mengalami kontaminasi yang dapat menyebabkan
timbulnya hasil positif semu. Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah
pemeriksaan serologi, yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue. Imunoserologi
berupa IgM terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3 dan menghilang
setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada
infeksi sekunder dapat terdeteksi mulai hari ke 211.
Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkembang adalah pemeriksaan
antigen spesifik virus Dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1 (NS1). Antigen NS1
diekspresikan di permukaan sel yang terinfeksi virus Dengue. Masih terdapat perbedaan
dalam berbagai literatur mengenai berapa lama antigen NS1 dapat terdeteksi dalam darah.
Sebuah kepustakaan mencatat dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam
kadar tinggi sejak hari pertama sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer Dengue atau
sampai hari ke 5 pada infeksi sekunder Dengue. Pemeriksaan antigen NS1 dengan metode
ELISA juga dikatakan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (88,7% dan 100%).
Oleh karena berbagai keunggulan tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen
NS1 sebagai uji dini terbaik untuk pelayanan primer11.
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan) dapat
dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan dan pada
22
keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan
efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG5,11.
8. Diagnosis
Dasar diagnosis berdasarkan kriteria WHO 1997 yaitu12:
a. Klinis
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji bendung positif dan bentuk lain
(petekie, purpura ekimosis, perdarahan mukosa, hematemesis dan melena)
3. Pembesaran hati
4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun (20mmHg),
tekanan darah menurun (sistolik sampai 80 mmHg) disertai kulit yang terba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari , dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul
sianosis di sekitar mulut.
b. Laboratorium
1. Trombositopenia (<100.000/uL)
2. Tanda kebocoran plasma:
Hemokonsentrasi (nilai hematokrit lebih 20% dari normal)
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan
nilai hematokrit sebelumnya.
Dua kriteria klinis ditambah satu kriteria laboratorium cukup untuk menegakkan diagnosis
kerja DBD12.
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu (gambar 7)12:
Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji torniquet.
Derajat 2: Derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahann lain.
Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan
lembab, anak tampak gelisah.
Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
23
Gambar 7
Fase penyembuhan:
Secara umum, sebagian besar pasien DBD akan sembuh 24-48 jam setelah syok. Indikasi
masuk ke dalam fase penyembuhan adalah:
Keadaan umum membaik
Meningatnya selera makan
Tanda vital stabil
Ht stabil dan menurun sampai 35-40%
Diuresis cukup
Dapat ditemukan confluent petechial rash (30%)
Sinus bradikardi
9. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dansebagai akibat perdarahan. Pasien
DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada
kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Untuk dapat merawat pasien
DBD dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang terampil, sarana laboratorium yang
memadai, cairan kristaloid dan koloid, serta bank darah yang senantiasa siap bila diperlukan.
Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera dirawat bila terdapat tanda syok,
merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain, perjalanan
24
penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya tampak
baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dantidak tertolong. Kunci keberhasilan
tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para dokter untuk dapat mengatasi masa
peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik7.
Demam dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien dianjurkan:
Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air
putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi
selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan kita sulit
membedakan antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan tampak jelas saat suhu
turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat tanda awal
kegagalan sirkulasi (syok). Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai gejala
syok. Oleh karena itu, orang tua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air
besar hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi,
apalagi bila disertai berkeringat dingin, hal tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga
harus segera dibawa segera ke rumah sakit. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi
setelah suhu turun 2-3 hari, tidak perlu lagi diobservasi. Tatalaksana DD tertera pada Bagan 2
(Tatalaksana tersangka DBD) 7.
