Komposisi kalkulus terdiri dari 80% masa anorganik, air, matriks organik
(protein dan karbohidrat), sel-sel epitel deskuamasi, dan leukosit. Masa anorganik
terutama terdiri dari fosfat, kalsium, dalam bentuk hidroksiapatit, brushite, dan
oktakalsium. Selain itu, juga terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat,
magnesium, fosfat, dan florida.
Komposisi kalkulus dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta
waktu pembentukan kalkulus. Tingkat kalkulus dan lokasi pembentukan kalkulus
dipengaruhi oleh kebiasaan dalam menjaga kebersihan rongga mulut, diet, usia,
penyakit sistemik, waktu terakhir membersihkan gigi, dan penggunaan obat resep.
Kalkulus gigi merupakan suatu lapisan deposit mineral berwarna kuning
atau coklat pada gigi karena plak pada gigi yang keras. Struktur permukaan
kalkulus yang kasar memudahkan timbunan plak gigi (PD, Marsh. 2004).
Proses pembentukan kalkulus
Beberapa penelitian menunjukkan, penyebab dari beberapa masalah
rongga mulut adalah plak gigi. Setelah kita menyikat gigi, pada permukaan gigi
akan terbentuk lapisan bening dan tipis yang disebut pelikel. Pelikel ini belum
ditumbuhi kuman. Apabila pelikel sudah ditumbuhi kuman, maka disebut dengan
plak gigi. Plak ini selain menempel pada permukaan gigi, juga dapat menempel
pada gusi dan lidah. Plak gigi ini merupakan kumpulan dari sisa makanan, bakteri,
sejumlah protein dan air ludah. Plak gigi selalu berada di dalam mulut dan
pembentukannya dapat terjadi setiap saat, akan hilang dengan menggosok gigi
atau dengan benang khusus (dental floss). Plak yang dibiarkan, lama-kelamaan
akan terkalsifikasi (berikatan dengan kalsium) dan mengeras menjadi kalkulus
(karang gigi). Mineralisasi ini terjadi dalam waktu 24-72 jam (Mcdonald, RE.
2004).
Kalkulus (karang gigi) menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan
membuat plak gigi mudah menempel kembali sehingga lama kelamaan akan
mengendap, tebal, dan menjadi sarang kuman. Kalkulus ini dapat berwarna
kekuningan atau kehitaman, warna kehitaman terjadi akibat bercampur dengan
rokok, teh, dan zat lain yang dapat meninggalkan warna pada gigi. Jika dibiarkan,
kalkulus ini dapat meresorbsi tulang alveolar penyangga gigi dan mengakibatkan
gigi mudah goyang dan tanggal.
Kalkulus atau karang gigi ini mengandung banyak kuman yang dapat
menyebabkan penyakit lain di sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka akan
memicu infeksi pada daerah penyangga gigi tersebut. Setelah terjadi infeksi, maka
akan timbul masalah lebih lanjut. Penderita akan mengeluh gusi gatal, mulut
berbau tidak sedap, sikat gigi sering berdarah, bahkan gigi dapat lepas sendiri dari
jaringan penyangganya. Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang
alveolar) akan menyebabkan jaringan penyangga gigi menipis sehingga
perbandingan gigi yang tertanam dan pada tulang dan tidak tertanam adalah 1:3,
gigi akan goyang dan mudah tanggal (C, Dawes. 2006).
Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman infeksi jaringan penyangga gigi
juga dapat menyebar ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah, kuman dapat
menyebar ke organ lain seperti jantung (PD, Marsh. 2004).
Metode kandungan dalam saliva
Untuk mengetahui kandungan dalam saliva maka dilakukan metode. Hal
yang pertama dilakukan adalah mengumpulkan saliva. Cara mengumpulkan saliva
yang digunakan adalah dengan metode draining. Metode ini diperkenalkan oleh
Navazesh. Metode ini merupakan suatu metode yang pasif, dimana pasien atau
subjek disuruh untuk mengalirkan salivanya keluar dari dalam mulut ke dalam
tabung berskala (saliva collection cup). Metode ini digunakan karena telah teruji
kesahihan dan keterandalannya. Metode ini juga paling sederhana dan paling
besar menghasilkan sejumlah saliva yang diperlukan untuk pengukuran (Hashim,
2010).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.