Anda di halaman 1dari 80

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

STUDI KASUS TENTANG ANAK YANG MEMILIKI


PERILAKU SOSIAL NEGATIF DI SEKOLAH PADA
SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI I
SEDAYU KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN
2008/2009

SKRIPSI
Oleh:
ELY RIYANI
NIM : K 3103009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

STUDI KASUS TENTANG ANAK YANG MEMILIKI


PERILAKU SOSIAL NEGATIF DI SEKOLAH PADA
SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI I
SEDAYU KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN
2008/2009

Oleh :
ELY RIYANI
NIM : K. 3103009

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit
to user
2011
i

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disetujui oleh pembimbing


Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Wagimin. M.Pd

Dra. Sri Wiyanti. M.Si

commit to user
ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user
iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
Ely Riyani 2011. STUDI KASUS TENTANG ANAK YANG MEMILIKI
PERILAKU SOSIAL NEGATIF DI SEKOLAH ADA SISWA KELAS VI
SEKOLAH DASAR NEGERI I SEDAYU KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret surakarta, Januari 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (I). mendapatkan gambaran realitas
tentang karakteristik atau gejala anak yang memiliki perilaku sosial negatif di
sekolah (2). Memperoleh infomasi secara rinci mengenai faktor-faktor yang
menjadi penyebab terjadinya perilaku sosial yang negatif di sekolah. (3).
Memperoleh gambaran dampak atau akibat yang terjadi pada anak yang memiliki
perilaku sosial yang neggatif di sekolah. (4). Mengetahui pandangan pihak-pihak
terkait tentang perilaku negatif tersebut..
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD
Negari I Sedayu Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran
2008/2009 yang memiliki perilaku sosial negatif di sekolah. Teknik pengumpulan
data menggunakan, sosiometri, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan deskriptif fenomenologis.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa bentuk perilaku sosial
negatif yang dilakukan subjek adalah membuat gaduh di kelas, mengganggu
teman di kelas, berkelahi, mengancam dan berkata-kata kotor serta menyontek
pekerjaan temannya. Faktor penyebab terjadinya perilaku sosial negatif yang
berasal dari factor internal yaitu rasa malas, tidak percaya diri, ingin diperhatikan
banyak orang,serta ingin menutupi kekurangannya. Penyebab dari factor eksternal
yaitu lingkungan keluarga, tayangan TV, paparan media, lingkungan sekolah serta
lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Selain hal tersebut subjek
terpengaruh oleh kebiasaan keluarga besarnya yang suka bertengkar.
Akibat dari perilaku sosial negatif subjek dapat menghambat tercapainya
prestasi yang obtimal, tidak diterima oleh kelompok sebaya dan di pandang
negative oleh guru.
Pandangan pihak terkait tentang perilaku sosial negatif di sekolah yang
dilakukan oleh siswa, yaitu:
a. Kepala sekolah berpandangan bahwa perilaku sosial negatif digolongkan
sebagai perilaku nakal dan karena pengaruh ketidakharmonisan keluarga.
b. Guru kelas memiliki pandangan bahwa perilaku sosial negatif perilaku sosial
negatif pada saat PBM berlangsung untuk menutupi kekurangan dan minta
perhatian dari guru dan temannya.
c. Guru agama memiliki pandangan bahwa perilaku sosial negatif sangat
mengganggu KBM dan membuat kesal guru.
d. Guru olah raga memiliki pandangan bahwa perilaku sosial negatif adalah
kenakalan siswa karena sangat merugikan.
e. Orang tua siswa memiliki pandangan bahwa perilaku sosial negatif karena
keteladanan orang tua yang rendah serta pendidikan dalam keluarga yang
commit to user
kurang.
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

Mulai hari ini kembangkan rasa sabar, tidak mudah putus asa dan pantang
menyerah
Teruslah bersabar dan berdoa
Lakukan hal yang baik, yang terpuji, yang indah, yang patut di puji dan terhormat

(penulis)

commit to user
vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

Suami dan Anak tersayang,


Ibu dan Ayah tercinta,
dan Almamater.

commit to user
vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Yuhan Yang Maha Esa, karena
atas Rahmat dan kasih-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Puji syukur berkat bantuan dari berbagai pihak atas segala bentuk
bantuanya, disampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
telah memberi kesempatan dan ijin untuk melakukan penelitian.
2. Bapak Drs. R. Indianto, M.Pd selaku, Ketua Jurusan

Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan pembinaan dalam


melaksanakan penelitian.
3. Ibu Dra. Siti mardiyati, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
pembekalan dalam melaksanakan penelitian.
4. Bapak Drs. Wagimin. M.Pd, M.Si selaku pembimbing I

yang telah sabar

memberikan bimbingan, dorongan dan masukan sehingga penulisan skripsi ini


dapat selesai dengan baik.
5. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M..Si selaku pembimbing II yang telah sabar memberikan
bimbingan, dorongan dan masukan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai
dengan baik
6. Tim Penguji skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga, sehingga
penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna menyelesaikan studi di bangku
kuliah.
7. Dosen Program Studi Pendidikan Bimbingan konseling Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret yang telah banyak memberi
bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat menujang dalam penelitian ini.
8. Bapak Sumali selaku Kepala Sekolah SDN I Sedayu yang telah memberikan
ijin untuk melakukan penelitian di SDN I Sedayu, Kecamatan Grobogan
Kabupaten Grobogan

commit to user
viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

9. Keluarga besar SDN I Sedayu yang turut membantu dalam penyelesaian


penelitian
10. Bapak dan Ibu yang senantiasa mendoakan penulis sehingga dapat
menyelesaikan kuliah
11. Suami dan anakku yang mendoakan dan membantu penulis sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga semua amal kebaikan bapak, ibu dan saudara dapat diterima dan
mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pendidikan anak di sekolah dasar khususnya dalam memberi
bimbingan anak yang berperilaku sosial negatif.

Surakarta, Februari 2011

Penulis

commit to user
ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................

HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................

iv

HALAMAN ABSTRAK ..........................................................................

HALAMAN MOTTO ..............................................................................

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................

vii

KATA PENGANTAR..............................................................................

viii

DAFTAR ISI ............................................................................................

DAFTAR TABEL ....................................................................................

xii

DAFTAR BAGAN ...................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

xv

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................

B. Fokus Penelitian ...............................................................

C. Tujuan Penelitian ..............................................................

D. Manfaat Penelitian ............................................................

BAB II LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Pustaka................................................................

1. Perkembangan Sosial Anak Sekolah Dasar ................

2. Studi Kasus ..................................................................

29

B. Kerangka Pemikiran ...........................................................

33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................

35

B. Bentuk dan Strategi Pelitian...............................................

35

C. Subjek Penelitian .............................................................

36

D. Sumber Data .....................................................................

37

commit to user
x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................

37

F. Validitas Data ..................................................................

39

G. Analisis Data .....................................................................

39

H. Prosedur Penelitian ...........................................................

40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V

A. Sajian Data Penelitian ......................................................

42

B. Temuan Hasil Penelitian ....................................................

54

C. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................

56

PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................

64

B. Implikasi ...........................................................................

65

C. Saran ................................................................................

65

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

67

LAMPIRAN

commit to user
xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel Hasil Pengamatan Terhadap Perilaku Sosial Negatif Subjek di
Kelas .......................................................................................

commit to user
xii

47

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR BAGAN
Halaman

Bagan 1.

Bagan Langkah Penelitian Studi Kasus ..................................

32

Bagan 2.

Bagan Kerangka Berpikir ......................................................

34

commit to user
xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Hasil Pengamatan Terhadap Perilaku


Sosial Negatif Subjek di Sekolah ....................................68
Lampiran 2. Pedoman Observasi ........................................................71
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ......................................................74
Lampiran 4. Hasil Wawancara dengan Responden ..............................80
Lampiran 5. Peta sosiometri ...........................................................

86

Lampiran 6. Peta sosiogram ............................................................. 87


Lampiran7.

Surat

keterangan

telah

melakukan

penelitian dari SDN I Sedayu Kabupaten


Grobogan ........................................................................89
Lampiran8. Surat ijin menyusun skripsi dari universitas
sebelas maret surakarta ........................................................90

commit to user
xiv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sekolah

dasar

merupakan

lembaga

pendidikan

dasar

yang

diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, kemampuan dan keterampilan


dasar yang diperlukan siswa untuk hidup dalam masyarakat. Di samping itu juga
Sekolah dasar mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan lanjut.
Syamsu Yusuf LN (2004: 24) menjelaskan bahwa: Siswa sekolah dasar
pada umumnya berusia 6 sampai 13.. Ada tiga ciri yang menonjol pada masa ini
yaitu: dorongan yang besar untuk berhubungan dengan kelompok sebaya,
dorongan ingin tahu tentang dunia sekitarnya, dan perkembangan fisik.
Pendapat di atas menujukkan bahwa anak pada usia 6 sampai dengan 13
dalam perkembangannya memasuki usia sekolah dan pada masa ini anak memiliki
dorongan yang kuat untuk berhubungan dengan kelompok sebayanya, dorongan
ingin tahu tentang dunia sekitarnya, dan menyenangi permainan yang mengarah
pada dunia pekerjaan.
Syamsu Yusuf LN (2004: 24-25) menjelaskan bahwa masa usia sekolah
dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah.
Pada umur tertentu yang menunjukkan anak matang untuk masuk sekolah dasar,
sebanarnya sukar dikatakan karena kematangan anak tidak ditentukan oleh umur
semata-mata. Namun pada umur 6 atau 7 tahun, pada umumnya anak telah matang
untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif,
anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini
dirinci lagi menjadi dua fase, yaitu:
1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, berkisar umur 6 atau 7 tahun sampai
umur 9 atau 10 tahun, pada umumnya usia tersebut anak berada pada kelas 1
sampai kelas III.
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, berkisar umur 9 atau 10 tahun sampai
umur 12 atau 13tahun, pada umumnya anak berada pada kelas IV sampai
dengan kelas VI.

commit to user
1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Penelitian menggunakan kasus anak kelas V SD, secara keseluruhan anak


kelas atas memiliki ciri sebagai berikut:
a. Adanya minat terhadap kehidupan yang praktis sehari-hari.
b. Amat realistik, ingin mengetahui sesuatu yang baru, dan ingin belajar.
c. Memiliki minat pada mata pelajaran khusus, menonjolnya bakat-bakat
khusus.
d. Gemar membentuk kelompok sebaya.
Muhibin Syah (1995: 46) menjelaskan bahwa masa anak-anak (late
childhoold) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri utama
Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya
(peer group).
Sesuai dengan pendapat di atas masa sekolah dasar adalah masa-masa
anak senang bersosialisasi dengan teman-teman sebaya serta senang membentuk
kelompok-kelompok sebaya untuk dapat bermain serta belajar. Anak akan merasa
nyaman bila mereka dapat diterinma dalam suatu kelompok dengan teman-teman
sebayanya, dan sebaliknya anak akan merasa tidak nyaman bila tidak bisa
diterima dalam kelompoknya.
Elizabeth B.Hurlock (2001: 155--156) Akhir masa kanak-kanak sering
disebut sebagai usia berkelompok karena ditandai dengan adanya minat
terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk
diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak
bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri di rumah atau
dengan saudara-saudara kandung atau melakukan kegitan dengan anggota-anggota
keluarga. Anak ingin bersama teman-temannya dan akan merasa kesepian serta
tidak puas bila tidak bersama teman-temannya.
Pada masa sekolah ini anak ingin memiliki banyak teman. Anak ingin
bersama dengan

kelompoknya, karena hanya dengan temannya anak dapat

bemain dan berolah raga, dan dapat memberikan kegembiraan. Sejak anak masuk
sekolah sampai masa puber, keinginan untuk bersama dan untuk diterima oleh
kelompok menjadi semakin kuat. Hal ini berlaku baik untuk anak laki-laki
maupun perempuan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Mengacu pada pendapat Elizabeth B.Hurlock (2001: 155--156) di atas


siswa sekolah dasar senang bergaul dan membentuk kelompok-kelompok dengan
teman sebayanya, sebagaimana telah dipaparkan di atas secara teoritis bahwa anak
sekolah dasar mulai suka bersosialisasi dengn teman sebayanya. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas dapat diketahui
bahwa dalam bergaul dengan teman-teman di sekolah tidak semua siswa mampu
dan dapat diterima dalam suatu kelompok sebaya di sekolah. Adakalanya seorang
anak karena kurang pintar atau tidak mampu dalam berinteraksi dengan baik atau
memiliki perilaku yang negatif terhadap kelompoknya, yaitu anak yang masa
bodoh dengan temannya, pasif, suka mengganggu temannya maka tidak
mendapatkan perhatian atau diacuhkan oleh teman-temannya dalam kegiatankegiatan kelompok di sekolah. Keadaan yang demikian pada kenyataanya belum
mendapat perhatian dan penanganan yang optimal oleh pihak sekolah, sehingga
siswa akan menjadi anak yang terisolir dan tidak diterima teman-teman di dalam
kelompoknya, dan dalam perkembangannya akan mengalami hambatan.
Kenyataan itulah yang menarik perhatian peneliti untuk memperoleh
gambaran realitas secara jelas tentang anak yang tidak diterima dalam
kelompoknya di sekolah akibat memiliki perilaku negatif. Salah satu cara yang
ditempuh untuk mempelajari secara mendalam tentang kasus tersebut, maka perlu
diadakan penelitian dengan judul Studi Kasus tentang Anak yang Memiliki
Perilaku Sosial Negatif di Sekolah pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1
Sedayu Kabupaten Grobogan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah segala sesuatu yang ingin dicapai dalam
penelitian ini. Fokus penelitian meliputi:
1. Gejala-gejala siswa yang memiliki perilaku sosial negatif di sekolah
2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab perilaku sosial negatif di sekolah di
Kelas VI Sekolah Dasar Negeri I Sedayu Kecamatan Grobogan.
3. Akibat-akibat apabila anak memiliki perilaku sosial negatif di Sekolah di
Kelas VI Sekolah Dasar Negeri I Sedayu Kecamatan Grobogan.
4. Pandangan pihak terkait tentang perilaku sosial negatif di sekolah di Kelas VI
Sekolah Dasar Negeri I Sedayu Kecamatan Grobogan.

