Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. DEFINISI..............................................................................................3
B. KLASIFIKASI GANGGUAN KECEMASAN....................................5
C. FOBIA SPESIFIK.................................................................................11
1. Gejala Klinik ..................................................................................12
2. Kriteria Diagnosis...........................................................................14
3. Tipe fobia spesifik...........................................................................15
4. Terapi fobia spesifik........................................................................18
BAB III. PENUTUP........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN

Fobia merupakan suatu gangguan jiwa, yang merupakan salah satu tipe
dari gangguan kecemasan.1 Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan,
yang memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Sebagai suatu sinyal,
kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap
tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik di atas tingkat rendah intensitas
karakteristik fungsinya sebagai suatu sinyal, ia dapat timbul dengan semua
kehebatan serangan panik. Kecemasan adalah ancaman yang sumbernya tidak
diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual. Sementara ketakutan adalah
suatu sinyal serupa yang menyadarkan yang harus dibedakan dengan kecemasan.
Rasa takut adalah respons dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal,
jelas atau bukan bersifat konflik.2
DSM-IV membagi gangguan kecemasan berikut ini: gangguan panik
dengan agorafobia, gangguan panik tanpa agorafobia, agorafobia tanpa riwayat
gangguan panik, fobia spesifik, fobia sosial, gangguan obsesif-kompulsif,
gangguan stres paska traumatik, gangguan stres akut, gangguan kecemasan
umum, gangguan kecemasan karena kondisi medis umum, gangguan kecemasan
akibat zat, dan gangguan kecemasan yang tidak ditentukan.2
Fobia berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos, yang berarti ketakutan.1
Fobia berarti rasa takut yang patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan
selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu yang
menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus yang
ditakuti.3 Berdasarkan jenis objek atau situasi ketakutan, fobia dibedakan menjadi
fobia spesifik, fobia sosial dan agorafobia.1
Penelitian epidemiologis baru-baru ini telah menemukan bahwa fobia
adalah gangguan mental tunggal yang paling sering di Amerika Serikat.

Diperkirakan 5 sampai 10% populasi menderita gangguan yang mengganggu dan


kadang menimbulkan ketidakberdayaan tersebut.2 Diperkirakan prevalensi
agorafobia adalah 2-6%, sedangkan fobia spesifik sekitar 11% dan fobia sosial
adalah sekitar 3-13%.1 Fobia spesifik memiliki presentase yang besar dalam
prevalensi semua gangguan mental, yaitu dengan nilai ketiga tertinggi.
Diperkirakan 10-20% populasi di dunia mengeluhkan memiliki fobia spesifik.4
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat didapatkan bahwa terdapat sekitar
19,2 juta penduduk menderita fobia spesifik.5 Walaupun fobia sering dijumpai
namun sebagian besar pasien tidak mencari bantuan untuk mengatasinya atau
tidak terdiagnosis secara medis.1 Tidak dikenalinya suatu fobia adalah sangat
disayangkan, karena penelitian riset terakhir telah menemukan bahwa fobia
seringkali responsif terhadap pengobatan dengan psikoterapi kognitif dan perilaku
dan terhadap pengobatan farmakoterapi.2
Fobia spesifik didefinisikan sebagai ketakutan yang tidak rasional,
bertahan lama yang disebabkan oleh adanya suatu benda yang terlihat jelas atau
suatu situasi. Biasanya ketakutan yang ekstrim ini disebabkan oleh paparan suatu
stimulus yang secara signifikan mengganggu fungsi individu. 6 DSM-IV
memasukkan tipe fobia spesifik menjadi beberapa subtipe yaitu, tipe binatang,
tipe lingkungan alami (badai), tipe darah, injeksi dan cedera, tipe situasional
(mobil), dan tipe lain (untuk fobia spesifik yang tidak masuk dalam empat tipe
sebelumnya). 2,7

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Fobia didefinisikan sebagai suatu ketakutan yang tidak rasional yang
menetap dan bertahan lama.

