PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Endometriosis adalah suatu penyakit yang lazim menyerang wanita diusia
tersebut
belum
terungkap
secara
tuntas.
Keberhasilan
penanganan
Tujuan
2.
3.
4.
1.3
Manfaat
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman dokter muda mengenai kista coklat dalam hal pelaksanaan
anamnesa,
pemeriksaan
fisik
dan
penunjang,
penegakan
diagnosis,
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1
IDENTITAS
2.1.1
Pasien
No. Reg.
11218xxx
Nama
Ny. NL
Umur
36 tahun
Agama
Islam
Pendidikan
Pekerjaan
Suku
Jawa
Bangsa
Indonesia
Alamat
2.1.2
Status
Kehamilan
P1001 Ab100
Tgl periksa
Pasangan
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
2.2
SUBYEKTIF
2.2.1
Keluhan Utama
Islam
14 Januari 2015
Menarche
Siklus
28 hari
Lamanya haid
5 - 7 hari
Banyaknya haid
2.2.3
Nyeri haid
ada
Fluor Albus
tidak ada
Riwayat Pernikahan
1 kali selama 20 tahun
2.2.4
Usia
Kehamilan
BBL
1.
2.
2.2.5
Cara
Tempat
Lahir
Persalinan
abortus
L/P
Umur
H/M
15 th
-
H
M
Riwayat Kontrasepsi
-
2.2.6
2.2.7
2.2.8
Riwayat Ginekologi
4
22
januari
2015
pasien
kontrol
sambil
menyerahkan
hasil
7 Juli 2015 pasien kontrol untuk injeksi indrolin dan ada keluhan tidak
haid
2.2.9
Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan suami dan keluarga baik. Keluarga dan
suami pasien sangat mendukung pasien untuk menggunakan kontrasepsi
metode suntik setiap 3 bulan. Pasien beragama Islam, rajin menjalankan
shalat 5 waktu, dan berpuasa di bulan Ramadhan. Lingkungan tempat
tinggal dan tempat bekerja pasien juga mendukung penggunaan
kontrasepsi atau tidak terdapat larangan atas penggunaan kontrasepsi.
2.3
OBYEKTIF
2.3.1
Status Generalis
Keadaan umum
Baik
Kesadaran
Compos Mentis
Tinggi badan
Berat badan
Tekanan darah
110/70 mmHg
Nadi
80 x/menit, reguler
RR
Suhu
36,5o C
Thorax
Jantung
Paru
v/v
Rhonki - / -
Wheezing - / -
v/v
-/-
-/-
v/v
-/-
-/-
Abdomen
Ekstremitas
Status Ginekologi
Genitalia eksterna
2.3.2
Inspekulo
VT
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
(21 Januari 2015)
Darah lengkap
Faal hemostasis
: 10,8/ 20,2
SGOT/ SGPT
: 17/ 12
Albumin
: 4,06
: 88
Ur/Cr
: 13,3/ 0,71
Ca 125
: 267,40
Serum elektrolit
Hemoglobin (HGB)
Eritrosit (RBC)
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
MCV
MCH
MCHC
RDW
PDW
MPV
P-LCR
PCT
Hitung Jenis :
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Lain-lain
Hasil
Satuan
Dewasa
13,60
4,70
6,88
39,70
407
84,50
28,90
34,30
11,90
8,8
8,9
15,7
0,36
g/dl
106/L
103/L
%
103/L
fL
Pg
g/dl
%
fL
fL
%
%
Normal
11,4-15,1
4,0-5,0
4,7-11,3
38-42
142-424
80-93
27-31
32-36
11,5-14,5
9-13
7,2-11,1
15,0-25,0
0,150-0,400
2,3
0,4
52,2
387
6,4
-
%
%
%
%
%
-
0-4
0-1
51-67
25-33
2-5
-
AP (S)
Endometrium normal
Kesan
Lokalisasi
Jawaban
Kesimpulan:
:2
2.4
:0
Papil
:0
Ascites
:0
RI/PI
:0+
Total
:2
ASSESSMENT
Post operasi laparoskopi kistektomi D/S atas indikasi kista coklat/ kista
endometriosis
2.4
PLANNING
PDx.