C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi,
gambaran dan pengetahuan yang akurat tentang anak yang memiliki perilaku
sosial negatif di sekolah. sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendapatkan gambaran realitas tentang karakteristik atau gejala anak yang
memiliki perilaku sosial negatif di sekolah
2. Memperoleh infomasi secara rinci mengenai faktor-faktor yang menjadi
penyebab terjadinya perilaku sosial yang negatif di sekolah.
3. Memperoleh gambaran dampak atau akibat yang terjadi pada anak yang
memiliki perilaku sosial neggatif di sekolah pada siswa kelas VI di Sekolah
Dasar Negeri I Sedayu Kecamatan Grobogan.
4. Mengetahui pandangan pihak-pihak terkait tentang dampak anak yang
memiliki perilaku sosial negatif di sekolah.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang anak yang memiliki perilaku negatif di sekolah pada
siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri I Sedayu Kecamatan Grobogan ini
diharapkan dapat memberi kegunaan bagi semua personal sekolah yang
berhubungan dengan bimbingan dan konseling di sekolah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

1. Manfaat teoritis
a

Memberi masukan kepada guru secara konkrit tentang gejala anak yang
berperilaku negatif di sekolah.

Menjadi bahan pemikiran bagi guru dalam menciptakan hubungan sosial


yang dinamis di sekolah.

2. Manfaat praktis
a

Memberi masukan kepada guru tentang cara mengenali anak yang


berperilaku negatif melalui gejala-gejalanya.

Bahan masukan dan pertimbangan para orang tua siswa agar dapat
membimbing putra-putrinya, sehingga dapat memecahkan masalah-maslah
yang dihadapi putra-putrinya di lingkungan keluarga.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Perkembangan Sosial Anak Sekolah Dasar

Secara kodrati manusia tidak mungkin hidup sendiri. Pentingnya


kehidupan bersama dalam kelompok untuk memenuhi kebutuhannya, yakni
kebutuhan

untuk

melangsungkan

kehidupan,

kebutuhan

untuk

mempertahankan diri dari ancaman terhadap kehidupannya, dan kebutuhan


untuk membina keturunannya sebagai penerus kehidupannya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kehidupan bersama atau berkelompok menjadi
kebutuhan penting bagi setiap individu.
Onong Uchjana Effendi (1988: 36--37) menjelaskan bahwa secara
umum ada dua jenis kebutuhan yang menyebabkan seseorang memasuki suatu
kelompok. Pertama adalah kebutuhan pokok sebagaimana diinginkannya
ketika memasuki kelompok; dan kedua adalah kebutuhan sampingan, yaitu
kebutuhan untuk selalu bersama-sama dengan kelompoknya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa setiap individu perlu memasuki suatu kelompok untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta kelangsungan hidupnya.
Setiap individu dalam kehidupanya sehari-hari memerlukan pergaulan
dengan orang lain, bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan, melainkan
untuk kelangsungan hidup bersama. Oleh karena itu, setiap individu dituntut
untuk mampu menyesuaikn diri dengan lingkungan yang ada. Usaha
penyesuaian diri pada masing-masing individu tidak semuanya selalu berhasil,
karena setiap individu memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang berbeda.
Keberhasilan penyesuaian diri dapat menimbulkan rasa puas dan bahagia,
sehingga menambah rasa percaya diri dan mendorong untuk memperoleh
keberhasilan berikutnya. Sebaliknya, kegagalan dalam penyesuaian diri

commit to user
6

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

membuat seseorang kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, sehingga


membuat seseorang semakin jauh dari kehidupan bermasyarakat.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyesuaian diri adalah
kepribadian dan kemampuan dalam penyesuaian diri. Kesuksesan dan
kegagalan dalam penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor tersebut.
Vembriarto (1987: 51) menjelaskan bahwa kesuksesan maupun kegagalan
dalam penyesuaian diri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan
menjalin hubungan dengan orang lain terutama keluarga dan dari faktor
kepribadian yang bersangkutan.
Keluarga merupakan lingkungan pertama sebagai pusat pendidikan.
Dalam lingkungan keluarga anak pertama kali mengenal lingkungan pegaulan
dan mengawali proses interaksi di dalam keluarga. Keluarga memiliki peran
menanamkan komunikasi dan interaksi antar individu serta membekali anak
untuk dapat bergaul di lingkungan yang lebih luas yaitu di lingkungan sekolah
dan masyarakat. Keluarga sebagai masyarakat kecil memiliki tata peraturan
yang menuntut perlunya peraturan yang perlu diikuti ataupun dipatuhi.
Lingkungan kedua setelah keluarga adalah sekolah. Sekolah sebagai
salah satu bagian dari tri pusat pendidikan mempunyai peranan yang sangat
besar yang ikut menyiapkan generasi muda yang sangat tangguh dan mampu
membangun dirinya sendiri dan membangun bangsa dan negara. Di sekolah
anak tidak hanya memperoleh bermacam-macam ilmu pengetahuan, tetapi
juga memperoleh pengalaman, kebiasaan dan keterampilan. Di sekolah anak
dapat mengembangkan keseluruhan kecakapan dan kepribadiannya, karena
sekolah merupakan salah satu institusi yang mempengaruhi proses sosialisasi
anak dari hasil interaksi komunikasi sosial di sekolahnya. Zakiah Daradjat
(1987: 96) menjelaskan bahwa sekolah merupakan lembaga sosial atau
masyarakat bagi remaja, tempat mereka menghabiskan sebagian waktunya
untuk berkumpul dan bergaul dalam umur yang relatif sama serta menyatakan
diri dan mendapat tempat di tengah teman-temannya. Melalui sekolah pula

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

anak dibekali berbagai pengalaman sosial, belajar,adat, norma sosial, dan nilai
moral, sehingga anak mampu mengembangkan pengetahuan dan sosialnya.
Perkembangan

sosial

dimaksudkan

sebagai

usaha

pencapaian

kematangan dalam hubungan sosial antara individu satu dengan yang lain, dan
dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelompok, tradisi dan moral atau agama. Perkembangan sosial
pada anak-anak sekolah dasar ditandai adanya perluasan hubungan sosial, di
samping dengan keluarga juga mulai membentuk ikatan baru dengan teman
sebaya atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya lebih
bertambah luas. Pada usia anak sekolah anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri-sendiri atau egosentris kepada sikap yang kooperatif yaitu
bekerja sama atau mau memperhatikan kepentingan orang lain. Anak dapat
berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat
keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok, anak akan merasa
tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial dapat diperoleh
melalui pemberian tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga
fisik, maupun tugas yang membutuhkan pikiran serta tugas yang
membutuhkan kerjasama. Tugas-tugas kelompok memberikan kesempatan
kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya, tetapi juga
diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. dilaksanakannya tugas kelompok,
peserta didik dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama,
saling menghormati, bertenggang rasa dan bertanggungjawab.
a. Perkembangan Sosial Anak SD Kelas Rendah
1) Bentuk Sosialisasi Anak SD Kelas Rendah
T. Sutjihati Somantri (2006:43--45) menjelaskan bahwa bentuk
tingkah laku sosial yang dijumpai pada masa anak-anak dilandasi oleh pola
tingkah laku yang terbentuk pada masa bayi, tetapi beberapa diantaranya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

merupakan bentuk tingkah laku yang baru. Beberapa diantaranya


merupakan bentuk tingkah laku yang tidak sosial bahkan anti sosial.
Sekalipun demikian bentuk-bentuk tingkah laku tersebut merupakan hal
yang penting bagi proses sosialisasi. Bentuk-bentuk tingkah laku sosial yang
sering dijumpai pada masa anak-anak adalah:
a) Negativisme
b) Agresi
c) Kerja sama
d) Tingkah laku menguasai
e) Kemurahan hati
f) Ketergantungan
g) Persahabatan
h) Simpati
Negativisme adalah merupakan gabungan antara keyakinan diri,
perlindungan diri, dan penolakan terhadap yang berlebihan. Negativisme
merupakan akibat suatu situasi sosial, misalnya disiplin yang terlalu keras
atau sikap orang dewasa yang tidak toleran.
Agresi merupakan tindakan nyata yang mengancam sebagai ungkapan
rasa benci. Semua anak kecil dalam batas-batas tertentu bersifat
agresif.Anak akan menunjukkan kecenderungan untuk mengulangi tindakan
agresinya bila tindakan tersebut memberikan hasil yang menyenangkan bagi
dirinya, terutama dalan menghadapi frustasi atau kecemasan yang
dirasannya. Beberapa penyebab munculnya agresi pada anak-anak antara
lain frustasi, keinginan untuk menarik perhatian, kebutuhan akan
perlindungan karena rasa tidak aman, dan identifikasi dengan orang tua
yang agresif.
Kerja sama adalah kemampuan anak untuk bekerja bersama tementemennya. Usia anak-anak anak mulai dapat bekerja sama, makin banyak
anak bergaul dengan anak lain, maka makin cepat dia dapat bekerja sama.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

10

Tingkah laku menguasai diartikan sebagai tindakan untuk mencapai


atau mempertahankan penguasaan suatu situasi sosial, bila diarahkan
dengan tepat akan berkembang menjadi kepemimpinan.
Kemurahan hati yaitu kecenderungan anak untuk mengesampingkan
diri sendiri demi kepentingan kelompok.
Ketergantungan diartikan sebagai keinginan untuk mendapat bantuan
dari orang lain untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukannya
sendiri atau dianggapnya tidak dapat dilakukannya sendiri. Pada mulanya
menunjukkan ketergantungan pada orang tua, kemudian ketergantungan
beralih

pada

kakak-adiknya

sebagai

pengganti

orang

tua,

dan

ketergantungan kepada kelompok seusianya.


Persahabatan adalah Anak-anak menunjukkan persahabatan baik
dengan orang dewasa maupun dengan anak-anak lain. Kontak sosial
merupakan kebutuhan, bila tidak terpenuhi akan menyebabkan perasaan
kurang enak pada diri anak. Simpati diartikan sebagai kemungkinan untuk
terpengaruh oleh keadaan emosi orang lain, dan hal ini dimungkinkan
dengan adanya kemampuan seseorang untuk membayangkan dirinya pada
posisi orang lain. Seorang anak menunjukkan simpati kepada orang lain
dengan cara menolong, melindungi, atau mempertahankan orang dari halhal yang mengganggu.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa bentuk tingkah
laku sosial yang dijumpai pada masa anak-anak dilandasi oleh pola tingkah
aku pada masa bayi, dan beberapa bentuk tingkah laku baru. Bentuk tingkah
laku yang tidak sosial, bahkan anti sosial dapat membuat anak menarik diri
dari lingkungan sosial dan pada akhirnya anak tidak diterima dalam
kelompok sebaya.
Syamsu Yusuf LN (2004: 24--25) menjelaskan bahwa masa usia
sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian
bersekolah. Kematangan anak bukan semata-mata ditentukan oleh usia, oleh
karena itu sulit untuk menentukan usia yang tepat anak matang untuk masuk
sekolah dasar. Namun pada umur 6 atau 7 tahun, pada umumnya anak telah

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

11

matang untuk memasuki sekolah dasar. Masa keserasian bersekolah secara


relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan
sesudahnya. Masa tersebut dirinci lagi menjadi dua fase, yaitu: masa kelas
rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas rendah yaitu kelas 1 sampai
dengan kelas 3 sekolah dasar.
Masa kelas rendah sekolah dasar berkisar umur 6 atau 7 tahun sampai umur
9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa kelas rendah antara
lain seperti berikut.
a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi, apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh.
b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri atau menyebut nama sendiri.
d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.
e) Apabila tidak dapat menyelesikan suatu soal, maka soal itu dianggap
tidak penting.
f) Masa kalas rendah pada usia 6-8 tahun anak menghendaki nilai atau
angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah pestasinya memang
pantas diberi nilai baik atau tidak.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa kematangan anak
tidak dapat ditentukan oleh usia, namun pada umur 6 atau 7 tahun anak telah
matang untuk memasuki sekolah dasar dan mudah untuk dididik.
Sumadi Suryabrata (1982:2728) menjelaskan bahwa masa kelas
rendah sekolah dasar adalah umur 6;0 atau 7;0 sampai umur 9;0 atau 10;0.
beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah:
a) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi sekolah.
b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
c) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

12

d) Suka membanding-membandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal


itu dirasa menguntungkan; dalam hal ini ada kecenderungan untuk
meremehkan anak lain.
e) Kalau tidak dapat sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
f) Pada masa ini (terutama pada umur 6;0 sampai 8;0) anak menghendaki
nilai atau angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya
memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi;
meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
bekerjasama.
Anak diawal kehidupannya belum bersifat sosial, belum memiliki
kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan
sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang
lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau
pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, baik orang tua,
saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak sangat
dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak
dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma
kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh terhadap
anak cara menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Syamsu Yusuf (2002: 26) menjelaskan bahwa melalui pergaulan atau
hubungan sosial, baik dengan orangtua, anggota keluarga, orang dewasa
lainnya maupun teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentukbentuk tingkah laku sosial. Pada usia anak, bentuk-bentuk tingkah laku sosial
itu adalah sebagai berikut:
a) Pembangkangan
b) Agresi
c) Berselisih atau bertengkar

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

13

d) Menggoda
e) Persaingan
f) Kerja sama
g) Tingkah laku berkuasa
h) Mementingkan diri sendiri
i) Simpati
Pembangkangan yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan, tingkah laku
tersebut terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan
orangtua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Sikap
orangtua terhadap tingkah laku melawan pada anak hendaknya orang tua tidak
memandangnya sebagai perilaku yang negatif. Dalam hal ini, sebaiknya
orangtua dapat memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa
secara naluriah anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi
ketergantungan ke posisi mandiri. Tingkah laku melawan merupakan salah
satu bentuk dari proses perkembangan setiap individu.
Agresi yaitu perilaku menyerang balik secara fisik maupun dengan kata-kata.
Agresi merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap rasa kecewa karena tidak
terpenuhi kebutuhan atau keinginannya. Agresi terwujud dalam perilaku
menyerang, seperti: memukul, mencubit, menendang, menggigit, marahmarah, dan mencaci maki. Hukuman terhadap anak yang agresif,
menyebabkan meningkatnya agresifitas anak, sebaiknya orangtua berusaha
untuk mereduksi, mengurangi agresifitas anak tersebut dengan cara
mengalihkan perhatian atau keinginan anak, atau upaya lain yang bisa
meredam agresifitas anak tersebut. Berselisih atau bertengkar terjadi apabila
seorang anak merasa terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.
Menggoda, yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif.
Menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk
verbal yaitu kata-kata ejekan atau cemoohan, sehingga menimbulkan reaksi
marah pada orang yang diserangnya. Persaingan yaitu keinginan untuk
melebihi orang lain karena dorongan orang lain. Kerja sama, yaitu sikap mau

