Anda di halaman 1dari 3

BM, PBB, BPHTB

120 Menit
B
PT. KKN merupakan pedagang besar untuk barang elektronik, didirikan pada awal tahun 1997 dan
telah mempunyai NPWP serta terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak. Tahun buku perusahaan
dimulai 1 Januari dan ditutup 31 Desember. Sejak tahun 1997 sampai tahun 1999, perusahaan
sudah memperoleh laba dan membayar PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29 sesuai dengan ketentuan
pajak yang berlaku.
Tahun buku 1999, perusahaan memperoleh laba komersial sebelum pajak sebesar Rp.
120.000.000, dan telah membayar cicilan PPh Badan (Pasal 25) berdasar pajak terutang tahun
lalu sebesar Rp. 21.250.000.
Berikut adalah informasi atas pos-pos (perkiraan) pada tahun buku 1999 untuk dianalisis berdasar
akuntansi pajak untuk tujuan memperoleh laba fiskal :
1. Deposito
Perusahaan telah menerima dan mencatat penghasilan deposito (net of tax) sebesar Rp.
10.200.000. Penghasilan bunga deposito tersebut berasal dari Deposito Rupiah dan Deposito
dalam US dollar. Khusus untuk deposito dalam dollar sebesar US $ 10.000, terjadi peningkatan
nilai pokok karena perubahan kurs dari US $ 1 = Rp. 7.000 menjadi US $ 1 = Rp. 8.000 per 31
Desember. Perusahaan telah mengakui dan mencatat kenaikan kurs tersebut sebagai penghasilan
pada akhir tahun.
2. Investasi sementara dalam saham (Marketable Securities)
Selain aktivitas operasional, perusahaan juga, atas dana yang idle, melakukan investasi
sementara dengan membeli saham PT. Ajeg sebanyak 100.000 lembar dan diperoleh dengan
harga keseluruhan sebesar Rp. 100.000.000. Sebagian investasi tersebut yaitu sebesar 40% dijual
di Bursa Efek Jakarta dengan memperoleh laba (gain) Rp. 20.000.000 (belum termasuk pajak).
Pajak atas penjualan saham tersebut oleh perusahaan dicatat sebagai beban (expenses). Sisa
inventasi di neraca per tanggal 31 Desember 1999 dinilai berdasar harga terendah antara harga
perolehan dan harga pasar. Harga pasar investasi per tanggal neraca adalah Rp. 45.000.000.
3. Piutang Usaha
Kebijakan pencadangan piutang diterapkan berdasar umur piutang. Setiap akhir tahun
perusahaan mendebit biaya piutang tak tertagih dan mengkreditkan cadangan piutang tak tertagih.
Sampai dengan awal tahun 1999, akumulasi pencadangan piutang adalah sebesar Rp.
25.000.000. Pada bulan Juli 1999, karena situasi dan kondisi yang tak dapat dihindari, dihapuskan
piutang sebesar Rp. 5.000.000. Prosedur penghapusan piutang telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan pajak dan mendapat persetujuan KPP. Akumulasi pencadangan piutang tak tertagih
berdasar umur piutang sampai dengan 31 Desember 1999 adalah Rp. 30.000.000.

4. Persediaan
Kebijakan penilaian persediaan akhir secara komersial menggunakan metode FIFO,
sedangkan pencatatan menggunakan sistem periodikal. Komposisi barang dagang dan harganya
adalah sebagai berikut :
Persediaan awal
300 unit
@ Rp. 1.000.000
Pembelian :
Kwartal 1
550 unit
@ Rp. 1.100.000
Kwartal 2
400 unit
@ Rp. 1.200.000
Kwartal 3
250 unit
@ Rp. 1.250.000
Kwartal 4
300 unit
@ Rp. 1.300.000
Persediaan akhir
300 unit
Penilaian persediaan akhir untuk tujuan pajak menggunakan metode FIFO
5. Aktiva Tetap Berwujud
Semua aktiva tetap berdasar masa manfaatnya telah sesuai dengan penggolongan aktiva
menurut ketentuan pajak. Sedangkan metode penyusutan adalah garis lurus.

Peralatan Kantor (A)


Peralatan Kantor (B)
Peralatan Toko (C)
Peralatan Toko (D)
Peralatan Toko (E)

Tanggal
Perolehan
01-04-97
01-04-99
01-01-97
01-07-98
01-10-99

Harga
Perolehan
36.000.000
24.000.000
30.000.000
27.000.000
33.600.000

Masa
Manfaat
4 tahun
4 tahun
4 tahun
4 tahun
4 tahun

Mutasi aktiva tetap selama tahun 1999:


Peralatan kantor (jenis A) dijual tanggal 1 April 1999 dengan harga pasar wajar sebesar
Rp. 20.000.000.
Peralatan toko (jenis C) dijual tanggal 1 Oktober 1999 dengan harga pasar wajar dan
memperoleh laba (gain) komersial sebesar Rp. 2.000.000.
6. Sewa gudang sebesar Rp. 120 juta dibayar dimuka kepada PT. Qiu terhitung 1 Januari 1997
sampai dengan tanggal 31 Desember 2000. Perusahaan telah membebankan sewa setiap
tahun secara garis lurus.
7. Perusahaan telah mencatat penghasilan deviden sebesar Rp. 2.000.000.
8. Gaji
Perusahaan telah membebankan gaji alam laporan laba-rugi komersial sebesar Rp.
240.000.000. Dalam jumlah tersebut termasuk PPh Pasal 21 sebesar Rp. 18.000.000.
Perusahan membebankan PPh Pasal 21 sebagai beban dengan alasan PPh Pasal 21 telah
diperhitungkan sebagai komponen penerimaan bruto karyawan dalam SPT PPh Pasal 21.

9. Tercatat beberapa faktur pajak yang catat sebesar Rp. 15.000.000 telah dicatat dilaporkan
sebagai bahan dalam rugi-laba komersial.
10. Denda bunga atas keterlambatan membayar PPh Pasal 25 sebesar Rp. 500.000 telah dicatat
dan dibebankan dalam rugi-laba komersial.
Diminta :

a. Berapakah laba fiskal tahun 1999


b. Berapakah PPh Badan tahun 1999, dan jumlah yang kurang/lebih bayar, dan
buat jurnalnya

Anda mungkin juga menyukai