BAB 1
Study Kasus
Jenis-jenis Aborsi
aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila
tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu.
g.
Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis,
sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai
akibat hubungan seksual di luar perkawinan[6].
Tidak ada penjelasan dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru yang dengan
tegas mengutuk atau memaafkan tindakan abortus. Ayat-ayat dalam Perjanjian
Lama yang telah mendapat perhatian paling besar adalah Keluaran 21:22-25. Di
dalamnya dinyatakan bahwa nyawa bayi atau nyawa calon bayi memiliki nilai
yang sama dengan ibunya atau dapat dikatakan sebagai memiliki hukum yang
sama seperti manusia yang telah hidup di dunia. Hal ini dengan jelas
mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam kandungan sebagai
manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristiani, aborsi bukan hanya
sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan
hidup matinya manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27;
9:6). Bagi John Stott anak yang masih di dalam kandungan sudah merupakan
manusia. Bayi sudah memiliki nyawa atau kehidupan semejak pembuahan. Hal
ini terbukti ketika Yesus mengunjungi Elizabet. Ketika Maria bertemu dengan
Elizabet hal yang terjadi adalah bayi yang ada di dalam perut Elzabet melonjak
kegirangan.
Manusia adalah gambar dan Rupa Allah imago dei (kej 1;26-27). Manusia disini
adalah yang diciptakan oleh Allah hal ini berarti manuasia dapat berelasi dengan
Allah, memiliki kelimpahan anugrah dan memiliki kuasa atas bumi. [11]
Didalam Yeremia sangat ditegaskan bahwa Allah telah mengenal Yeremia sejak ia
dalam kandungan ibunya dan yang memebentuknya, bahkan sebelum ada
Tanggapan Gereja
BAB III
Kesimpulan:
Aborsi dalam penentuan boleh atau tidaknya memperoleh kontrofersi. Ada pihak
yang dinmakan Pro-hidup dan juga Pro-Pilihan. Aborsi yang dilakukan karna tidak
mau menerima anak karena aib, tidak siap menerima anak, atau karena hanya
cacat, jika hal ini dilakukan maka bertentangan dengan kebenaran. Karena baik
Alkitab maupun gereja memberikan nilai sama anatara bayi yang masih ada di
dalam kandungan dengan manusia yang sudah dewasa atau manusia yang
sudah hidup di dunia.
Aborsi dapat dilakukan dengan syarat, membahayakan nyawa ibunya, bayi di
dalam kandungan dinyatakan sudah mati, selain itu tidak boleh diaborsi. Jika
akibat dari pemerkosaan, maka tugas gereja adalah melakukan pelayanan
pastoral pendampingan bagi ibunya. Calon bayi yang ada di dalam kandungan
sudah ada nyawanya sejak proses pembuahan, maka membunuh calon bayi sam
dengan membunuh manusia lainnya.
Daftar Pustaka
Bacher, Jeanne. Perempuan, Agama Dan Seksualitas. BPK Gunung Mulia: Jakarta
2004.