Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Planktonologi

Euglenophyta dan Phyrrophyta

Disusun oleh :
KELOMPOK 6
Shinta (230210150011)
Baihaqi Wisnumurti W (230210150044)
Fani Wulansari (230210150046)
Kiki Zamzam M (230210150051)
Winesti Tubagus (230210150054)
Shabila Yubi M (230210150058)
Eisya Andita P (230210150068)
Reza Fadli (230210157002)
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN dan ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbilalamin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang


menguasai seluruh ilmu pengetahuan, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan penelususran kepustakaan dalam rangka
memenuhi tugas dari mata kuliah Planktonologi. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak terutama anggota kelompok yang telah meluangkan waktu dan
tenaganya agar dapat menyelesaikan makalah ini serta kepada pihak pihak lain yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Tim penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu
melalui kata pengantar ini kami sangat terbuka menerima kritik serta saran yang
membangun sehingga secara bertahap kami dapat memperbaikinya. Akhir kata semoga
makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Sumedang, Maret 2016

Tim Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakakang......1
B. Rumusan Masalah.....1
C. Tujuan Penulisan...........2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Sistematika Euglenophyta dan Pyrrophyta.......3
B. Morfologi Euglenophyta dan Pyrrophyta.9
C. Reproduksi Euglenophyta dan Pyrrophyta.....12
D. Peranan Euglenophyta dan Pyrrophyta...........14
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Euglenoid (Euglenophyta) adalah organisme uniseluler yang menunjukkan
kombinasi karakteristik seperti tanaman dan seperti

hewan. Mereka memiliki ciri

seperti tanaman karena kebanyakan spesies memiliki klorofil dan berfotosintesis.


Mereka memiliki ciri seperti hewan karena dinding selnya menjadi sangat motil, dan
spesiesnya yang tidak memiliki klorofil yang heterotrofik seperti binatang.
Pyrrophyta adalah plankton uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung
pigmen (klorofil A,C2 dan piridinin,sementara yang lain memiliki klorofil A, C1, C2
dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya dinoflagellata yang memiliki
kemampuan untuk berfotosintesis. Berwarna kuning coklat. Fitoplankton ini disebut
Dino Flagellata, tubuh tersusun atas satu sel memiliki dinding sel dan dapat bergerak
aktif. Ciri yang utama bahwa di sebelah luar terdapat celah dan alur, masing-masing
mengandung satu flagel. Pyrrophyta berkembangbiak dengan membelah diri,
kebanyakan hidup di laut dan sebagian kecil hidup di air tawar. Contohnya adalah
Perodinium. Fitoplankton yang hidup di laut memiliki sifat fosforesensi yaitu memiliki
fosfor yang memancarkan cahaya.
B.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini, yaitu :


1. Apa yang dimaksud dengan Euglenophyta dan Pyrrophyta?
2. Bagaimana sistematika Euglenophyta dan Pyrrophyta?
3. Bagaimana morfologi Euglenophyta dan Pyrrophyta?

4. Bagaiman cara reproduksi Euglenophyta dan Pyrrophyta?


5. Apa saja peranan dari Euglenophyta dan Pyrrophyta?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
1. Agar mahasiswa memahami pengertian Euglenophyta dan Pyrrophyta.
2. Agar mahasiswa memahami sistematika Euglenophyta dan Pyrrophyta.
3. Agar mahasiswa memahami morfologi Euglenophyta dan Pyrrophyta.
4. Agar mahasiswa memahami cara reproduksi Euglenophyta dan Pyrrophyta.
5. Agar mahasiswa memahami peranan dari Euglenophyta dan Pyrrophyta.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistematika Euglenophyta dan Pyrrophyta