PTx.
PMo
PEdu :
2.
BAB 3
PERMASALAHAN
3.1
Faktor Resiko
Apa saja faktor resiko kista cokelat/ kista edometriosis pada pasien ini?
3.2
Diagnosis
Bagaimana cara menegakkan kista cokelat/ kista edometriosis pada
pasien ini?
3.3
Tatalaksana
Bagaimana manajemen dan penatalaksanaan kista coklat/ kista
endometriosis pada pasien ini?
3.4
Prognosis
Bagaimana prognosis kista coklat pada pasien ini?
BAB 4
TINJAUAN PUSTAKA
4.1
Definisi
10
Endometrioma, atau yang dikenal juga dengan kista coklat atau kista
endometrium, adalah lokasi dari endometriosis yang biasanya di ovarium.
Diagnosis biasanya menggunakan ultrasound atau USG (Kurda et al., 2015).
4.2
Epidemiologi
Kejadian endometriosis terus meningkat selama kurang lebih 30 tahun
terakhir ini. Pada semua operasi pelvis, ditemukan angka kejadian 5 15%.
Uniknya, endometriosis lebihsering ditemukan pada wanita yang tidak menikah
pada umur muda dan tidak mempunyai banyak anak (Wiknjosastro, 2007).
Di Amerika Serikat, endometriosis terjadi pada 7 10% populasi,
terutama pada wanita usia produktif. Prevalensi endometriosis pada wanita
infertil adalah sebesar 20 50% dan besarnya 80% pada wanita dengan nyeri
pelvis. Terdapatketerkaitan keluarga, dimana resiko meningkat hingga 10 kali
lipat pada wanita dengan riwayat keluarga derajat pertama yang memiliki
penyakit tersebut (Kapoor, 2009).
4.3
Etiologi
Teori tentang terjadinya endometriosis adalah sebagai berikut:
4.3.1 Teori retrograde menstruasi
Teori pertama yaitu teori retrograde menstruasi, juga dikenal sebagai
11
12
tuan
rumah
melalui
pengenalan,
fagositosis,
dan
berbagai
prostaglandin
macam
dan membantu
sitokin,
faktor
fungsi-fungsi
pertumbuhan,
faktor
di atas,
enzim
dan
di samping
merangsang pertumbuhan dan proliferasi tipe sel yang lain. Makrofag terdapat
dalam cairan peritoneum normal dan jumlah serta aktifitasnya meningkat pada
wanita dengan endometriosis. Pada penderita endometriosis, makrofag yang
terdapat di peritoneum dan monosit yang beredar teraktivasi sehingga
penyakitnya berkembang melalui sekresi faktor pertumbuhandan sitokin yang
merangsang proliferasi dari endometrium ektopik dan menghambat fungsi
pemakannya. Natural killer juga merupakan komponen lain yang penting dalam
proses terjadinya endometriosis, aktifitas sitotoksik menurun dan lebih jelas
terlihat pada wanita dengan stadium endometriosis yang lanjut (Wellbery, 2015,
Overton 2007).
4.3.5 Faktor endokrin
Perkembangan dan pertumbuhan endometriosis tergantung kepada
estrogen
(estrogen-dependent
disorder).
Penyimpangan
sintesa
dan
13
Aromatase,
suatu
enzim
yang
merubah
androgen,
androstenedion
Kista
endometriosis
dan
susukan
endometriosis
diluar
ovarium
14
Patofisiologi
Teori histogenesis endometriosis yang paling banyak dipakai adalah
Sel
sel
inikemudian
dapat
mengadakan
implantasi
di
pelvis(Wiknjosastro, 2007).
Teori lain mengenai histogenesis endometriosis dilontarkan oleh
Meyer.Pada teori ini dikemukakan
bahwa
dismenorea
disebabkan
peningkatan
tekanan
dalam
Menstruasi
melibatkan
cetusan
dari
prostaglandin
yang
oleh
implantasi
yang
cukup
dalam
yaitu
>5mm,
dimana
endometriosis tersebut dilapisi oleh material fibrotik kasar yang berisi jaringan
glandular endometriosis yang aktif cukup rapuh terhadap sentuhan (Rosevear,
2002).
4.5
Manifestasi Klinis
Endometriosis dapat menimbulkan gejala-gejala berupa dismenore
16
ke
rektum
dan
menyebabkan
diare.
Duapertiga
perempuan
dengan
yang
lebih
parah
mungkin
hanya
merasakan
sedikit
tumor
nekrosis
faktor
dan
protease.
Cairan
peritoneum
17
penyakit
dengan
pada
kedalaman
para
dan
wanita
volume
penderita
infiltrasi.
endometriosis
Sementara
itu,
gejala
adanya
tersebut
pada pasien
endometriosis,
gejala-gejala
memang
ini
dapat
belum
pasti
mempunyai
Anamnesis
Anamnesis diperlukan untuk mengetahui data dan faktor resiko yang
Nama lengkap
b.
c.
d.
e.
Pendidikan
f.
Pekerjaan
18
g.
Status perkawinan
h.
i.
j.
b.
mola,
partus
terakhir,
abortus
terakhir,
sedang
Riwayat haid (lama dan banyak haid selama 6 bulan terakhir, usia
menarche, siklus haid, lama haid, jumlah ketika haid, hari pertama
haid terakhir)
d.
e.
Riwayat keputihan (sejak kapan, bau atau tidak, warna, gatal dan
keterangan tambahan lain)
f.
4.7
g.
h.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik genital eksternal biasanya normal. Penyakit pada
19
Pemeriksaan penunjang
4.8.1
Gambaran Radiografi
MRI
gambaran
hipointens
20
karena
adanya
21
Kelebihan
utama
dari
MRI
terhadap
ultrasonografi
adalah
22
peritoneal
telah
terbukti
berperan
dalam
menyebabkan
oleh
kehadiran
endometriosis.
Lebih
jauh,
analisi
lainnya
pemberian
profilaksis
berupa
kontrasepsi
oral
kombinasi
23
hubungan antara endometriosis dengan abortus rekuren dan tidak ada penelitian
yang menunjukkan bahwa terapi medikamentosa atau pembedahan dapat
mengurangi angka kejadian abortus.
Terapi
medis
pil
kontrasepsi
oral
kombinasi,
danazol,
agen
progestational, dan analog GnRH. Semua obat ini memiliki efek yang sama
dalam mengurangi nyeri dan durasinya. Pil kontrasepsi oral kombinasi berperan
dalam supresi ovarium dan memperpanjang efek progestin. Semua agen
progesteron berperan dalam desidualisasi dan atrofi endometrium. Medroksi
progesterone asetat berperan dalam mengurangi nyeri. Megestrol asetat juga
memiliki efek yang sama. Levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) berguna
dalam mengurangi nyeri akibat endometriosis. Analog GnRH berguna untuk
menurunkan gejala nyeri, namun tidak berefek dalam meningkatkan angka
fertilitas. Terapi dengan GnRH menurunkan gejala nyeri pada 85-100% wanita
dengan endometriosis. Danazolber peran untuk menghambat siklus folliclestimulating hormone (FSH) and luteinizing hormone (LH) dan mencegah
steroidogenesis di korpus luteum.
4.11. 2 Terapi Bedah
Terapi bedah bias diklasifikasikan menjadi terapi bedah konservatif (jika
fungsi reproduksi berusaha dipertahankan), semi konservatif (jika kemampuan
reproduksi dikurangi tetapi fungsi ovarium masih ada), dan radikal (jika uterus
dan ovarium diangkat secara keseluruhan). Usia, keinginan untuk memperoleh
anak lagi, perubahan kualitas hidup, adalah hal-hal yang menjadi pertimbangan
ketika memutuskan suatu jenis tindakan operasi. (Wellbery, 2015, Kapoor, 2009,
Stoppler, 2009)
4.11.2.1 Pembedahan konservatif
Tujuannya adalah merusak jaringan endometriosis dan melepaskan
perlengketan perituba dan periovarian yang menjadi sebab timbulnya gejala nyeri
dan mengganggu transportasi ovum. Pendekatan laparoskopi adalah metode
pilihan untukm engobati endometriosis secara konservatif. Ablasi bisa dilakukan
dengan laser atau elektrodiatermi. Secara keseluruhan, angka rekurensi adalah
19%. Pembedahan ablasi laparoskopi dengan diatermi bipolar atau laser efktif
dalam menghilangkan gejala nyeri pada 87%. Kista endometriosis dapat diterapi
24
25
Nyeri
Sedang - Berat
Ringan - Sedang
Infertilitas (eksklusi
penyebab lain) :
Faktor lain yang
bersamaan
menyebabkan
infetilitas
Program Kehamilan
Diagnosis dengan
Laparoskopi
Pemilihan
pengobatan
empiris dengan
OCPs atau
progestin
Bedah eksisi
dan abalasi lesi
Diagnosis dengan
Laparoskopi
In Vitro
Fertilization atau
superovulation
Bedah eksisi
dan abalasi lesi
Terapi segera post operasi
dengan danazol
(Danocrine), OCPs, GnRH
agonis, atau progestin
Rekuren
Terapi medis
selama 6-9
bulan
Hysterectomy, oophorectomy
Gambar 4.4 Algoritma Penatalaksanaan Endometriosis
4.12 Prognosis
Endometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali telah dilakukan
dengan histerektomi dan ooforektomi bilateral.
untuk
menurunkan
angka
kejadian
rekurensi
dari
gejala-gejala
26
BAB 5
PEMBAHASAN
Endometriosis
uteri
adalah
suatu
keadaan
di
mana
jaringan
endometrium yang masih berfungsi terdapat diluar kavum uteri. Jaringan ini
terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma yang peka terhadap hormon terutama
esterogen. Bila jaringan endometrium tumbuh menembus membrana basalis dan
terdapat di dalam miometrium, maka penyakit ini disebut adenomiosis. Ketika
kelenjar dan stroma endometrium ditemukan di rongga pelvik, ovarium, kavum
Douglasi, rektum maupun kandung kemih maka disebut endometriosis eksterna.
Insiden endometriosis pada ovarium menempati urutan pertama kejadian
endometriosis eksterna. Secara khusus penyakit ini disebut endometriosis ovarii
atau endometrioma. Umumnya akan terbentuk kista berdinding tipis rata berisi
cairan berwarna coklat, itu sebabnya endometrioma sering disebut kista coklat
(Prawirohardjo, 2011).
Insiden kista coklat sulit dikuantifikasi karena sering gejalanya
asimtomatis dan pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
sensitifitasnya rendah. Perempuan dengan endometriosis bisa tanpa gejala,
subfertil, atau menderita rasa sakit pada daerah pelvis terutama waktu
menstruasi (dismenorea). Kejadian endometriosis 10-20% pada usia reproduksi
perempuan. Jarang sekali terjadi pada perempuan pramenarke ataupun
menopause. Faktor resiko terutama yang terjadi pada perempuan yang haidnya
banyak dan lama serta perempuan yang menarkenya pada usia dini (Dhooghe,
1996).
