Disusun oleh :
dr. Putri Utami
PENDAMPING:
dr. Hermansyah Nasution
dr. Didin Khoerudin
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. I
Umur : 9 tahun 8 bulan
JK
: Perempuan
Agama : Islam
Suku : Melayu
Alamat : Koto Gasib
Tanggal masuk RS : 1 Maret 2015
No RM : 069065
Orang tua/wali
Ayah
Nama
: Tn. E
Agama
: Islam
Suku
: Melayu
Pekerjaan
: Buruh
: Ny. F
Agama
: Islam
Suku
: Melayu
Pekerjaan
:-
Wali
Nama
:-
Agama
:-
Pekerjaan
:-
:-
ANAMNESIS
Dilakukan auto anamnesis dan allonanamnesis dengan ibu pasien pada hari Rabu tanggal
7 April 2015 pada jam 14.00 WIB.
KELUHAN UTAMA: Mimisan sejak 12 jam SMRS.
KELUHAN TAMBAHAN : RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT :
Pasien datang ke IGD RSUD Siak dengan keluhan mimisan yang terjadi 12 jam
SMRS (jam 07.00). Mimisan terjadi sesaat setelah pasien bangun tidur di pagi hari.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan kental sebanyak +- 2 sendok makan,
setelah 15 menit perdarahan berhenti dan tidak berulang. Pasien menyangkal adanya
pilek, bersin-bersin dan kebiasaan mengorek hidung. Demam, nyeri ulu hati, mual, nyeri
pada otot dan sendi juga disangkal. Pasien juga menyangkal adanya gusi berdarah, lebam
maupun bintik-bintik merah pada anggota tubuh.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Satu tahun yang lalu pasien juga mengalami gejala serupa kemudian pasien berobat
dan didiagnosis menderita ITP oleh Dokter Anak dan sejak itu pasien sudah dirawat di
RS sebanyak 7 kali dan setiap kali dirawat mendapat transfusi trombosit. Pasien
mengaku mimisan sebanyak 1 bulan sekali, tetapi dalam 6 bulan terakhir membaik
menjadi 3 bulan sekali. Pasien juga pernah mengalami memar-memar yang sukar hilang.
RiWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
Tidak ada yang menderita penyakit serupa dalam keluarga.
RIWAYAT PENGOBATAN:
Pasien rutin kontrol ke Poliklinik Anak setiap sebulan sekali dan mendapat obat
Prednison yang diminum 3 x 5 mg.
RIWAYAT KEHAMILAN/KELAHIRAN :
KEHAMILAN
KELAHIRAN
Morbiditas
Tidak ada
Kehamilan
Perawatan
Antenatal
Tempat Kelahiran
Penolong
Rumah Sakit
Dokter
Persalinan
Cara Persalinan
Masa Gestasi
Keadaan Bayi
- Spontan
- Tidak ada penyulit atau kelainan
Cukup Bulan
- Berat lahir: 2900 gr
- Panjang: 50 cm
- Lingkar kepala: tidak diketahui
- Langsung Menangis
- Kulit warna merah
- Nilai Apgar: tidak diketahui
- Kelainan Bawaan: tidak ada
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I
: 8 bulan
Psikomotor
- Tengkurap
: 3 bulan
- Berjalan
: 12 bulan
- Duduk
: 9 bulan
- Bicara
: 11 bulan
- Berdiri
: 11 bulan
- Membaca/Menulis : 10 bulan
Perkembangan Pubertas
- Rambut Pubis
: belum berkembang
- Payudara
: belum berkembang
- Menarche
: belum berkembang
ASI/PASI
(bulan)
0-2
2-4
4-6
6-8
8-10
10-12
2 tahun
Buah/Biskuit
Bubur
Nasi Tim
Susu
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Sekarang
Jenis Makanan
Nasi/Pengganti
Sayur
Daging
Telur
Ikan
Tahu
Tempe
Susu (merk/takaran)
Kesulitan makan : -
RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin
BCG
DPT/DT
POLIO
CAMPAK
HEPATITIS
2
2
0
9
0
Dasar (umur)
X
4
2
X
1
Ulangan (umur)
X
6
4
X
6
B
MMR
IPA
CORAK REPRODUKSI
N
Tgl
Jenis
Hidu
Lahir
Abor
Mati
Ketera
Lahir
Kelam
Mati
tus
(seb
ngan
(umu
in
ab)
Keseha
r)
12
Perem
tan
Sehat
tahun
9
puan
Perem
Sehat
tahun
8
puan
Laki-
Sehat
tahun
laki
4
5
RIWAYAT LINGKUNGAN
Perumahan
- Menumpang
- Keadaan rumah
- Daerah/lingkungan
menderita penyakit yang serupa. Pasien memakai sumber air dari PAM.