Fobia juga diartikan sebagai suatu ketakutan

yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap


suatu objek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. 2 Fobia biasanya terjadi pada
masa kanak-kanak, remaja dan masa dewasa awal yang merupakan respon dari
suatu peristiwa atau situasi yang menakutkan.5 Berdasarkan Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder 4th Edition (DSM-IV), fobia sosial,
fobia spesifik dan agorafobia dikelompokkan dalam suatu gangguan
kecemasan.5
Fobia spesifik adalah suatu ketakutan yang tidak rasional, menetap,
bertahan lama terhadap suatu objek atau situasi.8 Adanya atau diperkirakan
akan adanya suatu situasi fobik menimbulkan ketegangan parah pada orang
yang terkena, yang mengetahui bahwa reaksi adalah berlebihan. Namun
demikian, suatu reaksi fobik menyebabkan suatu gangguan pada kemampuan
seseorang untuk berfungsi di dalam kehidupannya.2
Suatu survey epidemiologi dalam skala yang besar menyatakan bahwa 5
sampai 20% dari semua anak dan remaja merasa terganggu dengan suatu
gangguan kecemasan. Satu dari beberapa studi menyebutkan bahwa prevalensi
gangguan kecemasan yang terjadi pada seorang anak mengalami peningkatan
yang signifikan dimana mencapai 10%. Hal ini juga terjadi pada suatu survey
data epidemiologi yang dilakukan di Amerika Serikat dimana didapatkan
prevalensi suatu gangguan kecemasan yang dalam hal ini fobia spesifik adalah
sebesar 12% sampai 20%.5
Gangguan fobia menjadikan mereka yang menderitanya menjadi sangat
tidak nyaman. Beberapa hal dapat terjadi pada mereka yang menderita
gangguan fobia. Gangguan fobia dapat menyebabkan suatu stres atau masalah
yang besar. Apalagi jika gangguan fobia ini diderita oleh anak-anak. Meskipun
telah banyak pengobatan

yang dalam hal ini psikososial dan terapi


4

farmakologi yang diharapkan mungkin bisa membantu mereka yang menderita


gangguan fobia ini untuk bisa keluar dari masalah yang sangat mengganggu
ini, namun anak-anak, remaja dan dewasa muda yang pada umumnya
menderita gangguan fobia ini, pada hakekatnya menolak untuk dibandingkan
dengan masalah psikiatri lainnya yang membuat pengobatan ini menjadi lebih
sulit.5
Suatu fobia spesifik bisa disebabkan oleh beberapa faktor penyebab. Salah
satu diantaranya adalah faktor genetika. Fobia spesifik cenderung berada di
dalam keluarga. Tipe darah, injeksi, cedera cenderung memiliki kecenderungan
keluarga yang tinggi. Penelitian telah melaporkan bahwa dua per tiga sampai
tiga per empat penderita yang terkena memiliki sekurangnya satu sanak
saudara derajat pertama dengan fobia spesifik dari tipe yang sama. Tetapi,
pemeriksaan kembar dan adopsi yang diperlukan belum dilakukan untuk
menyingkirkan peranan bermakna transmisi non genetik pada fobia spesifik.
Selain itu, pengalaman emosional juga dapat menjadi faktor resiko penyebab
suatu gangguan fobia. Pengalaman emosional sendiri dapat responsif terhadap
kejadian eksternal, seperti kecelakaan lalu lintas, atau kejadian internal, paling
sering adalah serangan panik. Walaupun seseorang mungkin tidak pernah
mengalami serangan panik lagi dan mungkin tidak memenuhi kriteria
diagnostik suatu gangguan panik, orang tersebut mungkin memiliki ketakutan
umum untuk mengemudikan (misalnya) dan bukan suatu ketakutan mengalami
serangan yang diekspresikan saat mengemudikan. Mekanisme asosiasi lain
antara objek fobik dan emosi fobik adalah modeling, dimana seseorang
mengamati reaksi pada orang lain dan pengalihan informasi di mana seseorang
diajarkan atau diperingatkan tentang bahaya objek tertentu (sebagai contoh,
ular berbisa).2

B. KLASIFIKASI GANGGUAN KECEMASAN

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th Edition (DSMIV) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa kelompok, yaitu:2,9
1. Gangguan panik dengan agorafobia
2. Gangguan panik tanpa agorafobia
3. Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik
4. Fobia spesifik
5. Fobia sosial
6. Gangguan obsesif-kompulsif
7. Gangguan stres paska traumatik
8. Gangguan stres akut
9. Gangguan kecemasan umum
10. Gangguan kecemasan karena kondisi medis umum
11. Gangguan kecemasan akibat zat
12. Gangguan kecemasan yang tidak ditentukan
Berikut ini akan dijabarkan beberapa subtipe dari gangguan
kecemasan.
1. Gangguan Panik dengan Agorafobia
Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik
yang spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panik adalah periode
kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relatif singkat (biasanya
kurang dari satu tahun), yang disertai oleh gejala somatik tertentu
seperti palpitasi dan takipnea. Gejala panik seringkali disertai dengan
agorafobia.2 Agorafobia adalah ketakutan berada sendirian di tempattempat publik, khususnya tempat dari mana pintu keluar yang cepat
akan sulit jika orang mengalami serangan panik. 3 Agorafobia mungkin
merupakan fobia yang paling mengganggu, karena terjadinya
agorafobia

dapat

mengganggu

secara

bermakna

kemampuan

seseorang untuk berfungsi di dalam situasi kerja atau sosial di rumah.2


Pasien agorafobia secara kaku menghindari situasi di mana akan
sulit untuk mendapatkan bantuan. Mereka lebih suka disertai oleh
seorang teman atau anggota keluarga di tempat-tempat tertentu seperti
jalanan yang sibuk, toko yang padat, ruang yang tertutup dan
kendaraan tertutup. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus
ditemani tiap kali mereka keluar rumah. Pasien yang menderita secara
parah mungkin semata-mata menolah keluar dari rumah.2