Berdasarkan identitas pasien, diketahui pasien berusia 36 tahun dengan
riwayat menstruasi teratur setiap bulan dengan lama haid 5-7 hari, ganti
pembalut 2-3 kali sehari dengan adanya nyeri saat haid. Pasien belum memasuki
masa menopause karena didapatkan mengalami haid terakhir pada tanggal 14
Januari 2015 (periksa ke RS tanggal 10 Februari 2015). Pasien telah menikah
dan memiliki 1 anak, Pasien meyangkal adanya riwayat tumor atau kanker
kandungan pada keluarga
Berdasarkan identitas dan hasil anamnesa pasien, maka tidak dijumpai
kelainan pada siklus menstruasi. Diperkirakan, terdapat faktor keturunan yang
tidak diketahui. Faktor resiko kista coklat tidak hanya meningkat pada faktor
27
keturunan di saudara paling dekat (first-degree relatives) tapi juga signifikan pada
saudara jauh, keponakan hingga 5-6 generasi sebelumnya. Pada faktor resiko
keturunan ini, kemungkinan terdapat mutasi genetik yang diturunkan misalnya
pada kromosom 10q26, kromosom 20p13, gen EMX2 untuk perkembangan
saluran reproduksi atau PTEN, tumor suppressor gen (Bischoff, 2000).
28
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Faktor resiko yang menyebabkan kista coklat atau kista endometriosis
pada pasien ini, berdasarkan identitas dan hasil anamnesa pasien, tidak
dijumpai kelainan pada siklus menstruasi. Diperkirakan, terdapat faktor
keturunan yang tidak diketahui seperti kemungkinan mutasi. Penegakan
diagnosis pada pasien ini dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang (USG, laboratorium, USG Dopler, dan foto polos).
Tatalaksana yang diberikan adalah operasi laparoskopi dan injeksi endrolin
setelah operasi sambil kontrol untuk memantau perkembangan dan
kemungkinan adanya efek samping atau komplikasi tindakan serta
pengobatan. Untuk prognosis pada pasien ini cukup baik karena segera
dilakukan penanganan, tetapi gangguan infertilitas adalah masalah utama
yang dirasakan pasien yang berencana ingin memiliki anak kembali. Pasien
yang berencana memiliki anak kembali akan mengalami kesulitan akibat
penyakit yang diderita sehingga harus dilakukan pengangkatan ovarium.
6.2 Saran
Penilaian faktor resiko pada pasien perlu digali lebih dalam lagi dan
perlu dilakukan monitoring keberlanjutan terhadap fertilitas pasien untuk
mengetahui komplikasi dari kista endometriosis terhdap kesuburan pasien.
29
DAFTAR PUSTAKA
Dhooghe MT, Hill Aj. Endometriosis in, Berek JS, Adashi EY, Hillard PA (ed),
Novaks Gynecology. 12th Edition. Pensylvania: Williams & Wilkins,
1996: 887-905.
Djuwantono, T. 2008. Diagnosis Endometriosis dalam Praktik. Subbagian
Fertilitas Endokrinologi ReproduksiBagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan FK UNPAD/RSHS. Bandung
Djuwantono, Tono. 2008. Diagnosis Endometriosis dalam Praktik. Seminar
Endometriosis, from basic science to management. Bandung, Indonesia
Glastonburry CM. 2002. The Shading Sign. Radiology. 224 (1) : 199 201.
Radiology (full text) doi:10.1148/radiol.2241010361 Pubmed citation
Kapoor, Dharmesh. Endometriosis. 2009. http://emedicine.medscape.com/article/
271899-print (diakses tanggal 6 September 2015)
Kurda
et
al.
2015.
Endometrioma.
(Online
:
http://radiopaedia.org/articles/endometrioma). Diakses 5 September
2015.
Lee
BM,
The
Endometriosis
cyst. http://ezinearticles.com/?CystEndometriosis---Cyst-in-the-Walls-of-the-Womb&id=1794678 [diakses 6
September 2015]
Leyland N., Casper R., Laberge P., Singh S. 2010. Endometriosis: Diagnosis and
Management. Journal of Obstetric and Gynaecology Canada. Volume
32, Number 7. Page 4-8
Mounsey A., Wilgus A., Slawson D. 2006. Diagnosis and Management of
Endometriosis. American Family Physician. Volume 74, Number 4. Page
594-602
Overton C, Davis C, McMilliantL, Shaw R. An Atlas Of Endometriosis, 3 rd ed.
London: Informa Healthcare, 2007, p.2-3,36
Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Jakarta YBP-SP, 2010, p.314-36
30
31