25
Tersangka DBD
demam tinggi, mendadak terus-menerus
<7 hari tidak disertai infeksi saluran nafas
bagian atas, badan lemah & lesu
Ada kedaruratan
tanda syok
muntah terus-menerus
kejang
kesadaran menurun
muntah darah
berak hitam
jumlah trombosit
? 100.000/l
periksa uji
tourniquet
jumlah trombosit
> 100.000/l
Rawat jalan
Rawat jalan
parasetamol
kontrol tiap hari sampai
demam hilang
Rawat inap
minum banyak 1,5-2 liter/hr
parasetamol
kontrol tiap hari sampai demam turun
periksa Hb, Ht, trombosit tiap kali
Perhatian untuk orang tua:
pesan bila timbul tanda syok, yaitu
gelisah, lemah, kaki/tangan dingin, nyeri
perut, berak hitam, bak kurang
Penurunan jumlah trombosit sampai <100.000/pl atau kurang dari 1-2 trombosit/
Ipb (rata-rata dihitung pada 10 Ipb) terjadi sebelum peningkatan hematokrit dansebelum
terjadi penurunan suhu. Peningkatan hematokrit 20% atau lebih mencermikan perembesan
plasma danmerupakan indikasi untuk pemberian caiaran. Larutan garam isotonik atau
ringer laktat sebagai cairan awal pengganti volume plasma dapat diberikan sesuai dengan
berat ringan penyakit. Perhatian khusus pada asus dengan peningkatan hematokrit yang
terus menerus danpenurunan jumlah trombosit < 50.000/41. Secara umum pasien DBD
derajat I danII dapat dirawat di Puskesmas, rumah sakit kelas D, C dan pada ruang rawat
sehari di rumah sakit kelas B danA7.
Fase Demam
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat
simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila
cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut
yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadangkadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi
lama demam padaDBD. Parasetamoi direkomendasikan untuk pemberian atau dapat di
sederhanakan seperti tertera pada Tabel 1. Rasa haus dankeadaan dehidrasi dapat timbul
sebagai akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan
adalah jus buah, air teh manis, sirup, susu, serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan
minum 50 ml/kg BB dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak
diberikan cairan rumatan 80-100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih
minum asi, tetap harus diberikan disamping larutan oiarit. Bila terjadi kejang demam,
disamping antipiretik diberikan antikonvulsif selama demam7.
Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang mungkin terjadi. Periode
kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya hari ke 3-5 fase demam.
Pemeriksaan kadar hematokrit berkala merupakan pemeriksaan laboratorium yang terbaik
untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran
plasma danpedoman kebutuhan cairan intravena. Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi
sebelum dijumpai perubahan tekanan darah dantekanan nadi. Hematokrit harus diperiksa
27
minimal satu kali sejak hari sakit ketiga sampai suhu normal kembali. Bila sarana
pemeriksaan hematokrit tidak tersedia, pemeriksaan hemoglobin dapat dipergunakan
sebagai alternatif walaupun tidak terlalu sensitif. Untuk Puskesmas yang tidak ada alat
pemeriksaan Ht, dapat dipertimbangkan dengan menggunakan Hb. Sahli dengan estimasi
nilai Ht = 3 x kadar Hb7.
Penggantian Volume Plasma
Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi pada fase
penurunan suhu (fase a-febris, fase krisis, fase syok) maka dasar pengobatannya adalah
penggantian volume plasma yang hilang. Walaupun demikian, penggantian cairan harus
diberikan dengan bijaksana dan berhati-hati. Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 2-3
jam pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering (setiap 30-60 menit).
Tetesan dalam 24-28 jam berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar
hematokrit, danjumlah volume urin. Penggantian volume cairan harus adekuat, seminimal
mungkin mencukupi kebocoran plasma. Secara umum volume yang dibutuhkan adalah
jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%7.
Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus muntah, tidak mau
minum, demam tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral, ditakutkan
terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya syok. (2) Nilai hematokrit
cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlah cairan yang diberikan tergantung
dari derajat dehidrasi dankehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam
larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat 7,46% 1-2
ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan. Apabila terdapat hemokonsentrasi 20% atau
lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Volume
dankomposisi cairan yang diperlukan sesuai cairan untuk dehidrasi pada diare ringan
sampai sedang, yaitu cairan rumatan + defisit 6% (5 sampai 8%), seperti tertera pada tabel
2 dibawah ini7.
Pemilihan jenis danvolume cairan yang diperlukan tergantung dari umur danberat
badan
pasien
serta
derajat
kehilangan
plasma,
yang
sesuai
dengan
derajat
28
hemokonsentrasi. Pada anak gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan
ideal untuk anak umur yang sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungan dari
tabel 3 berikut7.
Misalnya untuk anak berat badan 40 kg, maka cairan rumatan adalah
1500+(20x20) =1900 ml. Jumlah cairan rumatan diperhitungkan 24 jam. Oleh karena
perembesan plasma tidak konstan (perembesam plasma terjadi lebih cepat pada saat suhu
turun), maka volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan kecepatan dankehilangan
plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan kadar hematokrit. Penggantian volume
yang bedebihan dan terus menerus setelah plasma terhenti perlu mendapat perhatian.
Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi
cairan ekstravaskular kembali kedalam intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak
dikurangi, akan menyebabkan edema paru dandistres pernafasan. Pasien harus dirawat
dansegera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok yaitu gelisah, letargi/lemah, ekstrimitas
dingin, bibir sianosis, oliguri, dannadi lemah, tekanan nadi menyempit (20mmHg atau
kurang) atau hipotensi, dan peningkatan mendadak dari kadar hematokrit atau kadar
hematokrit meningkat terus menerus walaupun telah diberi cairan intravena7.
Berdasarkan pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan,
jumlah caira diperhitungkan sebagai berikut:
fase kritis: pasien harus menerima sejumlah cairan rumatan ditambah defisit 5-8%
atau setara dehidrasi sedang
pasien dengan BB >40 kg, total cairan IV setara dengan 2 kali rumatan
(Catatan:Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang
mengandung dekstran)
Koloid.
Dekstran 40
Plasma
Albumin
DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan hematokrit
Gejala Klinis:
demam 2-7 hari
uji tourniquet positif atau perdarahan spontan
Laboratorium:
Hematokrit tidak meningkat
trombositopeni (ringan)
dikelola seperti tertera pada Bagan 2 Apabila pasien masih dapat minum, berikan minum
sebanyak 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan setiap 5 menit. Jenis minuman yang dapat
diberikan adalah air putih, teh manis, sirop, jus buah, susu atau oralit. Obat antipiretik
(parasetamol) diberikan bila suhu > 38.5C. Pada anak dengan riwayat kejang dapat diberikan
obat anti konvulsif7.
Apabila pasien tidak dapat minum atau muntah terus menerus, sebaiknya diberikan
infus NaCL 0,45% : dekstrosa 5% dipasang dengan tetesan rumatan sesuai berat badan.
Disamping itu perlu dilakukan pemeriksaaan Ht, Hb 6 jam dan trombosit setiap 2 jam.
Apabila pada tindak lanjut telah terjadi perbaikan klinis dan laboratorium anak dapat
dipulangkan; tetapi bila kadar Ht cenderung naik dan trombosit menurun, maka infus cairan
diganti dengan ringer laktat dan tetesan disesuaikan seperti pada Bagan 37.
Hematokrit stabil
Tidak dijumpai distress pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)
Penyelidikan Epidemiologi
a. Dilakukan petugas puskesmas yang terlatih dalam waktu 3x24 jam setelah
menerima laporan kasus
b.
11. Prognosis
Penyakit ini dapat mengakibatkan syok yang dapat menyebabkan kematian.
12. Penutup
Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit dengan vektor nyamuk (mosquito borne
disease) yang paling penting di seluruh dunia terutama di daerah tropis dan subtropis. Penyakit
ini mempunyai spektrum klinis dari asimptomatis, undifferentiated febrile illness, demam dengue
(DD) dan demam berdarah dengue (DBD), mencakup manifestasi paling berat yaitu sindrom
syok dengue (dengue shock syndrome/DSS).
Dalam menegakkan diagnosis dan memberikan pengobatan yang tepat, pemahaman mengenai
perjalanan infeksi virus dengue harus dikuasai dengan baik. Pemantauan klinis dan laboratoris
berkala merupakan kunci tatalaksanan DBD. Akhirnya dalam menegakkan diagnosis dan
memberikan pengobatan pada kasus DBD perlu disesuaikan dengan kondisi pasien. Penanganan
yang cepat tepat dan akurat akan dapat memberikan prognosis yang lebih baik.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiabudi D. Evalution of Clinical Pattern and Pathogenesis of Dengue Haemorrhagic
Fever. Dalam : Garna H, Nataprawira HMD, Alam A, penyunting. Proceedings Book 13 th
National Congress of Child Health. KONIKA XIII. Bandung, July 4-7, 2005.
2. Hadinegoro SRS. Pitfalls & Pearls dalam Diagnosis dan Tata Laksana Demam Berdarah
Dengue. Dalam : Trihono PP, Syarif DR, Amir I, Kurniati N, penyunting. Current
Management of Pediatrics Problems.
34