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Panik dengan Agorafobia


A. Baik (1) atau (2)
(1) Serangan panik rekuren yang tidak diharapkan
(2) Sekurangnya satu serangan telah diikuti oleh sekurangnya
1 bulan (atau lebih) berikut ini:
a. Kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan
tambahan
b. Ketakutan tentang arti serangan atau akibatnya
(misalnya kehilangan kendali, menderita serangan
jantung menjadi gila)
c. Perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan
serangan
B. Terdapat agorafobia
C. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat
(misalnya obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi medis
umum (misalnya hipertiroidisme)
D. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan
mental lain, seperti fobia sosial (misalnya terjadi saat
mengalami situsi sosial yang ditakuti), fobia spesifik (misalnya
mengalami situasi fobik tertentu), gangguan obsesif kompulsif
(misalnya, terpapar kotoran pada seseorang dengan obsesi
tentang

kontaminasi),

gangguan

stres

pascatraumatik

(misalnya sebagai respon terhadap stimuli yang berhubungan


dengan stresor parah, atau gangguan cemas perpisahan
(misalnya, sebagai respon jauh dari rumah atau sanak saudara
dekat).
Tabel 1. Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, ed. 4. Hak Cipta American Psychiatric
Association, Washington, 1994. Digunakan dengan izin.
2. Gangguan Panik tanpa Agorafobia
Gangguan panik tanpa agorafobia pada dasarnya sama. Keduanya
diharuskan adanya serangan panik. Beberapa survei masyarakat telah
menyatakan bahwa serangan panik adalah sering ditemukan, dan
masalah utama dalam perkembangan kriteria diagnostik untuk
gangguan panik adalah penentuan angka ambang atau frekuensi
serangn panik yang diperlukan dalam memenuhi diagnosis.2
7

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Panik tanpa Agorafobia


A. Baik (1) dan (2):
(1) Serangan panik rekuren yang tidak diharapkan
(2) Sekurangnya satu serangan telah diikuti oleh sekurangnya
1 bulan (atau lebih) berikut ini:
a. Kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan
tambahan
b. Ketakutan tentang arti dari serangan atau akibatnya
(misalnya kehilangan kendali, menderita serangan
jantung, menjadi gila)
c. Perbahan perilaku bermakna berhubungan dengan
serangan
B. Tidak terdapat agorafobia
C. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat
(misalnya obat yang disalahgunakan, medikasi), atau suatu
kondisi medis umum (misalnya, hipertiroidisme)
D. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan
mental lain, seperti fobia sosial (misalnya terjadi saat
mengalami situasi sosial yang ditakuti), fobia spesifik
(misalnya, mengalami situasi fobik tertentu), gangguan
obsesif-kompulsif (misalnya terpapar kotoran pada seseorang
dengan

obsesi

tentang

kontaminasi),

gangguan

stres

pascatraumatik (misalnya, sebagai respon terhadap stimuli


yang berhubungan dengan stresor parah, atau gangguan cemas
perpisahan (misalnya, sebagai respon jauh dari rumah atau
sanak saudara dekat).
Tabel 1. Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, ed. 4. Hak Cipta American Psychiatric
Association, Washington, 1994. Digunakan dengan izin.

3. Gangguan obsesif-kompulsif
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang
mengganggu (intrusif). Sementara kompulsif adalah suatu pikiran atau
perilaku yang disadari, dibakukan dan rekuren, seperti menghitung,
memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan
seseorang, sedangkan melakukan kompulsi menurunkan kecemasan
8

seseorang. Tetapi, jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu


kompulsi, kecemasan akan meningkat. Seseorang dengan gangguan
obsesi-kompulsif biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan
merasakan bahwa obsesi dan kompulsif sebagai ego-distonik.
Gangguan

obsesi-kompulsif

dapat

merupakan

gangguan

yang

menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan


waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas sosial
yang biasanya.2
Gangguan obsesi-kompulsif akan memberikan gejala tertentu
seperti:1
a. Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan ke dalam
kesadaran individu.
b. Perasaan cemas/takut akan ide atau impuls yang aneh.
c. Obsesi dan kompulsif yang egolien
d. Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan suatu yang
abstrak dan irasional
e. Individu yang menderita obsesi dan kompulsif merasa adanya
keinginan kuat untuk melawan.
Selain itu, ada empat gejala utama gangguan obsesif kompulsif,
yaitu:1
a. Kontaminasi
Pola yang paling sering adalah kontaminasi, yang diikuti oleh
perilaku mencuci dan membersihkan atau menghindari objek
yang dicurigai terkontaminasi.
b. Sikap ragu-ragu yang patologik
Pola kedua yang paling sering terjadi adalah obsesi tentang
ragu-ragu

yang

diikuti

dengan

perilaku

kompulsi

mengecek/memeriksa.
c. Pikiran yang intrusif
Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai
kompulsi, biasanya pikiran berulang terntang seksual atau
tindakan agresif.
d. Simetri
Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan
sehingga bertindak lamban, misalnya makan bisa memerlukan
waktu berjam-jam, atau mencukur kumis dan janggut.
9