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

14

bekerja sama dengan kelompok. Pada usia enam atau tujuh tahun, sikap kerja
sama tersebut sudah berkembang dengan lebih baik. Tingkah laku berkuasa,
yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau
bersikap seperti bos. Wujud tingkah laku tersebut seperti: meminta, menyuruh,
dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Mementingkan diri sendiri, yaitu sikap egosentris dalam memenuhi
keinginannya.
Simpati, yaitu sikap emosi yang mendorong individu untuk menaruh perhatian
terhadap orang lain, mau mendekati maupun bekerja sama dengannya. Seiring
dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap mementingkan
diri dan mulai mengembangkan sikap sosialnya, yaitu rasa simpati terhadap
orang lain.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya, baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman
sebayanya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan
peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat
mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Namun apabila lingkungan
sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orangtua yang kasar, sering
memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, teladan, pengajaran
atau pembiasaan anak dalam menerapkan norma-norma, baik agama maupun
tatakrama atau budi pekerti, cenderung menampilkan perilaku maladjustment,
seperti: bersifat minder, senang mendominasi orang lain, bersifat egois,
senang mengisolasi diri atau menyendiri, kurang memiliki perasaan tenggang
rasa, dan kurang mempedulikan norma dalam berperilaku.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak SD kelas
rendah oleh Sunarto dan B. Agung Hartono (1995:130--133) dijelaskan
bahwa perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: keluarga, kematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, tingkat
pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

15

a) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga
berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma
dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
b) Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima
pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosi. Di
samping itu kemampuan berbahasa ikut pula menentukan, dengan
demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu
menjalankan fungsinya dengan baik.
c) Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat
akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan
tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga
anak itu, ia anak siapa. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial
anak, masyarakat dan kelompoknya akan mempertimbangkan norma
yang berlaku di dalam keluarganya. Perilaku anak akan banyak
memperhatikan

kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh

keluarganya. Sehubungan dengan hal itu, dalam kehidupan sosial anak


akan senantiasa menjaga status sosial dan ekonomi keluarganya, dalam
hal tertentu menjaga status sosial keluarganya itu mengakibatkan anak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

16

menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini
dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi terisolir dari
kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit
dengan normanya sendiri.
d) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan
memberi warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti
luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma
perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang
belajar di kelembagaan pendidikan atau sekolah.Anak bukan saja
dikenalkan pada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan pada
norma kehidupan bangsa atau nasional dan norma kehidupan antar
bangsa. Etika pergaulan dan pendidikan moral diajarkan secara
terprogram dengan tujuan untuk membentuk perilaku kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
e) Kapasitas mental: emosi dan intelegensi
Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi,
berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara
baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi,kemampuan
berbahasa baik, dan pengendalian emosi secara seimbang sangat
menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian memahami orang lain merupakan modal utama
dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh
anak yang berkemampuan intelektual tinggi. Pada kasus tertentu,
seorang jenius atau superior sukar untuk bergaul dengan kelompok
sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

17

umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi
(dewasa) tepat menanggap dan memperlakukannya sebagai anakanak.
b. Perkembangan Sosial Anak SD Kelas Tinggi
1) Bentuk Sosialisasi Anak SD Kelas Tinggi
T. Sutjihati Somantri (2006:47--49) menjelaskan bahwa kehidupan
gang berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Walaupun demikian
kontak sosial yang lebih luas dengan anak-anak yang lebih besar dari anakanak tersebut juga turut menentukan pola tingkah laku pada anak-anak
selanjutnya. Beberapa pola tingkah laku pada masa anak-anak akhir adalah:
a) Kepekaan terhadap penerimaan dan penolakan sosial
b) Kepekaan yang berlebihan
c) Sugestibilitas dan kontra sugestibilitas
d) Persaingan
e) Kesportifan
f) Tanggung jawab
g) Insight sosial
h) Diskriminasi sosial
i) prasangka
Kepekaan terhadap penerimaan dan penolakan sosial yaitu kepekaan
terhadap situasi sosial pada individu.
Kepekaan yang berlebihan diartikan sebagai kecenderungan untuk mudah
tersinggung dan menginterpretasikan bahwa perkataan dan perbuatan
orang lain sebagai ungkapan kebencian.
Sugestibilitas dan kontra sugestibilitas seperti kepekaan yang berlebihan.
Sugestibilitas atau kemudahan dipengaruhi oleh orang lain bersumber
pada keinginan untuk mendapat perhatian dan penerimaan lingkungan.
Kontrasugestibilitas diartikan sebagai kecenderungan untuk berpikir dan
bertindak bertentangan dengan saran orang lain. Dalam hal ini anak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

18

menunjukkan

pemberontakan

terhadap

orang

dewasa

dengan

menunjukkan kontradisi dengan orang dewasa tersebut.


Persaingan pada masa anak-anak ada tiga bentuk, yaitu:
a) persaingan

diantara

anggota

kelompok

untuk

memperoleh

pengakuan di dalam kelompok


b) konflik diantara gang dengan gang yang menjadi saingan
c) konflik antara gang dengan pihak masyarakat yang terorganisasi.
Kesportifan adalah kemampuan anak untuk melaksanakan kegiatan sesuai
dengan aturan permainan; bekerja sama dengan anak-anak lain dengan
jalan

mengesampingkan

kepentingan

individu

dan meningkatkan

semangat kebersamaan kelompok.


Tanggung jawab merupakan keinginan untuk turut ambil bagian dalam
memikul beban. Anak kecil pada awalnya menunjukkan ketergantungan
kepada orang lain; dengan berkembangnya kemampuan verbal dan
keterampilan motoriknya, anak mulai belajar untuk menyelesaikan
masalah-masalahnya sendiri dan juga masalah-masalah kelompok.
Insight sosial merupakan kemampuan untuk mengambil dan mengerti arti
situasi sosial dan orang-orang yang terlibat dalam situasi sosial tersebut.
Hal ini bergantung pada empati, yaitu kemampuan anak untuk
menempatkan diri dalam posisi psikologi orang lain dan memandang
situasi dari sudut pandang orang tersebut. Untuk menyelenggarakan relasi
sosial yang baik, anak harus mampu mengamati dan meramalkan tingkah
laku, pikiran, dan perasaan orang lain. Kemampuan untuk memperoleh
insight sosial dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
a) perbedaan jenis kelamin, anak perempuan cenderung lebih cepat
matang dibandingkan dengan anak laki-laki
b) kecerdasan
c) status anak dalam kelompok dan
d) kepribadian anak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

19

Perkembangan kemampuan untuk memperoleh insight sosial berkaitan


erat dengan perkembangan simpati pada masa anak-anak awal.
Diskriminasi sosial sebenarnya sudah ada sejak masa anak-anak awal,
tetapi berkembang dengan baik ketika anak itu menjadi anggota suatu
gang. Anak-anak menunjukkan sikap bahwa anggota kelompok
mempunyai nilai yang sama tetapi orang-orang yang tidak menjadi
anggota kelompoknya mempunyai nilai yang lebih rendah. Perbedaan itu
dapat disebabkan oleh agama, ras, taraf sosial, ekonomi, dan sebagainya.
Diskriminasi diartikan sebagai kecenderungan untuk mengklasifikasikan
semua orang termasuk kelompok lain sebagai orang yang lebih rendah
dan memperlakukan mereka sesuai dengan pandangan tersebut;
kelompok lain itu terbentuk karena perbedaan agama dan ras. Prasangka
terbentuk melalui beberapa cara yaitu:
a) pengalaman yang tidak menyenangkan ketika berinteraksi dengan
suatu kelompok
b) nilai-nilai kultur yang diterima begitu saja
c) imitasi dari orang tua, guru, temam seusia
d) pendidikan yang diperoleh dari orang tua, guru, atau orang dewasa
lainnya mengenai prasangka tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kehidupan gang dan kontak
sosial yang lebih luas dengan anak-anak yang lebih besar dari anak-anak
tersebut menentukan pola tingkah laku pada anak-anak akhir.
Syamsu Yusuf LN (2004: 24--25) menjelaskan bahwa masa kelaskelas tinggi sekolah dasar, berkisar umur 9 atau 10 tahun sampai umur 12
atau 13tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa kelas tinggi
adalah:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

20

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit, hal


ini menimbulkan kecenderungan untuk membandingkan pekerjaanpekerjan yang praktis.
b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.
c) Menjelang akhir masa kelas tinggi telah ada minat kepada hal-hal dan
mata pelajaran khusus, menonjolnya bakat-bakat khusus.
d) Sampai berkisar umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orangorang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi
keinginannya. Selepas umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi
tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
e) Pada masa kelas tinggi, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai
ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
f) Anak-anak pada usia kelas tinggi gemar membentuk kelompok sebaya
biasanya untuk dapat bermain bersama-sama, dalam permainan itu
biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang
tradisional atau yang sudah ada, tetapi mereka mulai membut peraturan
sendiri.
Sumadi Suryabrata (1982: 28--29) menjelaskan bahwa masa kelaskelas tinggi sekolah dasar yaitu usia 9:0 atau 10:0 sampai usia 12:0 atau
13:0. beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah:
a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit; hal
ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan
pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b) Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar.
c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan
matapelajaran-matapelajaran khusus.
d) Sampai kira-kira usia 11:0 anak membutuhkan guru atau orang-oramg
dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi
keinginannya; setelah usia 11:0 pada umumnya anak menghadapi tugastugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

21

e) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang
tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
f) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,
biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan
biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang
tradisional; mereka membuat peraturan sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas, maka anak-anak pada usia SD pada
dasarnya memiliki kegemaran untuk keluar dari rumah dan bermain
dengan kelompok sebayanya, namun ada di antara mereka yang karena
sebab-sebab tertentu akan merasa tidak dapat bergaul dan diterima oleh
teman-temannya

dalam kelompok di sekolah atau dengan kata lain

terisolir.
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak SD Kelas
Tinggi.
Aankusuma (Http://id-id.facebook.com) menjelaskan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak SD kelas tinggi yaitu:
a) Faktor dari dalam (intrinsik)
(1) Intelegensi
Setiap individu

mempunyai intelegensi yang berbeda-beda.

Perbedaan intelegensi tersebut berpengaruh dalam daya serap


terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial. Orang yang mempunyai
intelegensi tinggi pada umumnya tidak kesulitan dalam bergaul,
belajar, dan berinteraksi di masyarakat, sebaliknya orang yang
intelegensinya di bawah normal akan mengalami berbagai kesulitan
dalam belajar di sekolah maupun menyesuaikan diri di masyarakat.
Akibatnya terjadi penyimpangan-penyimpangan, seperti malas
belajar, emosional, bersikap kasar, tidak bisa berpikir logis.
(2) Jenis kelamin
Perilaku menyimpang dapat juga diakibatkan karena perbedaan jenis
kelamin. Anak laki-laki pada umumya cenderung sok berkuasa dan
menganggap remeh pada anak perempuan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

22

(3) Umur
Umur memengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laku
individu,

makin

bertambahnya

umur

diharapkan

seseorang

bertambah pula kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosi,


dan makin tepat dalam segala tindakannya. Kadang dijumpai ketidak
sesuaian sikap yang dilakukan oleh anak sekolah dasar, sikapnya
seperti anak kecil, manja, minta dituruti segala keinginannya.
(4) Kedudukan dalam keluarga
Keluarga yang terdiri atas beberapa anak, sering kali anak tertua
merasa dirinya paling berkuasa dibandingkan dengan anak kedua
atau ketiga. Anak bungsu mempunyai sifat ingin dimanjakan oleh
kakak-kakaknya maupun orang tuanya. Oleh karena itu, susunan atau
urutan kelahiran kadang akan menimbulkan pola tingkah laku,
peranan dan fungsi yang berbeda dalam keluarga.
b) Faktor dari luar (ekstrinsik)
(1) Peran keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial sangat besar
perananya dalam membentuk pertahanan seseorang terhadap
serangan penyakit sosial sejak dini. Orang tua yang sibuk dengan
kegiatannya sendiri tanpa mempedulikan perkembangan anakanaknya merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap
serangan penyakit sosial. Sering kali orang tua hanya cenderung
memikirkan kebutuhan lahiriah anaknya dengan bekerja keras tanpa
mempedulikan bagaimana anak-anaknya tumbuh dan berkembang
dengan alasan sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan
anaknya. Alasan tersebut sangat rasional dan tidak salah, namun
kurang tepat, karena kebutuhan bukan hanya materi saja tetapi juga
nonmateri. Kebutuhan nonmateri yang diperlukan anak dari orang
tua seperti perhatian secara langsung, kasih sayang, dan menjadi
teman sekaligus sandaran anak untuk menumpahkan perasaannya.
Kasih sayang dan perhatian terhadap anak tersebut cenderung

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

23

diabaikan oleh orang tua, oleh sebab itulah anak akan mencari
bentuk-bentuk pelampiasan dan pelarian yang kadang mengarah
pada hal-hal yang menyimpang, seperti masuk dalam anggota geng,
mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan lain-lain.
(2) Peran masyarakat
Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan anak dari lingkungan
keluarga akhirnya berkembang ke dalam lingkugan masyarakat yang
lebih luas. Ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan rohaniah
anak mengakibatkan anak mencari kebutuhan tersebut ke luar rumah.
Ini merupakan awal dari sebuah petaka masa depan individu, jika di
luar rumah anak menemukan sesuatu yang menyimpang dari nilai
dan norma sosial. Pola kehidupan masyarakat tertentu kadang tanpa
disadari oleh para warganya ternyata menyimpang dari nilai dan
norma sosial yang berlaku di masyarakat umum, misalnya
masyarakat yang suka berjudi. Itulah yang disebut sebagai
subkebudayaan menyimpang, misalnya masyarakat yang sebagian
besar warganya hidup mengandalkan dari usaha prostitusi, maka
anak-anak di dalamnya akan menganggap prostitusi sebagai bagian
dari profesi yang wajar. Demikian pula anak yang tumbuh dan
berkembang di lingkungan masyarakat penjudi atau peminum
minuman keras, maka akan membentuk sikap dan pola perilaku
menyimpang.
(3) Pergaulan
Pola tingkah laku anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku
anak-anak lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman
pergaulannya sering kali memengaruhi kepribadian individu, dari
teman bergaul tersebut anak akan menerima norma-norma atau nilainilai sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya
baik, anak akan menerima konsep-konsep norma yang bersifat
positif, namun apabila teman bergaulnya kurang baik, anak sering
kali akan mengikuti konsep-konsep yang bersifat negatif. Akibatnya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

