Anda di halaman 1dari 10

PAJAK INTERNASIONAL

TRANSFER PRICING

Disusun Oleh :
Putri Yuwindasari

(125020301111041)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1) Konsep Transfer Pricing

Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan


harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud,
atau pun transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan. Terdapat
dua kelompok transaksi dalam transfer pricing, yaitu intra-company dan
inter-company transfer pricing. Intra-company transfer pricing merupakan
transfer pricing antardivisi dalam satu perusahaan. Sedangkan
intercompan transfer pricing merupakan transfer pricing antara dua
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. Transaksinya sendiri
bisa dilakukan dalam satu negara (domestic transfer pricing), maupun
dengan negara yang berbeda (international transfer pricing).

Pengertian di atas merupakan pengertian yang netral, walaupun


sering sekali istilah transfer pricing dikonotasikan dengan sesuatu yang
tidak baik (sering disebut abuse of transfer pricing), yaitu suatu
pengalihan penghasilan dari suatu perusahaan dalam suatu negara
dengan tarif pajak yang lebih tinggi ke perusahaan lain dalam satu grup di
negara dengan tarif pajak yang lebih rendah sehingga mengurangi total
beban pajak group perusahaan tersebut.
Adapun pengertian transfer pricing manipulation sendiri diartikan
sebagai suatu kegiatan untuk memperbesar biaya atau merendahkan
tagihan yang bertujuan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.
Dengan demikian, manipulasi transfer pricing dapat dilakukan dengan
cara memperbesar biaya atau memperkecil penjualan melalui mekanisme
harga transfer dengan tujuan untuk mengurangi pembayaran pajak.
Sehingga, manipulasi transfer pricing terjadi dengan cara menetapkan
harga transfer menjadi terlalu besar atau terlalu kecil dengan maksud
untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.8 Karena dengan
memperkecil jumlah pajak yang terutang, keuntungan yang diterima oleh
perusahaan multi-nasional akan semakin besar. Manipulasi harga yang
dapat dilakukan dengan transfer pricing antara lain manipulasi pada:
Harga penjualan; Harga pembelian; Alokasi biaya administrasi dan umum
atau pun pada biaya overhead; Pembebanan bunga atas pemberian

pinjaman oleh pemegang saham (shareholder loan); Pembayaran komisi,


lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa manajemen, imbalan
atas jasa teknik, dan imbalan atas jasa lainnya;
Pembelian harta
perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak yang mempunyai
hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar;
Penjualan
kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak
mempunyai
substansi usaha (seperti: dummy company, letter box company atau
reinvoicing center).
2) Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam rangka aplikasi
transfer pricing, baik bagi perusahaan domestik maupun bagi
perusahaan multinasional, adalah antara lain: Evaluasi Kinerja
(mengukur hasil operasi setiap unit),
Motivasi Manajemen
(penyusunan orientasi produksi dan laba pada semua unit),
Pengendalian harga untuk lebih merefleksikan Cost dan margin
yang seharusnya diterima dari langganan dan penetapan harga
optimal, Pengendalian pasar untuk mengamankan posisi kompetitif
perusahaan.
Sedangkan , Kebijakan aplikasi transfer pricing multinasional
bertujuan untuk : (1) Memaksimalkan penghasilan global (2)
Mengamankan posisi kompetitif anak/ cabang perusahaan dan
penetrasi pasar. (3) Mengevaluasi kinerja anak/ cabang perusahaan
mancanegara. (4) Menghindarkan pengendalian devisa. (5)
Mengontrol kredibilitas asosiasi. (6) Mengurangi resiko moneter (7)
Mengatur arus kas anak/cabang perusahaan yang memadai, (8)
Membina hubungan baik dengan administrasi setempat (9)
Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk (10)
Mengurangi resiko pengambilalihan oleh pemerintah.

3) ARMS-LENGTH STANDARD
Peraturan tentang transfer pricing secara umum diatur dalam Pasal
18 UU Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh). Pasal 18 ayat (3) UU PPh
menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berwenang untuk
menentukan kembali besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai
dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi
oleh hubungan istimewa (arms length principle). Di dalam aturan ini
disebutkan pengertian arms length principle yaitu harga atau laba atas
transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa ditentukan oleh kekuatan pasar, sehingga transaksi
tersebut mencerminkan harga pasar yang wajar.
Hubungan istimewa dikatakan terjadi jika
(i)
Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung
maupun tidak langsung paling rendah 25% pada Wajib
Pajak lain;
(ii)
Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau
lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama
baik langsung maupun tidak langsung; atau
(iii)
terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun
semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
Aturan lebih lanjut dan detail tentang transfer pricing termuat dalam PER32/PJ/2011 menyatakan bahwa penentuan harga transaksi wajar (arms
length price) bisa melalui metode perbandingan harga antara pihak non
istimewa, resale price dan metode lainnya. Arms-length standard yang
paling banyak digunakan sebagai berikut
A. Metode perbandingan harga (Comparable Uncontrolled
Price/CUP)
Metode ini membandingkan harga transaksi dari pihak yang ada
hubungan istimewa
tersebut dengan harga transaksi barang sejenis dengan pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa (pembanding independen), baik itu
internal CUP maupun eksternal CUP. Metode ini sebenarnya merupakan
metode yang paling akurat, tetapi yang sering menjadi permasalahan
adalah mencari barang yang benar-benar sejenis.