4. Gangguan stres pascatraumatik


Terjadinya gangguan stres pascatrauma didahului oleh adanya
suatu stresor berat yang melampaui kapasitas hidup seseorang, serta
menimbulkan penderitaan bagi setiap orang. Gangguan ini selalu
merupakan konsekuensi langsung dari suatu stres akut yang berat atau
trauma berkelanjutan. Stres yang terjadi atau keadaan yang tidak
nyaman tersebut merupakan faktor pemicu utama, dan tanpa hal
tersebut gangguan ini tidak akan terjadi.1
Gambaran klinis utama dari gangguan stres pascatrauma adalah
pengalaman ulang peristiwa yang menyakitkan, suatu pola menghindar
dan kekakuan emosional, dan kesadaran yang berlebihan yang hampir
tetap. Gangguan mungkin tidak berkembang sampai berbulan-bulan
atau bertahun-tahun setelah peristiwa. Pemeriksaan status mental
seringkali mengungkapkan rasa bersalah, penolakan, dan penghinaan.
Pasien mungkin juga menggambarkan keadaan disosiatif dan serangan
panik. Ilusi dan halusinasi mungkin ditemukan. Tes kognitif mungkin
mengungkapkan bahwa pasien memiliki gangguan daya ingat dan
perhatian.2
5. Fobia Sosial
Fobia sosial termasuk ketakutan yang melibatkan orang lain atau
situasi sosial seperti kecemasan atau ketakutan jika ada dalam
pengawasan orang lain.5 Kejadian fobia sosial biasanya terjadi pada
masa remaja. Faktor predisposisi yang bisa menyebabkan suatu fobia
sosial adanya adanya rasa malu dan kecemasan yang berlebihan ketika
masih masa kanak-kanak. Pada fobia sosial bisa didapatkan suatu
depresi, penyalahgunaan alkohol atau zat atau bahkan bisa terjadi body
dysmorphic disorder. Emosi dari seorang pasien dengan fobia sosial
akan dipenuhi dengan kecemasan, dan

bahkan kemarahan. Pasien

dengan fobia sosial akan membuat mereka takut untuk melakukan


kontak mata, dan akan merasakan suatu perasaan yang panas pada
kedua pipi. Fobia sosial biasanya menyebabkan penghindaran situasi

10

seperti berbicara di depan umum atau berbicara dengan kelompok,


partai, dalam rapat, makan atau minum di depan publik, bekerja atau
menulis saat sedang diamati.10
Fobia sosial biasanya akan memberikan gejala berupa: 1
a. Ketakutan irasional yang jelas dan menetap terhadap satu atau
lebih situasi sosial atau tampil di depan orang yang belum
dikenal.
b. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu
mencetuskan kecemasan, yang dapat berupa serangan panik
yang berkaitan dengan situasi atau dipredisposisikan oleh
situasi.
c. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau
tanpa alasan
d. Situasi sosial atau tampil di depan umum yang ditakuti,
dihindari, atau dihadapi dengan kecemasan atau distres yang
berat
e. Penghindaran, antisipasi kecemasan atau distres dalam situasi
sosial atau tampil secara bermakna mengganggu rutinitas
normal, fungsi pekerjaan atau aktivitas sosial dan hubungan
dengan orang lain atau ada distres yang jelas ketika mengalami
fobia.
f. Pada individu di bawah 18 tahun, durasi sekurangnya 6 bulan.
g. Ketakutan atau penghindaran tidak karena efek fisiologik suatu
zat, atau kondisi medik umum dan tidak lebih baik diterangkan
oleh gangguan mental lain.
h. Bila terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental
lain, ketakutan pada kriteria A tidak berhubungan dengannya.
C. FOBIA SPESIFIK
Fobia spesifik ditandai dengan adanya ketakutan yang berlebihan, tidak
beralasan yang menyebabkan suatu sikap penghindaran terhadap suatu subjek
atau situasi yang dianggap menakutkan atau yang menyebabkan kecemasan. 9
Fobia spesifik menduduki peringkat ketiga dalam studi epidemiologi, dimana
prevalensi dari fobia spesifik 10%-12% dari keseluruhan penduduk yang
menderita gangguan mental.4 Data suatu penelitian yang dilakukan di Afrika
didapatkan bahwa terdapat 7,5% anak dalam kelompok usia 16-18 tahun
11

memiliki frekuensi yang tinggi menderita fobia spesifik. Selain itu, di Amerika
Serikat didapatkan sekitar 7 9% anak menderita spesifik fobia. Sementara,
suatu penelitian yang dilakukan oleh Essau didapatkan angka kejadian yang
rendah mengenai suatu fobia spesifik di kalangan remaja yaitu 3,5%. Secara
umum, fobia spesifik terjadi pada masa kanak-kanak awal yaitu sekitar umur 7
tahun. Fobia spesifik dapat terjadi kapan saja pada masa kanak-kanak atau
remaja dan dapat menetap sampai seseorang itu menjadi dewasa.5
Suatu gangguan kecemasan dalam hal ini fobia spesifik disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu faktor biologis, genetik dan psikososial. Pada faktor
genetika, fobia spesifik cenderung terdapat dalam satu keluarga, terutama tipe
darah injeksi-luka. Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa dua per tiga
hingga tiga per empat pasien mempunyai sekurangnya satu sanak keluarga
derajat pertama dengan fobia spesifik dari tipe yang sama. Pada faktor
psikososial, fobia menggambarkan interaksi antara diatesis genetikakonstitusional dan stresor lingkungan. Penelitian menyimpulkan bahwa anakanak dengan predisposisi kontitusional terhadap fobia memiliki temperamen
inhibisi perilaku terhadap yang tidak dikenal dengan stres lingkungan yang
kronis akan mencetuskan timbulnya fobia.1
Tidak banyak diketahui tentang perjalanan penyakit fobia spesifik karena
relatif baru dikenal sebagai gangguan mental yang penting. Pada fobia spesifik,
awitan penyakit pada masa anak-anak, yaitu untuk tipe hewan, lingkungan
alam dan darah-injeksi-luka, dan pada dewasa muda adalah untuk fobia lain
seperti fobia situasional. Kebanyakan fobia spesifik yang dimulai pada waktu
anak-anak dan menetap hingga usia dewasa, akan menetap selama waktu yang
lama. Adapun beratnya kondisi relatif konstan dan tidak sebagaimana
gangguan ansietas lainnya dengan perjalanan penyakit yang hilang timbul.1
1. Gejala Klinis Fobia Spesifik
Fobia pada umumnya akan memberikan suatu gejala klinis yang mirip,
baik itu fobia sosial maupun fobia spesifik. Dalam semua fobia, seorang
individu yang menderita fobia akan mengalami rasa takut yang ditandai
dengan ketakutan yang intens, menetap, dan tidak rasional dalam
menghadapi suatu situasi yang menurutnya akan memberikan suatu

12

ketakutan

atau

kecemasan.

Seorang

pasien

dengan

fobia

akan

memfokuskan dirinya pada bahaya potensial yang mungkin muncul dari


suatu situasi atau yang bisa disebabkan oleh suatu objek. Orang dengan
fobia akan dengan segera merasa cemas. Kecemasan akan segera terasa
ketika pasien tersebut diperhadapkan dengan suatu stimulus fobia.
Kecemasan yang timbul berbeda-beda berdasarkan kedekatan dengan
stimulus itu dan dengan potensi

untuk dapat melarikan diri sejauh

mungkin dari stimulus tersebut. Seorang pasien dengan fobia akan


merasakan suatu perasaan takut mati, takut dipermalukan, dan bahkan bisa
sampai kehilangan kontrol akan dirinya sendiri jika sudah diperhadapkan
dengan suatu stimulus fobia.11
Suatu fobia ditandai dengan timbulnya ansietas yang berat jika pasien
terpapar dengan situasi atau objek spesifik atau jika mengantisipasi akan
terpapar dengan suatu situasi atau objek. Pemaparan atau mengantisipasi
dengan stimulus fobik sering menimbulkan serangan panik pada orang
yang rentan terhadap serangan panik. Orang dengan fobia akan berusaha
untuk menhindari dari stimulus fobik. Sebagai contoh, seorang pasien
dengan fobia pesawat terbang akan memilih naik bus untuk perjalanan
jauhnya. Hal ini semata-mata untuk menghindari terpapar dengan stimulus
fobiknya. Pada fobia spesifik, ketakutan yang jelas dan menetap dan tak
beralasan terbatas pada objek atau situasi yang spesifik.1
Pada pemeriksaan status mental seorang dengan fobia spesifik,
mungkin akan didapatkan adanya ketakutan yang irasional dan egodistonik
terhadap situasi, aktivitas, atau objek tertentu. Pasien mampu untuk
menggambarkan bagaimana mereka menghindari kontak dengan situasi
fobik. Depresi seringkali ditemukan pada pemeriksaan status mental dan
mungkin ditemukan pada sebanyak sepertiga dari semua pasien fobik.2
2.