24

terjadi pola tingkah laku yang menyimpang pada diri anak tersebut,
oleh karena itu, menjaga pergaulan dan memilih lingkungan
pergaulan yang baik sangat penting.
(4) Media massa
Berbagai tayangan di televisi tentang tindak kekerasan, film-film
yang berbau pornografi, sinetron yang berisi kehidupan bebas dapat
memengaruhi perkembangan perilaku individu. Anak-anak yang
belum mempunyai konsep yang benar tentang norma-norma dan
nilai-nilai sosial dalam masyarakat, sering kali menerima mentahmentah semua tayangan itu. Penerimaan tayangan-tayangan negatif
yang

ditiru

mengakibatkan

perilaku

social

negative

atau

menyimpang.
c. Perilaku Sosial Anak SD
Monty P. Satiadarma (2001: 49) menjelaskan bahwa bila individu
mempersepsikan bahwa seseorang itu baik, maka individu tersebut akan
bersikap baik kepada orang tersebut. Jika individu itu memiliki sikap baik
kepada orang tersebut, perilaku individu tersebut kepadanya akan baik pula.
Masa krisis pertama (trotzalter), ketika anak bersikap keras kepala,
perkembangan rasa sosial tampak seakan-akan terhenti. Tetapi yang
sesungguhnya terjadi malah sebaliknya. Masa krisis pertama merupakan
permulaan timbulnya kesadaran akan aku-nya; dengan kata lain merupakan
permulaan sikap objektif. Sebenarnya sikap krisis pertama itu tempat
meletakkan dasar untuk perkembangan sosial yang sesungguhnya.
Ketika anak mulai bersekolah, anak menyambut teman-teman barunya
dengan rasa gembira. Semua murid di kelas adalah temannya, kemudian anak
membentuk kelompok-kelompok tersendiri, setiap anak menggabungkan
dirinya kedalam salah satu kelompok. Makin lama anak makin banyak
memegang peranan dalam kelompoknya. Selanjutnya anak mulai mengetahui
bahwa dirinya memiliki bakat dan kepandaian dalam bidang tertentu.
Perkembangan selanjutnya muncullah anak yang berkemampuan senagai
pemimpin dan anak yang hanya mengikut temannya tanpa inisiatif.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

25

Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia prasekolah sampai


akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial, anak mulai
melepaskan diri dari keluarga, mendekatkan dirinya pada orang lain di
samping anggota keluarganya. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak
menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada di luar
pengawasan orang tuanya. Anak bergaul dengan teman-teman mempunyai
guru yang berpengaruh terhadap proses emansipasinya. Pada proses
emansipasi dan individuasi teman-teman sebaya mempunyai peranan yang
dapat membantu menumbuhkan kepercayaan dirinya , di samping itu
perkembangan motifasi dan identitas kelamin sangat penting, karena
kesadaran jenis kelamin akan dapat membantu memahami diri dan
menumbuhkan motifasi sesuai dengan keadaan dirinya, juga perkembangan
pengertian norma atau moralitas mendapatkan kemajuan yang esensial dalam
periode ini, yakni semakin berkembang anak diharapkan semakin dapat
menyasuaikan diri dengan norma yang ada dan secara otomatis akan
berperilaku sesuai dengan norma yang diyakini.
d. Kelompok Sebaya Anak SD
Masa T.K dan S.D anak mempunyai kontak yang intensif dengan temanteman sebaya, anak-anak saling mempengaruhi satu sama lain. Anak berusaha
untuk menjadi anggota suatu kelompok; kelompok teman sebaya yang akrab
terjadi pada anak usia sekolah dasar.
Anak pada mulanya tidak mengerti tingkah laku yang dipuji atau
dihargai dan tingkah laku yang tidak dipuji atau dihargai, anak belum tahu apa
yang harus dilakukan untuk dapat diterima dalam kelompok. Sering dapat
dilihat bahwa anak menirukan anggota kelompok yang paling aktif dan paling
berkuasa. Kelompok-kelompok anak dalam taman kanak-kanak dan kelaskelas permulaan sekolah dasar belum mempunyai aturan-aturan, kelompokkelompok tadi baru merupakan kelompok-kelompok informal tanpa struktur
dan tanpa aturan. Baru diantara usia 10-14 tahun timbullah kelompok yang
ada organisasinya, dengan aturan-aturan dan perjanjian-perjanjian

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

26

T.Sutjihati

Somantri

(2006:

46)

menjelaskan

bahwa

dengan

meningkatnya ruang lingkup kegiatan anak, maka anak menunjukkan


peningkatan dalam kebutuhan untuk diterima oleh anak-anak lain dari luar
keluarganya. Sejak masuk sekolah, anak memasuki suatu masa gang age
pada usia ini anak menunjukkan pekembangan yang pesat dalam hal
kesadaran sosial. Salah satu tugas perkembangan adalah menunjukkan proses
sosialisasi. Pada masa ini anak menjadi anggota suatu kelompok anak-anak
seusia yang sedikit demi sedikit menggantikan peran keluarga dalam
kehidupan anak dan hal ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap
tingkah laku anak, masa keserasian bersekolah ini diakhiri gengan suatu masa
yang disebut poeral. Sifat-sifat khas masa poeral ini secara garis besar dapat
di ringkas menjadi dua hal, yaitu:
1) Keinginan untuk berkuasa: sikap, tingkah laku dan perbuatan anak poeral
ditujukan untuk berkuasa; apa yang diidam-idamkannya adalah si kuat, si
jujur, si juara dan sebagainya.
2) Ekstraversi: berorientasi keluar dirinya; misalnya, untuk mencari teman
sebaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Anak-anak masa ini
membutuhkan

kelompok-kelompok

sebaya,

pada

masa

anak-anak

dorongan bersaing sangat besar sekali, karena itu masa ini sering diberi ciri
sebagai masa competitive socialization.
Bahaya dalam penyesuaian sosial, efek penolakan dan pengabaian yang
dilakukan oleh kelompok sosial terhadap anak akan dapat mengakibatkan
beberapa gangguan psikologis, diantaranya yaitu:
1) Anak akan merasa kesepian karena kebutuhan sosial mereka tidak
terpenuhi.
2) Anak akan merasa tidak bahagia dan tidak aman.
3) Akan mengembangkan konsepdiri yang tidak menyenangkan, yang bisa
menimbulkan penyimpangan kepribadian.
4) Anak kurang memiliki pengalamn belajar yang dibutuhkan untuk
menjalani proses sosialisasi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

27

5) Anak akan merasa sedih karena tidak memiliki kegembiran yang dimiliki
teman sebaya mereka.
6) Akan

memperkecil

peluang

anak

dalam

mempelajari

berbagai

keterampilan sosial.
7) Anak akan hidup dalam ketidakpastian reaksi sosial yang menyebabkan
anak merasa cemas, takut dan sangat peka.
8) Melakukan penyesuaian diri yang berlebihan dengan harapan akan dapat
meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Bentuk Kelompok Sebaya dalam Belajar dan Permainan. Elizabeth B.
Hurlock (1980:155,156) Akhir masa kanak-kanak sering disebut sebagai usia
berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktifitas temanteman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota
suatu kelompok, dan merasa tidakpuas bila tidak bersama temannya. Pada
masa ini anak tidak lagi puas bermain sendiri di rumah atau dengan saudarasaudara kandung atau melakukan kagiatan dengan anggota keluarga. Anak
ingin bersama temannya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak
bersama temannya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya
dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dan berolah raga, dan
dapat memberikan kegembiraan. Sejak anak masuk sekolah sampai masa
puber, keinginan untuk bersama dan untuk diterima kelompok menjadi
semakin kuat. Hal ini berlaku baik untuk anak laki-laki maupun perempuan.
Teman pada akhir masa anak-anak berbeda dengan masa anak yang
lebih muda, anak yang lebih besar jarang puas dengan rekannya. Untuk
memenuhi kebutuhan sosialnya, teman harus berperan sebagi teman bermain
atau teman baik. Anak laki-laki cenderung mempunyai hubungan teman
sebaya yang lebih luas dari pada anak perempuan. Ia lebih suka bermain
berkelompok dari pada hanya dengan satu atau dua anak. Sebaliknya,
hubungan sosial anak perempuan lebih intensif dalam arti bahwa ia lebih
sering bermain dengan satu atau dua teman dari pada dengan seluruh
kelompoknya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

28

Elizabeth B. Hurlock (1980: 156) menjelaskan bahwa banyak faktor


yang menentukan pemilihan teman. Biasanya anak yang dipilih adalah yang
dianggap serupa dengan dirinya sendiri dan memenuhi kebutuhan. Daya tarik
fisik mempengaruhi kesan pertama, anak cenderung memilih mereka yang
berpenampilan menarik menjadi teman bermain dan sebagai teman baik.
Keakrapan di sekolah atau di lingkungan tetangga adalah penting karena
untuk memilih teman lingkungan anak-anak terbatas pada daerah yang relatif
sempit. Terdapat kecenderungan yang kuat bagi anak-anak untuk memilih
teman dari kelasnya sendiri di sekolah. Dan yang lebih dipilih adalah teman
sejenis dari pada lawan jenis.
Sifat-sifat kepribadian penting dalam memilih teman, baik sebagai
teman bermain ataupun sebagai teman baik. Anak yang lebih besar memberi
nilai tinggi pada kegembiraan, keramahan, kerja sama, kebaikan hati,
kejujuran, kemurahan hati, bahkan keramahan dan sportivitas, pada teman
bermain maupun teman baik. Menjelang masa anak-anak berakhir, anak lebih
menyukai teman dari latar belakang sosial ekonomi, ras dan agama yang
sama, khususnya sebagai teman baik.
Anak yang dipilih oleh teman-temannya untuk berperan sebagai
pemimpin pada akhir masa kanak-kanak adalah anak yang mendekati ideal
kelompok. Ia tidak hanya disukai oleh sebagian besar kelompok, tetapi juga
memiliki ciri-ciri yang dikagumi.karena anak menghabiskan banyakwaktu
dengan bermain dan berolah raga dengan teman-teman sebaya, maka anak
yang keterampilannya dalam bidang tersebut melebihi anggota kelompok
yang lain mempunyai kesempatan yang sangat baik untuk dipilih sebagai
pemimpin. Namun keterampilan saja tidaklah cukup. Anak yang berperan
sebagai pemimpin juga harus mempunyai sifat-sifat kepribadian yang
dikagumi oleh kelompok, seperti sportif, kerja sama yang baik, murah hati
dan jujur.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

29

Bila peran pemimpin tidak memenuhi kebutuhan anak atau kebutuhan


anggota maka terjadipergantian pemimpin. Di lain pihak, kalau peran
pemimpin memuaskan anggota kelompok dan diri sendiri maka pemimpin
akan tetap bertahan. Anak yang berperan sebagai pemimpin dalam permainan
atau olah raga dan memuaskan anggota-anggota kelompok, mempunyai
kesempatan yang baik untuk dipilih sebagai ketua kelas atau peran pemimpin
tidak berhubungan dengan permainan dan olah raga.

2. Studi Kasus
a. Pengertian Studi kasus
Robert K. Yin (1997: 1) mendefinisikan studi kasus merupakan strategi
yang cocok bila pertanyaan penelitian berkenaan dengan mengapa atau
bagaimana dan fokus penelitiannya terletak pada fenomena kehidupan nyata.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa studi kasus merupakan strategi suatu
penelitian yang berfokus pada fenomena masa kini di kehidupan nyata untuk
menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan mengapa dan bagaimana.
Deddy Mulyana (2003: 201) menjelaskan bahwa studi kasus adalah uraian
dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu
kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau situasi sosial.
Robert K. Yin (2008: 1) menjelaskan bahwa Studi kasus adalah salah satu
metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Penelitian kasus adalah suatu penelitian
yang dilakukan secara intensif, terrinci dan mendalam terhadap suatu
organisme, lembaga, atau gejala tertentu.
b. Tujuan studi kasus
Studi kasus digunakan dalam penelitian

ini, dengan tujuan untuk

mendapatkan hasil penelitian yang mendalam mengenai perilaku sosial negatif


pada siswa kelas VI SD Negeri I Sedayu. Penelitian dengan studi kasus
menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, dan menyeluruh atas objek
tertentu.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

30

Studi kasus merupakan metode penelitian yang dilakukan pada objek dan
subjek di suatu tempat dan waktu tertentu dengan melakukan pengamatan
terhadap kejadian tertentu untuk dilakukan studi analisa kasus yang diamati
untuk diambil suatu tindakan, kaitannya dengan penelitian ini adalah tindakan
untuk meningkatkan perilaku sosial positif siswa dengan membantu siswa agar
tidak berperilaku sosial negatif di sekolah. Hal tersebut dilakukan dengan
tujuan agar anak dapat berperilaku positif dan dapat bersosialisasi dengan
teman-teman sebayanya.
Studi kasus yang dilakukan mempunyai tujuan melakukan evaluasi
terhadap suatu kejadian yang menjadi objekpenelitian untuk dilakukan analisa
dengan menggunakan metode tertentu yang nantinya dapat digunakan sebagai
pembelajaran. Robert K. Yin (2008: 27) mengemukakan bahwa penelitian studi
kasus harus mempunyai desain penelitian, definisi dari desain penelitian adalah
suatu rencana tindakan yang berangkat dari perencanaan untuk mencapai tujuan
penelitian, dengan demikian maka tujuan penelitian studi kasus harus jelas.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mempelajari suatu kasus secara
mendalam,oleh karena itu tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran realitas tentang karakteristik atau gejala anak yang
memiliki perilaku sosial negatif di sekolah
2. Memperoleh infomasi secara jelas mengenai faktor-faktor yang menjadi
penyebab terjadinya perilaku sosial negatif di sekolah.
3. Memperoleh gambaran dampak atau akibat yang terjadi pada anak yang
memiliki perilaku sosial neggatif di sekolah
4. Mengetahui pandangan pihak terkait tentang anak yang memiliki perilaku
sosial negatif di sekolah.
c. Langkak-langkah studi kasus
Pelaksanaan studi kasus dengan cara mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap subjek ppenelitian, dalam hal ini adalah siswa yang
berperilaku sosial negatif di sekolah. Penelitian dilakukan dengan studi kasus