Contoh penerapan: PT ABC menyerahkan penjualan barang X kepada


afiliasinya PT Y dengan harga franko tujuan Rp10.000.000. Di saat yang
sama PT ABC juga menjual barang X kepada pihak ketiga PT KLM dengan
harga franko pabrik Rp10.000.000 dan biaya pengangkutan dan asuransi
Rp500.000. Dengan metode CUP harga jual wajar barang X dari PT ABC
kepada PT Y adalah Rp10.000.000 + Rp500.000 = Rp10.500.000.
B. Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method/RPM)
Metode ini digunakan dalam hal Wajib Pajak bergerak dalam bidang
usaha perdagangan, di mana produk yang telah dibeli dari pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dijual kembali (resale) kepada pihak
lainnya (yang tidak mempunyai hubungan istimewa). Harga yang terjadi
pada penjualan kembali tersebut dikurangi dengan laba kotor (mark up)
wajar sehingga diperoleh harga beli wajar dari pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
Contoh penerapan: PT A menyerahkan barang kepada afiliasinya PT B
dengan harga Rp10.000.000. PT B kemudian menyerahkan barang
tersebut kepada pihak ketiga PT C (independen) dengan harga
Rp20.000.000. Diketahui ternyata ada transaksi antara pihak independen,
yaitu PT Z yang juga menyerahkan produk yang sejenis kepada PT Y
dengan kenaikan harga jual (mark up) 20%. Dengan demikian, harga jual
yang wajar dari PT A kepada PT B adalah Rp20.000.000 - (20% x
Rp20.000.000) = Rp16.000.000. Jadi, harga jual PT A terlalu rendah dari
yang seharusnya karena ada transfer pricing.
C. Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method)
Metode ini dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar
yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang
tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang
diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang
tidak mempunyai Hubungan Istimewa. Umumnya digunakan pada usaha
pabrikasi.
Contoh penerapan: PT A memproduksi barang dengan biaya Rp500.000
dan menyerahkan barang tersebut kepada afiliasinya PT B dengan harga
Rp900.000. PT Y juga memproduksi produk sejenis dengan biaya sebesar
Rp600.000 dan menjualnya kepada PT Z (tidak ada hubungan istimewa)
dengan harga Rp900.000. Dari penjualan PT Y terlihat bahwa persentase
laba kotor dari biaya adalah sebesar 30 : 60 = 50 %. Dengan cost-plus
method, dapat diketahui bahwa harga wajar penjualan PT A ke PT B
adalah: Rp500.000 + (50% x Rp500.000) = Rp750.000. Jadi, bisa
dianggap bahwa harga beli PT B lebih mahal dari yang seharusnya dan
dapat dikoreksi biayanya oleh kantor pajak.

D. Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM)


Metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas
transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa tersebut dengan menggunakan dasar yang dapat
diterima secara ekonomi yang memberikan perkiraan pembagian laba
yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar
pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa, dengan
menggunakan Metode Kontribusi (Contribution Profit Split Method) atau
Metode Sisa Pembagian Laba (Residual Profit Split Method).
E. Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin
Method/TNMM)
Metode ini dilakukan dengan membandingkan persentase laba bersih
operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau
terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan persentase laba bersih operasi
yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak
mempunyai Hubungan Istimewa atau persentase laba bersih operasi yang
diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa lainnya.
Contoh penerapan: PT ABC merupakan produsen alat-alat kecantikan yang
menjual ke perusahaan grup di Malaysia (ABC Bhd) dan menggunakan
merk ABC Bhd. Dalam hal ini, ABC Bhd hanya menjual produk PT ABC.
Berdasarkan analisis, diketahui juga bahwa PT XYZ yang menjual produk
serupa dan memperoleh laba operasi sebesar 10%. Untuk itu, harga
transfer PT ABC kepada ABC Bhd berdasarkan metode TNM adalah
sebagai berikut

F. Metode Penentuan Harga Transfer


Berapa jumlah harga yang dihitung atas transfer barang dan jasa antar
perusahaan dalam satu grup pada umumnya tergantung kepada politik