Kriteria Diagnosis Fobia Spesifik


Suatu

fobia

spesifik

didiagnosa

berdasarkan

anamnesis

dan

pemeriksaan status mental. Diperlukan suatu kriteria diagnosis dalam


menegakkan suatu diagnosa fobia spesifik. Berikut diberikan suatu kriteria
diagnosis untuk fobia spesifik:9
13

Kriteria Diagnosis untuk Fobia Spesifik


A. Rasa takut yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak
beralasan, ditunjukkan oleh adanya atau antisipasi suatu objek atau
situasi tertentu (misalnya naik pesawat terbang, ketinggian,
binatang, mendapatkan suntikan, melihat darah).
B. Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan
respon kecemasan yang segera, yang dapat berupa serangan panik
yang berhubungan dengan situasi atau dipredisposisikan oleh
situasi. Catatan: pada anak-anak kecemasan dapat diekspresikan
oleh menangis, tantrum, membeku atau menggendong.
C. Orang menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan atau tidak
beralasan. Catatan: pada anak-anak, ciri ini mungkin tidak ada.
D. Situasi fobik dihindari, atau jika tidak dapat dihindari dihadapi
dengan kecemasan atau penderitaan yang kuat.
E. Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau penderitaan dalam situasi
yang ditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang,
fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas sosial yang
hubungan dengan orang lain, atau terdapat penderitaan yang jelas
karena menderita fobia.
F. Pada individu yang berusia di bawah 18 tahun, durasi sekurangnya
setelah 6 bulan.
G. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik berhubungan
dengan objek atau situasi spesifik adalah tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti gangguan obsesifkompulsif (misalnya takut kepada kotoran pada seseorang dengan
obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pascatraumatik
(misalnya, menghindari stimuli yang berhubungan dengan stresor
yang berat), gangguan cemas perpisahan (misalnya, menghindari
sekolah), fobia sosial (misalnya, menghindari situasi sosial karena
takut merasa malu), gangguan panik dengan agorafobia, atau
agorafobia tanpa riwayat gangguan panik.
Sebutkan tipe:

14

Tipe binatang
Tipe lingkungan alam (misalnya, ketinggian, badai, dan air)
Tipe darah, injeksi, cedera
Tipe situasional (misalnya pesawat udara, elevator, tempat tertutup)
Tipe lain (misalnya, penghindaran fobik terhadap situasi yang
mungkin

menyebabkan

tercekik,

muntah,

atau

menularkan

penyakit;pada anak-anak, penghindaran suara keras atau karakter


bertopeng).
Tabel 1. Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, ed. 4. Hak Cipta American Psychiatric
Association, Washington, 1994. Digunakan dengan izin.

3. Tipe Fobia Spesifik


a. Tipe Binatang
Fobia spesifik khususnya ketakutan pada binatang yang
sering kita sebut dengan zoofobia memegang nilai yang tinggi
dari setiap tipe dari fobia spesifik. Hal ini ditunjang dengan
adanya beberapa penelitian yang telah dilakukan dan
menyatakan bahwa fobia spesifik tipe binatang merupakan tipe
fobia spesifik yang paling sering terjadi pada pasien dengan
fobia spesifik. Survey epidemiologis yang telah dilakukan
didapatkan bahwa fobia spesifik dengan tipe binatang
menduduki peringkat pertama dengan nilai 22,2%.12
Angka yang tinggi pada fobia spesifik tipe binatang ini
ternyata didukung dengan suatu penelitian yang dilakukan
dimana dinyatakan bahwa ketakutan terhadap laba-laba dan
serangga merupakan yang paling banyak ditakuti. Dari data
yang dilaporkan, terdapat 33,3% pasien dengan fobia spesifik
tipe binatang memiliki ketakutan yang besar terhadap laba-laba
dan serangga. Ketakutan ini diikuti dengan fobia spesifik tipe
binatang dimana terdapat 27,7% pasien dengan fobia spesifik
tipe binatang memiliki ketakutan yang besar terhadap
anjing/kucing (ailurofobia).13

15

b. Tipe Lingkungan Alam


Fobia spesifik dengan tipe lingkungan alam terdiri dari
beberapa contoh. Fobia spesifik dengan tipe lingkungan alam
bisa dibedakan menjadi:12
Takut pada ketinggian
Takut pada petir
Takut pada air
Pada suatu data hasil survey epidemiologis didapatkan
bahwa ketakutan pada ketinggian memiliki angka yang paling
tinggi jika dibandingkan dengan fobia spesifik tipe lingkungan
alam lainnya. Ketakutan pada ketinggian didapatkan terdapat
20,4% pasien. Fobia spesifik tipe lingkungan alam yang
kemudian menempati peringkat kedua yaitu ketakutan yang
berlebihan pada air. Takut pada air merupakan yang kedua
tertinggi dengan angka 9,4% yang kemudian diikuti oleh
ketakutan pada petir dengan angka 8,7%.12 Ketakutan pada
ketinggian yang menduduki peringkat pertama dalam fobia
spesifik tipe lingkungan alam didukung oleh suatu penelitian
yang dilakukan di Australia pada orang dengan usia di atas 65
tahun, dimana didapatkan 5,6% pasien fobia spesifik memiliki
ketakutan yang besar terhadap ketinggian.13 Rasa takut yang
berlebihan terhadap ketinggian disebut akrofobia.3
c. Tipe Darah, Injeksi, Cedera
Fobia spesifik tipe darah, injeksi dan cedera juga
merupakan suatu tipe fobia spesifik yang sering terjadi. Fobia
tipe ini menjadikan darah, injeksi dan cedera sebagai suatu
pemicu yang menyebabkan seseorang menderita gangguan
seperti yang dimasukkan dalam kriteria diagnosis suatu fobia
spesifik. Tipe darah, injeksi dan cedera merupakan suatu fobia
yang unik dimana sering berhubungan dengan respon difasik
kardiovaskuler. Tipe darah, injeksi dan cedera merupakan
suatu kondisi dimana pasien yang menderita fobia tipe ini akan
cenderung pingsan saat melihat darah dan akan berusaha
16

semaksimal mungkin untuk mengantisipasi terkena suntikan.


Keadaan ini akan membuat pasien menghindari dan akan
memberikan ketakutan yang tidak rasional ketika melihat
darah, suntikan, luka, kecacatan ataupun paparan prosedur
medis yang sejenis ini.14 Pasien dengan fobia spesifik tipe
darah, injeksi dan cedera akan memberikan respon awal seperti
peningkatan detak jantung jika pasien terpapar dengan suatu
stimulus fobia.15
Fobia spesifik dengan tipe darah, injeksi dan cedera ini
merupakan suatu gangguan psikiatri yang umum terjadi
dimana diperkirakan terdapat 3%-4%

dari keseluruhan

populasi pasien yang menderita gangguan psikiatri.14 Suatu


penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa fobia spesifik
tipe darah, injeksi dan cedera ini memiliki prevalensi sebesar
13,9%. Hal ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan
gangguan kecemasan tipe lingkungan alam.12 Fobia spesifik
tipe darah, injeksi dan cedera ini sering berhubungan dengan
berbagai penyakit, seperti kanker atau keganasan, diabetes
mellitus, dan penyakit kardiovaskuler. Dari penelitian yang
dilakukan didapatkan bahwa perempuan memiliki prevalensi
yang leibh tinggi jika dibandingkan dengan pria.14
d. Tipe Situasional
Fobia spesifik tipe situasional sering terjadi. Fobia spesifik
tipe ini termasuk ketakutan yang berlebihan terhadap pesawat,
tempat tertutup dan elevator. Fobia terbang atau pesawat
terbang dapat didefinisikan sebagai suatu ketakutan yang
menetap, bertahan lama, tidak rasional terhadap suatu situasi
yang terkait dengan terbang. Banyak individu yang menderita
fobia tipe ini merasa khawatir dan takut ketika diperhadapkan
dengan situasi yang memaksa mereka harus terbang. Hal ini
berarti bahwa kekhwatiran itu akan mereka rasakan selama
hari, bulan bahkan tahun sebelum mereka terbang.16

17

Kekhwatiran jenis ini akan menyebabkan kecemasan


antisipatorik. Pasien dengan fobia tipe ini bukan hanya akan
merasakan kecemasan atau ketakutan ketika akan terbang atau
naik pesawat, bahkan ketakutan akan mulai dirasakan ketika
pasien memesan tiket, pergi ke bandara, mengepak barang
sebelum berangkat, dan bahkan ketika pasien menonton film
atau dokumentasi mengenai pesawat atau terbang.16 Tanggapan
kognitif yang mungkin muncul ketika pasien memutuskan
untuk terbang yaitu pasien akan merasakan takut mendekat
dengan pesawat, merasa takut mati, dan bahkan bisa
kehilangan kontrol diri sendiri. Sebaliknya respon fisiologi
yang mungkin terjadi adalah peningkatan tekanan darah dan
denyut jantung, hiperventilasi, dan juga serangan panik.11
4. Terapi Fobia Spesifik
Pada awal perkembangan psikoanalisis psikoterapi, ahli teori
percaya bahwa metode tersebut adalah pengobatan terpilih untuk neurosis
fobik. Keputusan untuk menerapkan teknik terapi psikodinamika
berorientasi-tilikan harus didasarkan bukan pada adanya gejala fobik saja
tetapi pada indikasi positif dari struktur ego dan pola hidup pasien untuk
menggunakan

metode

terapi

tersebut.

Terapi

berorientasi-tilikan

memungkinkan pasien mengerti asal dari fobia, fenomena tujuan sekunder,


dan peranan daya tahan dan memungkinkan pasien mencari cara yang
sehat dalam menghadapi stimuli yang menyebabkan kecemasan.2
Terapi perilaku telah terbukti menjadi nilai praktis yang besar
dalam pengobatan ketakutan dan fobia. Pendekatan ini melibatkan
desensitisasi sistematis, paparan marginal, dan paparan kehidupan
nyata.17,18 Ahli terapi akan mendesensitisasi pasien dengan menggunakan
pemaparan stimulus fobik yang serial, bertahap, dan dipacu diri sendiri.
Ahli terapi akan mengajari pasien tentang berbagai teknik untuk
menghadapi keceemasan, termasuk relaksasi, kontrol pernapasan, dan
pendekatan kognitif terhadap gangguan. Pendekatan kognitif adalah

18

termasuk mendorong kenyataan bahwa situasi tersebut pada dasarnya


adalah aman.2
Selain terapi desensitisasi, terdapat beberapa terapi yang dapat
dipakai dalam pengobatan fobia spesifik, misalnya virtual reality exposure
therapy, eye movement desensitization and reprocessing, dan applied
tension dan applied relaxation.19

BAB III
PENUTUP
Fobia merupakan suatu gangguan jiwa, yang merupakan salah satu tipe
dari gangguan kecemasan. Fobia juga diartikan sebagai suatu ketakutan yang tidak
rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap suatu objek,
aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Fobia spesifik adalah suatu ketakutan yang
tidak rasional, menetap, bertahan lama terhadap suatu objek atau situasi.
Fobia spesifik menduduki peringkat ketiga dalam studi epidemiologi,
dimana prevalensi dari fobia spesifik 10%-12% dari keseluruhan penduduk yang
menderita gangguan mental.
Suatu fobia ditandai dengan timbulnya ansietas yang berat jika pasien
terpapar dengan situasi atau objek spesifik atau jika mengantisipasi akan terpapar
dengan suatu situasi atau objek. Berdasarkan DSM-IV, suatu fobia spesifik
dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu: tipe binatang, tipe lingkungan alam, tipe
darah-injeksi-cedera, tipe situasional dan tipe lain.
Terapi perilaku telah terbukti menjadi nilai praktis yang besar dalam
pengobatan ketakutan dan fobia. Pendekatan ini melibatkan desensitisasi
sistematis, paparan marginal, dan paparan kehidupan nyata.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira D. Sylvia, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2010.
2. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu pengetahuan Perilaku
perilaku psikiatri klinis jilid II. Binarupa Aksara Publiser 2010.
3. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu pengetahuan Perilaku
perilaku psikiatri klinis jilid I. Binarupa Aksara Publiser 2010.
4. Adler JM. The successful treatment of specific phobia in a college counseling
center. 2011:25;56-66.
5. Bener A, Ghulom S. Prevalence of common phobias and their sociodemographic correlates in children and adolescents in a traditional developing
society. Afr J Psychiatry. 2011:14;140-5.
6. Sarlo M, Palombo D, Angrili A, Stegagno L. Blood phobia and spider
phobia:two specific phobias with different autonomic cardiac modulations.
Biological Psychology. 2002;91-108.
7. Lueken U, Kruschwitz JD, Muehlhan M, Siegert J, Hoyer J, Wittchen HU.
How specific is specific phobia? Different neural response patterns in two
subtypes of specific phobia. Neuroimage. 2011:10.
8. LeBeau RT, Glenn D, Liao B, Wittchen HU, Baum KB, et al. Specific phobia:
a review of DSM-IV specific phobia and preliminary recommendations for
DSM-V. Depression and anxiety. 2010(27):148-167.
9. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins. 8th edition. 2005.

20

10. Veale D. Treatment of social phobia. Advances in psychiatric treatment.


2003(9):258-64.
11. Laker M. Specific phobia:flight. Activities nervosa superior. 2012(54):3-4.
12. Curtis GC, Magee WJ, Eaton, Wittchen HU, Kessler RC. Specific fears
and phobias. BJPsych. 1998(173);212-217.
13. Pachana N, Woodward RM, Bryne GJ. Treatment of specific phobia in
older adult. Clinical interventions in aging. 2007(3);2.
14. Wani AL, Ara A, Bhat SA. Blood injury and injection phobia: the
neglected one. Behavioral neurology. 2014;1-7.
15. Jenkins K. Needle phobia:a psychological perspective. British journal of
anaesthesia. 2014;1-3.
16. Bottela C, Osma J, Palacios AG, Quero S, Banos RM. Treatment of flying
phobia using virtual reality: data from a 1-year follow-up using a multiple
baseline design. Clin. Psychol. Psychiater. 2004(11);311-323.
17. Jongh AD, Broeke ET, Renssen MR. Treatment of specific phobias with
eye mevoment desensitization and reprocessing (EMDR): protocol,
empirical status, and conceptual issues. Journal of anxiety disorder.
1999(12);1-2.
18. Orwin A. Treatment of a sitiasional phobia-a case for running. Brit. J.
Psychiat. 1974(105);95-8.
19. Heather K, Antony M. Evidence-based assessment and treatment of
specific phobias in adults. Autism and child psychopathology series.
2012;19-42.

21

Anda mungkin juga menyukai