Anda di halaman 1dari 25

TUGAS BAHASA INDONESIA

Wilda Dzuljiana R.U


170810150025

Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran

PENGERTIAN POLITIK
Istilah Politik berasal dari bahasa Yunani 'polis' yang artinya negara-kota. Dalam
negara-kota di zaman Yunani, orang saling berinteraksi guna mencapai
kesejahteraan (kebaikan, menurut Aristoteles) dalam hidupnya. Ketika manusia
mencoba untuk untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika mereka
berusaha meraih kesejahteraan pribadi melalui sumber daya yang ada, atau ketika
mereka berupaya mempengaruhi orang lain agar menerima pandangannya, maka
mereka sibuk dengan suatu kegiatan yang kita semua namai sebagai 'politik'. Hal
itulah yang mendasari terbentuknya pengertian politik.
Definisi lain politik di masa modern juga dicatat oleh Hamid yaitu politik di masa
modern mencaku pemerintah suatu negara dan pula organisasi yang didirikan
manusia lainnya, di mana "pemerintah" adalah otoritas yang teroganisir dan
menekankan pelembagaan kepemimpinan serta pengalokasian nilai secara otoritatif.
(Pengertian politik) Kata otoritatif merupakan konsep yang ditekankan dalam
masalah politik. Otoritatif adalah kewenangan yang absah, diakui oleh seluruh
masyarakat yang ada di suatu wilayah untuk menyelenggarakan kekuasaan.
Otoritas tersebut ada di suatu lembaga bernama "pemerintah". Bukan suatu
kekuasaan politik jika lembaga yang melaksanakannya tidak memiliki otoritas.
Pemerintah juga dapat kehilangan otoritasnya tatkala mereka sudah tidak memiliki
kekuasaan atas masyarakatnya.
-Pengertian Politik sebagai komponen kompromi dan konsensus: Sharing atau
pembagian kekuasaan adalah asumsi politik sebagai kompromi dan konsensus.
Kompromi dan konsensus dilawankan dengan brutalitas, pertumpahan darah dan
kekerasan. Dalam politik, tidak ada pihak yang kepentingannya terselenggarakan
100 %. Masing masing memoderasi tuntutan agar tercapai persetujuan dengan
pihak lain. Baiknya politik suatu negara adalah ketika masalah pergesekan
kepentingan diselesaikan lewat kompromi dan konsensus di atas meja dan bukan
dengan pertumpahan darah.
-Pengertian Politik sebagai kekuasaan. Politik dalam pengertiannya sebagai
kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk
mempengaruhi orang atau kelompok lain guna menuruti kehendaknya. Dalam
konteks politik, distribusi dan penggunaan sumber daya suatu masyarakat. Dalam
asumsi ini, politik dilihat sebagai penggunaan kapital (yaitu kekuasaan) dalam
konteks produksi, distribusi, dan penggunaan sumber daya tersebut.
Politik juga dapat diartikan sebagai proses
pembentukan dan pembagian
kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam Negara. Pengertian ini merupakan upaya
penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang
dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan

secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat


dilihat dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
- politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles)
- politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara
- politik merupakan kegiatan yang diarahkan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat

untuk

mendapatkan

dan

- politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan


kebijakan publik.

POLITIK DI ERA ORDE LAMA (1945- 1968)


KONFIGURASI POLITIK ERA ORDE LAMA
Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden yang
isinya pembubaran konstituante, diundangkan dengan resmi dalam Lembaran
Negara tahun 1959 No. 75, Berita Negara 1959 No. 69 yang berisi beberapa
penetapan- penetapan berikut ini:

a.berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950,
b.pembentukan MPRS dan DPAS. Salah satu dasar pertimbangan dikeluarkannya

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah gagalnya konstituante melaksanakan tugasnya.


Pada masa ini Soekarno memakai sistem DEMOKRASI TERPIMPIN
. Tindakan Soekarno mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 dipersoalkan
keabsahannya dari sudut yuridis
konstitusional, sebab menurut UUDS 1950 Presiden tidak berwenang
memberlakukan atau tidak memberlakukan sebuah UUD, seperti yang dilakukan
melalui dekrit. Sistem ini yang mengungkapkan struktur, fungsi dan mekanisme,
yang dilaksanakan ini berdasarkan pada
sistem Trial and Error yang perwujudannya senantiasa dipengaruhi bahkan
diwarnai oleh
berbagai paham politik yang ada serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
cepat berkembang.

