Anda di halaman 1dari 13

SIRKUIT FLUIDA

I.

TUJUAN
1. Mempelajai sifat-sifat aliran fluida dalam beberapa jenis ukuran pipa
2. Mempelajari sifat aliran laminar dan turbulen akibat perubahan flowrate
3. Memperoleh pengertian mengenai perubahan tekanan terhadap flowrate yang terjadi
pada aliran fluida
4. Mempelajari karakteristik tekanan alat pengukur flowrate

II. LANDASAN TEORI

2.1. Sifat-sifat Fluida


Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara
permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam fluida
tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana lapisan yang satu akan mengalir di atas
lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk tersebut, terdapat
tegangan geser (shear stress), yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju alir
fluida relatif terhadap arah tertentu. Bila fluida telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua
tegangan geser tersebut akan hilang sehingga fluida berada dalam keadaan kesetimbangan.
Ada beberapa sifat fluida yang berpengaruh pada mekanika aliran fluida. Di bawah ini
adalah sifat-sifat fluida yang perlu diperhatikan:
1. Densitas (Rapat Massa)
Densitas atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat
tersebut dan dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan
dengan cara menghitung nisbah ( ratio ) massa zat yang terkandung dalam suatu
bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut. Hubunganya dapat dinyatakan
sebagai berikut:
(1)

Dimana,
m adalah masa fluida ( kg)
adalah volume fluida (m3)

Nilai densitas dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur


maka kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi
dari molekul-molekul fluida semakin berkurang.
2. Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur,
tekanan, kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat
cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini
disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami
penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut. Viskositas dapat
dihitung melalui persamaan berikut:
(2)

3. Compressibility
Pada temperatur dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai densitas
tertentu. Jika densitas hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang suhu dan
tekanan yang relatif besar, fluida tersebut bersifat incompressible. Tetapi jika
densitasnya peka terhadap perubahan variabel temperatur dan tekanan, fluida
tersebut digolongkan compresible. Zat cair biasanya dianggap zat yang
incompresible, sedangkan gas umumnya dikenal sebagai zat yang compresible.
4. Spesific Weight (Berat Massa)
Berat massa (gc) tiap zat dianggap sama, setara dengan percepatan gravitasi bumi
yaitu sebesar 9,8 m/s2
5. Spesific Gravity (SG)
(4)

2.2. Kalibrasi Alat Sirkuit Fluida


Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan nilai kebenaran penunjukan alat ukur
konvensional dan mengukur bahan dengan membandingkannya dengan standar pengukuran.
Tujuan kalibrasi alat ukur adalah untuk menentukan devisiasi dan kebenaran konvensional
nilai penunjukan alat ukur dan pengukuran hasil. Dengan demikian, alat ukur kondisi dan
bahan dapat disimpan sesuai dengan spesifikasi. Berikut ini, elemen sistem proses kalibrasi:
1. Adanya obyek ukur (Unit Under Test), yaitu: volume sight gage
2. Adanya calibrator (standard), yaitu: volume real
3. Adanya prosedur kalibrasi, yang mengacu ke standar kalibrasi atau prosedur yg
dikembangkan sendiri oleh laboratorium yang sudah diverifikasi.
4. Lingkungan terkondisi, baik suhu, kelembabannya, maupun kondisi alat. Jika tidak
memungkinkan, maka faktor lingkungan harus diakomodasi dalam proses pengukuran
dan perhitungan ketidakpastian.
5. Hasil kalibrasi itu sendiri, yaitu quality record berupa sertifikat kalibrasi. Di
dalamnya tercatat measured value, correction value, dan akhirnya nilai ketidakpastian
(uncertainty).

2.3. Kecepatan Fluida Cair


Karena cairan umumnya bersifat incompressible, hubungan antara laju alir dengan
kecepatan linear pada suatu titik dan suatu waktu dinyatakan sebagai berikut :
(5)
Dimana,
v = kecepatan linear rata-rata
Q = debit alir fluida
A = luas penampang aliran.

2.4. Aliran Laminar dan Turbulen


Apabila suatu fluida mengalir dalam suatu saluran dengan kecepatan yang cukup
kecil, maka aliran fluida akan terlihat seperti berapis-lapis yang bergerak teratur secara
sliding relatif terhadap lapisan di dekatnya. Aliran ini disebut aliran laminar. Bila kecepatan
aliran diperbesar, gerakan partikel fluida semakin tidak teratur, sehingga terjadi pusaranpusaran arus (eddy current). Aliran semacam ini disebut sebagai aliran turbulen. Pada

kecepatan dimana aliran tidak laminar, tetapi jiuga tidak turbulen (antara laminar dan
turbulen), disebut daerah transisi.