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

31

terhadap objek penelitian yang terdapat di SD Negeri I Sedayu kecamatan


Grobogan Kabupaten Grobogan propinsi jawa tengah.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan melakukan
observasi pada tempat penelitian, kemudian melakukan wawancara terhadap
informan kunci di sekolah tersebut yaitu guru kelas VI, guru agama dan guru
olahraga serta teman dekat siswa, dan dengan mengacu pada data dokumen
mengenai perilaku sosial negatif siswa yang tersedia di sekolah.Pelaksanaan
penelitian dan pelaksanaan pengumpulan data didasarkan pada sumber-sumber
bukti yang berlainan. Robert K. Yin (2008: 103)

mengemukakan bahwa

sumber bukti adalah dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung,


observasi pemeran serta dan perangkat fisik.
Pelaksanaan penelitian dengan studi kasus berdasarkan langkah-langkah
atau prosedur, dalam melaksanakan langkah-langkah tersebut digambarkan
dengan diagram berikut:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

32

Mulai
Mulai

Studi Pendahuluan
Studi Pustaka

Studi Lapangan
Fokus Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Pengumpulan Data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi

Validitas Data
Reduksi data
Penyajian data
Penarikan Kesimpulan

Analisis Data

Kesimpulan

Bagan I
Bagan Langkah Penelitian studi kasus

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

33

B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu penalaran atau alur untuk
menggambarkan pola pikir terhadap permasalahan penelitian yang di
ilustrasikan.
Sejak anak dilahirkan di dunia maka memasuki lingkungan keluarga
yang merupakan tempat awal mula anak belajar bersosialisasi atau bergaul
dengan orang orang yang dekat, misalnya ibu, ayah dan kakak. Kurangnya
kesempatan untuk belajar sosial akan dipakai sebagai modal dasar dalam
pergaulan selanjutnya di sekolah dasar.
Faktor yang menyebabkan anak tidak diterima dalam kelompok adalah
kurangnya pengalaman sosial sejak dini, kurangnya kesempatan belajar untuk
bersosialisasi dan pertahanan untuk bermain sendiri, serta sikap acuh terhadap
orang lain. Pembelajaran sejak dini dalam segala sesuatu sangat diperlukan
termasuk di dalamnya adalah sosialisasi dengan lingkungan.
Perkembangan sosial anak, pola tingkah laku pada masa anak serta
lingkungan sekitar anak dipastikan sebagai faktor utama anak tidak diterima
dalam kelompok. Perilaku sosial negatif menyebabkan anak tidak dapat
diterima dalam kelompok, dan sebaliknya anak yang berperilaku baik dan
memiliki respon yang baik terhadap teman-temannya akan diterima dalam
suatu kelompok. Lingkungan berikut adalah lingkungan pergaulan di sekolah,
baik dengan guru-guru maupun dengan teman sekelas. Apabila lingkungan
pergaulan di sekolah kurang kondusif maka akan memperparah kondisi
sosialisasi dari anak yang sudah berbekal kurang sosialisasi di rumah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

34

Uraian tersebut diatas dapat dibuat skema kerangka pemikiran sebagai


berikut:
Faktor internal
Rasa malas
Ingin diperhatikan
banyak orang
Ingin menutupi
kekurangannya

Perilaku
sosial negatif

Anak SD

Tidak diterima
dalam kelompok
sebaya

terisolir

Faktor eksternal
Lingkungan keluarga yang
tidak mendukung
Lingkungan sekolah yang
tidak mendukung
Media massa
Lingkungan masyarakat
yang kurang mendukung

Bagan 2
Bagan Kerangka Pemikiran

Bagan di atas dapat memberikan keterangan

bahwa siswa dalam

bersosialisasi disekolah dapat dilihat sebagai perilaku yang dikatagorikan


positif maupun negatif dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Perilaku sosial positif akan menjadikan anak diterima dalam kelompok
sebayanya di sekolah, sedangkan perilaku sosial negatif akan membuat anak
tidak diterima dalam kelompok sebayanya di sekolah

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

35

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang dipilih dalam penelitian ini adalah: lingkungan kelas
tempat subjek melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah, penelitian ini
dilakukan pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Sedayu Kecamatan
Grobogan Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2008/2009. Lokasi Sekolah Dasar
Negeri I Sedayu ini termasuk di daerah pedesaan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2008/2009 tepatnya pada bulan Oktober sampai dengan November 2008.
Penelitian dilaksanakan selama jam sekolah berlangsung, yakni jam 07.00-13.00.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Objek penelitian adalah perilaku sosial negatif siswa di sekolah. Subjek
penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri I Sedayu Kecamatan Grobogan. Jenis
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan data yang berup
informasi yang berdasarkan temuan-temuan di lapangan. Analisis yang digunakan
dalam adalah deskriptif fenomenologis, yaitu mendeskripsikan temuan-temuan
yang ada di lapangan untuk mendapatkan gambaran yang objektif tentang suatu
kasus yang diteliti.
Pendekatan studi kasus dimaksudkan suatu penelitian yang akan
mempelajari secara mendalam tentang perilaku sosial negatif pada siswa kelas VI
Sekolah Dasar Negeri I Sedayu dan mempelajari faktor-faktor yang menjadi
penyebab terjadinya perilaku sosial negatif serta dampak atau akibat dari perilaku
tersebut.

commit to user
35

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

36

C. Subjek Penelitian
Penelitian ini berupa studi kasus. Subjek penelitian tidak ditetapkan
sebelumnya, demikian juga mengenai jumlahnya. Namun demikian perlu
ditetapkan cara untuk menentukan subjek penelitian yaitu penentuan subjek
penelitian dengan menggunakan teknik sosiometri pada siswa kelas VI Sekolah
Dasar Negeri I Sedayu Kecamatan Grobogan, di samping itu juga mengumpulkan
data tentang perilaku subjek melalui informasi dari informan yang mengenali
subjek.
Subjek penelitian yaitu siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri I Sedayu
Kecamatan Grobogan yang memiliki perilaku sosial negatif di sekolah yang
diperoleh melalui beberapa cara yaitu:
1. Observasi yang dilakukan secara langsung melalui pengamatan dengan
dibantu guru kelas. Pedoman observasi terlampir.
2. Interview dilakukan kepada siswa yang diduga berperilaku sosial negatif di
kelas, sebagai tindak lanjut darihasil observasi. Interview juga dilakukan
kepada guru kelas VI, guru agama dan guru olahraga serta teman dekat siswa,
guna memperoleh hasil yang jelas tenteng siswa yang berperilaku sosial
negatif di kelas. Pedoman observasi terlampir.
3. Dokumentasi, yaitu buku pribadi siswa yang diperoleh melalui catatan guru
kelas, terutama tentang hubungan sosial siswa di sekolah.
4. Sosiometri, yaitu menunjukkan bahwa subjek berada pada lingkaran paling
luar yang menunjukkan bahwa subjek tidak disenangi oleh teman-temannya.
Berbagai teknik yang digunakan tersebut diharapkan dapat menunjukkan
atau memberi data tentang siswa yang berperilaku sosial negatif, selanjutnya
dipilih seorang siswa sebagai subjek penelitian.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

37

D. Sumber Data
Penetapan informan sebagai sumber data adalah sebagai berikut:
1. Subjek itu sendairi.
2. orang tua subjek, karena orang tua merupaka orang yang paling dekat dengan
subjek dan dianggap mengerti dan mengetahui

keadaan subjek yang

sesungguhnya.
3.

Guru kelas, guru olah raga serta guru agama adalah orang yang mengetahui
keadaan siswa ketika siswa berada di sekolah.

4. Teman dekat subjek, karena dianggap mengetahui keadaan subjek di sekolah


baik di kelas maupun di luar kelas.
Berbagai informasi yang terkumpul dari berbagai sumber diharapkan
menjadi suatu temuan sebagai data penelitian yang menunjukkan perilaku sosial
negatif, sebab dan akibat dari perilaku sosial negatif.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah metode untuk mendapatkan data melalui pengamatan
secara langsung terhadap anak yang diduga berperilaku sosial negatif di sekolah.
Observasi dilakukan oleh peneliti dibantu guru kelas V1. Hasil observasi yang
dilakukan untuk memperoleh data tentang perilaku sosial siswa yang terjadi di
sekolah. Observasi tidak hanya mencatat suatu kejadian, namun segala sesuatu
yang diduga ada kaitannya dengan perilaku sosial negatif, semakin banyak
informasi yang diterima semakin lengkap data yang dikumpulkan karena dapat
mengetahui faktor-faktor yang sesungguhnya berkaitan dengan perilaku sosial
negatif dan pengaruhnya terhadap kelompok sebaya di sekolah tersebut.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

38

2.

Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpul data dengan


menggunakan tanya jawab secara langsung dengan subjek, guru, orang tua, teman
dekat dan orang-orang yang terkait atau yang mengerti permasalahan subjek.
Didalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada:
a. Subjek penelitian
Wawancara dengan subjek penelitian untuk memperoleh informasi mengenai
perilaku subjek yang menunjukkan perilaku sosial negatif sehingga tidak
disukai oleh teman-teman yang lain di sekolah.
b. Guru kelas,guru olah raga dan guru agama
Wawancara dengan guru kelas, guru olah raga dan guru agama untuk
memperoleh informasi mengenai perilaku subjek yang menunjukkan perilaku
sosial negatif. Melalui wawancara dapat diketahui perilaku negatif yang
sesungguhnya oleh anak kelas V1 sebagai subjek penelitian.
c. Orang tua subjek
Wawancara dengan orang tua subjek digunakan untuk mengungkap data
riwayat kehidupan sehari-hari. Data yang diungkap untuk menunjukkan
perilaku sosial negatif siswa yaitu: hubungan sosial atau komunikasi subjek
dengan orang tua, keluarga, dan lingkungan, kebiasaan sehari-hari,
kesenangan subjek dan aktifitas subjek di rumah baik yang berkaitan dengan
belajar maupun sosial.
d. Teman dekat subjek di sekolah
Wawancara dilakukan kepada teman dekat subjek yaitu ketua kelas dan teman
dekat subjek untuk memperoleh kejelasan mengenai perilaku dan sikap subjek
ketika berinteraksi di lingkungan sekolah khususnya di kelas.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

39

3. Dokumentasi
Dokumentasi

adalah

suatu

metode

pengumpulan

data

dengan

menggunakan bukti-bukti atau catatan khusus tertulis tentang perilaku siswa di


sekolah. Tujuan menggunakan dokumentasi adalah untuk mendapatkan data yang
telah dicatat oleh guru tentang hubungan sosial siswa, perilaku serta kebiasaan
siswa di sekolah.
F. Validitas Data
Validitas data diperlukan untuk memperoleh data yang sahih yang
akandianalisis untuk keberhasilan penelitian. Validitas data berguna untuk
menetapkan keabsahan data yang diperlukan dalam teknik pemeriksaan data
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Teknik pemeriksaan validitas data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan trianggulasi metode
dan trianggulasi sumber. Trianggulasi metode yaitu digunakan berbagai metode
untuk mengumpulkan data yang akurat tentangperilaku sosial negatif di sekolah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Trianggilasi sumber digunakan untuk mengecek keakuratan data yaitu
perilaku sosial negatif di sekolah. Trianggulasi sumber yaitu mengumpulkan
datamenggunakan berbagai sumber yaitu subjek, orang tua, guru, dan teman
dekat subjek. Trianggulasi sumber dilakukan dengan membandingkan data yang
didapat dari berbagai sumber untuk mendapatkan data yang akurat tentang
perilaku sosial negatif di sekolah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

40

G. Analisis Data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif

fenomenologis, yaitu mendeskripsikan gambaran tentang

perilaku sosial negatif pada subjek berdasarkan temuan-temuan yang didapat di


lapangan yang diperoleh dari berbagai sumber. Berbagai data tentang perilaku
sosial negatif diharapkan dapat ditemukan di lapangan meliputi karakteristik,
faktor atau penyebab, dan akibat perilaku sosial negatif di sekolah, selanjutnya
data tersebut dikatagorikan, dianalisis dan disimpulkan, sehingga dapat menjawab
permasalahan di dalam penelitian ini.
H. Prosedur penelitian
Kegiatan penelitian seluruhnya direncanakan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan
a. Mengurus perijinan penelitian, hal ini bertujuan untuk mendapatkan surat
ijin penelitian yang akan dilakukan di tempat penelitian.
b. Menentukan lokasi penelitian, hal ini bertujuan untuk menentukan tempat
penelitian dan menentukan kasus yang akan diangkat di dalam penelitian
studi kasus ini.
c. Meninjau lokasi penelitian dengan cara mempelajari keadaan sekolah. Hal
ini bertujuan agar peneliti mampu mengenal dan menyesuaikan diri
dengan situasi sekolah dan dapat menemukan kasus yang sedang dihadapi
anak-anak di sekolah tersebut.
d. Menyusun instrumen penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan
data dan penyusunan jadwal kegiatan secara rinci.
e. Konsultasi dengan kepala sekolah, hal

tersebut dilakukan

untuk

mendapatkan ijin dari kepala sekolah dan kesepakatan untuk mempelajari


kasus yang terjadi di sekolah secara mendalam sebagai pelaksanaan
penelitian.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

41

f. Konsultasi dengan guru kelas, hal tersebut dilakukan untuk memperoleh


data dokumentasi mengenai perilaku sosial negatif selama siswa mengikuti
kegiatan belajar mengajar serta aktifitas siswa pada saat istirahat.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Verifikasi data : setelah data dikumpulkan maka dipisah-pisah mana yang
dipakai danmana yang tidak dipakai.
b. Pengelompokan data yang telah dikumpulkan akan diolah dan dihubunghubungkan dengan data yang lainnya, sehingga akan memudahkan dalam
penafsiran.
3. Tahap Penulisan hasil Penelitian
a. Mendiskripsikan data sesuai dengan sub-sub fokus penelitian.
b. Merumuskan hasil analisis data yang berupa sajian hasil penelitian diikuti
pembahasanya.
c. Pembahasan temuan penelitian yang dikemukakan menurut gagasan
peneliti keterkaitan antar katagori, keterkaitan temuan penelitian dengan
hasil penelitian sebelumnya, penafsiran dan penjelasan temuan, pembuatan
kesimpulan yang mendasar pada makna dan kebenaran data.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

42

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sajian Data Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian


Tempat penelitian di Sekolah Dasar Negeri 1 Sedayu Kecamatan
grobogan Kabupaten Grobogan propinsi jawa tengah. SD Negeri 1 Sedayu
merupakan sekolah dasar yang ada dipedesaan terletak di tengah-tengah
perkampungan penduduk. Adapun letak yang lebih jelas SD Negeri 1 Sedayu
adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan perkampungan penduduk dan sawah-sawah
kemudian ada jalan setapak yang biasa dilewati oleh penduduk untuk kesawah
maupun kesekolah
b. Sebelah selatan berbatasan dengan perkampungan penduduk
c. Sebelah timur juga berbatasan dengan sawah-sawah dan perkampungan
penduduk serta jalan kecil atau jalan setapak yang dilewati oleh penduduk
ketika pergi kesawah dan para siswa menuju kesekolah
d. Sebelah barat atau depan sekolah ada jalan yang bisa dilalui mobil dan sepeda
motor, sawah-sawah dan perkampungan penduduk
SD Negeri I Sedayu Kecamatan Grobogan memiliki sarana dan
prasarana yang sangat minim untuk syarat pendidikan yang baik, diantaranya
terdapat 6 ruang untuk ruang kelas atau ruang belajar mengajar, satu ruang untuk
ruang guru, kepala sekolah dan ruang tamu dan satu ruang untuk UKS serta kamar
mandi. SD Negeri I Sedayu Kecamatan Grobogan termasuk sekolah kecil yang
fasilitasnya sangat terbatas. Hal tersebut terlihat tidak adanya ruang perpustakaan,
ruang kesenian maupun ruang laboratorium yang memadahi serta tempat ibadah.
Jumlah siswa di SD Negeri 1 Sedayu terdapat 150 siswa, jumlah siswa setiap
kelas relatif sedikit artinya kurang dari 40 siswa, sehingga guru dapat
berkonsentrasi dalam mengajar maupun mendidik siswa.

commit to user
42

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

43

2. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Peneliti tertarik mengadakan penelitian mengenai perilaku sosial negatif


di sekolah, melalui penelitian studi kasus diharapkan dapat mengetahui secara
mendalam tentang perilaku sosial negatif siswa, faktor-faktor yang menjadi
penyebab perilaku sosial negatif dan akibat dari perilaku sosial negatif.
Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah tidak terlepaskan dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran adalah perilaku sosial siswa. Kenyataanya, siswa yang berperilaku
sosial negatif di sekolah umumnya akan menghambat kenerhasilan siswa dalam
pembelajaran. Sebagai contoh misalnya adalah ketika siswa sering mengganggu
teman yang lain maka konsentrasi siswa akan terpecah sehingga proses
perkembangan dan interaksi siswa-guru akan terhambat. Upaya yang dapat
ditempuh sekolah untuk menghadapi siswa yang berperilaku sosial negatif dapat
dilakukan dengan pemberian layanan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi
siswa melalui layanan bimbingan. Berdasarkan pengamatan pada beberapa siswa
yang ada di lingkungan sekolah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
tentang perilaku siswa, yaitu ada siswa yang berperilaku sosial negatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

tentang perilaku siswa dapat

ditemukan dan dideskripsikan sebagai perilaku sosial negatif yaitu:


a. Memukul-mukul meja dan menyanyi-nyanyi sehingga menimbulkan suara
gaduh pada saat guru mengajar.
b. Mengganggu teman sebangku
c. Membantah guru saat diperingatkan
d. Memukul dan menjambak temannya
e. Tidak mau mengerjakan tugas tetapi menyontek pekerjaan teman
f. Mondar-mandir pada saat pelajaran berlangsung
g. Mudah marah terhadap teman
h. Jungkat-jungkit kursi pada waktu pelajaran berlangsung
i. Ingin menang sendiri pada waktu permainan atau bermain dengan temantemannya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

44

j. Berlaku curang dalam bermain

3. Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu subjek penelitian yaitu Edy Warseno.


Berdasarkan hasil dari pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi diperoleh data pribadi subjek sebagai berikut:
Nama

: Edo (nama samaran)

Usia

: 12 tahun

Agama

: Islam

Kebangsaan

: Indonesia

Kelas

: V1

Jumlah saudara

:3

Alamat

: Dusun Sedayu Krajan RT3 RW3 Kecamatan Grobogan

Bahasa sehari-hari

: Jawa (ngoko)

Nama ayah

: Erik (nama samaran)

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Wiraswasta

Nama ibu

: Tumini (nama samaran)

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Bertani

Kesehatan subjek

: Sehat

Subjek tinggal bersama kedua orang tuanya beserta kakak dan kedua
adiknya. subjek tinggal di rumah yang berukuran 7mx10m di dusun sedayu krajan
Rt 3 Rw 2. Kecamatan Grobogan. Tempat tinggal subjek cukup sederhana,
memiliki halaman rumah, dan terdapat kolam ikan yang kosong, fasilitas yang ada
di rumah termasuk sederhana. subjek tidak memiliki fasilitas belajar yang
lengkap, hal ini terlihat tidak adanya meja belajar, peralatan sekolah yang dimiliki
subjek juga tidak lengkap, subjek hanya memiliki perelatan sekolah yang berupa
seragam, tas sekolah, sepatu yang jarang di pakai dan sudah sempit, buku tulis,
beberapa buku pelajaran, pensil dan bolpen. Keluarga subjek memiliki 5 ekor

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

45

kambing. Ayah subjek bekerja sebagai pembuat keranjang tempat rumput dan ibu
subjek bertani, kakak subjek bekerja ikut orang lain dan kedua adiknya masih
bersekolah di SD negeri I Sedayu duduk bangku kelas 1 dan kelas 3.

1. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap subjek, diketahui
bahwa jenis perilaku sosial negatif yang sering dilakukan oleh subjek adalah
memukul-mukul meja sambil menyanyi-nyanyi sehingga menimbulkan suara
gaduh, mengganggu temannya di kelas pada saat guru sedang menerangkan atau
mengajar oleh guru, memukul, menjambak rambut temannya pada saat guru
sedang menerangkan, menarik buku temannya, merebut alat tulis temannya pada
saat mengerjakan tugas dari guru, menyontek pekerjaan temannya dengan paksa,
mencari perhatian dengan jungkat-jungkit kursi pada saat PBM berlangsung.
Hubungan subjek dengan teman-teman di sekolah menunjukkan perilaku sosial
yang negatif. Bentuk perilaku negatif tersebut diantaranya adalah cepat marah
terhadap temannya ketika temannya tidak sependapat dengannya dan tidak sesuai
dengan dirinya. Perilaku subjek suka mengganggu dan memaksa teman-temannya
serta ingin menang dendiri dalam permainan dan semena-mena terhadap
temannya serta sering berlaku curang terhadap temannya. Hal tersebut membuat
subjek tidak disenangi serta dijauhi oleh teman-temannya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

46

Tabel 1. Hasil pengamatan terhadap perilaku sosial negatif subjek pada


saat PBM belangsung oleh peneliti pada tanggal 24,28 dan 29 oktober 2008
sebagai berikut:

Tanggal
24/10/2008

Mata Pelajaran

Bentuk perilaku sosial negatif

Ilmu

Pengetahuan Menggerak-gerakkan meja teman pada

Alam

saat temannya mencatat


Melempari teman dengan boneka gabus
Nyletuk bicara saar di dikte guru
Mengambil buku teman pada saat
mencatat
Mainan sendiri dengan menggoyanggoyang kursi
Rame, banyak bicara, mengtur-ngatur
temannya

28/10/2008

Bahasa Indonesia

Mengganggu teman dengan mengajak


bicara pada saat mengerjakan soal
midsmester
Menanyakan

jawaban

pada

teman,

ketika tidak dijawab mencubit


Memukul teman pada saat diajak bicara
tidak merespon
Makan dikelas waktu mengerjakan
Membantah guru ketika diperingatkan
Mainan bolpen dan mengganggu teman
sebangku
Memukul-mukul

teman

pada

saat

mengerjakan midsmester
Memukul dan mencubit teman pada
saat mengerjakan midsmester

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

47

28/10/2008

Bahasa Jawa

Ngobrol

sama

teman

pada

saat

mengerjakan midsmester
Memukul-mukul meja, menuduh teman
Membantah pada saat diperingatkan
guru
Menyontek, jalan-jalan kebangku teman
Duduk tidak sopan (jegang)
Teriak-teriak sehingga membuat kelas
gaduh
29/10/2008

Matematika

Celometan
Mainan bolpen dipukulkan kemeja dan
kursi sehingga menimbulkan suara
gaduh
Memukul-mukul meja sambil menyanyi
Berjalan-jalan kebangku teman dan
menyontek jawaban teman
Banyak bicara dan membuat gaduh
Memaksa temannya untuk memberikan
contekan jawaban
Diperingatkan

guru

kelas

karena

banyak bicara dan membuat gaduh


Memukul-mukul meja (klotekan)
Diperingatkan guru karena duduknya
tidak sopan dan banyak bicara
Duduk di bangku teman

29/10/2008

Ilmu

Pengetahuan Melihat peta (menyontek)

Sosial

Jalan-jalan

dan

mendorong

pantat

teman
Memukul kepala teman menggunakan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

48

bolpen
Jalan-jalan kebangku temannya
Menanyakan jawaban pada teman
Melarang teman sebangkunya duduk di
bangkunya
Jalan kebangku teman dan duduk di
pangkuan temannya
Mendorong-dorong

temannya

yang

sedang mengerjakan

Tabel di atas adalah bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan subjek
di kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan saat test midsmester
pada tanggal 24, 28 dan 29 oktober tahun pelajaran 2008/2009.

2. Hasil Wawancara
Wawancara

merupakan

teknik

pengumpul

data

dengan

menggunakan tanya jawab secara langsung dengan responden agar


mendapatkan hasil penelitian yang mendalam tentang perilaku sosial negatif
subjek. Wawancara dilakukan dengan beberapa responden yaitu subjek, orang
tua subjek, kepala sekolah, guru kelas, guru agama Islam, guru olah raga dan
teman dekat subjek. Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Wawancara dengan subjek
Wawancara dengan subjek dilakukan tiga kali, wawancara
pertama dilakukan pada hari Jumat tanggal 24 oktober 2008. Wawancara
pertama tidak mendapatkan hasil karena subjek takut tehadap peneliti dan
saat diwawancara tidak mau memberikan jawaban kepada peneliti dan
pergi begitu saja. Kondisi pada saat wawancara gaduh karena wawancara
dilakukan diruang kelas 6 tempat subjek belajar juga sudah hampir
waktunya istirahat. Wawancara berikutnya dilakukan pada hari Selasa
tanggal 28 oktober 2008 dan Sabtu 1 november 2008 hasil wawancara
tersebut subjek tinggal bersama kedua orang tuanya beserta kedua

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

49

adiknya, ayah subjek bekerja sebagai pembuat keranjang tempat rumput,


ibu subjek bekerja sebagai petani. Orang tua subjek sering pergi ketika
hari masih pagi dan subjek belum bangun dari tidur. Orang tua subjek
setiap hari sibuk bekerja sehingga perhatian untuk subjek dan saudarasaudaranya kurang. Orang tua subjek tidak pernah memperhatikan
pendidikan subjek, hal tersebut terbukti dengan peralatan sekolah subjek
yang sangat minim. Peralatan sekolah subjek yang ada hanya seragam, tas
sekolah, sepatu yang sudah kesempitan, buku, pensil dan bolpen.
Subjek ketika akan berangkat ke sekolah jarang sarapan pagi,
karena ketika berangkat sekolah orang tua subjek sudah tidak ada dirumah.
Ketika pergi kesekolah subjek tidak memakai sepatu dan dengan dandanan
yang tidak rapi seperti rambut tidak disisir. Ketika dirumah subjek jarang
belajar dengan alasan karena tidak ada PR dan kalau ada PR menyontek
pekerjaan temannya dan kalau temannya tidak memperbolehkan subjek
selalu memaksa. Subjek tidak pernah peduli kalau teman-temannya marah
terhadap dia, subjek selalu memaksakan keinginannya pada temannya.
Pada saat bermain dengan teman-temannya subjek selalu ingin menang
dan mengalahkan teman-temannya dengan segala cara. Ketika di kelas
subjek tidak dapat fokus terhadap pelajaran karena selalu tidak dapat diam
dan selalu mengganggu teman-temannya, ingin cepat istirahat dan bermain
serta jajan. Guru telah sering mengingatkan subjek namun subjek tidak
mempedulikannya. Subjek juga tidak pernah marasa dibenci atau dijauhi
teman-temannya. Orang tua subjek tidak pernah marah terhadap perilaku
sosial negatif subjek, namun orang tua subjek memarahi sabjek ketika
subjek tidak mengerjakan tugas yang diberikan seperti tidak mencarikan
rumput bagi kambingnya
b. Wawancara dengan orang tua subjek
Wawancara dengan orang tua subjek dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 28 oktober 2008 wawancara dilaksanakan di rumah subjek
pada sore hari setelah orang tua subjek pulang dari bekerja dan sedang
tidak beraktifitas. Temuan hasil wawancara dengan orang tua subjek yaitu

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

50

subjek adalah anak kedua dari empat bersaudara. Sejak kecil subjek
tinggal bersama dengan orang tuanya beserta saudra-saudaranya. Subjek
dan saudara-saudaranya diasuh dan dibesarkan oleh orang tua mereka
sendiri, ketika mereka satu-persatu menginjak usia sekolah mereka
bersekolah di sekolah yang sama yaitu di SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan
Grobogan Kabupaten Grobogan. Kakak subjek telah lulus SD tahun 2005
lalu dan tidak melanjutkan sekolah lagi. Sekarang kakak subjek sudah
bekerja ikut orang lain, subjek yang sekarang duduk di bangku kelas 6 SD
juga tidak ada rencana untuk melanjutkan sekolah lagi. Orang tua subjek
mengatakan bahwa sudah tidak memiliki biaya untuk membiayai anaknya
melanjutkan sekolah ke SMP karena kakaknya juga hanya lulus SD saja.
Orang tua subjek mengharapkan agar subjek setelah lulus dari SD nanti
subjek akan bekerja untuk membantu meringankan beban orang tua,
karena adik-adik subjek juga masih sekolah. Orang tua subjek tidak pernah
memperhatikan subjek di sekolah yang responden tahu hanya hasil rapor
dari sekolah yang di terima responden setiap 1 semester. Responden juga
tidak pernah mengetahui kegiatan subjek di sekolah kerena sibuk bekerja.
Responden mengatakan wong direwangi nyambutgawe lungo peteng
nganti awan nganti sore wae isih kurang kok mbak.
c. Wawancara dengan kepala sekolah
Wawancara dengan kepala sekolah dilakukan pada hari Sabtu
tanggal 1 november 2008. Kepala sekolah merupakan seseorang yang
berwenang dan bertanggung jawab di SD Negeri 1 Sedayu. Kepala sekolah
mengetahui murid-muridnya namun tidak mengenal secara mendalam.
Kepala sekolah hanya mengetahui jumlah siswa dari setiap kelas namun
tidak hafal dengan nama-namanya. Namun ketika peneliti menanyakan
tentang subjek pada kepala sekolah beliau mengetahui dan mengenal
subjek di sekolah. Kepala sekolah mengatakan bahwa subjek adalah anak
yang nakal dan ada-ada saja tingkahnya. Ketika bermain sering curang
bahkan pernah sampai bertengkar dengan temannya. Kepala sekolah juga
mengetahui tempat tinggal subjek dan mengenal orang tua serta keluarga

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

51

subjek, beliau mengatakan bahwa keluarga mereka memang suka


bertengkar, mereka dengan saudara-saudaranya tidak akur dan tidak saling
bicara (neng-nengan). Kepala sekolah menyatakan bahwa karena orang
tuanya dan saudara-saudaranya sering bertengkar maka subjek menjadi
nakal. Orang tua tidak peduli terhadap perkembangan anak dan bagaimana
pendidikannya karena kakak subjek juga hanya lulus SD dan tidak sekolah
lagi.
d. Wawancara dengan guru kelas
Wawancara dengan guru kelas dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 29 oktober 2008. Hasil wawancara dengan guru kelas yaitu bahwa
guru kelas merupakan guru yang setiap hari mengajar di kelas dan
sekaligus sebagai wali kelas 6. Guru kelas mengenal semua siswa di kelas
6. Hafal nama anak didiknya satu-persatu juga bagaimana kebiasaan setiap
siswanya ketika di kelas. Guru kelas 6 mengungkapkan bahwa subjek
ketika di kelas suka celelekan dan seenaknya sendiri. Adapun tindakan
yang menunjukkan bahwa subjek suka celelekan dan suka seenaknya
sendiri di kelas yaitu suka tidak mau mendengarkan pelajaran ketika di
terangkan dan ketika di ingatkan, tidak menghiraukan bahkan suka
menjawab. Ketika guru sedang menerangkan subjek sering memukulmukul meja (klotekan) sambil menyanyi, ketika guru memberikan tugas
soal-soal untuk dikerjakan subjek suka jungkit-jungkit kursi sambil
menyanyi-nyanyi

dan

santai-santai,

menunggu

teman-temannya

mengerjakansoal kemudian setelah temannya mengerjakan soal subjek


hanya menyontek jawaban teman sebangkunya. Kalau temannya sebangku
tidak memberikan jawabannya maka teman sebangkunya di pukul atau di
jambak rambutnya kemudian bukunya diminta secara paksa. Kemudian
subjek menyontek jawabannya. Selain suka menyontek pekerjaan
temannya subjek juga sering jalan-jalan dan pindah-pindah tempat duduk
pada saat diberi tugas maupun ketika diterangkan oleh guru. Sebagai guru
kelas yang setiap hari mengajar di kelas 6 telah sering mengingatkan dan
menegur subjek, namun subjek masih saja berperilaku demikian. Selain

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

52

perilaku sosial dikelas yang kurang baik wali kelas 6 juga pernah melihat
subjek bertengkar dengan temannya dan ketika subjek di ingatkan tidak
mau menghiraukan bahkan sampai membentak dan menantang wali
kelasnya. Hal tersebut diketahui oleh semua guru juga kepala sekolah dan
para siswa.
Faktor lain yang menjadi penyebab subjek berperilaku sosial
negatif yaitu kurangnya perhatian orang tua terhadap subjek, hal tersebut
terlihat dari kurangnya perhatian orang tua terhadap anak ketika di
sekolah, tidak pernah bekerja sama dengan wali kelas maupun pihak
sekolah untuk memperhatikan anaknya. Orang tua tidak pernah
menanyakan kepada guru atau pihak sekolah tentang keadaan atau perilaku
anaknya ketika berada di sekolah. Selain perilaku subjek di kelas guru
kelasnya juga mengungkapkan tentang perilaku subjek ketika istirahat.
Subjek ketika istirahat suka bermain bersama teman-teman laki-laki.
Subjek ketika bermain pada waktu istirahat sering curang dan suka main
tangan

terhadap

temannya

yaitu

menjambak,

memukul

ataupun

menendang temannya, padahal mereka tidak bersalah sehingga sering


membuat temannya menangis karena perilaku subjek tersebut maka ketika
bermain teman-temannya tidak pernah mengajak subjek namun subjek
memaksa untuk ikut bermain.
e. Wawancara dengan guru agama Islam
Wawancara dengan guru agama Islam pada hari Rabu tanggal 5
november 2008. Guru agama merupakan guru yang mengajar mata
pelajaran agama islam, guru agama islam mengajar di kelas 6 hanya satu
minggu sekali, beliau kurang mengenal siswa-siswanya namun beliau
adalah orang yang mengetahui erilaku siswa kelas 6 pada saat mata
pelajaran agama islam. Guru agama islam memang kurang mengenal
subjek namun beliau mengungkapkan bahwa subjek adalah anak yang
nakal, kalau diberi pelajaran tidak memperhatikan. Ketika guru memberi
materi dan penjelasan tidak memperhatikan, ketika diberi pertanyaan tidak
dapat menjawab. Apabila diberi tugas untuk mengerjakan malah keluar

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

53

masuk kelas dengan alasan ke toilet. Subjek suka menyontek pekerjaan


temannya dan jika tidak boleh selalu memaksa. Guru agama islam
mengungkapkan bahwa anak yang nakal di pelajaran umum, anak tersebut
juga yang nakal pada saat mata pelajaran agama islam.

f. Wawancara dengan guru olah raga


Wawancara dengan guru olah raga dilakukan pada hari Rabu
tanggal 5 november 2008. Guru olah raga merupakan guru yang
mengampu mata pelajaran olah raga, guru olah raga mengajar mata
pelajaran olah raga di kelas VI sebanyak satu minggu satu pertemuan
selama dua jam pelajaran. Hasil wawancara dengan guru olah raga adalah
bahwa subjek ketika berada di lapangan suka mengganggu temannya
dengan memukul, menjambak rambut, mendeglik kaki temannya dari
belakang. Ibu guru tersebut mengungkapkan bahwa ketika ada siswa yang
nakal maka akan diberi tanggung jawab dari guru misalnya untuk
menyiapkan barisan atau memimpin pemanasan. Guru olah raga
menyatakan bahwa subjek sering mengganggu temannya dan ketika diberi
tanggungjawab untuk memimpin pemanasan tidak mau dengan alasan
tidak bisa.

g. Wawancara dengan teman dekat subjek (Tomi)


Wawancara denganTomi teman dekat subjek yang dilakukan pada
hari Rabu tanggal 5 november 2008, responden mengungkapkan bahwa
subjek adalah anak yang paling tidak bisa diam ketika di kelas. Subjek
selalu mondar-mandir, jalan kesana-kesini, mengganggu temannya,
memukul-mukul meja, menyanyi-nyanyi sendiri atau jungkat-jungkit
kursi. Tomi mengatakan bahwa dirinya pernah dijambak rambutnya karena
tidak memberikan contekan jawaban pada saat mengerjakan soal
midsmester.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

54

B. Temuan Hasil Penelitian

1. Gejala perilaku sosial negatif di sekolah yang dilakukan oleh subjek di


SDN 1 Sedayu.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas
VI, guru agama, dan guru olah raga dapat disimpulkan bahwa gejala perilaku
sosial negatif di sekolah di SDN 1 Sedayu sebagai berikut:
a. Jenis perilaku sosial negatif di SDN 1 Sedayu yang bersifat umum, seperti:
1) Membuat gaduh di kelas
2) Mengganggu teman
3) Perkelahian antar siswa.
4) Membantah guru
5) Makan di kelas
6) Menyakiti teman
b. Gejala perilaku sosial negatif yang di jumpai di bidang akademis, yaitu :
1) Tidak mengerjakan PR
2) Tidak mau mengerjakan tugas di papan tulis
3) Menyontek
4) Mengganggu pelaksanaan PBM
5) Tidak mendengarkan penjelasan guru

2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Sosial Negatif di Sekolah di


SDN 1 Sedayu
Faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku sosial negatif di sekolah
yang dilakukan oleh siswa adalah:
a. Faktor internal, antara lain rasa malas, ingin diperhatikan banyak orang,
tidak percaya diri dan ingin menutupi kekurangannya.
b. Faktor eksternal, antara lain lingkungan keluarga, tayangan TV, paparan
media, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat yang kurang
mendukung.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

55

3. Akibat perilaku sosial negatif di sekolah di SDN 1 Sedayu


Akibat perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa antara lain:
a. Jangka panjang dapat menyebabkan siswa terisolir.
b. Akan menjadi suatu kebiasaan buruk dan menurunnya prestasi siswa yang
berperilaku sosial negatif.
c. Jangka panjang dapat menyebabkan kemerosotan kondisi sekolah dalam
hal prestasi belajar.

4. Pandangan pihak terkait tentang perilaku sosial negatif di sekolah yang


dilakukan oleh siswa di SDN 1 Sedayu
Pandangan pihak terkait tentang perilaku sosial negatif di sekolah yang
dilakukan oleh siswa, yaitu:
f. Kepala sekolah memiliki pandangan bahwa perilaku sosial negatif yang
dilakukan oleh siswa adalah perilaku nakal yang berasal dari siswa karena
pengaruh dari keluarga yang tidak harmonis antara keluarga satu dengan
keluarga yang lain, kurangnya kerja sama dari pihak sekolah dengan orang
tua serta siswa itu sendiri untuk menekan perilaku sosial negatif tersebut.
g. Guru kelas memiliki pandangan bahwa guru kelas mengerti secara
langsung bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa,
khususnya perilaku sosial negatif pada saat PBM berlangsung yang
disebabkan oleh kenakalan siswa agar dapat diperhatikan banyak orang.
Guru kelas juga berpandangan bahwa siswa yang berperilaku sosial negatif
biasanya adalah siswa yang tidak pandai di kelas.
h. Guru agama islam memiliki pandangan bahwa siswa yang berperilaku
sosial negatif adalah siswa yang tidak rajin beribadah, hal tersebut
merupakan bentuk ketidakseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran. Guru
agama juga memiliki pandangan bahwa siswa yang berperilaku sosial
negatif sangat mengganggu KBM dan membuat kesal guru.
i. Guru olah raga memiliki pandangan bahwa perilaku sosial negatif adalah
bentuk kenakalan siswa yang tidak bertanggung jawab dan sangat

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

56

mengganggu KBM di sekolah yang akan merugikan teman-teman yang


lain serta siswa itu sendiri.
j. Orang tua siswa memiliki pandangan bahwa peran orang tua ternyata
sangat diperlukan dalam mendidik anak, selain peran orang tua diperlukan
kerja sama dari berbagai pihak terkait seperti kepala sekolah, guru kelas,
orang tua serta siswa itu sendiri.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil obsevasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan


di SD Negeri 1 sedayu kecamatan grobogan kabupaten grobogan pada hakekatnya
perilaku sosial negatif merupakan perilaku menyimpang yang merugikan diri
sendiri dan orang lain. Adapun perilaku sosial negatif yang sering dilakukan
subjek yaitu Menggerak-gerakkan meja teman pada saat temannya mencatat,
melempari teman dengan boneka gabus, nyletuk bicara saat di dikte guru,
mengambil buku teman pada saat mencatat, mainan sendiri dengan menggoyanggoyang kursi, mengganggu teman dengan mengajak bicara pada saat mengerjakan
soal midsmester, menanyakan jawaban pada teman, ketika tidak dijawab
mencubit, memukul teman pada saat diajak bicara tidak merespon, makan dikelas
waktu mengerjakan, mainan bolpen dipukulkan kemeja dan kursi sehingga
menimbulkan suara gaduh, memukul-mukul meja sambil menyanyi, berjalan-jalan
kebangku teman dan menyontek jawaban teman, ingin diperhatikan temantemannya.

1. Gejala perilaku sosial negatif di sekolah yang dilakukan oleh subjek di


SDN 1 Sedayu
Perilaku sosial negatif adalah perilaku menyimpang yang cenderung
merugikan diri sendiri dan orang lain, akibatnya tidak diterima oleh teman
sebaya. Gejala perilaku sosial negatif di sekolah yang terjadi di SDN 1 Sedayu
yang dilakukan oleh siswa dapat bersifat umum dan akademik. Pelanggaran

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

57

yang bersifat umum antara lain perilaku sosial negatif dalam hal membuat
gaduh di kelas, mengganggu teman di kelas, berkalahi dan ancaman serta katakata kotor, perilaku sosial negatif yang bersifat akademis yaitu menyontek
pekerjaan teman dengan paksa. Perilaku sosial negatif timbul karena
kurangnya kesadaran siswa tersebut dalam mengikuti pelajaran di sekolah
sebagai faktor internal. Selain faktor internal, faktor eksternal sebagai
penyebab terjadinya perilaku sosial negatif di sekolah antara lain adalah
lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, serta lingkungan keluarga yang
kurang mendukung, paparan media yang kurang mendukung berpengaruh
terhadap terjadinya perilaku sosial negatif di sekolah. Bentuk perilaku sosial
negatif siswa di SDN 1 Sedayu yang bersifat umum antara lain:
a. Membuat gaduh di kelas
Siswa yang berperilaku sosial negatif ini pada umumnya berbuat
yang macam-macam pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Bentuk perilaku tersebut adalah memukul-mukul meja dan menyanyinyanyi sehingga menimbulkan suara gaduh, jungkat-jungkit kursi,
berlarian dan mondar-mandir dalam kelas, berbicara secara berlebihan
pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Perilaku tersebut
henhaknya mendapatkan perhatian secara khusus dan penyelesaian yang
tepat, upaya yang dapat ditempuh sekolah untuk menghadapi siswa yang
berperilaku sosial negatif di sekolah dapat dilakukan dengan memberikan
layanan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi siswa melalui layanan
bimbingan, supaya proses belajar mengajar dapat berlangsung optimal.
Apabila hal tersebut tidak diatasi maka dalam jangka panjang prestasi
siswa akan menurun.
b. Mengganggu teman
Bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa antara
lain memukul dan menjambak, mengganggu teman pada saat mengerjakan
tugas misalnya menarik buku temannya, menyontek pekerjaan teman
dengan cara paksa, berbuat usil terhadap teman sebangku misalnya
mengilik-kitik, mencolak-colek, selain hal tersebut siswa juga tidak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

