Tinjauan pustaka
Diskusi
Riset
Presentasi
dan diskusi
Data pasien:
Nama: An. K
Nama klinik: RSUD Siak Sri Telp: Indra Pura
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Kasus
Email
Audit
Pos
Pasien di bawa ke RSUD dengan keluhan kejang didahului demam sejak 1 jam
sebelum masuk rumah sakit, kejang diperhatikan pada seluruh tubuh tampak kaku
kelonjotan. Frekuensi kejang 1 kali dan durasi kejang kurang dari 5 menit. Demam
dialami sejak 2 hari sebelum masuk IGD naik turun dan berespon dengan penurun
panas. Menggigil (-), batuk (-), sesak (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK normal
2. Riwayat pengobatan:
Partacetamol sirup 3 x sendok teh
3. Riwayat kesehatan/ penyakit:
-
Borang portofolio
7. Lain-lain: Daftar pustaka:
a. Mansjoer, A., dkk. Kejang demam. Dalam: kapita selekta kedokteran, Edisi ketiga.
Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2000 : 434-437
b. ocw.usu.ac.id/course/brain/bms166_slide_kejang_demam.pdf
c. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/kejang_pada_anak.pdf
Hasil pembelajaran:
1. Penegakan diagnosis demam
2. Penatalaksanaan awal
3. Manajemen tatalaksana lanjutan
1. Subyektif :
Pasien di bawa ke RSUD dengan keluhan kejang didahului demam sejak 1 jam
sebelum masuk rumah sakit, kejang diperhatikan pada seluruh tubuh tampak kaku
kelonjotan. Frekuensi kejang 1 kali dan durasi kejang kurang dari 5 menit. Demam
dialami sejak 2 hari sebelum masuk IGD naik turun dan berespon dengan penurun
panas. Menggigil (-), batuk (-), sesak (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK normal
2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik, diperoleh N : 125 x/menit, RR : 32 x /menit, T : 38,8 C
Kepala : bibir sianosis (-), tanda-tanda trauma (-)
Leher : nyeri tekan (-), massa tumor (-), kaku kuduk (-), tanda brudzinski (-), faring
tampak hiperemis
Thorakx : Dalam batas normal
Abdmomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
Genital : tidak ada kelainan
3. Assestment (Penalaran klinis):
Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di IGD. Hampir 5%
anak dibawah umur 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama
hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis. Keadaan
tersebut merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti
sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari
penyakit berat, atau cenderung menajdi status epileptikus. Tatalaksana kejang
seringkali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis yang salah atau penggunaan
obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejang tidak terkontrol, depresi napas dan
rawat inap yang tidak perlu. Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah
Borang portofolio
memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan
identifikasi penggunaan penyebabnya.
Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Anak yang pernah kejang tanpa demam
dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus
dibedakan dengan epilepsy, yaitu yanag ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi kejang demam sederhana yang berlangsung
kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam kompleks yang berlangsung lebih
dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam).
Factor Risiko
Faktor risiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu terdapat
factor riwayat kejang demam pada orang tua, saudara kandung, perkembangan
terlambat, problem pada masa neonates, anak dalam perawatan khusus dan kadar
natrium yang rendah.
Manifestasi Klinis
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau
tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik
ke atas dengan disertai kekauan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa
didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal. Sebagian besar kejang
berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% berlangsun lebih dari 15 menit.
Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi
apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan
sadar kembali tanpa deficit neuroligis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara
yang berlangsunh beberapa jam sampai hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti
oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering
terjadi demam yang pertama.
Pemeriksaan Penunjang
-
Pungsi lumbal
Elektroensefalografi (EEG)
Diagnosis Banding
-
Borang portofolio
Penatalaksanaan
a. Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi terjamin. Perhatikan keadaan
vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu
tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam IV atau intrarektal.
Dosis diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan
dosis maksimal 20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan
penyuntikan, tunggu sebentar dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila
diazepam IV tidak tersedia atau pemberiannya sulit, gunakan diazepam intrarektal
5 mg (BB < 10 kg) atau 10 mg (BB >10kg). bila kejang tidak berhenti dapat
diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan
dosis awal 10-20 mg/kgBB secara IV perlahan 1 mg/kgBB/menit. Setelah
pemberian fenotoin, dilakukan pembilasan dengan NaCl fisiologis karena fenotoin
bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena. Bila kejang berhenti dengan diazepam,
lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis
awal untuk bayi 1 bulan 1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara
IM. 4 jam kemudian berikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama
dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya
dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik,
obat diberikan IV dan setelah membaik per oral.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien yang kejang demam pertama.
c. Pengobatan profilaksis
-
Borang portofolio
1-2 bulan.
Prognosis
Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat, prognosis baik dan tidak
menyebabkan kematian. Frekuensi berulangnya kejang beriksar antara 25-50%,
umunya terjadi pada 6 bulan pertama. Risiko untuk mendpaatkan epilepsy rendah.
4. Plan
Diagnosis : kemungkinan keluhan pada pasien akibat mengalami kejang demam
sederhana dengan sumber infeksi ekstrakranial berasal dari faring. Upaya diagnosis
sudah optimal.
Penatalaksanaan :
-
O2 1 liter/menit
Pendidikan
Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan penyebab timbulnya kejang dan bagaimana
cara memberikan obat antipiretik sederhana karena kejang ini didahului oleh demam
serta mencegah infeksi yang mungkin memicu terjadinya kejang.
Konsultasi
Kegiatan
Control post opname
Periode
Hasil yang diharapkan
3 hari setelah pulang dari rumah Kejang tidak muncul lagi
sakit dan jila diperlukan kunjungan dan
lagi 3 hari berikutnya
orang
memahamiawal
tua
mula