2.5. Bilangan Reynold


Pada fluida yang mengalir, bekerja gaya-gaya seperti: gaya gravitasi, gaya tekanan,
gaya viskositas, gaya inersia, gaya tegangan permukaan, dll. Untuk fluida yang mengalir
melalui saluran yang terisi penuh, gaya-gaya yang paling berpengaruh adalah gaya inersia
dan gaya viskositas. Perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskositas ini disebut
bilangan Reynold. Untuk saluran berbentuk pipa, bilangan Reynold adalah:

(6)
Dimana,
NR

= bilangan Reynold

= diameter pipa

= flowrate
= densitas fluida
= viskositas absolur
Dengan suatu eksperimen, diperoleh bahwa bilangan Reynold di bawah 2.000

menunjukkan aliran dalam keadaan laminar. Bilangan Reynold antara 2.000 sampai dengan
4.000 menunjukkan aliran dalam keadaan transisi. Bilangan Reynold di atas 10.000
menunjukkan aliran dalam keadaan turbulen.

2.6. Kehilagan Energi karena Friksi


Pada fluida yang mengalir terdapat 3 bentuk energi, yaitu energi potensial, energi
kinetik, dan energi tekanan. Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh fluida akibat
ketinggannya relatif terhadap datum. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh fluida
akibat kecepatan alirannya. Energi tekanan adalah energi yang dimiliki oleh fluida akibat
keadaan bertekanan. Hubungan antara energi-energi di atas dapat membentuk persamaan
energi mekanik.
Pada fluida yang mengalir, akan terdapat kehilangan energi yang disebabkan oleh
adanya gesekan atau friksi (skin friction atau frictional resistance). Friksi dapat terjadi antara
partikel-partikel fluida maupun antara partikel fluida dengan permukaan saluran. Friksi
merupakan kerugian energi mekanik, sehingga tekanan di downstream menjadi berkurang.

Adapun friction head merupakan jumlah tekanan yang diperlukan untuk mengatasi tahanan
alir dalam pipa maupun fitting.
Berikut ini parameter-parameter yang berhubungan dengan faktor friksi adalah :
1. Diameter pipa
2. Kecepatan rata-rata fluida
3. Densitas fluida
4. Viskositas fluida
5. Kekasaran pipa
6. Pemanasan akibat friksi per unit massa

Friksi yang terjadi bergantung pada pola aliran. Pada laju alir relatif rendah, friksi
terjadi antarelemen fluida (viscous section). Pada laju alir relatif tinggi, timbul arus gejolak
(eddy current), sehingga friksi terjadi antara elemen fluida dan permukaan saluran.
Besarnya kehilangan energi karena friksi menurut persamaan Darcy-Weisbach adalah
sebagai berikut:
(7)
Dimana,
f

= faktor friksi (Blasius Darcy friction factor)

= panjang pipa

= diameter pipa

= flowrate

gc

= konstanta konversi

2.7. Hubungan Faktor Friksi dan Bilangan Reynold


Heagen-Poiseulle melalui eksperimennya mengenai aliran laminar pada pipa
menemukan hubungan sebagai berikut:

(8)

Bila persamaan di atas disusun kembali, maka:

(9)

Persamaan 7 menunjukkan hubungan linear antara f dengan NR pada aliran laminar yang
berlaku untuk NR di bawah 2000. Pada dasarnya kehilangan energi pada aliran laminar hanya
disebabkan oleh viscous drag saja, sedangkan pada aliran turbulen disebabkan oleh gerakan
turbulen dari arus eddy. Oleh karena itu, friction factor untuk aliran turbulen di samping
bergantung pada NR juga bergantung pada kekasaran permukaan pipa.
(10)

/D adalah kekasaran relatif, yaitu perpandingan antara tingginya tonjolan dalam dinding
pipa dibagi diameter dalam pipa. Hubungan antara f dengan NR dan /D dapat diperoleh dari
chart stadard yang disebut friction factor chart.

Gambar 1. Friction Flow Chart


(sumber: http://www.scribd.com/doc/86745039/ISI-sirkuit-fluida)

2.8. Profile Kecepatan pada Aliran dalam Pipa


Pada aliran dalam pipa, partikel-partikel fluida bergerak dengan kecepatan yang
berbeda. Partikel yang berada pada dinding piap mempunyai kecepatan nol, sedangkan
partikel yang berada pada sumbu pipa mempunyai kecepatan maksimum. Hal ini disebabkan
karena perubahan momentum dan gesekan-gesekan yang terjadi anytar lapisan. Untuk aliran
laminer lapisan-lapisan fluida terdapat dari dinding pipa sampai sumbu pipa (center line)
sehingga profil kecepatan partikel-partikel fluida berbentuk parabola seperti terlihat pada
gambar.

Gambar 2. Profil Kecepatan Fluida pada Aliran Laminer


(sumber: Modul Praktikum POT Teknik Kimia FT UI 1989)

Semakin besar bilangan reynold, momentum yang berpindah antar lapisan fluida
semakin besar kenaikan bilangan reynold sampai melewati batas kritisnya akan menyebabkan
aliran menjadi turbulen dan terjadi dua regional aliran, yaitu daerah laminer dekat dinding
pipa dan daerah turbulen mulai dari batas daerah alirn laminer sampai sumbu pipa. Akibatnya
profil aliran tidak parabola lagi seperti terlihat pada gambar di bawah.

Gambar 3. Profil Kecepatan Fluida pada Aliran Turbulen


(sumber: Modul Praktikum POT Teknik Kimia FT UI 1989)

Daerah laminer akan semakin tipis dengan kenaikan bilangan reynold dan semakin
mempunyai arti dibandingkan dengan kekasaran dinding pipa, sehingga efek kekasaran
dinding pipa semakin dirasakan oleh pokok aliran. Itulah sebabnya faktor friksi pada aliran
laminer hanya bergantung pada bilangan reynold dan bergeser semakin bergantung pada
kekesaran dinding pipa untuk aliran laminer.

2.9. Kehilangan Energi pada Fitting


Valve dan fitting dapat meningkatkan penurunan tekanan pada sistem perpipaan aliran
fluida bila dibandingkan dengan pipa lurus tanpa valve dan fitting. Bahkan suatu sambungan
yang menggabungkan dua pipa yang panjang, mengganggu profil kecepatan pada aliran
turbulen sehingga cukup untuk meningkatkan penurunan tekanan.
Ada dua prosedur standar untuk menentukan pressure loss dalam aliran turbulen
dengan adanya fitting. Prosedur pertama ialah dengan menggunakan koofisien kehilangan (k)
untuk setiap tipe fitting. Kehilangan energi pada fitting itu sendiri dapat gambarkan dengan
persamaan:

(11)

Dimana,
k

= koefisien gesek (

Le

= panjang ekivalen dari fitting


Prosedur kedua ialah dengan menggunakan panjang ekivalen. Berikut adalah tabel

panjang ekivalen untuk berbagai tipe-tipe fittingnya:


Tabel 1. Panjang Ekivalen untuk Berbagai Jenis Fitting

2.10. Pengukur Flowrate


Pengukur aliran fluida yang paling banyak digunakan untuk mengukur aliran adalah
beberapa jenis flowmeter berdasarkan perubahan tinggi variabel tekanan, seperti Venturi
flowmeter, Orifice flowmeter, dan tabung pitot, ataupun berdasarkan perubahan penampang
aliran (area meter), seperti rotameter dengan berbagai rancangan. Yang akan dibahas di sini
adalah Venturi flowmeter dan Orifice flowmeter untuk incompressible fluid.

2.10.1. Venturi flowmeter


Sebuah Venturi flowmeter selalu diletakkan pada perpipaan. Venturi flowmeter
merupakan gabungan dari coverging tube dan diverging tube. Pada coverging tube, pressure
head diubah menjadi velocity head. Sedangkan pada diverging tube (bagian setelah throat
venturi) velocity head kembali diubah menjadi pressure head. Gambar 6 menunjukkan
bahwa pada throat dipasang manometer yang dihubungkan melalui dua valve untuk
mengukur beda tekanan antara titik 1 dan titik 2. Kecepatan rata-rata pada titik 1 adalah
V1 dengan diameter d1, sedangkan Kecepatan rata-rata pada titik 2 adalah V2 dengan
diameter d2. Penyempitan dari d1 ke d2 dan ekspansi balik dari d2 ke d1berlangsung secara
perlahan-lahan. Friction loss yang kecil selama kontraksi dan ekspansi dapat diabaikan.

Gambar 6. Venturi Flowmeter


(sumber: http://www.scribd.com/doc/86745039/ISI-sirkuit-fluida)

Persamaan dasar untuk venturi meter adalah persamaan Bernoulli. Gesekan dapat
diabaikan dan venturi diasumsikan terpasang horisontal tanpa pompa. Jika kecepatan ratarata di hulu adalah va dan di hilir vb, dan densitas fluida b, maka:

(12)

Jika persamaan kontinuitas berlaku, densitas tetap, sehingga:


(13)

Dimana,
Da = diameter pipa
Db = diameter leher venturi meter
= rasio diameter

Jika va dieliminasi, hasilnya adalah :

(14)

Persamaan

tersebut

hanya

berlaku

untuk

aliran

ideal

tanpa

gesekan.

Untuk

memperhitungkan rugi gesekan yang terdapat sedikit antara lokasi a dan b persamaan
tersebut dikoreksi dengan faktor empirik Cv:
(15)

Pengaruh faktor kinetika a dan b telah diperhitungkan dalam Cv (koefisien venturi). Cv


ditentukan dari percobaan. Koefisien ini disebut koefisien venturi tanpa termasuk laju alir
inlet. Pengaruh laju alir inlet va diperhitungkan dalam suku

. Bila Db lebih kecil

dari Da/4, va dan suku diabaikan. Untuk venturi yang baik, nilai Cv rata-rata 0.98 untuk
diameter pipa kecil.
Pada praktiknya, besaran yang dicari biasanya bukan kecepatan melalui leher venturi
vb. Laju aliran yang lebih penting adalah laju alir massa atau laju alir volumetrik melalui
venturi tersebut. Laju alir massa dihitung dengan persamaan:

(16)

Dimana,
m = laju alir massa dan Sb = luas leher venturi
Laju alir volumetrik didapat dengan membagi laju alir massa dengan densitas:
(17)

Jika aliran melalui venturi meter benar-benar tanpa gesekan, tekanan fluida masuk dan
keluar venturi sama sehingga penempatan venturi meter di jalur pipa tidak menyebabkan
terjadinya pressure drop permanen. Gesekan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, sehingga
pasti terjadi pressure drop dan head loss. Karena sudut kerucut divergen cukup kecil,
pressure drop venturi meter relatif kecil, kira hanya 10%.

2.10.2. Orifice flowmeter


Pada instalasi-instalasi diproses plant penggunaan Venturi flowmeter memiliki
beberapa kerugian. Venturi flowmeter rekatif mahal. Selain itu diameter throat yang tetap,
sehingga laju alir berubah drastis maka pembacaan perbedaan tekanan menjadi tidak akurat.
Venturi flowmeter dapat diganti dengan suatu Orifice flowmeter (Gambar 7) walaupun

menimbulkan head loss yang lebih besar.

Gambar 7. Orifice Flowmeter


(sumber: http://www.scribd.com/doc/86745039/ISI-sirkuit-fluida)

Orifice flowmeter adalah suatu plat yang memiliki lubang dengan diameter
d0 diletakkan diantara dua plat pipa dengan diameter d1. Lubang pengukur tekanan pada titik
1 dan titik 2 akan mengukur P1 P2. Arus fluida melewati plat orifice membentuk suatu vena
kontrakta atau arus pancar bebas. Persamaan Bernoulli pada Orifice flowmeter adalah sebagai
berikut:

(18)

Dimana,
u0

= kecepatan melalui orifice

= rasio diameter orifice terhdap diameter pipa


,

= tekanan pada stasion a dan stasion b

Co adalah koefisien

orifice

yang telah memoerhitungkan kecepatan datang.

Koefisien ini memberikan koreksi atas kontraksi jet fluida antara

orifice

dengan

venakontrakta, juga terhadap gesekan dan terhadap faktor kinetika a dan b. Co ditentukan
dari percobaan, dan nilainya bervariasi sesuai perubahan dan angka Reynolds pada
orifice. Bilangan Reynolds didefinisikan sebagai:
(19)

Dimana, Do adalah diameter orifice.


Persamaan tersebut sangat berguna untuk perancangan karena Co hampir konstan dan
tidak bergantung pada selama NRE,o lebih dari 20000. Pada kondisi ini Co dapat dianggap
0,61 untuk lokasi pengamatan di flens maupun di vena kontrakta. Jika kurang dari 0,25
suku

jauh lebih kecil dari 1 sehingga persamaan orifice dapat disederhanakan

menjadi:
(20)
Dalam sistem orifice meter ini diperlukan pipa lurus di bagian hulu dan bagian hilir
orifice untuk menjamin agar pola aliran yang normal tidak terganggu oleh perlengkapan
sambungan pipa, valve, dan peralatna lain. Jika tidak, distribusi kecepatan menjadi tidak
normal, dan koefisien orifice akan terganggu.

REFERENSI
http://reggaenita.wordpress.com/2010/03/07/mekanika-fluida-fluida/
http://www.scribd.com/doc/86745039/ISI-sirkuit-fluida

http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2012/05/alf-aliran-fluida.pdf

Anda mungkin juga menyukai