Anda di halaman 1dari 7

ABORSI DALAM PERPEKTIF ETIKA KRISTEN

BAB 1
Study Kasus

Tingginya kasus aborsi yang berada di dunia membuat suatu pertentangan


dibeberapa golongan, negara, agama, ras maupun suku. Kasus aborsi atau
pengguguran kandung di Indonesia diperkirakan mencapai angka 2,5 juta per
tahun. Wakil Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialias Andrologi Indonesia
(Persandi), Prof Dr Wimpie Pangkahila SpAnd, mengatakan kasus aborsi ini
tersebar merata dari kota sampai desa dan pelakunya terdiri dari perempuan
usia remaja hingga dewasa. Dari 2,5 juta kasus itu, antara 10%-20% pelakunya
perempuan usia remaja. Kalau di wilayah perkotaan, untuk melakukan aborsi
ditangani oleh dokter, sedang di wilayah pedesaan yang melakukan aborsi
adalah dukun. Menurutnya angka kasus aborsi di Indonesia tercatat lebih tinggi
dibandingkan negara lain di Asia, seperti Singapura dan Korea Selatan. Tingginya
kasus aborsi ini, lanjut Prof Wimpie, antara lain karena semakin terbukanya
perilaku pacaran, serta peran keluarga yang longgar dalam melakukan
pengawasan terhadap anak-anaknya. Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia ini
menyatakan berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKN) tercatat 30% mereka yang berpacaran telah melakukan hubungan
pranikah. Namun dari pengamatan di lapangan angkanya mencapai 50%.[1]
Selain dari hal yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi contoh kasus
yang menyebabkan tingginya kasus aborsi. Salah satunya adalah kasus
kerusuhan yang ada di Jakarta pada tahun 1998. Dimana banyak orang Tionghoa
yang mengalami penganiayaan. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa
yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut.
[2] Banyak orang Kristen juga mengalami hal tersebut. Jika mereka tidak mati
setelah diperkosa maka sebagian besar pasti akan hamil diluar nikah atau hamil
dari hasil pemerkosaan yang terjadi pada Mei 1998 tersebut. Banyak wanita
Tionghoa yang mengalami depresi yang berat terlebih lagi mereka harus
mengandung anak hasil pemerkosaan. Jika anak itu lahir maka akan
menimbulkan dampak kebencian terhadap anak yang dilahirkan, jika diaborsi
maka itu merupakan dosa.
Bagaimana tanggapan gereja dan orang Kristen menanggapi hal yang demikian.
Bolehkan menggugurkan atau mengaborsi?
BAB II
ABORSI
Definisi:

Di Inggris, aborsi didefinisikan sebagai pengeluaran janin atau produk konsepsi


secara sepintan sebelum usia kehamilan 24 minggu. Definisi aborsi menurut
WHO adalah pengeluaran embrio atau janin yang berat badannya 500 gr atau
kurang, yang setara dengan usia kehamilan sekitar 22 Minggu. Dalam praktik,
aborsi lebih sering dideskripsikan sebagai keguguran (abortus) untuk
menghindari terjadinya distresi, karena beberapa wanita menghubungkan istilah
aborsi dengan terminasi kehamilan yang sengaja.[3] Menurut wikypedia gugur
kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila
janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka
istilahnya adalah kelahiran prematur.[4]
Aborsi mengacu pada penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup. Ada
perbedaan antara aborsi sepontan dan yang disengaja. Aborsi yang disengaja itu
bisa legal tergantung pada kasus-kasus yang diakui oleh hukum negara-negara
yang berbeda, atau dapat disebut tindakan kriminal, bila motifnya dianggap
ilegal. Gereja melarang tindakan aborsi karena menurut gereja, kehidupan ada
sejak pembuahan.[5]