1. Sistematika Euglenophyta
Filum ini 90% berhabitat di air tawar, dimana terdapat banyak larutan organik.
Pada permukaan perairan yang tidak bergerak, beberapa genera (genus) dari golongan
ini (Euglenaceae), dapat membentuk cysta yang menutupi seluruh permukaan perairan
dan berwarna merah, hijau, kuning, atau warna-warna terdiri dari campuran warna
tersebut.
Ciri-ciri umum
a) Euglenophyta merupakan fitoplankton uniseluler yang memiliki sifat seperti
tumbuhan dan hewan. Dikatakan mirip tumbuhan karena kemampuannya untuk
berfotosintesis, sedangkan sifat yang mirip hewan adalah karena ada flagel dan
stigma (bintik mata).
b) Euglenophyta tidak memiliki dinding sel, melainkan memiliki pembungkus
tubuh yang kuat dan lentur dan terbuat dari protein diatas membran plasma,
disebut juga dengan pelikel.
c) Euglenophyta hidup sebagai organisme autotrof, karena memiliki klorofil a, dan
b untuk berfotosintesis, namun apabila keadaan kurang mendukung, misalnya
tidak ada cahaya matahari, maka Euglenophyta juga dapat menjadi organisme
heterotrof, yaitu dengan memakan sisa-sisa bahan organik.
d) Pergerakan Euglenophyta bersifat fototaksis, yaitu pergerakkan menuju arah
datangnya cahaya. Eugleophyta memiliki dua buah flagel yang berbeda ukuran,
satu berukuran panjang, dan satu lagi berukuran pendek.

Bentuk tubuh

Euglenophyta memiliki bentuk tubuh lonjong, dengan flagel menjuntai


dibelakangnya, cara mengetahui bagian depan dan belakang adalah melihat keberadaan
stigma (bintik mata). Sesuai namanya, Euglenophyta : eu artinya sungguh-sungguh,
glenos berarti mata, maka Euglenophyta berarti fitoplankton yang sungguh-sungguh
mempunyai mata.

Cadangan Makanan

Filum Euglenophyta ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu : holophytic,


saprophytic, dan holozoic type. Khusus Holophytic type, mempunyai cadangan
makanan berupa karbohidrat yang disebut dengan paramylum, protein dalam bentuk
pyrenoid, dan lemak.

Alat gerak

Euglenophyta memiliki flagel yang agak panjang, yang seringkali panjangnya


melebihi tubuhnya, dalam mikroskop biasa, sukar melihat flagel ini, yang dapat kita
lihat hanyalah bayangannya atau gerak air, yang disebabkan oleh gerak flagelnya. Flagel
dalam preparat mati hanya dapat diwarnai hitam dengan inpregnati dari AgNO3 (perak
nitrat).

Pigmentasi

Euglenophyta memiliki pigmen klorofil a dan b juga karoten. Sedangkan warna


merah yang ada dalam badannya disebabkan oleh adanya baemotochroom. Warna
merah permukaan air disebabkan oleh cysta-cysta dari Euglena haemotodes dan
Euglena sanguineus (sanguineus berarti merah).

Habitat

Filum Euglenophyta ini tersebar di berbagai perairan, seperti air tawar, air asin
(laut) dan juga air payau. Kebanyakkan habitat dari filum ini, mencari perairan yang
mengandung larutan bahan organik. Hidupnya pun berkoloni.

Struktrur tubuh

Struktur tubuh Euglenophyta :


a) Flagel : alat gerak yang dimiliki oleh filum Euglenophyta, beberapa spesies dari
filum ini, ada yang mempunyai satu (sebagian besar), dua atau tiga flagel.
Dalam cysta, specimen-specimen melepas flagelnya, dan dapat dibuat lagi, bila
specimen-specimen keluar dari cysta dan hidup sebagai plankton. Tiap spesies
juga ada yg memiliki perbedaan dari segi ukuran flagel. Misalnya contoh dari
spesies Euglena haemotodes yang memiliki ukuran flagel lebih panjang
dibandingkan Euglena sanguineus.

b) Stigma (Eye spot) : bintik merah yang terletak di bagian anterior dalam
tubuhnya, dan sesitif terhadap cahaya dan dianggap sebagai mata.
c) Mulut : tempat tumbuhnya flagel dan pada beberapa spesies, ada yang dapat
memasukkan makanan lewat mulutnya.
d) Vakuola kontraktil : untuk mengatur tekanan dalam sel (osmoregulator) selain
itu

dapat

pula

menjadi

tempat

pembuangan

makanan

dan

limbah

mikroorganisme.
e) Nukleus : mengatur segala metabolisme pada Euglenophyta.
f) Pelikel : pengganti dinding sel pada filum Euglenophyta yang bersifat lentur,
berfungsi sebagai pembentuk tubuh (mempertahankan bentuk tubuh).
2. Phyrrophyta
Phyrrophyta adalah satu-satunya filum alga yang hanya terdiri dari plankton, di
laut maupun di air tawar. Di laut, alga ini merupakan primary producer nomor dua
setelah Diatome.

Ciri-ciri umum

a) Fitoplankton ini bersifat uniseluler


b) Phyrrophyta (Yunani, pyrrhos = api ) atau disebut juga dengan alga api karena
menyebabkan air laut berpendar dalam malam hari karena selnya mengandung
fosfor.
c) Nama lain dari filum ini adalah Dinoflagellata (Yunani, dinos = berputar; flagel
= cambuk) karena fitoplankton ini bergerak dengan cara berputar.
d) Memiliki 2 flagel.
e) Cadangan makanan berupa lemak, tepung, dan protein.
f) Dalam filum ini terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk dinding
selnya.

Bentuk tubuh

Bentuknya bulat namun adapula yang asimetris.

Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa fitoplankton dari filum ini memiliki
bentuk sel yang beragam. Ada yang bulat sempurna, adapula yang berbentuk bintang
yang tidak asimetris. Dilengkapi dengan flagel yang melingkari tubuhnya.

Dinding sel

Dinding sel dari filum ini bermacam-macam, dimana banyak golongan-golongan


dari filum ini diberi nama atas dasar bentuk dan sifat-sifat dari dinding sel ini.
a) Dinding sel tipis seperti membran, dan dapat berubah-rubah bentuk-bentuknya:
Contoh : jenis jenis Gymnodinium
b) Dinding berkotak-kotak seperti pantzer, tebal (=techa), mudah lepas jika ada
dalam perut konsumennya. Kotak-kotak tersebut dari selulosa, mempunyai
bentuk dan sculpture macam-macam dan digunakan untuk mendeterminasi
specimen-specimen. Contoh : Peridium, dan sebagainya. Sebagian dari tiap sel
mempunyai sulcus yang melingkari sel dan juga dikenal sebagai equator dan
merupakan ciri khas untuk specimen-specimen Phyrrophyta.

Alat gerak

Alat gerak berupa flagel (sesuai dengan nama lainnya, dinoflagellata) namun
berbeda dengan filum Euglenophyta, filum ini bergerak dengan cara berputar. Jumlah
flagelnya pun selalu dua banyaknya, letaknya berada pada bagian anterior kecuali pada
desmokontae dimana dua flagel ini ada pada ujung sel yang bergerombol.

Pigmen

Warna berbagai fitoplankton dari filum ini beraneka ragam, berhubung dengan
adanya macam-macam pigmen, yaitu : kuning, kuning-hijau, sawo matang, dan
kemerah-merahan.

B. Morfologi Euglenophtya dan Pyrrophyta


1. Morfologi Euglenophyta
Susunan tubuhnya dibatasi oleh perikel yang merupakan membran plasma yang
menebal, ada yang kaku contohnya Phacus dan ada yang lentur contohnya Euglena dan
Paranema.Pada yang bersifat lentur periplas juga sebagai alat gerak, gerak periplas ini
juga disebut dengan gerak euglenoid.
Organisme ini mempunyai tingkat perkembangan lebih tinggi daripada
Cyanophyta karena sudah mempunyai inti yang tetap dan mempunyai khloroplast
seperti pada tumbuhan tinggi.Karena itu Euglena dapat melangsungkan fotosinthesis
dan tumbuh seperti halnya pada tumbuhan tinggi. Beberapa euglenoid berfotosintesis
dan yang lain tidak. Anggota-anggota yang berpigmen memiliki kloroplas yang berisi
klorofil a dan b. Hasil fotosintesis disimpan sebagai paramilon, sebuah polimer glukosa
yang berbentuk butiran dalam sitoplasma.
Dinding sel tidak dibungkus oleh dinding selulosa, melainkan oleh perikel
berprotein, yang berada didalam plasmalema.Pada kebanyakan Euglenoid, perikel itu
bersifat lentur sehingga memungkinkan perubahan bentuk sel, tetapi pada beberapa
jenis, perikel ini kaku sehingga sel memiliki bentuk tetap.
Ujung anterior dari sel berupa sitostoma, sel terbentuk dari ujung depan sel
euglenoid melekuk kedalam membentuk saluran yang ujung dalamnya meluas menjadi
rongga membulat membentuk reservoar. Saluran dan reservoar itu walaupun dianggap
sebagai terusan tempat partikel makanan padat masuk kedalam sel. dan dibawahnya
berupa

kerongkongan/gullet.Pada

beberapa

jenis

celah

ini

berguna

untuk

memasukkan makanan berbentuk padat, tetapi pada beberapa jenis tidak demikian.
Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior yang membesar
berupa waduk (reservoir).Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil. Pada genera
tertentu pada gulletnya terdapat batang farink, terletak parallel dengan panjang gullet,
dan ujung bawahnya sampai setinggi dasar waduk atau memanjang ke ujung posterior
dari sel. Fungsi organ ini untuk menyokong sitostoma waktu menelan makanan padat.

10

Flagella dari Euglena pangkalnya tertanam pada dasar waduk dan keluar
sepanjang sitofarinx dan sitostoma.Yang mempunyai satu flagella, tumbuh ke muka.
Genera yang mempunyai dua flagella, flagellanya sama panjang dan tumbuh ke arah
depan tetapi lebih banyak genera yang flagellanya tidak sama panjang. Flagelanya
mempunyai rumbai-rumbai sepanjang batang (tipe tinsel).
Sistem pergerakan flagella pada prinsipnya sama dengan pergerakan balingbaling. Pergerakan flagellum pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk dorongan atau
sentakan. Gelombang dari sistem undulatori ini lewatnya dari dasar ke ujung dan
langsung mengendalikan organisme dalam arah yang berlawanan atau pergerakan
gelombang lewat dari ujung ke dasar dan ini gerakan sentakan organisme.
Sel mempunyai sebuah pigmen merah menyerupai bintik mata.Pigmen merah ini
merupakan astaxanthin yang hanya dijumpai pada golongan Crustaceae. Cadangan
makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakharida, jadi bukan berupa
amilum seperti pada tumbuhan tinggi atau glycogen seperti pada binatang.
Euglenophyta dapat hidup secara autotrof tetapi juga secara saprofit; tidak dapat
hidup dalam medium yang hanya mengandung garam-garam anorganik, tetapi akan
cepat tumbuh bila dalam medium ditambah dengan sejumlah asam amino. Beberapa
jenis hidup secara obligat saprofit sedang yang lain obligat autotrof, disamping ada yang
hidup secara holozoik yaitu dapat menangkap dan menelan mangsanya seperti pada
binatang.
Hubungan antara Euglenophyta dengan alga lainnya masih belum jelas.Melihat
adanya persamaan dalam hal warnanya, maka diduga ada persamaannya dengan
Chlorophyta, tetapi organisasi protoplas antara keduanya jauh berbeda. Dalam
kenyataannya kelompok euglenoid ini mempunyai persamaan dengan Chrysophyta,
Dinoflagellata dan Volvox.
2. Morfologi Pyrrophyta
Pyrrophyta merupakan plankton uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung

11

pigmen (klorofil A, C2 dan piridinin, sementara yang lain memiliki klorofil A, C1, C2
dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya dinoflagellata yang memiliki
kemampuan untuk berfotosintesis.
Plankton ini berbentuk sel tunggal dan bentuk filamennya bercabang. Anggota
yang memiliki dinding sel terdiri dari selulosa dan lempeng-lempeng. Contoh :
Glenodinium dan Peridinium terdapat lekukan pada tubuh selnya. selain itu terdapat
butir-butir kromatin yang berupa untaian (hal ini merupakan ciri khas dari alga api).
Dikelompokkan sebagai protista autotrof oleh adanya klorofil a dan c, tetapi tidak
mempunyai klorofil b pigmen xantofil yang khas yaitu peridinin, neoperidinin,
dinoxanthin dan neodinoxanthin) dan b karoten yang memberikan warna coklat atau
warna coklat emas.
Pyrrophyta memiliki alat gerak berupa flagel sebanyak 2 buah, satu buah
melingkar sedangkan satu lagi berada dibagian posterior. Ada juga flagel yang terletak
di bagian lateral. Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel akan berputar dan bila
flagel bagian posterior yang bergerak maka sel akan maju.
Pyrrophyta bersifat fotoautotrof atau heterotrof, sebagai saprofit, parasit, hidup
bersimbiosis atau holozoik. Karakteristik organisme ini dari eukariotik lainnya adalah
tetap memadatnya kromosom pada semua stadia sehingga dikenal dengan sifat
mesokariotik.
Yang paling umum dinoflagellata fosil yaitu dalam bentuk kista. Namun, beberapa
spesies memiliki kista dinding sel terbuat dari selulosa, yang tidak menjadi fosil.
Spesies yang menjadi fosil biasanya memiliki dinding yang terbuat dari bahan yang
mirip dengan sporopollenin.

12

C. Reproduksi Euglenophyta dan Pyrrophyta


1. Reproduksi Euglenophyta

Aseksual

Dengan pembelahan sel, baik waktu sedang aktif bergerak atau dalam keadaan
istirahat. Pada genera yang mempunyai lorika (pembungkus sel) protoplast membelah di
dalam lorika, kemudian salah satu anak protoplast keluar dari lorikanya dan membentuk
lorika baru, sedang yang satu tetap di dalam lorika lamanya dan tumbuh menjadi sel
baru.Pada sel yang bergerak aktif, pembelahan memanjang sel (longitudinal) dan
dimulai dari ujung anterior.
Pada genera yang mempunyai satu flagella, mula-mula blepharoplast membelah
menjadi dua, satu membawa flagelanya dan satu lagi akan menghasilkan flagella baru.
Pada yang mempunyai dua flagella, dapat terjadi salah satu sel anakan membawa dua
flagel lamanya dan sel anakan yang lain akan menghasilkan dua flagella baru atau dapat
terjadi masing-masing sel anakan membawa satu flagella dan kemudian masing-masing
menghasilkan satu flagella lagi.
Pembelahan sel pada yang tidak bergerak aktif dapat berlangsung dalam keadaan
dibungkus oleh selaput lendir.Kadang-kadang protoplast anakan tidak keluar dari
selaput pembungkusnya sebelum membelah lagi. Dalam kasus seperti ini akan terbentuk
koloni yang tidak permanen, yang pada waktu tertentu selnya akan bergerak aktif
kembali. Pada banyak genera dijumpai bentuk berupa siste berdinding tebal. Bentuk
siste ada yang menyerupai sel vegetatifnya, tetapi kebanyakan bentuknya berbeda, bulat
atau polygonal. Protoplast dapat menghasilkan sangat banyak euglenarhodone, sehingga
berwarna sangat merah.Biasanya siste berkecambah dengan keluarnya protoplast dari
dalam dinding yang tebal dan tumbuh manjadi sel baru yang bergerak aktif.

Seksual

Adanya konjugasi/penggabungan sel vegetatif pernah dijumpai pada beberapa


euglenoid, tetapi kasus ini masih sangat kabur. Autogami (penggabungan dua inti

13

anakan dalam sel), Inti hasil fusi kemudian membelah meiosis membentuk empat
nukleus yang masing-masing berkembang menjadi sel vegetatif. Hal ini pernah
dijumpai pada Phacus.

2. Reproduksi Pyrrophyta

Secara Aseksual

Yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak. Jika sel memiliki panser, maka
selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas membelah membujur, lalu
keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara yang kemudian masing masing
membuat panser lagi. Setelah mengalami waktu istirahat zigot yang mempunyai dinding
mengadakan pembelahan reduksi, mengeluarkan sel kembar yang telanjang.
Dengan pembelahan biner, yaitu pembelahan sel dengan sel anak mendapatkan
sebagian dari sel induk (sel anak yang membentuk dinding baru). Contoh : Peridinium.

Secara Seksual

Dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat mengadakan


perkawinan dengan isogamet dari individu lain.

14

D. Peranan Euglenophyta dan Pyrrophyta


1. Peranan Euglenophyta
Positif:

Bidang Perikanan merupakan fitoplankton (plankton tumbuhan; plankton hewan


disebut zooplankton) yang berfungsi sebagai pakan ikan.

Ekosistem Perairan Dalam ekosistem perairan, ganggang merupakan produsen


primer, yaitu sebagai penyedia bahan organik dan oksigen bagi hewan-hewan air
seperti ikan, udang dan serangga air.

Bidang Industri Dinding sel diatom banyak mengandung silikat. Sisa-sisa


dinding sel diatom yang hidup di jaman lampau membentuk lapisan tanah yang
dikenal sebagai tanah diatom. Tanah dapat dimanfaatkan sebagai bahan
penggosok, isolasi, bahan dasar industri kaca, dan penyaring (karena berpori).

Dalam dunia sains, Euglena sering dijadikan sebagi objek karena ganggang ini
mudah didapat dan dibiakkan dan sebagai indikator adanya pencemaran organik.

Negatif:

Mencemari sumber air.

Penimbunan endapan tanah pada dasar kolam dan danau.

2. Peranan Pyrrophyta
Pertumbuhan

yang

cepat

dari

plankton

dinoflagelata

mungkin

akan

menghasilkan warna coklat atau merah perubahan wama air disebut red tides. Red tides
biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara. Beberapa dinoflagelata menghasilkan
red tides adalah luminescent. Spesics lain mungkin mengandung racun yang dapat
dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam rantai makanan. Dalam beberapa kasus,
racun dapat menyebabkan kematian ikan atau menyebabkan keracunan manusia yang
makan makanan yang terkontaminasi oleh moluska atau ikan.

15

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:

Euglenophyta selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil,


tetapi

dapat

mengalami

kehilangan

klorofil

dan

kemampuan

untuk

berfotosintesa.

Beberapa ciri morfologi euglenophyta yaitu Susunan tubuhnya dibatasi oleh


perikel yang merupakan membran plasma yang menebal, ada yang kaku,
berklorofil, Dinding sel tidak dibungkus oleh dinding selulosa, melainkan oleh
perikel berprotein, yang berada didalam plasmalema, Ujung anterior dari sel
berupa sitostoma, sel terbentuk dari ujung depan sel euglenoid melekuk kedalam
membentuk saluran yang ujung dalamnya meluas menjadi rongga membulat
membentuk reservoir.

Euglenophyta bereproduksi secara aseksual yaitu melalui pembelahan sel dan


secara seksual yakni dengan melakukan konjugasi.

Peranan dari euglenophyta ini yaitu Positif: Bidang Perikanan merupakan


fitoplankton, Ekosistem Perairan Dalam ekosistem perairan, ganggang
merupakan produsen primer, Bidang Industri Dinding sel diatom banyak
mengandung silikat. Dalam dunia sains, Euglena sering dijadikan sebagi objek
karena ganggang ini mudah didapat dan dibiakkan dan sebagai indikator adanya
pencemaran organic sedangkan dampak negatifnya yaitu : Mencemari

Pyrrophyta adalah plankton uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran.
Mengandung pigmen (klorofil A,C2 dan piridinin,sementara yang lain memiliki
klorofil A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis.

16

Organisme ini memiliki peranan sebagai plankton baik di air tawar dan di air
laut. Meskipun lebih bervariasi bentuk yang ditemukan di air laut. Kelas
dinophyceae motil tersusun oleh epiko dan hipokon yang terbagi secara
melintang oleh girdre (sabuk/ sigulum) Epikon dan hipokon paa umumnya
dibagi menjadi sejumlah lempengan (teka) dan jumlah serta susunan
karakterisrik pada tingkat marga sulcus letaknya membujur.

Mayoritas dari Pyrrophyta berasal dari lautan, tetapi ada beberapa spesies yang
lain yang hidup dia sungai sungai.

Peranan dari Pyrrophyta, yaitu Beberapa dinoflagelata menghasilkan red tides


adalah luminescent Spesics lain mungkin mengandung racun yang dapat
dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam rantai makanan. Dalam
beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan atau menyebabkan
keracunan manusia yang makan makanan yang terkontaminasi oleh moluska
atau ikan.

17

DAFTAR PUSTAKA

George H.Fried,ph.D. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. 2006.


Hala,Yusminah. Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press. 2007.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas


Diponegoro. Semarang. 177 hlm.
Sachlan, M. 1972. Planktonologi.Correspodence Course Centre. Jakarta.
protozoa : http://huderi.wordpress.com ( 25 Maret 2016 ).
Suwignyo,Sugiarto. Avetebrata Air Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya. 2005.

Anda mungkin juga menyukai