Nama
Perkawinan keUmur saat menikah
Pendidikan
terakhir
kelas/tingkat)
Agama
Suku bangsa
Keadaan kesehatan
(tamat
Ayah
Tn.E
I
24
SMA
Ibu
Ny.F
I
20
SMA
Islam
Sunda
Baik
Islam
Betawi
Baik
Kosanguitas
Penyakit, bila ada
Umur
-
Penyakit
Difteria
Diare
Kejang
Umur
+
-
Penyakit
Jantung
Ginjal
Darah
Umur
-
Berdarah
Demam
Kecelakaan
Radang Paru
Thypoid
Otitis
Parotitis
Morbili
Operasi
Tuberculosis
Lainnya
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Berat Badan
: 28 kg
Tinggi Badan
: 132 cm
Lingkar Kepala
: 53 cm
Lingkar Dada
: 60 cm
: 19 cm
Tanda Vital
Frekuensi Nadi
Suhu Tubuh
: 36,6oC
Frekuensi Napas
Tekanan Darah
:-
Status Generalis
Kepala
RCL+/+, RCTL+/+,
Telinga
Hidung
: lapang, deviasi septum (-), concha hiperemis (-), darah -/-, sekret-/-
Mulut
: Bibir basah, selaput lendir basah, palatum utuh, lidah tidak kotor, gusi
berdarah (-)
Gigi
Faring
: hiperemis
Tenggorokan
Leher
Toraks
Jantung
Paru
(-/-)
Abdomen
: supel, datar, nyeri tekan (-), bising usus (+) 4 6 x/menit, tanda-tanda
asites (-)
Genitalia
: tidak dilakukan
Anggota Gerak
: akral hangat, RCT <2 detik, ptekie (-), echymosis (-) purpura (-).
Rumple Leed (+)
Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal :
- Kaku kuduk
:-
- Bruzinsky I
:-
Reflek Patologis :
- Babinsky
: -/-
- Oppenheim
: -/-
Reflek Fisiologis :
- Biceps : +/+
- Triceps : +/+
- Patella : +/+
- Achilles : +/+
Pemeriksaan
Hematologi
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Hasil
Nilai normal
Satuan
10,3
8.300
31
91.000
12-16
4.100-10.900
36-46
140.000-440.000
g/dl
/uL
%
/uL
Resume
Pasien An. I berusia 9 tahun datang dengan keluhan mimisan yang terjadi 12 jam
SMRS (jam 07.00). Mimisan terjadi sesaat setelah pasien bangun tidur di pagi hari.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan kental sebanyak +- 2 sendok makan,
setelah 15 menit perdarahan berhenti dan tidak berulang. Satu tahun SMRS pasien juga
mengalami gejala serupa dan didiagnosis menderita ITP. sejak itu pasien sudah dirawat
di RS sebanyak 8 kali dan setiap kali dirawat mendapat transfusi trombosit. Pasien
mengaku mimisan sebanyak 1 bulan sekali, tetapi dalam 6 bulan terakhir membaik
menjadi 3 bulan sekali. Pasien juga pernah mengalami memar-memar di daerah tungkai
yang sukar hilang. Pasien rutin kontrol satu bulan sekali ke poli anak dan mendapat obat
Prednison yang diminum 3 kali sehari. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
kelainan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan Hb menjadi 10,3 g/dl
dan penurunan trombosit menjadi 91.000 u/L.
Diagnosis
Diagnosis Kerja : Idiopathic Trombositopenic Purpura
Diagnosis Banding :
- DHF
Rencana Pemeriksaan Lanjutan
- SADT
- Pemeriksaan sumsum tulang
- H2TL/hari
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 100cc/jam
10
Ceftazidime
2 x 1 gr IV
metilprednisolon 2 x 20 mg IV
Ranitidin
2 x 20 mg IV
PROGNOSIS
Ad Vitam
: Bonam
Ad Functionam
: Bonam
Ad Sanationam
: Dubia ad malam
FOLLOW UP
2 maret 2015
Mimisan
S
Demam
Suhu : 36,6 C
Nadi : 124x/menit
RR : 24x/menit
Ptekie -/-, echymosis -/-, purpura-/-
ITP
Terapi :
IVFD RL 100cc/jam
Ceftazidime
2 x 1 gr IV
metilprednisolon 2 x 20 mg IV
Ranitidin 2 x 20 mg IV
Diagnostik :
Cek darah lengkap
Tanggal 3 maret 2015
S
Keluhan
11
Suhu : 36,6 C
Nadi : 124x/menit
RR : 24x/menit
Ptekie -/-, echymosis -/-, purpura-/Hasil lab terlampir
ITP
Terapi :
A
P
IVFD RL 100cc/jam
Ceftazidime
2 x 1 gr IV
metilprednisolon 2 x 20 mg IV
Ranitidin 2 x 20 mg IV
Diagnostik :
Cekdarah rutin/hari
Pemeriksaan DL
Hasil
Nilai normal
Satuan
04/03/15
Hematologi
Hb
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
9,1
10.500
28
4,07
68
22
33
54.000
12-16
4.100-10.900
36-46
4-5
80-100
26-34
31-36
140.000-440.000
g/dl
/uL
%
Juta
fL
Pg
g/dl
/uL
Tanggal 05/03/15
Keluhan
S
Suhu : 36,6 C
Nadi : 124x/menit
O
RR : 24x/menit
Ptekie -/-, echymosis -/-, purpura-/Hasil darah rutn terlampir
ITP
12
Terapi :
IVFD RL 100cc/jam
Ceftazidime
2 x 1 gr IV
metilprednisolon 2 x 20 mg IV
Ranitidin 2 x 20 mg IV
Diagnostik :
Cek darah rutin/hari
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Satuan
06/03/15
Hematologi
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
9,4
5.700
28
25.000
12-16
4.100-10.900
36-46
140.000-440.000
g/dl
/uL
%
/uL
Tanggal 07/03/15
Keluhan
S
Suhu : 36,6 C
Nadi : 124x/menit
O
RR : 24x/menit
Terapi :
iVFD RL 100cc/jam
Ceftazidime
2 x 1 gr IV
metilprednisolon 2 x 20 mg IV
Ranitidin 2 x 20 mg IV
Diagnostik :
Cek darah rutin/hari, jika trombosit lebih dari 100.000 besok boleh
pulang
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Satuan
07/03/13
13
Hematologi
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
9,7
8.700
30
91.000
12-16
4.100-10.900
36-46
140.000-440.000
g/dl
/uL
%
/uL
Tanggal 08/03/13
Keluhan
S
Suhu : 36,6 C
Nadi : 124x/menit
O
RR : 24x/menit
Ptekie -/-, echymosis -/-, purpura-/Hasil H2TL terlampir
ITP
Terapi :
IVFD RL 100cc/jam
Ceftazidime
2 x 1 gr IV
Somerol 2 x 20 mg IV
Ranitidin 2 x 20 mg IV
boleh pulang, obat pulang : Prednison 3 x 1
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Satuan
08/03/13
Hematologi
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
9,5
9.800
30
108.000
12-16
4.100-10.900
36-46
140.000-440.000
g/dl
/uL
%
/uL
DISKUSI
DEFINISI
14
Purpura trombositopenik imun atau ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang
didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang berlebihan, ditandai dengan ;
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), Purpura , gambaran darah tepi yang
umumnya normal dan tidak ditemukan penyebab trombositopenia yang lainnya. Pada
pengamatan diketahui bahwa seorang ibu yang menderita ITP baik aktif maupun sedang
dalam masa remisi sering melahirkan anak yang kemudian melahirkan anak yang
kemudian menderita ITP, keadaan ini kemudian menimbulkan dugaan bahwa adanya
faktor humoral dari ibu yang masuk kedarah bayi. Penemuan terbaru menyebutkan
bahwa penyebab dari dari ITP telah diketahui dimana etiologinya lewat mekanisme
imun, maka ITP disebut sebagai pupura trombositopenik imun.
Istilah purpura merujuk pada perdarahan di kulit ataupun pada selaput lendir.
Diagnosis morfologi purpura dibuat berdasarkan 3 P yaitu apakah lesinya purpuric,
primer, dan palpable. Dikatakan purpuric bila warna menunjukkan suatu perdarahan
biasanya gradasi merah, biru atau ungudan warnanya tidak hilang bila kulit setempat
ditekan. Selanjutnya menentukan apakah lesi ini primer ialah dengan memperhatikan
apakah terdapat penyebab eksogen seperti bekas gigitan serangga atau tidak. Bila
terdapat bekas gigitan serangga maka ini bukan purpura. Pada perabaan purpura biasanya
rata dengan permukaan kulit walau dapat teraba menonjol bila terjadi proses inflamasi
setempat.
ITP merupakan suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya petekie
atau ekimosis di kulit ataupun mukosa dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan
dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Selain itu saat ini
sudah berkembang pendapat bahwa ITP merupakan respon imun yang tidak diketahui
sebabnya terhadap trombosit yang memicu peningkatan destruksi trombosit dan
menyebabkan defisiensi trombosit.
INSIDEN
PTI diperkirakan merupakan salah satu penyebab kelainan perdarahan yang didapat
yang dapat ditemukan oleh dokter anak, dengan insiden penyakit simtomatik berkisar 3
sampai 8 per 100.000 anak pertahun.dibagian ilmu kesehatan anak RSU Dr. Soetomo
terdapat 22 pasien baru pada tahun 2000. Delapan puluh hingga 90% anak dengan PTI
menderita episode perdarahan akut yang akan pulih dalam beberapa hari atau minggu
dan sesuai dengan namanya (akut) akan sembuh dalam 6 bulan. Pada PTI akut tidak ada
15
perbedaan insidens laki-laki maupun perempuan dan akan mencapai puncak pada usia 2
-5 tahun. Hampir selalu ada riwayat infeksi bakteri atau virus ataupun imunisasi 1 6
minggu sebelum terjadinya penyakit ini. Perdarahan sering terjadi saat trombosit
dibawah
20.000/mm3.
PTI
rekuren
didefisinikan
sebagai
adanya
episode
platelet dalam kisaran yang aman pada pasien dengan pengobatan kronis resisten
thrombocytopenic
kortikosteroid,
kekebalan
obat-obatan
purpura (ITP),
imunosupresif
jangka panjang
lainnya,
atau
tentu
mungkin
saja dari
diperlukan
16
Perdarahan ialah ke keluarnya darah dari salurannya yang normal (arteri, vena atau
kapiler) ke dalam ruangan ekstra vaskulus oleh karena hilangnya kontinuitas pembuluh
darah. Rangkaian peristiwa pada hemostasis pada lokasi jejas vaskular secara umum
antara lain
Setelah jejas awal terjadi , terjadi periode vasokonstriksi arteriol yang singkat, yang
sebagian besar disebabkan oleh mekasnisme neurogenik dan diperkuat oleh sekresi lokal
faktor, seperti endotelin (vasokonstriksi kuat yang berasal dari endotel). Namun efeknya
berlangsung sesaat dan perdarahan akan terjadi kembali karena efek ini tidak
dimaksudkan untuk mengaktitivasi trombosit dan sistem pembekuan.
Jejas endotel juga membongkar matriks ekstraseluler (ECM) subendotel yang sangat
trombogenik yang memungkinkan trombosit menempel dan menjadi aktif yaitu
mengalami suatu perubahn bentuk dan melepaskan granula sekretoris. Dalam beberapa
menit , produk yang disekresikan telah merekrut trombosit tambahan (agregasi) untuk
membentuk sumbatan hemostatik; kejadian ini merupakan proses hemostasis primer.
Faktor jaringan, suatu faktor prokoagulan dilapisi membran yang disintesis oleh
endotel, juga dilepaskan pada lokasi jejas. Faktor ini bekerja sam dengan faktor
trombosit yang disekresikan untuk mengaktifkan kaskade koagulasi dan berpuncak pada
aktivasi trombin. Selanjutnya trombin akan memecahkan fobronogen dalam sirkulasi
menjadi fibrin tidak terlarut, menghasilkan suatu deposisi anyaman fibrin. Trombin juga
menginduksi rekrutmen trombosit dan pelepasan granula lebih lanjut. Rangkaian
hemostasis sekunder ini memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan
pembentukan sumbatan trombosit awal.
Fibrin terpolimerasi dan agregat trombosit membentuk suatu sumbat permanen yang
keras untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Pada tahapan ini mekanisme kontraregulasi (misalnya aktivator plasminogen jaringan [t-PA]) digerakkan untuk membatasi
sumbatan hemostasik pada lokasi jejas
Selama hemostasis, pembuluh darah yang terluka akan menkonstriksikan dirinya agar
darah mengalir lebih lambat dan pembekuan darah dapat berlangsung. Pada saat yang
sama, penumpukan darah di luar pembuluh darah (hematoma) akan menekan balik
pembuluh darah sehingga membantu mencegah perdarahan lebih lanjut. Segera setelah
17
dinding pembuluh darah rusak, trombosit dalam darah akan teraktivasi (berubah bentuk
dan membentuk spina) dan melekat di tempat cedera.
Fungsi trombosit ialah:
1.
pembuluh darah.
2.
dengan pekerjaan trombosit, terutama TF3 (faktor trombosit 3) dan faktor pembekuan
lain (IV, V, VIII, IX, X, XI, XII kemudian III dan VII) pada permukaan asing atau pada
sentuhan dengan kolagen.
2.
faktor IV, V, VII dan X. Trombin berperan pada tahap autokatalitik yang cepat,
menyebabkan trombosit labil sehingga mudah melepas TF dan meninggikan aktivitas
tromboplastin.
3.
Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan katalisator trombin, TF1 dan TF2
18
untuk plasmin ialah fibrin degradation product (FDP) yang merupakan antikoagulansia
dan akan menghambat reaksi trombin-fibrinogen.
Gangguan atau kelainan perdarahan (diatesis hemoragik) ialah suatu kecenderungan
untuk mengalami pembekuan darah dan perdarahan yang abnormal. Gangguan
perdarahan dapat merupakan hasil dari (1) abnormalitas trombosit kualitatif ataupun
kuantitatif, (2) abnormalitas faktor pembekuan kualitatif maupun kuantitatif, (3)
abnormalitas vaskuler, atau (4) fibrinolisis yang dipercepat.
Perdarahan mukosa yang berlebihan sugestif ke gangguan trombosit, penyakit von
Willebrand, disfibrinogenemia atau vaskulitis. Perdarahan kedalam otot atau sendi dapat
dikaitkan dengan abnormalitas faktor pembekuan darah. Kelainan perdarahan ini dapat
bersifat kongenital atau didapat. Berikut ini merupakan tabel berisi contoh abnormalitas
pada gangguan perdarahan.
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
Kerusakan trombosit pada PTI melibatkan autoantibodi terhadap glikoprotein yang
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang
diselimuti antibodi (antibody coated platelets) tersebut dilakukan oleh makrofag yang
terdapat pada limpa dan organ retikuloendotelial lainnya. Adanya perbedaan secara klinis
maupun epidemiologis antara PTI akut maupun PTI kronis menimbulkan dugaan adanya
perbedaan mekanisme patofisologis terjadinya trombositopenia diantara keduanya. Pada
PTI akut telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat karena adanya
antibodi yang terbentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau virus atau
pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit. Mediator-mediator
lain yang meningkat selama terjadinya respon imun terhadap infeksi dapat berperan
dalam terjadinya penekanan terhadap produksi trombosit, disamping itu juga terjadi
aktivasi dan fiksasi komplemen C 5 9 pada permukaan trombosit yang menyebabkan
lisisnya trombosit 6 sedangkan pada PTI kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam
regulasi sistem imun seperti pada autoimun lainnya, yang berakibat terbentuknya
antibodi spesifik terhadap trombosit.
antibodi antitrombosit meningkat pada PTI, perbedaan secara pasti patofisiologi PTI akut
dan kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui.
Hal tersebut diatas yang menjelaskan mengapa beberapa cara pengobatan terbaru yang
digunakan dalam penatalaksanaan PTI memiliki efektifitas terbatas , disebabkan mereka
gagal mencapai target spesifik jalur imunologis yang bertanggung jawab pada perubahan
produksi dan destruksi dari trombosit.2
Klasifikasi ITP
Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita. Tipe pertama umumnya menyerang
kalangan anak-anak, sedangkan tipe lainnya menyerang orang dewasa. Anak-anak
berusia 2 hingga 4 tahun yang umumnya menderita penyakit ini. Sedangkan ITP untuk
orang dewsa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tapi dapat pula terjadi pada siapa
saja. ITP bukanlah penyakit keturunan.
ITP juga dapat dibagi dua, yakni akut dan kronik. Batasan yang biasa dipakai adalah
waktu juka dibawah 6 bulan disebut akut dan di atas 6 bulan disebut kronik. Menurut
perjalanan klinisnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut
1. ITP akut
Lama penyakit 2 minggu 6 bulan, jarang lebih remisi spontan pada kasus 80
% kasus
Trombosit <20.000/mL
2. ITP kronis
20
menomethtroragi
Trombosit 30.000-100.000/mL
MANIFESTASI KLINIS
Bintik- bintik merah pada kulit seringnya bergeromol dan menyerupai rash. Bintik
tersebut dikenal dengan ptekie, disebabkan oleh adanya perdarahan di bawah kulit.
Memar atau kebiruan pada kulit atau membran mukosa disebabkan oleh perdarahan
bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas, yang di sebut
dengan pupura.
Hidung mengeluarkan darah atau perdarahan pada gusi. Ada darah pada feses maupun
urin. Beberapa macam perdarahan yang sulit dihentikan dapat menjadi tanda ITP,
termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Perdarahan otak jarang terjadi,
dan gejala perdarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah
trombosit yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue, sulit berkonsentrasi atau gejala
lain.
Manifestasi klinis ITP sangat bervariasi mulai dari perdarahan ringan sampai berat,
kadang juga asimtomatil. Perdarahan biasanya terjadi apabila jumlah trombosit
<50.000/mL, dan perdarahan spontan terjadi jika jumlah trombosit <10.000/mL.
ITP banyak terjadi pada masa anak-anak, tersering dipresipitasi oleh infeksi virus dan
biasanya dapat sembuh sendiri. Sebaliknya pada orang dewasa, biasanya menjadi kronik
dan jarang mengikuti suatu infeksi virus.
Pemeriksaan Laboratorium
o Trombosit (sering < 20.000 - 30.000/mcL) dan sel-sel darah normal.
o Masa Perdarahan (BT, Bleeding Time) memanjang
21
o Pemeriksaan sumsum :
o
antigen-capture enzyme linked immunosorbent assay (MACE) dan monoclonal antibodyspecific immobilization of platelet antigens (MAIPA).
Untuk kasus ITP kronis:
o Trombosit biasanya 20.000 - 70.0000
o Perlu memeriksa ANA, Anti DNA Ab, LED, tes Coombs & retikulosit
DIAGNOSIS
Gejala klinis berupa riwayat perdarahan secara akut atau spontan, baik pada kulit,
petekiae, purpura atau perdarahan mukosa hidung (epistaksis) dan perdarahan
mukokutaneus lainnya, biasanya gejala tersebut didahului dengan infeksi virus/ bakteri
atau pasca imunisasi. Sedangkan pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya tanda
tanda perdarahan seperti yang disebutkan diatas, kadang didapatkan pembesaran
splenomegali namun dalam hal kita harus tetap memikirkan kemungkinan penyakit lain.
Dari pemeriksaan laboratorium berupa trombositopenia, retikulositosis ringan, anemia
bila terjadi perdaran kronis, waktu perdarahan memanjang, pada sumsum tulang
dijumpai banyak megakariosit agranuler atau tidak mengandung trombosit
Antibodi monoklonal untuk mendeteksi glikoprotein spesifik pada membran trombosit
mempunyai spesifitas 85 %, belum digunakan secara luas. Namun secara prinsip untuk
mendiagnosis
PTI
adalah
kita
harus
menyingkirkan
kemungkinan
penyebab
Gambaran klinis
-
Riwayat
demam,
Laboratorium
kelelahan,
berat
badan
Leukosit meningkat
Anemia
Sel blas pada hapusan
- Limfadenopati
darah
- Splenomegali
tepi
(leukoeritroblastosis)
- Hepatomegali
Anemia aplastik
Riwayat
kelelahan,
Pansitopenia
Neurotropenia
Hitung retikulosit rendah
spesifik
-
Tidak
ada
hepatomegali
Neuroblastoma
- Massa di abdomen
-
Sindrom
pananeoplastik
Trombositopenia karena
metastasis ke sumsum
tulang
Anemia megaloblastik
Hipersegmentasi
neutrofil
Retikulosit rendah
Defisit
neurologi
23
Riwayat
transfusi
trombosit
dalam
beberapa
jam
Trombositipenia akut
sebelumnya
Infeksi HIV
sistemik HIV
diagnostik
serologi HIV
DHF
Trombositopenia
Rumple leed +
Leukopenia
Ptekie +
Peningkatan hematokrit
efusi
pleura,
hemokonsentrasi)
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan PTI pada anak meliputi tindakan suportif dan terapi farmakologis.
Tindakan suportif merupakan hal penting dalam penatalaksanaan PTI pada anak,
diantaranya:
Membatasi aktifitas fisik
Mencegah perdarahan akibat trauma
Menghindari obat yang dapat menekan produksi trombosit atau merubah fungsinya
Sebagian besar (80%) pasien biasanya dapat sembuh sempurna secara spontan dalam
waktu kurang dari 6 bulan. Pada beberapa kasus PTI pada anak didapatkan perdarahan
kulit yang menetap , perdarahan mukosa atau perdarahan internal yang mengancam jiwa
yang memerlukan tindakan atau pengobatan segera. Tranfusi trombosit jarang dilakukan
dan biasanya tidak efektif karena trombosit yang ditransfusikan langsung dirusak.
24
Tindakan farmakologis
-
Kortikosteroid peroral
Sebelum era IVIG, kortikosteroid peroral merupakan pengobatan utama pada PTI karena
dipercaya capat menghambat penghancuran trombosit dalam sistem retikuloendotelial
dan mengurangi pembentukan antibodi terhadap trombosit serta mempunyai efek
stabilisasi kapiler yang mengurangi perdarahan.dosis 1- 2mg/kgBB/hari dalam dosis
terbagi atau ekuivalensinyan terindikasi. Sartorius 1984, pada penelitian yang lebih besar
menyimpulkan waktu yang diperlukan untuk meningkatkan jumlah trombosit menjadi >
30.000/mm3 dan > 100.0000/mm3, serta uji tourniquet yang normal ternyata secara
bermakna lebih pendek pada kelompok prednison, meskipun parameter perdarahan klinis
tidak di evaluasi pada penelitian ini.
-
Pengobatan dengan imunoglobulin anti-D efektif pada anak dengan rhesus positif dan
memiliki keuntungan berupa suntikan tunggal dalam waktu singkat. Namun selain mahal
, dilaporkan adanya hemolisis dan anemia yang memerlukan tranfusi darah setelah
dilakukan pengobatan ini.8
-
Splenektomi
tindakan tersebut jarang dilakukan pada anak dengan PTI dan hany dianjurkan pada
perdarahan hebat yang tidak memberikan respons terhadap pengobatan dan dilakukan
setelah menjadi PTI kronis (> 6 bulan).
25
Beberapa pengobatan lainnya yang pernah dilaporkan bisa diberikan pada anak
dan protein A _
26
desember
2009)
Volume
355:1643-1645,
Avalaible
from:
URL
http://content.nejm.org/cgi/content/full/355/16/1643
9. The merck manual healthcare for professional, Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
(ITP) Mei 2009 (online 25 desember 2009). Avalaible from:
URL : http://www.merck.com/mmpe/sec11/ch133/ch133d.html
10. Anonim, Lucile Packard Children's Hospital. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
januari
2009
(online
21
desember
2009)
Avalaible
from:
URL
http://www.lpch.org/diseaseHealthInfo/healthLibrary/hematology/bledidio.hm
27