58

mengerjakan tugas. Bentuk perilaku tersebut serung dijumpai khususnya


bentuk perilaku sosial negatif yang sering terjadi pada saat mengikuti
kegiatan belajar di sekolah. Bentuk pengawasan dan pengajaran yang
menarik sangat diperlukan dalam penanggulangan perilaku mengganggu
teman pada saat pembelajaran berlangsung.
c. Interaksi Sosial Siswa
Bentuk perilaku sosial negatif subjek yang bersifat akademis
dapat terjadi dan dijumpai di sekolah tersebut, gejala perilaku sosial
negatif yang di jumpai dalam bidang akademis tersebut yaitu menyontek
dengan cara paksa. Tugas dan test diadakan oleh guru untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. Dalam
pemberian tugas dan test juga sering terjadi perilaku sosial negatif yang
dapat mengganggu kelancaran proses pemberian tugas dan test tersebut.
Perilaku sosial negatif yang terjadi pada saat pemberian tugas maupun test
berlangsung adalah praktek pencontekan dan berlaku tidak jujur dalam
mengerjakan tugas dan test. Siswa yang suka menyontek pekerjaan
temannya biasanya adalah siswa yang tidak mandiri, tidak bertanggung
jawab terhadap diri sendiri seperti tidak mau belajar, malas dan suka
bergantung kepada orang lain, selain hal tersebut juga disebabkan karena
kurang menguasai materi yang telah diberikan.
Perilaku sosial negatif yang di jumpai di bidang akademis perlu
ditanggulangi sejak dini. Menyontek adalah bentuk perilaku tidak jujur,
sehingga harus ditangani secara serius. Untuk menanggulangi masalah
tersebut guru hendaknya menghimbau kepada siswanya, apabila perilaku
sosial negatif tersebut di ketahui oleh guru maupu ada laporan terhadap
perilaku tersebut oleh siswa maka guru harus memberikan konsekuensi yang
tegas terhadap tindakan tersebut. Selain tindakan yang tegas kepada para siswa
yang terbukti melakukan praktek menyontek guru juga harus memberikan
pembimbingan terhadap siswa siswi tersebut.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

59

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku sosial negatif di sekolah yang


dilakukan oleh Subjek
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan sebab yang terjadi dari dalam diri
sendiri, dalam hal ini perlaku perilaku sosial negatif tersebut sendiri.
Faktor tersebut seperti rasa malas, tidak percaya diri, ingin diperhatikan
oleh banyak orang serta ingin menutupi kekurangannya serta kurang
pemahaman terhadap agama.
Siswa yang bersekolah di SDN 1 Sedayu berasal dari latar
belakang yang heterogen. Setiap siswa atau individu memiliki kepribadian
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Siswa yang
berperilaku sosial negatif adalah siswa yang memiliki sifat egois yaitu
siswa yang selalu mementingkan diri sendiri dan selalu ingin menang
sendiri. Motif siswa berperilaku sosial negatif di sekolah adalah untuk
mendapatkan kepuasan dan kesenangan diri sendiri tanpa memikirkan
orang lain, serta ingin diperhatikan oleh banyak orang.
b. Faktor eksternal
Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat menjadi
penyebab siswa berperilaku sosial negatif di sekolah. Faktor eksternal
sendiri dapat diartikan sebagai penyebab yang berasal dari luar, seperti
pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, tayangan TV, paparan media yang kurang mendukung. Siswa
yang kurang mendapatkan perhatian dan pengawasan secara langsung dari
orang tuanya sehingga dalam perkembangan kejiwaannya juga mengalami
hambatan. Hal tersebut juga dapat disebabkan karena ketidakpedulian
orang tua.
Siswa kurang mendapatkan pengawasan dan perhatian dari orang
tua, sehungga siswa mencari kepuasan dengan mendapatkan perhatian dari
orang lain. Hal tersebut dikarenakan bentuk pengawasan terhadap subjek
hanya terbatas di sekolah saja, untuk perilaku di luar sekolah siswa
tersebut cenderung tidak ada pengawasan secara langsung yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

60

seharusnya dilakukan oleh orang tuanya. Akibatnya tidak ada kontrol atau
kendali pada diri anak untuk berperilaku sosial positif sesuai
perkembangannya. Faktor lingkungan juga sangat berperan dalam perilaku
dan tindakan seseorang, baik faktor lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat. Kebiasaan buruk yang dilakukan oleh orang-orang
terdekat, dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan yang
sama.

3. Akibat Perilaku Sosial Negatif Subjek di Sekolah


Perilaku sosial negatif akan berdampak tidak baik terhadap diri
sendiri, orang lain juga lembaga atau institusi tertentu. Kasus yang terjadi di
SDN 1 Sedayu kecamatan grobogan kabupaten grobogan, perilaku sosial
negatif yang dilakukan di sekolah dapat berakibat menghambat tercapainya
suatu tujuan dari kegiatan pembelajaran, keefektifan dan keefisienan waktu
dapat berkurang sehingga dapat mengganggu proses kegiatan pembelajaran
yang di jalankan di sekolah.
Apabila bentuk perilaku sosial negatif ini dibiarkan dan tidak ada
pengawasan dan pengendalian dan tindakan secara tegas dari pengelola
sekolah, maka dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kredibilitas sekolah
secara keseluruhan. Prestasi belajar siswa yang di capai dari proses
pembelajaran di sekolah menjadi tidak optimal karena banyaknya perilaku
sosial negatif di sekolah. Perilaku sosial negatif siswa di sekolah yang
dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan kebiasaan buruk bagi
siswa sehingga kepala sekolah dan guru-guru dapat mengantisipasi setiap
perilaku yang bersifat negatif di sekolah. Apabila para guru dan pihak terkait
lainnya gagal dalam mengantisipasi perilaku sosial negatif tersebut, maka
akibat yang lebih buruk akan terjadi lagi yaitu kebiasaan yang buruk tersebut
akan mempengaruhi siswa yang lain tentunya akan banyak siswa yang
berperilaku sosial negatif sehingga proses belajar mengajar tidak akan berjalan
dengan lancar dan prestasi serta citra sekolah akan menurun.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

61

4. Pandangan pihak terkait tentang perilaku sosial negatuf di sekolah yang


dilakukan oleh subjek
Pandangan pihak terkait tentang perilaku sosial negatif di sekolah
oleh siswa, khususnya kasus yang terjadi di SDN 1 Sedayu kecamatan
grobogan kabupaten grobogan merupakan bentuk pernyataan atau ungkapan
penilaian suatu kasus yang terjadi. Dalam hal ini adalah bentuk perilaku sosial
negatif yang dilakukan oleh siswa di SDN 1 Sedayu kecamatan grobogan
kabupaten grobogan. Pihak terkait tersebut adalah pihak yang secara langsung
mengetahui perilaku sosial negatif yang dilakukan siswa di SDN 1 Sedayu.
Pihak terkait tersebut meliputi; kepala sekolah, guru kelas, guru agama, guru
olah raga, orang tua siswa, serta masyarakat sekitar.
a. Kepala sekolah
Kepala sekolah, sebagai pemimpin dari sistem seluruh rangkaian
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah, memiliki tenggapan
tentang perilaku sosial negatif di sekolah oleh siswa, khususnya kasus
yang terjadi di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah memiliki
pandangan bahwa perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa adalah
perilaku nakal yang berasal dari siswa karena pengaruh dari keluarga yang
tidak harmonis antara keluarga satu dengan keluarga yang lain. Untuk
mengatasinya diperlukan kerja sama dari pihak sekolah dengan orang tua
serta siswa itu sendiri untuk mengurangi bahkan menghilangkan perilaku
sosial negatif tersebut. Hubungan yang baik antara pihak orang tua dengan
pihak sekolah akan menciptakan situasi yang kondusif dalam proses
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan khususnya di
sekolah sehingga perilaku sosial negatif dapat dikurangi bahkan
dihilangkan.
b. Guru kelas
Guru kelas adalah pihak yang secara langsung berhadapan dengan
siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Guru kelas memiliki
pandangan terhadap perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa saat
proses belajar mengajar berlangsung yaitu menyatakan bahwa pada

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

62

umumnya guru menerti secara langsung bentuk perilaku sosial negatif


yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini
disebabkan oleh kebosanan siswa dan kenakalan siswa dan juga kurangnya
perhatian dari orang tua sehingga berperilaku sosial negatif sekolah.
c. Guru agama Islam
Guru agama islam adalah salah satu pihak yang secara langsung
berhadapan dengan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Guru
agama memiliki pandangan terhadap perilaku sosial negatif bahwa siswa
yang berperilaku sosial negatif adalah siswa yang tidak rajin beribadah, hal
tersebut merupakan bentuk ketidakseriusan siswa dalam mengikuti
pelajaran. Guru agama juga memiliki pandangan bahwa siswa yang
berperilaku sosial negatif sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar
dan membuat kesal guru. Harus ada penanganan khusus terhadap siswa
yang nakal atau berperilaku sosial negatif, karena hal tersebut tidak hanya
berdampak negatif terhadap siswa tersebut tetapi juga tehadap siswa yang
lain bahkan sekolah.
d. Guru olah raga
Guru olah raga adalah pihak yang secara langsung berhadapan
dengan siswa secara langsung pada saat pelajaran olah raga. Guru olah
raga memiliki pandangan terhadap perilaku sosial negatif bahwa perilaku
soaial negatif adalah bentuk kenakalan siswa yang tidak bertanggung
jawab, tidak mandiri dan disiplin. Perilaku tersebut muncul karena
kebiasaan siswa tersebut di luar sekolah. Masalah tersebut harus segara
ditangani karena akan mengganggu siswa yang lain dan dalam jangka
panjang akan berdampak terhadap citra sekolah di masyarakat.
e. Orang tua
Orang

tua

memiliki

peran

yang

sangat

penting

dalam

perkembangan putra putrinya, termasuk dalam perilaku dan proses


pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Orang tua siswa menyatakan
bahwa peran orang tua dalam mendidik anak memang diakui sangat
kurang karena latar belakang pendidikan yang hanya SD. Orang tua tidak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

63

dapat mengarahkan anak yang berperilaku sosial negatif. Hal tersebut juga
dikarenakan kesibukan orang tua dan kurangnya pengawasan orang tua
kepada anak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

64

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Temuan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN 1 Sedayu


kecamatan Grobogan kabupaten Grobogan telah dipaparkan pada bab IV. Bab V
akan disampaikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Subjek dari
penelitian ini adalah Edo yang telah melakukan perilaku sosial negatif di sekolah.
Edo adalah siswa yang melakukan perilaku sosial negatif di sekolah, bentuk
perilaku sosial negatif yang dilakukan Edo adalah membuat gaduh di kelas,
mengganggu teman di kelas, berkelahi, mengancam dan berkata-kata kotor serta
menyontek pekerjaan temannya. Faktor penyebab terjadinya perilaku sosial
negatif yang berasal dari factor internal yaitu rasa malas, tidak percaya diri, ingin
diperhatikan banyak orang,serta ingin menutupi kekurangannya. Penyebab dari
factor eksternal yaitu lingkungan keluarga, tayangan TV, paparan media,
lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Selain
hal tersebut Edo terpengaruh oleh kebiasaan keluarga besarnya yang suka
bertengkar.
Perilaku sosial negatif Edo dapat berakibat menghambat suatu tujuan
dari kegiatan pembelajaran, nilai dari keefektifan dan keefisienan dapat berkurang
sehingga dapat mempengaruhi pola keteraturan yang telah dibentuk dan
dijalankan. Hal ini dapat pula mengganggu proses pembelajaran yang lainnya.
Apabila bentuk perilaku sosial negative Edo dibiarkan tanpa ada kontrol,
pengwasan dan tindakan secara tegas dalam penanganannya, maka dalam jangka
panjang dapat mempengaruhi kredibilitas sekolah secara keseluruhan, baik bagi
sekolah maupun penilaian dari masyarakat terhadap citra sekolah. Hal tersebut
akan menurunkan nama baik sekolah di mata masyarakat.

commit to user
64

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

65

B. IMPLIKASI

Bertitik tolak dari hasil penelitian diketahui bahwa perilaku sosial


negatif yang dilakukan oleh subjek dapat berbentuk banyak hal. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor internal atau dari dalan diri siswa sendiri dan faktor
eksternal atau dari luar diri siswa tersebut. Oleh karena itu apabila sekolah hendak
menguragi bahkan menghilangkan perilaku sosial negatif disekolah yang
dilakukan oleh subjek, maka pihak yang terkait dalam hal ini adalah kepala
sekolah, guru kelas, guru agama, guru olah raga, perlu memperhatikan faktoffaktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku sosial negatif di sekolah.
Tindakan yang diberikan terhadap siswa yang berperilaku sosial negatif perlu
disesuaikan dengan perkembangan anak. Oleh karena itu kerja sama antara
sekolah dengan orang tua perlu dibengun sebaik-baiknya, agar terjadi koordinasi
menghilangkan perilaku sosial negatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

C. SARAN

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian antara lain


adalah:
1. Kepada guru kelas
a. Pengelola sekolah baik kepala sekolah, guru maupun tenaga non
kependidikan hendaknya saling bersinergi untuk memberikan teladan
yang baik terhadap anak didiknya
b. Siswa yang berperilaku sosial negatif perlu mendapatkan perhatian
khusus
c. Guru hendaknya memahami perkembangan anak SD
d. Memberi tanggung jawab anak sesuai kemampuan sebagai bentuk
perhatian
e. Memperhatikan anak-anak yang berperilaku social negatif

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

66

2. Kepada orang tua,


a. Meskipun sibuk bekerja hendaknya tidak melupakan perhatian dan
pendidikan terhadap putra putrinya.
b. Orang tua menjadi contoh perilaku yang baik
c. Hendaknya memahami perkembangan putra putrinya.
d. Tidak menyerahkan seluruh pendidikan anak terhadap sekolah.

3. Kepada siswa
a. Hendaknya bersikap mandiri dan berani bertanggung jawab terhadap
perbuatan yang dilakukan.
b. Tidak ikut-ikutan orang lain dalam bertindak.
c. Hendaknya dapat mentaati tata tertib sekolah sebagai pedoman
berperilaku.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai