sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=69&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi
D0NPur-PLAhXGHI4KHbNpBNg4PBAWCEkwCA&url=http%3A%2F
%2Fejournal.hi.fisip-unmul.ac.id%2Fsite%2Fwp-content%2Fuploads
%2F2013%2F08%2FJOURNAL%2520(08-30-13-02-5101).docx&usg=AFQjCNF1hjZ2iz_ykrhjK7KhNUbb2sLp8Q&bvm=bv.11786818
3,d.c2E
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3) : 785 - 792
ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org
Copyright 2013
Dengan luas wilayahnya yang hanya sekitar 581,5 km, sementara kebutuhan akan
infrastruktur, perumahan, industri dan rekreasi terus meningkat, untuk mengatasi
masalah ini satu-satunya kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Singapura
adalah dengan mereklamasi daerah pantai dan menjadikannya daratan. Sejak
pemerintah Singapura melakukan proyek reklamasi ini pada tahun 1966, luas
daratan Singapura yang awalnya hanya 581,5 km kini sudah meluas hingga 697,2
km.
Dengan adanya reklamasi pantai yang dilakukan singapura ini maka secara
langsung dpat berdampak pada batas negara antara Indonesia dan Singapura.
Akibat dari reklamasi yang dilakukan dengan cara mengimpor pasir laut dari Riau
ini telah banyak menimbulkan kerugian, bukan saja dari aspek territorial namun
juga dari aspek ekonomi perdagangan dan juga lingkungan hidup. Untuk
mengatasi hal-hal yang merugikan dari dampak penambangan pasir ini maka
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan kegiatan ini.
Diantara kebijakan yang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah dikeluarkannya
Inpres RI No.2 Thn. 2002 Tentang Pengendalian Penambangan Pasir Laut. Karena
kebijakan ini dinilai mampu untuk mengurangi dan menanggulangi pengeksporan
pasir ke Singapura.
Kebijakan reklamasi yang dilakukan pemerintah Singapura ini membuat
pemerintah Indonesia khawatir, karena dengan melakukan reklamasi daratan
Singapura akan bertambah yang mana akan menyebabkan pergeseran garis batas
antar kedua negara dan jelas akan mengganggu kedaulatan teritorial Indonesia.
Namun dalam kasus reklamasi yang dilakukan oleh Singapura ini tidak lepas dari
ketentuan-ketentuan Hukum Laut Internasional, UNCLOS (United Nation
Convention on the Law Of the Sea) 1982. Hal ini disebabkan karena UNCLOS
sebagai satu-satunya rujukan bagi negara-negara yang memiliki masalah dengan
wilayah laut. Masalah reklamasi Singapura ini memicu berbagai macam
interpretasi dan kaitannya dengan ketentuan UNCLOS 1982. Hal ini dikarenakan
belum adanya pasal yang spesifik membahas mengenai masalah reklamasi.
Indonesia dan Singapura telah menyepakati mengenai batas laut teritorial di selat
Singapura pada tahun 1973 yang mana menetapkan 6 titik batas yang juga dikenal
dengan sebutan v-line. Pada 10 Maret 2009 Indonesia dan Singapura kembali
menjajaki perundingan untuk membahas perbatasan di sisi barat dan
menghasilkan perjanjian yang menghasilkan 3 titik baru setelah sebelumnya pada
perjanjian 1973 ditentukan 6 titik perbatasan.
Namun perjanjian tersebut ternyata belum menyelesaikan masalah perbatasan
antara Indonesia dan Singapura, masih ada perbatasan di sisi timur Singapura
yang masih belum disepakati. Dengan kebijakan reklamasi yang dilakukan
Singapura dan belum adanya kesepakatan perbatasan di beberapa lokasi di sisi
786
barat dan timur Singapura bisa mengakibatkan pergeseran garis pantai Singapura
kearah kedaulatan wilayah Indonesia dan hal ini bisa menyebabkan konflik
delimitasi dikemudian hari.
Rumusan masalah
Untuk mengetahui masalah yang diteliti agar tidak terjadi keambiguan dalam
skripsi ini, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : Apakah
dampak dari reklamasi pantai yang dilakukan Singapura terhadap garis batas
antara Indonesia-Singapura? Dan potensi konflik apa yang ditimbulkannya pasca
reklamasi tersebut?
Tujuan penelitian
Penelitian ini dibuat dengan maksud dapat menjawab masalah penelitian yang
telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan dari reklamasi
pantai yang dilakukan Singapura terhadap garis batas antara IndonesiaSingapura.
2.
Untuk mengetahui sebab-sebab dan asal mula reklamasi yang
dilakukan Singapura dan potensi konflik apa yang terjadi pada reklamasi ini.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh penulis dari penelitian ini yaitu :
1.
Dapat menjadi sumber rujukan bacaan atau referensi bagi peneliti
lainnya yang ingin melakukan penelitian yang relevan dengan objek kajian
penelitian ini.
2.
Untuk menerapkan konsep-konsep dan teori-teori yang selama ini
didapat semasa perkuliahan dan diterapkan dalam bentuk sebuah skripsi.
3.
Untuk membuat suatu tulisan ilmiah yang baik, relevan dan dapat di
percaya sebagai sumbangsih penulis terhadap studi ilmu Hubungan
Internasional
Metodologi Penelitian
Tipe yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah tipe
Deskriptif-Analisis yaitu penelitian yang berusaha memberikan gambaran
mengenai Potensi Konflik Indonesia Singapura Pasca Reklamasi Pantai
Singapura.
Fokus Penelitian
Sehubungan dengan judul yang penulis ajukan yaitu Potensi Konflik Indonesia
Singapura Pasca Reklamasi Pantai Singapura maka penulis membatasi ruang
lingkup permasalahannya pada potensi konflik pasca reklamasi pantai Singapura.
787
yang dimilikinya dengan jumlah penduduk yang terus meningkat. Dengan luas
wilayahnya yang hanya sekitar 581, 5 kilometer persegi sementara kebutuhan
akan infrastrukur, perumahan, industri dan rekreasi terus meningkat.
Untuk mengatasi maslah ini kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Singapura
adalah dengan mereklamasi daerah pantai dan menjadikannya daratan. Luas
Sinagpura yang awalnya hanya 581,5 kilometer persegi bertambah luas menjadi
697,2 kilometer persegi. Dengan adanya reklamasi pantai yang dilakukan
Singapura ini maka secara langsung dapat berdampak pada batas negara anatar
Indonesia dan Singapura. Akibat dari reklamasi yang dilakukan dengan cara
mengimpor pasir laut dari Indonesia ini telah menimbulkan banyak kerugian,
bukan saja dari aspek territorial namun juga dari aspek ekonomi perdagangan dan
juga lingkungan hidup. Kebijakan reklamasi yang dilakukan pemerintah
Singapura ini membuat pemerintah Indonesia khawatir, karena dengan melakukan
reklamasi daratan Singapura akan bertambah yang mana akan menyebabkan
pergeseran garis batas antar kedua negara dan jelas akan mengganggu kedaulatan
territorial Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa potensi konflik
yang ditimbulkan dari reklamasi yang dilakukan oleh Singapura adalah sebagai
berikut.
1. Potensi Konflik Yang Ditimbulkan Akibat Perbedaan Pemahaman Mengenai
UNCLOS 1982
Hukum Laut Internasional yang termasuk dalam UNCLOS sebenarnya sudah
mencantumkan hukum laut secara jelas dan menjadi rujukan berbagai masalah
yang berhubungan dengan hukum laut. Namun untuk kasus reklamasi masih
belum ada pasal-pasal khusus yang mengatur tentang masalah reklamasi ini
walaupun ada beberapa pasal-pasal yang masih ada terkait dengan kasus
reklamasi ini.
2. Potensi Konflik Akibat Belum Tuntasnya Perjanjian Perbatasan IndonesiaSingapura
Perjanjian Perbatasan Indonesia-Singapura belum tuntas walaupun sudah ada
melakukan perjanjian pada tahun 1973 yang menghasilkan perjanjian yang
menetapkan 6 titik perbatasan. Namun perjanjian ini belum menuntaskan
keseluruhan garis batas antara Indonesia-Singapura sehingga masih menimbulkan
beberapa celah yang dapat merubah garis batas Indonesia-Singapura.
3. Potensi Konflik Akibat Perluasan Wilayah Singapura Pasca Reklamasi
Pasca reklamasi wilayah Singapura semakin meluas, dan dengan meluasnya
wilayah Singapura ini dapat dipastikan kebijakan reklamasi yang dilakukan
pemerintah Singapura ini membuat pemerintah Indonesia khawatir, karena dengan
790
792