Jenis-jenis Aborsi

Menurut Yosefin Mulia, seorang mahasiswi kedokteran menyatakan bahwa Ada


beberapa jenis aborsi, antara lain:
a.
Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong.
b.
Abortus inkompletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari
hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta.
c.
Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam
hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat
hormonal dan anti pasmodica.
d.
Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
e.
Abortus habitualis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana
penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
f.
Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi
genital. Aborsi2 ini adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktorfaktor mekanis ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor
alamiah. Sedangkan ada aborsi yang disengaja baik dengan memakai obatobatan maupun alat-alat, contohnya Abortus provocatus medicinalis adalah

aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila
tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu.
g.
Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis,
sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai
akibat hubungan seksual di luar perkawinan[6].

Beberapa Pandangan Umum

Kehamilan didahului dengan pembuahan (fertilisasi). Pembuahan terjadi karena


bertemunya ovum (sel telur) dengan sperma (sel kelamin jantan). Pembuahan
akan mengahasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan segera tumbuh dan memasuki
rongga rahim. Setelah empat hingga enam hari dari pembuahan, zigot akan
bertumbuh membentuk embrio yang akan melekat pada dinding rahim (uterus).
Embrio akan terus dalam rahim. Pada usia empat minggu organ penting sudah
mulai terbentuk namun belum sempurna. [7]
Jawaban yang sangat jelas bahwa awal hidup manusia terjadi setelah selesainya
proses pembuahan. Jadi, dalam level biologi, adanya hidup manusia harus
didefinisikan dengan adanya program-program genetis yang dibentuk dan
ditentukan saat pembuahan.
Di Amerika dan tempat yang lainya, kelompok anti aborsi menamakan
diri sebagai Pro-kehidupan, sedangkan mereka yang menyetujui legalisasi aborsi
atas permintaan menamakan dirinya sebagai Pro-pilihan. Sebagian kelompok
Pro-kehidupan moderat mengajarkan bahwa aborsi sesungguhnya selalu
merupakan hal buruk, namun mereka tetap mengizinkan penyelenggaraan itu
dalam lingkungan tertentu.
Ungkapan aborsi terapeutis tidak digunakan pada jaman ini, jikalau
digunakan maka bersifat elastis atau relatif. Dengan istilah demikian maka aborsi
diizinkan dan dapat dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dari ibu.
Kelompok Pro-kehidupan pada umunya berpandangan bahwa Foetus
manusia merupakan makluk manusia yang tidak bersalah. Sebagian
berpandangan bahwa makluk manusia tak bersalah tidak boleh dibunuh dalam
situasi apapun; kelompok menegah pendukung kehidupan akan
memperbolehkan pembunuhan semacam itu dalam kasus khusus. Kelompok Propilihan cenderung percaya bahwa foetus itu bukan makluk manusiawi, tidak
memiliki hak dan kepentingan dan tidak logis dilukiskan sebagai tidak bersalah
ataupun bersalah. Kelompok ini menyatakan reproduksi manusia merupakan
persoalan yang sangat serius, pada umumnya berpandangan bahwa hak wanita
akan kebebasan prokreatif bersifat mutlak dan harus dihalangi.[8]

Banyak feminimis berpendapat bahwa orang harus mempunyai hak


untuk mencari dan memperoleh pelayanan aborsi sampai saat kelahiran tanpa
harus dipermasalahkan. Hal ini sering disebut dengan tuntutan aborsi. Dalam
hal ini perempuan berhak untuk mengontrol dirinya sendiri. Menurut mereka
Fetus merupakan bagian dari tubuh perempuan. Perempuan mempunyai hak
untuk memilih apa yang ingin mereka lakukan terhadap tubuh mereka sendiri.
Kaum feminis yang lain menerima bahwa fetus merupakan manusia, namun jika
bayi itu tidak dikehendaki kelahirannya, makan diizinkan untuk dilakukan aborsi.
Jadi disini dapat disebut dengan pembunuhan yang dilegalkan. Bagian yang lain
dari kaum feminisme mengatakan bahwa bayi boleh digugurkan pada titik
tertentu atau dalam usia tertentu sebelum ia (bayi) dapat lahir dan
hidup. Banyak yang mengangap dan menerima bahwa fetus adalah manusia
tahu yang berpotensi menjadi manusia, sehingga harus dilindungi namun dalam
beberapa situasi. [9]
Hidup manusia adalah dasar dari segala sesuatu dan merupakan sumber
yang sangat diperlukan dan kondisi setiap aktivitas manisa dan masyatrakat.
Kebanyakan orang memandang hidup manusia sebagai sesuatu yang suci,
anugrah kasih Allah dimana seluruh umat beriman dipanggil untuk melestarilkan
dan membuatnya banyak.[10]

