Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus
testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis.
Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu
kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam
skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan
terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.
Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan
hilang sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan
jarang membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada
bayi hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28
minggu , testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis
ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis
tersebut. Pada orang dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera
pada skrotum. Radang yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis)
atau orchitis (radang testis).
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali
bila mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus
cahaya) pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel,
testis harus dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis
sehingga tunika vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan
epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar.
Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar sekali.
Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau
tumor testis. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan
hidrokel terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis
di dalam funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada
transiluminasi.
Jarang sekali ditemukan benjolan di funikulus yang dapat dihilangkan
dengan tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial.

Bila demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit
dengan rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis
atau indirek yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan
nama salah hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu
sempit sekali. Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; kantong hernia
ini tidak dapat dimasuki usus atau omentum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Testis
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran
testis pada orang dewasa adalah 432,5 cm dengan volume 15-25 ml
berbentuk ovoid. Secara anatomis skrotum terdiri atas beberapa lapisan.
Berikut ini adalah lapisan dari luar ke dalam yaitu Kutis dan subkutis, Tunika
dartos, Fascia spermatica eksterna, Fascia dan muskulus kremasterika, Tunika
vaginalis eksterna, Tunika vaginalis interna.
Dan di dalamnya terdapat testis dan epididimis. Pada linea mediana
terdapat raphe skrotum. Kulit skrotum lebih hitam,berambut jarang,
mengandung kelenjar sebasea dan kelenjar sudorifera, sehingga member bau
spesifik. Tunika dartos mengandung serabut-serabut oto polos dan tidak
mengandung lemak. Hubungan dengan kulit sangat erat dan dengan fascia
superfascialis dipisahkan oleh jaringan ikat longgar.
Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap
lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat
sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi
terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis
menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada
bakal sperma, sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis
berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang
diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan
atau maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa
bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan
menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairancaidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat
menbentuk cairan semen.
Vaskularisasi
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta

2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior


3.Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika. Pembuluh
vena

yang

meninggalkan

testis

berkumpul

membentuk

pleksus

Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan


dikenal sebagai varikokel.

Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Pria

Gambar 2.2. Anatomi Normal Testis

II. Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di
antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan
normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada
dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di
sekitarnya.
III.

Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1)
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran
cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem
limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada
testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu
tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat
menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi
aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan
terjadinya yaitu:
1. Hidrokel primer : Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan
penutupan

prosesus

vaginalis.

Prosesus

vaginalis

adalah

suatu

divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan


membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi
karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam
tunika akan diabsorpsi.
2. Hidrokel sekunder : Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung
berkembang lambat dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap
obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau
epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses
neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan

terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar


dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Berdasarkan kejadian:
1. Hidrokel

akut

Biasanya

berlangsung

dengan

cepat

dan

dapat

menyebabkan nyeri. Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein,


fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
2. Hidrokel kronis Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan
tunika secara perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan
memberikan rasa berat, jarang menyebabkan nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan
beberapa macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel Komunikan : Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis
dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubahubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong
hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga
abdomen.
2. Hidrokel Non-Komunikan : Terjadi karena akumulasi cairan pada tunika
vaginalis testis, tanpa adanya hubungan hidrokel dengan rongga
abdomen.
3. Hidrokel Funikulus : Hidrokel yang disebabkan oleh penumpukan cairan
pada bagian prosesus vaginalis yang tidak mengalami obliterasi, tanpa
adanya hubungan dengan rongga abdomen dan tunika vaginalis testis.

Gambar 2.2. Klasifikasi Hidrokele

IV.

Patofisiologi
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir)
ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan
tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga
terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan
menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik
disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus vaginalis terobliterasi di atas
testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan peritoneum, dan processus
vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum. Area seperti
kantung di dalam canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut tidak
masuk ke dalam scrotum.
Cairan yanng seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah
terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah
penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terusmenerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan
pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.

Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di


dalam rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke
dalam scrotum, testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk
seperti kantung, yang dikenal sebagai processus vaginalis. Setelah testis
turun, procesus vaginalis akan terobliterasi dan menjadi fibrous cord tanpa
lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap sebagai tunika yang
melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis. Normalnya, region
inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen. Organ
viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat
masuk ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis
tidak tertutup, dikenal sebagai Persistent Patent Processus-vaginalis
Peritonei (PPPVP).

Gambar 2. Patogenesis Hidrokel


Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan,
dinamakan sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan
dapat dilalui oleh usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya,
dinamakan sebagai hernia. Banyak teori yang membahas tentang kegagalan
penutupan processus vaginalis. Otot polos telah diidentifikasi terdapat pada

jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada peritoneum normal. Jumlah otot
polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat patensi processus
vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar terdapat pada
kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian terus
berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.
Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya
peningkatan tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intraabdominal dapat menghambat atau
menunda proses penutupan processus vaginalis. Keadaan tersebut antara lain
batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan yang membuat bayi sering
mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen. Keadaan tersebut di
atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang dapat berakibat
sebagai hidrokel maupun hernia.

Gambar 3. Jenis-jenis Hidrokel


V. Diagnosa
Penegakan diagnosa hidrokele didapatkan dari hasil anamnesis dengan
pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis
biasanya pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak
nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum
dengan konsistensi kistik dan pada pemeriksaan inspeksi menunjukkan
adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang

sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus


dibantu dengan pemeriksaan penunjang USG.
VI.

Gambaran Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum
dengan konsistensi kistik dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan
adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang
sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus
dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel
terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1)
hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan.
Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan
dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

Gambar 4. a. Hidrokel komunikans (pada anak), b. Hidrokel non-komunikans


(pada dewasa)
Pada hidrokel testis (non-komunikan), kantong hidrokel seolah-olah
mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya
kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.

Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu


terletak di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan
berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya
tetap sepanjang hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis
dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah
yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong
hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
VII.

Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada
posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila
terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan
kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk
meningkatkan tekanan intraabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat
dilakukan dengan menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi,
dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam)
atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan
memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam
tunika vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya
menyingkirkan hernia.

Gambar 6. Tes Transiluminasi 11


VII. Pemeriksaan penunjang

Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya

menemukan massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber


cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor,
darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya
sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan
serosa, seperti hidrokel .

Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum

dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena


abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.
VIII. Terapi
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru
dilakukan jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman
atau jika hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke
testis. Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan
bantuan sebuah jarum atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi,
kemungkinan besar hidrokel akan berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah
dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat sklerotik tetrasiklin,natrium tetra
desil sulfat atau urea) untuk menyumbat/menutup lubang di kantung
skrotum, sehingga cairan tidak akan tertimbun kembali. Cairan sklerotik
akan menyebabkan mukosa menjadi kering dan terjadi perlengketan.
Hidrokel yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi
dengan pembedahan sesegera mungkin. Hidrokel pada bayi biasanya
ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah
prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri.

Tetapi

jika

hidrokel

masih

tetap

ada

atau

bertambah

besar_perlu_dipikirkan_untuk_dilakukan_koreksi. Beberapa indikasi untuk


melakukan operasi pada hidrokel adalah :
1. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah,
2. Indikasi kosmetik
3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel
bisa dilakukan anestesi umum ataupun regional (spinal). Secara singkat
tehnik dari hidrokelektomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Dengan pembiusan regional atau umum.


Posisi pasien terlentang (supinasi).
Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
Insisi kulit pada raphe pada bagian skrotum yang paling menonjol lapis

demi lapis sampai tampak tunika vaginalis.


f. Dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel, bila hidrokelnya
besar sekali dilakukan aspirasi isi kantong terlebih dahulu.
g. Insisi bagian yang paling menonjol dari hidrokel, kemudian dilakukan:
Teknik Jaboulay: tunika vaginalis parietalis dimarsupialisasi dan bila
diperlukan diplikasi dengan benang chromic cat gut.

Gambar. Teknik Jobulay


Teknik Lord: tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi
dengan benang chromic cat gut. Luka operasi ditutup lapis demi lapis
dengan benang chromic cat gut.

Gambar. Teknik Lord


Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1
tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan
sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar
perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Mayoritas hidrokel pada neonates
akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP awal setelah kelahiran.
Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur 1
tahun. Berdasarkan fakta tersebut, observasi umumnya dilakukan pada
hidrokel pada bayi.
Pada bayi dan anak-anak, hidrokel seringkali disertai dengan hernia
inguinalis, sehingga penatalaksanaan yang tepat adalah dengan melakukan
herniotomi, dengan melakukan ligasi pada prosesus vaginalis seproksimal
mungkin. Dan dapat juga dilakukan operasi dengan teknik Window dengan
melakukan insisi pada skrotum dengan bentuk seperti ini bentuk layanglayang.

Gambar. Teknik Window

IX.

Penatalaksanaan Post Operasi Hidrokel


Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat.
Terapi yang diberikan antara lain :
o Analgetik
o Bayi Ibuprofen 10mg/kg setiap 6-8 jam; paracetamol 15 mg/kg setiap
6-8 jam; hindari penggunaan narkotika pada bayi karena adanya risiko
apneu
o Anak yang lebih besar Paracetamol dengan kodein (1mg/kg kodein)
setiap 6-8 jam.
o Sekitar 2 minggu setelah operasi hindari posisi mengangkang (naik
sepeda) untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar dari
skrotum.
o Pada anak usia sekolah, kegiatan olahraga harus dibatasi selama 4-6
minggu.

BAB III
KESIMPULAN
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di
antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal,
cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Gambaran klinis pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum
yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong
skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan
menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit
skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini,
sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan
operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka
kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel
permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book Medical
Publishers, Inc. USA. p. 580-582
Purnomo BB. Dasar - dasar urologi. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2003.h.137-40.
Sadler T. Langmans medical embryology. New York: Lippincott Williams and
Wilkins; 2006. p. 272-310.
Schneck FX, Bellinger MF. Abnormalities of the testes and scrotum and their
surgical management. Dalam: Walsh PC. Campbells Urology Vol 1.
8thedition.Philadelphia: WB Saunders Company. 20003. Tanagho EA,
Nguyen HT.
Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC,
1997
James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p
118-129
Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGrawHill Companies. New York. p 245-259
Brunicardi FC et al. Schwartzs principles of surgery. 8th edition. United States
America : McGraw Hill, 2005.826-42.
http://www.medindia.net/patients/patientinfo/hydrocele-adultsurgery.htm#ixzz12zjIvvR5
http://emedicine.medscape.com/article/777386-print
http://emedicine.medscape.com/article/1015147-print
http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview

Anda mungkin juga menyukai