(kebijakan) harga pimpinan. Secara komersial (Matl dan Usry, 1984, dan
Horngren dan Foster, 1987) terdapat lima dasar penentuan harga transfer,
yaitu
a) Penentuan Harga Transfer berdasarkan Biaya (Cost Basis Transfer
Pricing).
Digunakan pada transfer antar perusahaan yang menggunakan
konsep pusat pertanggung jawaban biaya. Kinerja manajer
diukur melalui pertanggung jawabannya mengenai pengendalian
biaya. Konsep ini sederhana dan menghemat sumber daya
karena tersedianya informasi di setiap tingkat aktivitas
perusahaan. Transfer pricing yang mendasarkan pada biaya
dapat bervariasi antara: Biaya Variabel sebenarnya (actual
variabel cost), Biaya tetap sebenarnya (actual fixed cost),Biaya
variabel standar (standard variable cost),Biaya total standar
(standard full cost), Biaya rata-rata (average cost), dan,Biaya
total ditambah kenaikan (full cost plus mark up).
b) Penentuan Harga Transfer berdasarkan harga pasar (Market Basis
Transfer Pricing).
Berbeda dengan harga transfer berdasarkan biaya, transfer
pricing yang mendasarkan pada harga pasar, lebih wajar karena
didasarkan pada kekuatan interaksi antara perusahaan dengan
pihak luar tanpa dipengaruhi oleh kekurangan-efisienan
operasional dari salah satu anggota perusahaan. Kesuraman
kinerja salah satu anggota perusahaan dalam satu grup dapat
memberikan dampak negatif pada anggota lainnya apabila
jumlah harga transfer dihitung berdasarkan biaya nyata dari tiap
perusahaan.
Harga transfer berdasarkan pada harga pasar
dianggap sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja manajer divisi
karena kemampuannya menghasilkan laba dan merangsang
divisi untuk bekerja secara bersaing.21
c) Penentuan Harga Transfer Berdasarkan Negoisasi (The
Negotiated Price).
Baik harga transfer berbasis harga pasar maupun harga transfer
berbasis biaya berpotensi untuk tidak tercapainya persetujuan
harga antar pihak-pihak, maka tidak jarang harga transfer
tersebut dinegosiasikan antara pembeli dan penjual di luar harga
yang direferensikan atau berdasarkan penerapan formula biaya
yang telah ditetapkan sebelumnya.
d) Penentuan Harga Transfer Berdasarkan Arbitrase (Arbitration
Transfer Pricing)
Penentuan harga transfer berdasarkan harga arbitrase ini
menekankan pada interaksi kedua divisi dan pada tingkat yang

dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan tanpa adanya


pemaksaan oleh salah satu divisi mengenai keputusan akhir.
Pendekatan ini mengesampingkan tujuan konsep pusat
pertanggungjawaban laba.
e) Penentuan Harga Transfer Ganda
Kadang kala untuk mencapai mufakat dalam negoisasi dan
arbitrase itu bukan merupakan hal yang gampang dan cepat.
Kadangkala hal tersebut memakan waktu yang berlarut-larut.
Untuk mengurangi pengorbanan dan pemborosan sumber daya
serta memuaskan kedua belah pihak maka ditentukan transfer
pricing ganda (dual pricing) untuk berbagai kepentingan
berdasarkan biaya dan harga pasar. Atas suatu transfer barang,
harga transfer berdasarkan biaya dihitung berdasar perspektif
unit pengirim, sementara harga transfer berdasarkan harga pasar
dihitung untuk kepentingan unit penerima
G. Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasioanal yang beroperasi di Indonesia dalam arti
perusahaan-perusahaan multinasional Indonesia yang mempunyai unit
(anak
perusahaan/cabang/perwakilan)
di
luar
negeri
maupun
perusahaan-perusahaan multinasional diluar negeri yang mempunyai unit
(anak perusahaan/cabang/perwakilan) di Indonesia pada umumnya akan
senantiasa berusaha dengan instrumen harga transfer, mencapai salah
satu
tujuannya
memaksimalkan
keuntungan
dengan
berupaya
meminimalkan beban pajaknya, terutama pajak penghasilan badan
(corporation income tax)
Melalui transfer pricing tersebut, perusahaan multinasional yang
bersangkutan dapat menggeser kewajiban perpajakannya dari anggota
grup perusahaannya di negara-negara yang menetapkan tarif pajak yang
lebih tinggi (high tax country) ke anggota grup perusahaannya di negaranegara yang menetapkan tarif pajak yang lebih rendah (low tax country).
Dengan praktek transfer pricing ini, suatu perusahaan di negara tertentu
akan melaporkan rugi, sehingga tidak perlu membayar pajak. Hal tersebut
tentu akan menghilangkan potensi penerimaan pajak negara tersebut.
Ada dua tujuan transfer pricing yang ingin dicapai oleh perusahaan
multinasional, yaitu
Performance evaluation
Salah satu ukuran yang digunakan oleh banyak perusahaan untuk
menilai kinerjanya adalah menghitung berapa tingkat ROI-nya atau
return on investment. Terkadang tingkat ROI untuk satu divisi

dengan divisi lainnya dalam satu perusahaan yang sama berbeda


satu dengan yang lain. Misalnya, divisi penjual menginginkan harga
transfer yang tinggi yang akan meningkatkan income, yang secara
otomatis juga akan meningkatkan ROI-nya. Namun di sisi lain, divisi
pembeli menuntut harga transfer yang rendah yang nantinya
berakibat pada peningkatan income, yang berarti juga peningkatan
dalam ROI. Oleh karena itu dalam hal ini induk perusahaan akan
sangat berkepentingan dalam penentuan harga transfer.
Optimal determination of taxes
Tarif pajak antar satu Negara dengan Negara yang lain berbeda.
Perbedaan ini disebabkan oleh lingkungan ekonomi, sosial, politik,
dan budaya yang berlaku dalam Negara tersebut. Sebagai contoh di
Afrika, karena tingkat investasi rendah, tarif pajak yang berlaku di
Negara itu juga rendah. Akan tetapi jika kita bandingkan dengan
Amerika, tidak mungkin tarif pajak yang diberlakukan di Negara
tersebut sama dengan di Afrika. Hal ini jelas karena di Negara maju
seperti Amerika tingkat investasi sangat tinggi yang dibuktikan
dengan tingkat pertumbuhan badan usaha yang semakin
meningkat. Atas dasar inilah tarif pajak yang ditetapkan di Negara
tersebut tinggi.

H. PERLAKUAN HARGA TRANSFER DI INDONESIA


Transaksi antar wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa
seringkali meminimalkan dan mengurangi praktik penghindaran pajak
atau penyelundupan pajak dengan menggunakan rekayasa harga transfer.
Hubungan istimewa tersebut dapat mengakibatkan kekurangwajaran
harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi
usaha. Kekurang-wajaran dari adanya praktek transfer pricing dapat
terjadi sebagai berikut: harga penjualan, harga pembelian, alokasi biaya
administrasi dan umum (overhead cost), pembebanan bunga atas
pemberian pinjaman oleh pemegang saham (Shareholder loan),
pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa
manajemen, imbalan atas jasa teknik dan imbalan atas jasa lainnya

I. PENANGKAL HARGA TRANSFER


Ada beberapa prosedur yang dapat ditempuh untuk menanggulangi
manuver pajakmelalui harga transfer sebagai berikut.
Menyingkap praktik bisnis antarperusahaan secara lengkap
sehingga dapatdievaluasi keinginan harga transfer.

Harmonisasi pemajakan internasional untuk meniadakan disparitas


beban pajak.
Kerja sama internasional.
Advanced Pricing Agreement (APA)
J. ADVANCED PRICING AGREEMENT (APA)
Advanced Pricing Agreement (APA) adalah persetujuan diantara
internal revenue service (IRS) dan perusahaan dengan menggunakan
harga-harga transfer, untuk menetapkan hargatransfer yang disepakati.
Maksud dari program APA adalah memecahkan masalah perselisihan
harga transfer dengan cara yang tepat dan menghindari proses
pengadilan yang menghabiskan banyak biaya.

Manfaat APA
o Memberikan kepastian kepada wajib pajak atas nama semua
penghitungan
mengenaiharga
transaksi
dengan
menggunakan metode yang disetujui.
o Memberikan kepastian terhadap kegiatan wajib pajak
termasuk kepastian mengenaikewajiban pajak yang berkaitan
dengan harga transfer.
o Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama
periode APA berlakuharga transaksi yang telah disepakati oleh
wajib pajak dan otoritas pajak.
o Dapat mencegah praktik harga transfer yang tidak benar dan
semata-mata hanya untuk menghindari pajak.
Masalah dalam penyelenggaraan APA
Hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan APA yaitu
kemungkinan adanya potensikerugian sebagai berikut :
o Pengorbanan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk
penyelenggaraan APA.
o Wajib pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin
merupakan rahasia perusahaan kepada otoritas pajak.

Yang perlu diperhatikan, bahwa APA tidak menjamin wajib pajak


untuk tidak diaudit olehotoritas pajak. Masalah-masalah yang tidak
tercakup dalam APA masih dapat diaudit dalamkriteria audit yang biasa
dilakukan. APA tidak berlaku retroaktif sehingga masalah hargatransfer
yang ada sebelum APA disepakati tidak dapat diselesaikan dengan APA.

Anda mungkin juga menyukai