Apa kata Alkitab tentang aborsi??

Tidak ada penjelasan dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru yang dengan
tegas mengutuk atau memaafkan tindakan abortus. Ayat-ayat dalam Perjanjian
Lama yang telah mendapat perhatian paling besar adalah Keluaran 21:22-25. Di
dalamnya dinyatakan bahwa nyawa bayi atau nyawa calon bayi memiliki nilai
yang sama dengan ibunya atau dapat dikatakan sebagai memiliki hukum yang
sama seperti manusia yang telah hidup di dunia. Hal ini dengan jelas
mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam kandungan sebagai
manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristiani, aborsi bukan hanya
sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan
hidup matinya manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27;
9:6). Bagi John Stott anak yang masih di dalam kandungan sudah merupakan
manusia. Bayi sudah memiliki nyawa atau kehidupan semejak pembuahan. Hal
ini terbukti ketika Yesus mengunjungi Elizabet. Ketika Maria bertemu dengan
Elizabet hal yang terjadi adalah bayi yang ada di dalam perut Elzabet melonjak
kegirangan.
Manusia adalah gambar dan Rupa Allah imago dei (kej 1;26-27). Manusia disini
adalah yang diciptakan oleh Allah hal ini berarti manuasia dapat berelasi dengan
Allah, memiliki kelimpahan anugrah dan memiliki kuasa atas bumi. [11]
Didalam Yeremia sangat ditegaskan bahwa Allah telah mengenal Yeremia sejak ia
dalam kandungan ibunya dan yang memebentuknya, bahkan sebelum ada

segala sesuatu Allah telah menetapkkannnya. Mazmur 139:13-16 berbicara


mengenai peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam
rahim.[12] Allah sendiri yang melihat, yang memebentuk dengan kasihnya. Jadi
melalui pernyataan Alkitab akan aborsi, Alkitab sangat menolak akan aborsi.
Membunuh bayi yang ada di dalam kandungan adalah sama halnya memebunuh
gambar dan Rupa Allah.

Tanggapan Gereja

Ajaran Kristen tradisional menempatkan nilai tertinggi atas hidup


manusia dan oleh karenanya menguntuk aborsi. Didache mengatakan jangan
membunuh buah rahim dengan aborsi dan jangan membunuh bayi yang sudah
lahir. Gereja Inggris menyatakan pada laporannya pada tahun 1984 bahwa fetus
harus dihargai, dihormati dan dilindungi. Secara sitimewa namun laporan ini
selanjutnya mengatakan bahwa meskipun begitu hidup fetus tidaklah suci secara
absolut bila ia membahayakan ibunya. Dewan pengurus tanggung jawab sosial
gereja Skotlandia pada tahun 1987 menyimpulakan bahwa aborsi tidak memiliki
manusia yang diciptakan menurut citra Allah. Pandangan gereja Protestan
adalah aborsi pada umumnya tidak diinginkan, tetapi hal itu mungkin dapat
diterima dalam beberapa keadaan. Tidaklah selalu jelas apa yang dimaksud
dengan keadaan demikian, dan mungkin karena itulah kaum minoritas Protestan
(Kaum Kristen pendukung Pilihan Bebas) mengakampanyekan tekanan yang
lebih besar pada apa yang mereka lihat sebagai hak perempuan untuk membuat
keputusan sendiri untuk melakukan aborsi. Namun beberapa orang Kristen Injili
yang mendasarkan pandangan mereka atas Kitab suci, dengan tegas menolak
aborsi.[13] Tidak benar sam sekali bahwa baru abad ke-17 beberatpa Gereja
Katolik mulai menentang praktek aborsi, yang benar adalah bahwa tradisi agama
Kristen sudah melarang aborsi dan menilai pelanggarannya sebagai suatu dosa.
[14]
Dalam Gereja,aborsi hanya layak dibenarkan dalam dua kasus
dilematis berikut: kasus dilematis pertama, yakni situasi dimana jelas bahwa
janin akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran. Dan
kasus dilematis kedua, yakni situasi dimana ibu akan meninggal bila janin tidak
digugurkan. Jikalau seseorang menjadi korban pemerkosaan, dan ia takut kalau
anak yang dilahirkannya dilecehkan oleh masyarakat, ia tetap tidak boleh
melakukan tindakan aborsi. Tetapi Gereja akan membantu menyiapkan proses
kematangan jiwa sang ibu misalnya melalui pendampingan oleh para imam
sehingga sang ibu mau melahirkan anak dan membatalkan niat pengguguran.
Gereja menyiapkan mental/kejiwaan si korban perkosaan melalui pendampingan
(konseling) yang bisa dilakukan oleh para pelayan Tuhan(Pendeta)

BAB III

Kesimpulan:

Aborsi dalam penentuan boleh atau tidaknya memperoleh kontrofersi. Ada pihak
yang dinmakan Pro-hidup dan juga Pro-Pilihan. Aborsi yang dilakukan karna tidak
mau menerima anak karena aib, tidak siap menerima anak, atau karena hanya
cacat, jika hal ini dilakukan maka bertentangan dengan kebenaran. Karena baik
Alkitab maupun gereja memberikan nilai sama anatara bayi yang masih ada di
dalam kandungan dengan manusia yang sudah dewasa atau manusia yang
sudah hidup di dunia.
Aborsi dapat dilakukan dengan syarat, membahayakan nyawa ibunya, bayi di
dalam kandungan dinyatakan sudah mati, selain itu tidak boleh diaborsi. Jika
akibat dari pemerkosaan, maka tugas gereja adalah melakukan pelayanan
pastoral pendampingan bagi ibunya. Calon bayi yang ada di dalam kandungan
sudah ada nyawanya sejak proses pembuahan, maka membunuh calon bayi sam
dengan membunuh manusia lainnya.

Daftar Pustaka

Bacher, Jeanne. Perempuan, Agama Dan Seksualitas. BPK Gunung Mulia: Jakarta
2004.

Bertens, Kees. Sketsa-Sketsa Moral:50 Esai Tentang Masalah Aktual. Yogyakarta:


KANISIUS,
2008.
Booker, Chris. Ensiklopedia Keperawatan. EGC Medical Publiser: jakarta 2008
Guthrie, Donal. Teologi Perjanjian Baru 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Saktiyono, IPA BIOLOGI : Jilid 2 Untuk SMP dan MTs kelas VIII. Erlangga: Jakarta,
2006.
Simon & christoper Danes, Maslah Moral Sosial Aktual dalam Perspektif Iman
Kristen,
.KANISIUS : Yogyakarta, 2000.
Sowle, Lisa. Love Yoour Enemies: Disipleneship, Pacifism, And Just War Theory.
Rortress Press:
Minneapolis, 1994.
Teichman, Jenny. Pustaka Filsafat Etika Sosial. Kanisius: Yogyakarta, 2007.
Yosephine Muliana, Mahasiwi Kedokteran di Medical Faculty of Duta Wacana
Christian
University.

Anda mungkin juga menyukai