Sistem Trial and Error telah membuahkan sistem multi ideologi dan multi partai
politik yang pada akhirnya melahirkan multi mayoritas, keadaan ini terus
berlangsung hingga pecahnya pemberontakan DI/TII yang berhaluan theokratisme
Islam fundamental (1952-1962) dan kemudian Pemilu 1955 melahirkan empat partai
besar yaitu PNI, NU, Masyumi dan PKI yang secara perlahan terjadi pergeseran
politik ke sistem catur mayoritas. Kenyataan ini berlangsung selama 10 tahun dan
terpaksa harus kita bayar tingggi berupa:
(1). Gerakan separatis pada tahun 1957
(2). Konflik ideologi yang tajam yaitu antara Pancasila dan ideologi Islam, sehingga
terjadi kemacetan total di bidang Dewan Konstituante pada tahun 1959.

PARTAI POLITIK DALAM ERA ORDE LAMA

Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di


Indonesia. Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka
waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan
sistem ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia
menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Presiaden Soekarno di gulingkan
waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando. Pada 18 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai
Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan
konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat
dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus
dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra,
Kalimantan (tidak termasuk

wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan NusaTenggara Pada masa sesudah
kemerdekaan, Indonesia menganut sistem multi partai yang ditandai dengan
hadirnya 25 partai politik. Hal ini ditandai dengan Maklumat Wakil Presiden No. X
tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.
Menjelang Pemilihan Umum 1955 yang berdasarkan demokrasi liberal bahwa jumlah
parpol meningkat hingga 29 parpol dan juga terdapat peserta perorangan. Pada
masa diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem kepartaian Indonesia
dilakukan penyederhanaan dengan Penpres No. 7 Tahun 1959 dan Perpres No. 13
Tahun 1960 yang mengatur tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran
partai-partai. Kemudian pada tanggal 14 April 1961 diumumkan hanya 10 partai
yang mendapat pengakuan dari pemerintah, antara lain adalah sebagai berikut:

PNI, NU, PKI, PSII, PARKINDO, Partai Katholik, PERTI MURBA dan PARTINDO.
Namun, setahun sebelumnya pada tanggal 17 Agustus 1960, PSI dan Masyumi
dibubarkan. Dengan berkurangnya jumlah parpol dari 29 parpol menjadi 10 parpol
tersebut, hal ini tidak berarti bahwa konflik ideologi dalam masyarakat umum dan
dalam kehidupan politik dapat terkurangi. Untuk mengatasi hal ini maka
diselenggarakan pertemuan parpol di Bogor pada tanggal 12 Desember 1964 yang
menghasilkan "Deklarasi Bogor."

POLITIK DI ERA ORDE BARU (1966- 1998)


KONFIGURASI POLITIK ERA ORDE BARU

Peristiwa yang lazim disebut Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia


(G30S/PKI) menandai pergantian orde dari Orde Lama ke Orde Baru. Pada tanggal
1 Maret 1966 Presiden Soekarno dituntut untuk menandatangani sebuah surat yang
memerintahkan pada Jenderal Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang
perlu untuk keselamatan negara dan melindungi Soekarno sebagai Presiden. Surat
yang kemudian dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret
(SUPERSEMAR) itu diartikan sebagai media
pemberian wewenang kepada
Soeharto secara penuh.
Sidang MPRS yang berlangsung pada Juni-Juli 1966. Hasil yang ditetapkan oleh
sidang tersebut adalah
a. Mengukuhkan Supersemar dan melarang PKI berikut ideologinya tubuh dan
berkembang di Indonesia.
b. Menyusul PKI sebagai partai terlarang, setiap orang yang pernah terlibat
dalam aktivitas PKI ditahan. Sebagian diadili dan dieksekusi, sebagian besar
lainnya diasingkan ke pulau Buru. Pada masa Orde Baru pula pemerintahan
menekankan stabilitas nasional dalam program
politiknya dan untuk
mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu diawali dengan apa yang disebut
dengan konsensus nasional. Ada dua macam konsensus nasional, yaitu :
1. Pertama berwujud kebulatan tekad pemerintah dan masyarakat untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Konsensus pertama ini disebut juga dengan konsensus utama.
2. Sedangkan konsensus kedua adalah konsensus mengenai cara-cara
melaksanakan konsensus utama. Artinya, konsensus kedua lahir sebagai
lanjutan dari konsensus utama dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan. Konsensus kedua lahir antara pemerintah dan partai-partai
politik dan masyarakat.

PARTAI POLITIK DALAM ERA ORDE BARU


Dalam masa Orde Baru yang ditandai dengan dibubarkannya PKI pada
tanggal 12 Maret 1966 maka dimulai suatu usaha pembinaan terhadap partaipartai politik. Pada tanggal 20 Pebruari 1968 sebagai langkah peleburan dan
penggabungan ormas-ormas Islam yang sudah ada tetapi belum tersalurkan
aspirasinya maka didirikannyalah Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI)
dengan massa pendukung dari Muhammadiyah, HMI, PII, Al Wasliyah, HSBI,
Gasbindo, PUI dan IPM. Selanjutnya pada tanggal 9 Maret 1970, terjadi
pengelompokan partai dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi
Pembangunan yang terdiri dari PNI, Partai Katholik, Parkindo, IPKI dan
Murba. Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok Persatuan
Pembangunan yang terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. Serta ada
suatu kelompok fungsional yang dimasukkan dalam salah satu kelompok
tersendiri yang kemudian disebut Golongan Karya. Dengan adanya
pembinaan terhadap parpol-parpol dalam masa Orde Baru maka terjadilah
perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat kala itu,
sehingga pada akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat 3 kontestan,
yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia
(PDI) serta satu Golongan Karya. Hingga Pemilihan Umum 1977, pada masa
ini peserta pemilu hanya terdiri sebagaimana disebutkan diatas, yakni 2
parpol dan 1 Golkar. Dan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar
selalu memenangkan Pemilu. Hal ini mengingat Golkar dijadikan mesin politik
oleh penguasa saat itu. POLITIK DI ERA REFORMASI (1998- sekarang)
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan
sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan Era
Reformasi.
Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan
pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde
Baru masih belum berakhir. Oleh karena
itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai Era Pasca Orde
Baru.
Berakhirnya rezim Orde Baru, telah membuka peluang guna menata kehidupan
demokrasi. Reformasi politik, ekonomi dan hukum merupakan agenda yang tidak
bisa ditunda. Demokrasi menuntut lebih dari sekedar pemilu. Demokrasi yang
mumpuni harus dibangun melalui struktur politik dan kelembagaan demokrasi yang
sehat. Namun nampaknya tuntutan reformasi politik, telah menempatkan pelaksanan
pemilu menjadi agenda pertama. Pemilu pertama di masa reformasi hampir sama
dengan pemilu pertama tahun 1955 diwarnai dengan kejutan dan keprihatinan.
Pertama, kegagalan partai-partai Islam meraih suara siginifikan. Kedua, menurunnya

perolehan suara Golkar. Ketiga, kenaikan perolehan suara PDI P. Keempat,


kegagalan PAN, yang dianggap paling reformis, ternyata hanya menduduki urutan
kelima. Kekalahan PAN, mengingatkan pada kekalahan yang dialami Partai Sosialis,
pada pemilu 1955, diprediksi akan memperoleh suara signifikan namun lain
nyatanya.
Pemerintahan B.J Habibie
Sidang Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang
oleh gelombang demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan
di kota-kota lain. Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa
Tragedi Semanggi yang menewaskan 18 orang. Masa pemerintahan Habibie
ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter Internasional untuk
membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan
pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi. Presiden BJ
Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan politik
dilepaskan. Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan dibebaskan, tiga hari
setelah Habibie menjabat. Tahanan politik dibebaskan secara bergelombang.
Beberapa langkah perubahan diambil oleh BJ Habibie adalah sebagai berikut:
a.liberalisasi parpol
b. pemberian kebebasan pers
c. kebebasan berpendapat dan
d.pencabutan UU Subversi.

Walaupun begitu Habibie juga sempat tergoda meloloskan UU Penanggulangan


Keadaan Bahaya, namun urung dilakukan karena besarnya tekanan politik dan
kejadian Tragedi Semanggi II yang menewaskan mahasiswa UI, Yun Hap. Kejadian
Penting Dalam Masa Pemerintahan Habibie Kejadian tersebut adalah keputusannya
untuk mengizinkan Timor Timur untuk mengadakan referendum yang berakhir
dengan berpisahnya wilayah tersebut dari Indonesia
pada Oktober
1999.
Keputusan tersebut terbukti tidak populer di mata masyarakat sehingga hingga kini
pun masa pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai salah satu masa kelam
dalam sejarah Indonesia. Walaupun pengesahan hasil Pemilu 1999 sempat
tertunda, secara umum proses pemilu multi partai pertama di era reformasi jauh
lebih Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber) serta adil dan jujur dibanding
masa Orde Baru. Hampir tidak ada indikator siginifikan yang menunjukkan bahwa
rakyat menolak hasil pemilu yang berlangsung dengan aman. Realitas ini
menunjukkan, bahwa yang tidak mau menerima kekalahan, hanyalah mereka yang

tidak siap berdemokrasi, dan ini hanya diungkapkan oleh sebagian elite politik,
bukan rakyat.
Pemerintahan Abdurahman Wahid.
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999.PDI Perjuangan
pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputrik eluar menjadi pemenang pada

pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai
Soeharto sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya)
memperoleh 22%;Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%;
Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada
Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati
sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet
pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan
melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000. Pemerintahan Presiden Wahid
meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi
yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut,
pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di
Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor
Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para
militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan
dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang
kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluapluap.
Pemerintahan Megawati soekarno putri
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid
memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari2001, ribuan
demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan
alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk
memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia
mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari
kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak
lama kemudian.
Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono
Pemilu 2004, merupakan pemilu kedua dengan dua agenda, pertama memilih
anggota legislatif dan kedua memilih presiden. Untuk agenda pertama terjadi
kejutan, yakni naiknya kembali suara Golkar, turunan perolehan suara PDI-P, tidak
beranjaknya perolehan yang signifikan partai Islam dan munculnya Partai Demokrat
yang melewati PAN. Dalam pemilihan presiden yang diikuti lima kandidat (Susilo
Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarno Putri, Wiranto, Amin Rais dan Hamzah

Haz), berlangsung dalam dua putaran, telah menempatkan pasangan SBY dan JK,
dengan meraih 60,95 persen.Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden
baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima
berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di

Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh
serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra. Pada 17 Juli
2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia
dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan
selama 30 tahun di wilayah Aceh. Atas prestasi SBY yang di tanam sejak tahun 2004
telah mengantar beliau naik kembali duduk di kursi presiden dengan pasanganya
pak Budiono pada pemilu tahun 2009, kinerja mereka pun belum dapat dirasakan
dengan maksimal.

Konflik Politik
Dalam ilmu-ilmu social dikenal dua pendekatan yang saling bertentangan untuk
memandang massyarakat. Kedua pendekatan ini meliputi pendekatan strukturalfungsional (konsensus) dan pendekatan struktural konflik. Pendekatan konsensus
berasumsi masyarakat mencangkup bagian-bagian yang berbeda fungsi ntapi
berhubungan satu sama lain secara fungsional. Kecuali itu, masyarakat terintegrasi
atas dasar suatu nialai yang disepakati bersama sehingga masyarakat selalu
dalam keadaan keseimbangan dan harmonis. Lalu pendekatan konflik berasumsi
masyarakat mencangkup berbagia bagian yang memiliki kepentingan yang saling
bertentangan. Kecuali itu, masyarakat terintergasi dengan suatu paksaan dari
kelompok yang dominan sehingga masyarakat selalu dalam keadaan konflik. Kedua
pendekatan ini mengandung kebenaran tetapi tidak lengkap.
Konflik terjadi antar kelompok yang memperebutukan hal yang sama, tetapi konflik
akan selalu menuju kearah kesepakatan ( konsensus). Selain itu, masyarakat tidak
mungkin terintegrasikan secara permanen denagan mengandalkan kekuasaan dari
kelompok yang dominan. Sebaliknya masyarakat yang terintegrasi atas dasar
konsensus sekalipun, tak mungkin bertahan secara permanen tanpa adanya
kekuasaan paksaan. Jadi konflik konsesnsus munurut Ramlan Surbakti
gejalagejala yang tak terrelakkan dalam masyarakat.
Istilah konflik dalam ilmu politik sering kali dikaitkan dengan kekerasan, seperti
kerusuhan, kudeta, terorisme, dan revolusi. Konflik mengandung pengertian
benturan, seperti perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan antara

individu dan individu, kelompok dan kelompok, individu dan kelompok, dan antara
individu atau kelompok dengan pemerintah.
Masing-masing berupaya keras untuk mendapatkan dan atau mempertahankan
sumber yang sama. Namun, guna mendapatkan dan atau mempertahankan sumber
yang sama itu kekerasan bukan satu-satunya cara. Pada umumnya, kekerasan
cenderung digunakan sebagai alternative yang terakhir. Dengan demikian, konflik
dibedakan menjadi dua, yaitu konflik yang berwujud kekerasan dan konflik yang
tidak berwujud kekerasan.
Konflik yang mengandung kekerasan, pada umumnya terjadi dalam masyarakatnegara yang belum memiliki consensus dasar mengenai dasar dan tujuan negara
dan mengenai mekanisme pengaturan dan penyelesaian konflik yang melembaga.
Hura-hara (riot), kudeta, pembunuhan atau sabotase yang berdimensi politik
(terorisme), pemberontakan, dan separatism, serta revolusi merupakan sejumlah
contoh konflik yang mengandung kekerasan.
Konflik yang tidak berwujud kekerasan pada umumnya dapat ditemukan dalam
masyarakat-negara yang memiliki consensus mengenai dasar dan tujuan negara,
dan mengenai mekanisme pengaturan dan penyelesaian konflik yang melembaga.
Adapun contoh konflik yang tidak berwujud kekerasan, yakni unjuk-rasa
(demonstrasi), pemogokan (dengan segala bentuknya), pembangkangan sipil (civil
disobedience), pengajuan petisi dan protes, diaog (musyawarah), dan polemic
melalui surat kabar.
Sementara itu, konflik tidak selalu bersifat negative seperti yang diduga orang
banyak. Apabila ditelaah secara seksama, konflik mempunyai fungsi positif, yakni
sebagai pengintegrasi masyarakat dan sebagai sumber perubahan.
Menurut Ramlan Subakti (1992:8), konflik adalah perbedaan pendapat, perdebatan,
persaingan, bahkan pertentangan dan perebutan dalam upaya mendapatkan dan
atau mempertahankan nilai-niai. Oleh karena itu, menurut pandangan konflik, pada
dasarnya politik adalah konflik. Pandangan ini ada benarnya sebab konflik
merupakan gejala yang serba hadir dalam masyarakat, termasuk dalam proses
politik. Selain itu, konflik merupakan gejala yang melekat dalam setiap proses politik.
a.

Faktor penyebab konflik:


Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian
dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi


yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang
atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang
dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh
masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari
kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani
menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk
membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang
dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan.
Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan
sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik
sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula
menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi
antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara
kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di
antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan
pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan
memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan
itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilainilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara
cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu
seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah
yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun
dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi
individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat
berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat

dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena
dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.[3][3]
b.

Tipe-tipe konflik

Konflik dikelompokkan menjadi dua tipe, kedua tipe ini meliputi konflik positif dan
konflik negative. yang dimaksud dengan konflik positif adalah konflik yang tak
mengancam eksistensi system politik, yang biasanya disalurkan lewat mekanisme
penyelesaian konflik yang disepakati bersama dalam konstitusi. Mekanisme yang
dimaksud adalah lembaga-lembaga demokrasi, seperti partai politik, badan-badan
pewakilan rakyat, pengadilan, pemerintah, pers, dan foru-forum terbuka lainnya.
Tuntutan seperti inilah yang dimaksud dengan konflik yang positif. Sedangkan konflik
yang negative adalah penyaluran melalui tindak anarki, kudeta, saparatisme, dan
revolusi.

c.

Struktur konflik

Menurut paul conn,situasi konflik ada dua jenis, pertama Konflik menang-kalah
(zero-sum-confict) dan konflik menang-menang(non- zero-sum-confict). Konflik
menang kalah adalah konflik yang bersifat antagonistic sehingga tidak tidak mungkn
tercapainya suatu kompromi antara masing-masing pihak yang bersangkutan. Ciri
dari konflik ini adalah tidak mengadakan kerjasama, dan hasil kompetensi akan
dinikmati oleh pemenang saja.
Konflik menang-menang adlah suatu konflik dalam mana pihak-pihak yang terlibat
masih mungkin mengadakan kompromi dan kerjasama sehingga semua pihak akan
mendapatkan konflik tersebut.

B.

Proses Politik

Konflik merupakan gejala serba hadir dalam kehdupan manusia masyarakat dan
bernegara. Sementra itu, salah satu dimensi penting proses politik adalah
penyelesaian konflik yang melibatkan pemerintah. Proses penyelesaian konflik
politik yang tidak bersifat kekerasan ada tiga tahap. Adapun ketiga tahap ini meliputi
politisasi atau koalisi, tahap pembuatan keputusan, dan tahap tahap pelaksaaan dan
integrasi. Apabila dalam masyarakat terdapat konflik politik di antara berbagai pihak,
dengan segala motifasi yang mendorongnya maka masing-masing pihak akan
berupaya merumuskan dan mengajukan tuntutan kepada pemerintah selaku
pembuat dan pelaksana politik. Agar tuntutan didengar oleh pemerintah lalu para
kontetan akan berusaha mengadakan politisasi, seperti melalui meida massa.

Dengan kata lain hal tersebut akan menjadi tranding topic sehingga pemerintah
memprhatikan masalah tersebut.
Pengertian Politik Menurut Para Ahli Lengkap Beserta Ulasan - Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam
suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuantujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Politik merupakan upaya
atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Politik menyangkut kegiatan
berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan
(individu).

Pengertian Politik Menurut Para Ahli


ROD HAGUE
Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok
mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha
untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya.

Meriam Budiardjo

Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam study system politik (atau Negara)
yang menyangkut proses menentukan tujuan dari system itu dan melaksanakan
tujuan-tujuan itu yaitu tujuan yang menyangkut dari seluruh masyarakat (public
goals) dan bukan tujuan pribadi (private goals).

Maurice Duverger (1993)


Politik adalah kekuasaan, kekuatan adalah seluruh jaringan lembaga-lembaga
(institusions) yang mempunyai kaitan dengan otoritas, dalam hal ini suasana
didominasi beberapa orang atas orang lain.

Plato dan Aristoteles


Politik adalah suatu usaha untuk mencapai masyarakat politik (polity)yang terbaik di
dalam politik, manusia akan hidup bahagia karena memiliki peluang untuk
mengembangkan bakat hidup dengan rasa kemasyarakatan yang akrab dan hidup
dalam suasana moralitas.

Max Weber
Politik adalah sarana perjuangan untuk sama-sama melaksanakan politik atau
perjuangan untuk mempengaruhi pendistribusia kekuasaan baik di antara Negaranegara maupun diantara hukum dalam suatu Negara.

Deliar Nor
Politik adalah ilmu yang memusatkan masalah kekuasaan dalam kehidupan
bersama masyarakat

Joyce M. mitchel
Poitik adalah pengmbilan keputusan kolektif atau perbuatan kebijakan umum untuk
masyarakat seluruhnya.

Karl W. Deutsh
Politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum

Ossip K. Fleich Teim


Ilmu politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari
Negara, sejumlah mana Negara merupakan organisasi kekuasaan lain yang tak
resmiyang dapat mempengaruhi Negara.

Robert F. Soltou
Ilmu politik adalah mempelajari Negara, tujuan-tujuan Negara dan lembaga-lembaga
yang akan melaksanakan tujuan itu, hubungan antar Negaranya dngan Negara lain.

Harold D. Lasswell dan A. Kaplan


Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.

IBNU AQIL
Politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan
lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rosulullah S.A.W.

LITRE
Politik didefinisikan sebagai ilmu memerintah dan mengatur negara

CARL SCHMIDT
Politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat keputusan
keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak.

KARTINI KARTOLO
Politik adalah aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk
menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku
ditengah masyarakat.

Prof. MIRIAM BUDIARDJO


Politik adalah bermacam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan tujuantujuan dan pelaksanaan tujuan itu. Menurutnya politik membuat konsep-konsep
pokok tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision
marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation).

HANS KELSEN
Dia mengatakan bahwa politik mempunyai dua arti, yaitu sebagai berikut.
a. Politik sebagai etik, yakni berkenaan dengan tujuan manusia atau individu agar
tetap hidup secara sempurna.
b. Politik sebagai teknik, yakni berkenaan dengan cara (teknik) manusia atau
individu untuk mencapai tujuan.

ANDREW HEYWOOD
Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur
kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala komflik dan kerjasama

Contoh Masalah Politik


Contoh pejabat publik yang terjerat kasus suap adalah Wali Kota Bekasi Mochtar
Muhammad. Pada Oktober 2011 lalu, Wali Kota Bekasi Moctar Muhammad sujud
syukur setelah Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung
memvonis bebas. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, Mahkamah
Agung (MA) menganulir keputusan bebas Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pindana
Korupsi (7/3/2012). MA berdalih bahwa politisi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan itu terbukti menyuap dan menerima suap.
MA menjelaskan, Mochtar terbukti melakukan penyuapan kepada anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Provinsi Jawa Barat. Modusnya, ia meminta pimpinan satuan
kerja di Pemerintah Kota Bekasi untuk menyisihkan dua persen uang proyek sampai

terkumpul Rp 4,5 miliar. Atas perintah Mochtar, Rp 4 miliar itu diberikan kepada
anggota DPRD Jawa Barat agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota
Bekasi segera disetujui.
Kasus serupa menimpa Soemarmo, wali kota Semarang. Pria yang juga diusung
oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini menjadi tersangka dalam kasus
suap pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan 2012. Pria
yang sebelumnya berkarir sebagai sekretaris daerah ini telah ditahan di Rumah
Tahanan Kelas I Cipinang selama 20 hari Sejak 30 Maret lalu.

Kasusnya teruangkap setelah Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap 2


Anggota DPRD
Sumartono dan Agung Pumo Sarjono serta Sekda Akhmat Zaenuri pada Oktober
2011 lalu. Ketiganya telah ditahan lebih dulu.

Contoh Politik Dalam Kehidupan Sehari Hari


1.Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin
2.Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau
parpol , mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya
masyarakat
3.Ikut serta dalam pesta politik
4.Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
5.Berhak untuk menjadi pimpinan politik
6.Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna
melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang
dasar dan perundangan hukum yang berlaku.

Budaya Politik yang Cocok di Indonesia


Budaya politik yang paling sesuai dengan kondisi Indoneisa adalah budaya politik
dimana insan-insan politiknya mampu merintis lahirnya budaya politik baru dan
perilaku politik yang lebih santun dalam negara kita, yang bisa dilakukan dengan
suatu landasan pendidikan yang baik. Hal ini disebabkan,karena budaya politik
dibentuk dan dikembangkan oleh pelaku politik dan apa yang akan ditentukan oleh

pelaku politik sebagai ciri-ciri utama budaya politik mereka sampai batas tertentu,
dipengaruhi oleh pendidikan mereka.

Jadi hubungan antara budaya politik dan pendidikan bersifat tidak langsung. Ini
berarti pendidikan tidak secara final membentuk pelaku politik. Pendidikan memberi
dasar-dasar kepada tiap calon pelaku politik. Jika dasar-dasar ini baik dan kokoh,
besar kemungkinan (probabilitasnya) akah lahir pelaku-pelaku politik yang baik.
Namun, jika dasar-dasar yang diberikan oleh pendidikan jelek dan rapuh,
kemungkinan besarnya ialah yang akan muncul di kemudian hari adalah pelakupelaku politik yang jelek dan rapuh pula. Berdasarkan generalisasi ini dapat
dipahami mengapa perilaku para pelaku politik dari masyarakat dengan sistem
pendidikan yang baik berbeda dengan perilaku pelaku politik yang berasal dari
masyarakat dengan sistem pendidikan yang kurang memadai. Dalam masyarakat
kita, misalnya, para pelaku politik dengan latar belakang pendidikan pesantren yang
baik, berbeda perilakunya dari pelaku politik yang datang dari pendidikan pesantren
yang kurang terpelihara atau dari latar belakang pendidikan yang berbau aristokrasi
dan meritokrasi feodal atau militer.

Partai Politik di Indonesia


1. Definisi Partai Politik

Partai politik yaitu organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk
dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.

Sedangkan definisi partai politik menurut ilmuwan politik yaitu:

Friedrich : partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasikan secara


stabil dengan tujuan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan dalam
pemerintahan bagi pemimpin partainya, dan berdasarkan kekuasaan tersebut akan
memberikan kegunaan materil dan idil kepada para anggotanya.

Soltau : partai politik sebagai kelompok warga negara yang sedikit banyak
terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan

memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk


pemerintahan dan menjalankan kebijakan umum yang mereka buat.

menguasai

Tujuan dari pembentukan partai polik ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusionil untuk
melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka

2. Fungsi Partai Politik

Partai politik menjalankan fungsi sebagai alat mengkomunikasikan pandangan dan


prinsip-prinsip partai, program kerja partai, gagasan partai dan sebagainya. Agar
anggota partai dapat mengetahui prinsip partai, program kerja partai atau pun
gagasan partainya untuk menciptakan ikatan moral pada partainya, komunikasi
politik seperti ini menggunakan media partai itu sendiri atau media massa yang
mendukungnya.

Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam


pendapat dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan
masyarakat (interest aggregation) dan merumuskan kepentingan tersebut dalam
bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi
terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang disampaikan kepada
penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat.
Partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai memberikan sikap, pandangan,
pendapat, dan orientasi terhadap fenomena (kejadian, peristiwa dan kebijakan)
politik yang terjadi di tengah masyarakat. Sosialisi politik mencakup juga proses
menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Bahkan, partai politik berusaha menciptakan image (citra) bahwa ia
memperjuangkan kepentingan umum.
Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik berfungsi mencari dan
mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.
Partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Di tengah masyarakat terjadi
berbagai perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk mengatasinya. Namun,
semestinya hal ini dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi atau partai itu sendiri
melainkan untuk kepentingan umum.

3. Tujuan Pembentukan Partai Politik

Tujuan dari pembentukan partai politik menurut Undang-undang no.2 tahun 2008
tentang partai politik, yaitu

mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam


pembukaan undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945

menjaga dan memelihara keutuhan negara kesatuan republik Indonesia


mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan republik Indonesia
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan
memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara
membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara

Selain itu ada juga tujuan partai politik menurut basis sosial dibagi menjadi empat
tipe yaitu :

Partai politik berdasarkan lapisan masyarakat yaitu bawah, menengah dan lapisan
atas.

Partai politik berdasarkan kepentingan tertentu yaitu petani, buruh dan pengusaha.

Partai politik yang didasarkan pemeluk agama tertentu.


Partai politik yang didasarkan pada kelompok budaya tertentu.

4. Sejarah Terbentuknya Partai Politik di Dunia

Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat bersamaan dengan


gagasan bahwa rakyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses politik.
Dalam hal ini partai politik berperan sebagai penghubung antara rakyat di satu pihak
dan pemerintah di lain pihak. Maka dalam perkembangannya kemudian partai politik
dianggap sebagai menifestasi dari suatu sistem politik yang demokratis, yang
mewakili aspirasi rakyat.

Pada permulaannya peranan partai politik di negara-negara Barat bersifat elitis dan
aristokratis, dalam arti terutama mempertahankan kepentingan golongan bangsawan
terhadap tuntutan raja, namun dalam perkembangannya kemudian peranan tersebut
meluas dan berkembang ke segenap lapisan masyarakat. Hal ini antara lain
disebabkan oleh perlunya dukungan yang menyebar dan merata dari semua
golongan masyarakat. Dengan demikian terjadi pergeseran dari peranan yang
bersifat elitis ke peranan yang meluas dan populis.

Perkembangan selanjutnya adalah dari Barat, partai politik mempengaruhi dan


berkembang di negara-negara baru, yaitu di Asia dan Afrika. Partai politik di negaranegara jajahan sering berperan sebagai pemersatu aspirasi rakyat dan penggerak
ke arah persatuan nasional yang bertujuan mencapai kemerdekaan. Hal ini terjadi di
Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda) serta India. Dan dalam perkembanganya
akhir-akhir ini partai politik umumnya diterima sebagai suatu lembaga penting
terutama di negara-negara yang berdasarkan demokrasi konstitusional, yaitu
sebagai kelengkapan sistem demokrasi suatu negara.

Di Indonesia

Perkembangan partai politik di Indonesia dapat digolongkan dalam beberapa


periode perkembangan, dengan setiap kurun waktu mempunyai ciri dan tujuan
masing-masing, yaitu : Masa penjajahan Belanda, Masa pedudukan Jepang dan
masa merdeka.

Masa penjajahan Belanda.

Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indoneisa (waktu
itu Hindia Belanda). Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada
masa itu semua organisasi baik yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan
Muhammadiyah, ataupun yang berazaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat
Islam, PNI dan Partai Katolik, ikut memainkan peranan dalam pergerakan nasional
untuk Indonesia merdeka.

Kehadiran partai politik pada masa permulaan merupakan menifestasi kesadaran


nasional untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Setelah didirikan
Dewan Rakyat , gerakan ini oleh beberapa partai diteruskan di dalam badan ini.
Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi di dalam Dewan Rakat, yaitu Fraksi
Nasional di bawah pimpinan M. Husni Thamin, PPBB (Perhimpunan Pegawai
Bestuur Bumi Putera) di bawah pimpinan Prawoto dan Indonesische Nationale
Groep di bawah pimpinan Muhammad Yamin.

Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan gabungan partai politik dan
menjadikannya semacam dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk KRI
(Komite Rakyat Indoneisa) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang
merupakan gabungan dari partai-partai yang beraliran nasional, MIAI (Majelis Islami)
yang merupakan gabungan partai-partai yang beraliran Islam yang terbentuk tahun
1937, dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia) yang merupakan gabungan organisasi
buruh.

Masa pendudukan Jepang

Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam diberi
kebebasan untuk membentuk partai Masyumi, yang lebih banyak bergerak di bidang
sosial.

Masa Merdeka (mulai 1945).

Beberapa bulan setelah proklamsi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar


untuk mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah parti-partai politik
Indonesia. Dengan demikian kita kembali kepada pola sistem banyak partai.

Pemilu 1955 memunculkan 4 partai politik besar, yaitu : Masyumi, PNI, NU dan PKI.
Masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering disebut sebagai masa kejayaan partai
politik, karena partai politik memainkan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara melalui sistem parlementer. Sistem banyak partai ternyata
tidak dapat berjalan baik. Partai politik tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan
baik, sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak dapat melaksanakan program
kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat berjaan dengan baik pula.
Masa demokrasi parlementer diakhiri dengan Dekrit 5 Juli 1959, yang mewakili masa
masa demokrasi terpimpin.

Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi,
sedangkan di pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini
dikenal dengan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU,
PNI dan PKI. Pada masa Demokrasi Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI
memainkan peranan bertambah kuat, terutama memalui G 30 S/PKI akhir
September 1965).

Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat bergerak
lebih leluasa dibanding dengan msa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan pada masa
ini adalah munculnya organisasi kekuatan politik bar yaitu Golongan Karya (Golkar).
Pada pemilihan umum thun 1971, Golkar munculsebagai pemenang partai diikuti
oleh 3 partai politik besar yaitu NU, Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia) serta
PNI.

Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik. Empat
partai politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam dan Perti bergabung
menjadi Partai Persatu Pembangunan (PPP). Lima partai lain yaitu PNI, Partai
Kristen Indonesia, Parati Katolik, Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia) bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Maka
pada tahun 1977 hanya terdapat 3 organisasi keuatan politik Indonesia dan terus
berlangsung hinga pada pemilu 1997. Setelah gelombang reformasi terjadi di
Indonesia yang ditandai dengan tumbangnya rezim Suharto, maka pemilu dengan
sistem multi partai terus berlanjut hingga pemilu 2004 nanti.

Daftar Pustaka

http://pangeranarti.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-politik-menurutpara-ahli.html
http://www.apapengertianahli.com/2014/09/politik-definisi-danpengertian-politik.html#
http://hanzputara.blogspot.co.id/2012/12/makalah-konflik-dan-prosespolitik.html

http://anisakucing96.blogspot.co.id/2015/05/politik-dan-contoh-masalahpolitik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik
https://kakarisah.wordpress.com/2010/03/09/perkembangan-partaipolitik-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai