Anda di halaman 1dari 16

Daftar Lengkap Obat Batuk, Flu, Alergi, Asma dan Cara

Pemilihannya
Obat Flu
Di pasaran obat bebas obnat flu bagi anak dan dewasa sangat banyak dan beragam. Seringkali
moranmgtua atau penderita flu kesulitan mencari obat yang paling bagus, paling manjur dan
paling cocok.
Obat Flu biasanya mengandung

analgesik/pain killer/pelerai rasa sakit untuk sakit kepala, tenggorokan kering, nyeri
otot, dan demam

dekongestan, untuk mengatasi bersin dan melapangkan hidung yang tersumbat

anti-alergi

obat batuk, baik bersifat antitusif atau ekspektoran

Berbagai Jenis Obat Flu

Actifed Syrup Actifed diindikasikan untuk meringankan pilek dan alergi pernafasan
hidung. Kontra Indikasi: Penderita hipersensitif terhadap obat ini. Tripolidine
membantu meringankan gejala yang penyebabnya secara keseluruhan maupun
sebagian tergantung pada pelepasan histamine. Senyawa dari golongan pyrolidine ini
bekerja sebagai antagonis kompetitif untuk reseptor histamine H1 dan mampu
menekan sistem syaraf pusat, sehingga menyebabkan kantuk. pseudoephedrine
mempunyai aktifitas simpatonimetik langsung maupun tidak langsung dan merupakan
dekongestan saluran nafas bagian atas.

Allerzin Syrup ALLERZIN syrup (5 ml) mengandung Prornethazine HCI sebanyak 5


mg. Digunakan untuk pengobatan pada berbagai macam penyakit yang disebabkan
oleh reaksi alergi. Karena sifat sedatifnya, maka untuk pemakaian obat ini dapat
menimbulkan rasa agak mengantuk, mirip CTM.

Bodrex Flu dan Batuk Komposisi: parasetamol 500 mg, pseudoephedrine HCl 30
mg, dextromethorphan HBr 12 mg. Indikasi : meredakan gejala-gejala flu seperti
demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai batuk.
Parasetamol bekerja sebagai antipiretik (pengurang demam) dan analgetik (pelerai
rasa sakit kepala), pseudoefedrin (bukan PPA yang digunakan) sebagai dekongestan
(hidung tersumbat), dekstrometorfan sebagai antitusif (penekan batuk).

Anadex Tablet Komposisi: Tiap kaplet salut gula mengandung: Paracetamol 500
mg Dextramethorphan HBr 15 mg Phenylpropanolamine HCl 15 mg
Chlorpheniramine maleate 1 mg Cara Kerja Obat: Bekerja sebagai analgetikantipiretik, antitusif, antihistamin dan dekongestan hidung. Aturan Pakai: Dewasa: 1

kaplet salut gula 3 4 kali sehari. Efek Samping: Mengantuk, gangguan pencernaan,
gangguan psikomotor, takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin.
Penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati.

Coparcetin Isi kandungannya adalah : parasetamol 500 mg, gliseril guaiakolat 100
mg, efedrin-HCl 8 mg, CTM (klorfeniramin maleat) 2 mg. Sedangkan dalam bentuk
sediaan sirup, tiap 5 ml mengandung: parasetamol 120 mg, gliseril guaiakolat 50
mg, efedrin HCl 4 mg, CTM (klorfeniramin maleat) 1 mg. Coparcetin adalah obat
untuk influenza, batuk pilek, salesma, bronkitis, asma dan saluran nafas. Ada dalam 2
bentuk sediaan yaitu kaplet dan sirup. Untuk sirup sendiri ada untuk dewasa dan anakanak (Caporcetin Kid Cough). Aturan pakai untuk dewasa adalah 3 x sehari 1 kaplet,
anak usia 6-12 tahun: 3 x sehari 1/2 kaplet. Untuk sediaan sirup, anak 2-6 tahun: 3-4 x
sehari 1/2 -1 sendok takar (5 ml); 6-12 tahun: 3-4 x sehari 1/2 -1 sendok takar (5
ml).Parasetamol dan efedrin idem di atas. Gliseril guaikolat adalah ekspektoran
(pelancar dahak), CTM sebagai antialergi.

Decolgen Setiap tablet mengandung: parasetamol 400mg, fenilpropanolamon HCI


12,5 mg, dan klorfeniramin maleat 1mg

Dorbigot (Nufarindo) Komposisinya parasetamol 500 mg dan N-acetylcysteine


(NAC) 200 mg. Indikasi meringankan batuk berdahak dan menurunkan demam yang
menyertai influenza. NAC adalah salah satu ekspektoran.

Fludexin Komposisi: Tiap sendok takar 5 ml sirup mengandung: Parasetamol 120


mg,Klorfeniramin maleat 0.5 mg, Fenilefrin HCL 1.75 mg, Dekstrometorfan HBr 3.5
mg Cara Kerja Obat: Bekerja sebagai analgetik-antipiretik, antitusif, antihistamin dan
dekongestan hidung. Dosis: Anak 6 12 tahun: 2 sendok takar (10 ml), 3 kali sehari.

Hufagrip Indikasi: Meringankan gejala-gejala flu seperti demam, sakit kepala,


hidung tersumbat, dan bersin-bersin. Komposisi: Kapsul biru (tidak menyebabkan
kantuk) Paracetamol 500 mg Pseudosephedrine HCL 30 mg Kapsul merah
(menyebabkan kantuk) Paracetamol 325 mg Pseudosephedrine HCL 15 mg
Diphenhyldramine HCL 12.5 mg Dosis: Dewasa dan anak > 12 tahun: 1 kapsul biru
pada pagi dan siang hari. 2 kapsul merah pada malam hari.

Intunal F Komposisi : Parasetamol 500 mg, Fenilpropanolamin HCl 15 mg,


Deksklorfeniramini maleat 2 mg, Dekstrometorfan HBr 15 mg, Gliseril guaiakolat 50
mg. Menghilangkan gejala-gejala demam, flu, sakit kepala. Tidak digunakan CTM
tapi Deks-CTM, apa bedanya? Sama saja, sama-sama antialergi. Untuk dekongestan
dipakai Fenilpropanolamin HCl 15 mg (tidak 25 mg). Obat ini antitusif di gabung
dengan ekspektoran (dekstro vs GG).

Inza Komposisi : Parasetamol 500 mg, Pseudoefedrin HCI 30 mg, Klorfeniramina


Maleat 1 mg. Efek samping: mengantuk, gangguan pencernaan, isomnia, gelisah,
eksitasi, tremor, takikardi, aritmia ventrikel, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih.
Penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati.

Neozep Forte Komposisi Phenylpropanolamine HCl 15 mg, parasetamol 250 mg,


salisilamid 150 mg, chlorpheniramine maleate 2 mg, ascorbic acid (vitamin C) 25 mg.

Indikasi: pilek, rinitis alergika & rinitis vasomotor, sinusitis, flu, hidung berair, hay
fever (demam disebabkan kepekaan terhadap rumput kering) dan gangguan
nasofaringeal lain. Salisilamid adalah bentuk lain dari salisilat, selain juga sodium
salisilat (suatu garam salisilat). Perbedaannya terletak pada kekuatannya (potensi).
Asam asetilsalisilik adalah bentuk yang terkuat, sedangkan salisilamid adalah bentuk
terlemah. Di Neozep Forte sudah ada parasetamol, tapi mengapa masih menggunakan
salisilamid dalam komposisinya ya? Mungkin ini strategi dalam mengurangi dosis
parasetamol yang hanya 250 mg saja, sehingga efek hepatotoksiknya turun, sementara
supaya efeknya tetap sama makanya di tambah dari salisilamid (yang potensinya
cukup lemah).

Panadol Cold dan Flu Merek baru perluasan dari Panadol biru, dengan bintang iklan
ganteng Afghan, pelantun lagu Terima Kasih Cinta. Kemasannya adalah warna hijau,
berbeda dengan merek baru lainnya yaitu Panadol Extra yang berwarna
merah. Panadol Cold & Flu mengandung kombinasi dari parasetamol 500 mg,
pseudoefedrin HCI 30 mg, dan dekstrometorfan HBr 15 mg, yang berguna untuk
demam/meringankan rasa sakit, dekongestan dan antitusif. Parasetamol adalah derifat
non-narkotik dari para aminophenol yang berkhasiat analgesik dan antiperetik. yang
timbul karena efek selektif alat persepsi rasa sakit pada talamus dan hipotalamus di
susunan saraf pusat. Panadol Cold & Flu dapat di gunakan pada penderita yang
sensitif terhadap asetosal, atau gangguan saluran pencernan, pendarahan lambung.
Pseudoefedrin HCI merupakan dekongestan nasal yang dapat diberikan per oral.
Pseudoephedrine HCl bekerja merangsang reseptor alpha adrenegric yang
menimbulkan vasokonstriksi kongesti selaput lendir yang menyertai rinitis alergik,
koriza akut, sinusitis dan penyakut saluran nafas lainnya. Dextromethorpan HBr,
merupakan penekan batuk non-narkotik.

Paracetin Syrup Tiap 5 ml sirup komposisi : : Parasetamol 120 mg, gliseril


guaiakolat 30 mg, efedrin-HCl 3 mg, klorfeniramin maleat (CTM) 0,5
mg. Indikasi: Influenza, demam, bersin-bersin, pilek, sakit kepala dengan batuk.

Paramex Flu dan Batuk Komposisi : Propifenazon 150 mg, Parasetamol 250
mg, Deksklorfeniramini maleate 1 mg, Kafein anhidrat 50 mg. Indikasi: Sakit kepala,
migren, sakit gigi, nyeri menstruasi, flu, reumatisme, neuralgia (nyeri saraf) dan
skiatika (pinggang pegal, linu panggul), demam. Kontraindikasi: pasien dengan
penyakit ginjal tidak boleh minum obat ini, hal ini karena propifeanzone bisa
membuat toksik pada ginjal. Propifenazon (propilantipirin) adalah derivat fenazon
tanpa daya antiradang dengan sifat sama. Di AS, penggunaan obat dari keluarga
fenazon diawasi dengan ketat (Ganiswara, 2003). Resiko agranulositosis lebih ringan.
Beberapa obat sakit kepala yang mengandung propifenazon adalah Ultraflu, Bodrex
Migra, dan Saridon. Paramex juga mengandung kafein. Kafein merupakan stimulan
sistem syaraf pusat yang dapat memperlihatkan sifat-sifat tertentu seperti stimulasi
jantung, diuretik, dan relaksasi otot polos. Kombinasi parasetamol-kafein dapat
meningkatkan efikasi analgesik. Ketika minum obat yang ada kafein-nya, minumlah
sedikit mungkin minuman lain yang mengandung kafein, (misal: kopi, teh, cola; 1
cangkir kopi = 100 mg kafein), sebab kafein yang terlalu banyak menyebabkan
gelisah, iritabilitas, sukar tidur dan jantung berdebar. Kafein juga bisa menyebabkan
ketagihan. Obat sakit kepala lain yang mengandung kafein: Bodrex Migra (50 mg),
Neuralgin (50 mg), Saridon (50 mg), Panadol Extra (65 mg), Puyer 16 bintang 7 (50
mg). Berapakah maksimal sehari konsumsi kafein? 300 mg di bagi menjadi 3 dosis.

Untuk panadol Extra disarankan sehari maksimal 2 saja. Apa beda Bodrex dan Bodrex
Migra? Bodrex biasa isinya 600 mg parasetamol, 50 mg kafein. Sedangkan Bodrex
Migra isinya 350 mg, kafein 50 mg, propifenazon 150 mg. Dengan maraknya obat
sakit kepala yang mengandung kafein, Dumin (mereknya si Actavis) datang dengan
iklan parasetamol tanpa kafein.

Refagan Indikasi: Melagakan gejala bersin-bersin, hidung berlendir, hidung


tersumbat, pegal-pegal, sakit kepala dan demam yang disebabkan oleh flu, termasuk
rhinitis alergi. Kontra Indikasi: Terapi MAOI, glaucoma. Komposisi: Tiap tablet
mengandung: Paracetamol 500 mg, analgesik, penurun panas demam,
Pseudoephedrine HCl 30 mg pelega hidug tersumbat, Chlorpheniramine maleate 2 mg
antihistamin. Dosis/Petunjuk: Dewasa : 1 tablet, 3 kali sehari. Anak usia 6-12 tahun :
tablet, 3 kali sehari.

Sanaflu Indikasi: Meringankan gejala flu. Tiap 5 ml sirop sanaflu plus: Parasetamol
120 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropanolamina HCI 3,5 mg; Tiap kaplet
sanaflu: Parasetamol 500 mg, fenilpropanolamin HCl15 mg.

Stop Cold Tablet Indikasi: meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala,
hidung tersumbat, dan bersin yang disertai batuk. Per tablet berisi: Parasetamol 500
mg, Pseudoefedrin HCl 30 mg, Klorfeniramini Maleat 2 mg, Gliseril Guaiakolat 50
mg.

Tera F Indikasi untuk meringankan gejala flu seperi demam, sakit kepala, hidung
tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk. Tiap tablet mengandung :
parasetamol 650 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, fenilpropanolamin HCl 15 mg,
chlorpheniramine maleate 2 mg. Komentar: Parasetamol tergolong tinggi di banding
merek yang lain, 650 mg (lainnya 500 mg).

Termorex Plus Indikasi: menghilangkan gejala flu yang disertai dengan demam, sakit
kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin. Per 5 mL mengandung: Parasetamol 120
mg, Pseudoefedrin HCl 7,5 mg, Gliseril Guaiakolat 25 mg, Klorfeniramini Maleat 0,5
mg.

Tremenza Indikasi menghilangkan gejala-gejala flu.

Trifed Indikasi :pengobatan gejala-gejala yang berhubungan dengan pilek, sinusitis,


dan kondisi alergika. Tiap 5 ml mengandung Triprolidin HCl 1,25 mg, Pseudoefedrin
HCl 30 mg. Obat ini sebenarnya mirip benerremenza, namun sepertinya harganya
lebih murah.

Tuzalos Indikasi: Gejala-gejala flu seperti batuk, demam. Anelgesik (pengurang rasa
sakit), antipiretik (penurun panas), antitusif dan nasal dekongestan. Tiap tablet
mengandung Parasetamol 500 mg, Dekstrometorfan HBr 10 mg, Fenilpropanolamin
HCl 15 mg, CTM (Klorfeniramin maleat) 1 mg. Anak-anak usia kurang dari 6 tahun,
ibu hamil dan menyusui harap berhati-hati menggunakan obat ini.

Ultraflu Indikasi: untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung
tersumbat dan bersin-bersin. Tiap tablet mengandung : acetaminophenum/prasetamol
600 mg, phenylpropanolamin HCl 15 mg, chlorpheniramini maleas 2 mg.

Vicks Inhaler. Indikasi: Melegakan hidung tersumbat karena pilek. Kontra Indikasi:
tidak ada. Komposisi: Minimum per tube: Menthol 197 mg Camphor 197 mg.
Gunakan hanya dalam posisi tegak. Hirup dalam-dalam melalui tiap lubang hidung,
membuat bernafas terasa lega dan sejuk. Gunakan tiap kali diperlukan. Bila sakit
berlanjut, konsultasi ke dokter. Untuk obat luar. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Bila sampai termakan, konsultasi ke dokter. Tidak dapat digunakan untuk bayi.

Indikasi Obat Flu:

Meredakan gejala flu, sakit kepala, badan pegal, demam, bersin-bersin dan hidung
tersumbat.

Meringankan gejala alergi

Efek Samping Obat Flu

Mengantuk, gangguan pencernaan

insomnia, gelisah, eksitasi, tremor

gangguan psikomotor, takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin.

Penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati.

Kontra Indikasi:

Penderita dengan gangguan jantung dan diabetes mellitus.

penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat.

penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.

HARUS DIWASPADAI PADA OBAT FLU

Lihat kotak peringatan.

Tidak boleh diberikan pada penderita yang peka terhadap obat simpatomimetik lain
(misal ephedrine, pseudoephedrine, phenylephrine), penderita tekanan darah tinggi
berat, dan yang mendapat terapi obat antidepresan tipe penghambat Monoamin
Oksidase

Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.

Hati-hati penggunaan pada penderita tekanan darah tinggi atau yang mempunyai
potensi tekanan darah tinggi atau stroke, seperti pada penderita dengan berat badan
berlebih (over weight) atau penderita usia lanjut.

Bila dalam 3 hari gejala flu tidak berkurang segera hubungi dokter atau unit
pelayanan kesehatan.

Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi susah tidur, jangtung berdebar, dan pusing.

Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal,
galukoma, hipertrofi prostat, hipertiroid dan retensi urin.

Tidak dianjurkan penggunaan pada anak usia di bawah 6 tahun, wanita hamil dan
menyusui, kecuali atas petunjuk dokter.

Selama minum obat ini tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin.

Hati-hati penggunaan bersamaan dengan obat-obat lain yang menekan susunan saraf
pusat.

Penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat mengakibatkan risiko


kerusakan fungsi hati.

Hati-hati untuk penderita debil dan hipoksia (kekurangan oksigen).

Dapat menyebabkan depresi pernafasan dan susunan saraf pusat pada penggunaan
dengan dosis besar atau pada pasien dengan gangguan fungsi pernafasan (misal asma,
emfisema).

Interaksi Obat: Penggunaan bersama antidepresan tipe penghambat MAO dapat


mengakibatkan krisis hipertensi.

Penyimpanan: Jangan disimpan di dalam lemari es atau freezer. Simpan pada suhu
kamar (25 30 derajat Celsius), terlindung dari cahaya.

Obat Batuk Ekspektoran


Ekspektoran meningkatkan pembersihan mukus dari saluran bronkus. Satu-satunya
preparat yang paling efektif adalah air, terutama pada pasien dehidrasi. Karena itu
anjurkan pasien asma untuk minum sebanyak mungkin karena hal ini akan mencegah
pengeringan mukus. Pada asma berat, setelah terapi inhalasi dengan bronkodilator
dapat dilanjutkan dengan cairan NaCl 0,9% memakai nebulizer selama 20-30 menit, 34 kali sehari. Manfaat obat ekspektoran dan mukolitik tergantung dari masukan air
yang adekuat. Obat yang terdapat di pasaran pada saat ini misalnya gliseril guaiakolat,
iodida, asetilsistein, bromheksin, dan ambroksol.

Ekspektoran Ekspektoran adalah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak


dari saluran pernafasan. Ekspektoran bekerja dengan cara merangsang selaput lendir
lambung dan selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran lendir saluran nafas
sehingga menurunkan tingkat kekentalan dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat
ini juga merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak. Yang
termasuk ke dalam golongan obat ini adalah Glyceril Guaiacolate, Ammonium
Klorida, Succus liquiritae dan lain-lain.

Mukolitik Mukolitik adalah obat batuk berdahak yang bekerja dengan cara membuat
hancur bentuk dahak sehingga dahak tidak lagi memiliki sifat-sifat alaminya.
Mukolitik bekerja dengan cara menghancurkan benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari dahak. Sebagai hasil akhir, dahak tidak lagi bersifat kental dan
dengan begitu tidak dapat bertahan di tenggorokan lagi seperti sebelumnya. Membuat
saluran nafas bebas dari dahak.

Ambroxol
Ambroxol, yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang kental
dan lengket dari saluran pernafasan dan mengurangi staknasi cairan sekresi. Pengeluaran
lendir dipermudah sehingga melegakan pernafasan. Sekresi lendir menjadi normal kembali
selama pengobatan dengan Ambril. Baik batuk maupun volume dahak dapat berkurang secara
bermakna. Dengan demikian cairan sekresi yang berupa selaput pada permukaan mukosa
saluran pernafasan dapat melaksanakan fungsi proteksi secara normal kembali. Penggunaan
jangka panjang dimungkinkan karena preparat ini mempunyai toleransi yang baik.

Indikasi
:
Gangguan saluran pernafasan sehubungan dengan sekresi bronkial
yang abnormal baik akut maupun kronis, khususnya pada keadaankeadaan eksaserbasi dari penyakit-penyakit bronkitis kronis,
bronkitis asmatis, asma bronkial.

Dosis pemakaian:
Bila tidak dianjurkan lain
oleh dokter,
anjuran pemakaian untuk anak berdasarkan jumlah dosis perhari ya
itu 1,2 1,6 mg Ambroxol HCI per kg berat badan.

Tablet :
Dewasa dan anak-anak diatas 12
tahun
Anak-anak antara 5-12 tahun

tablet 3 kali sehari.


1/2 tablet 3 kali sehari.

pada pemakaian jangka panjang dosis pemberian sebaiknya dikurangi me


njadi 2
kali sehari.Tablet
sebaiknya
ditelan sesudah makan bersama sedikit air.
Sirup :
Anak-anaks/d 2 tahun

2,5 ml (V; sendok takaran), 2

Anak-anak2-5 tahun
Anak-anakdi atas 5 tahun
Dewasa

kali sehari
2,5 ml (V2 sendok takaran), 3
kali sehari.
5ml{ 1 sendok takaran), 2- 3
kali sehari.
10 ml (2 sendok takaran), 3 kali
sehari.

Takaran pemakaian di
atas cocok untuk pengobatan gangguan saluran pernafasan akut dan
untuk pengobatan awal pada keadaan kronis sampai 14
hari.
Pada pemakaian lebih lama
takaran pemakaian bisa diturunkan menjadi separuhnya.
Sirup
sebaiknya diminum sesudah makan.

Interaksi Obat Penggunaan Ambroxol dapat meningkatkan kerja ata


u efektivitas dari antibiotik karena dapat dikatakan jika mukus sema
kin cepat dan mudah untuk dikeluarkan,maka bakteri atau virus
penyebab penyakit yang terjerat pada mukus juga akandikeluarkan

Pada studi preklinis tidak menunjukkan adanya efek yang


mengkhawatirkan,
akan tetapi keamanan pemakaian pada wanita hamil/menyusui belu
m diketahui dengan pasti. Meskipun demikian,
seperti halnya dengan penggunaan obat-obat lain,
pemakaian pada kehamilan trimester I harus hati-hati.

Efek samping :

Ambrixol umumnya mempunyai toleransi yang baik.


Efek samping ringan pada saluran pencernaan pernah dilaporkan wa
laupun jarang. Reaksi alergi jarang terjadi, beberapa pasien yang
alergi tersebut juga menunjukkan reaksi alergi terhadap preparat
lain.

Kontraindikasi : Tidak diketahui adanya kontraindikasi.

BROMHEKSIN

Sediaan : Tablet, sirup.

Manfaat obat Mukolitik dan ekspektoran.

Mekanisme kerja
Pengurangan viskositas dahak.
Stimulasi pada sekresi,
gerakan siliar, pembentuk surfaktan. Perbaikan penangkal imunologis setempat.

Indikasi
Sekretolitik pada infeksi jalan pernapasan yang
kronis serta pada penyakit paru dengan pembentukan mucus berlebih.

Kontraindikasi Hipersensitivitas, wanita hamil, menyusui,

Efek samping Reaksi alergi, gangguaan gastrointestinal ringan.

Interaksi obat Hati-hati penggunaan dengan obat lain.

Dosis Dewasa: 3x 8mg/hari.

akut dan

Erdosteine (Edotin)

Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin

Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.

Asetilsistein (Fluimucil)

Digunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan parasetamol

Efek samping: bronkospasme, gangguan saluran cerna

Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak.

Bromheksin (Bisolvon)

Digunakan sebagai mukolitik

Efek samping: diare, mual, muntah.

Juga memiliki efek antioksidan

OBAT BATUK EKSPEKTORAN


Guaifenesin/gliseril guaiakolat/GG

Digunakan sebagai ekspektoran pd batuk berdahak, mekanisme kerjanya dg cara


meningkatkan volume dan menurunkan viskositas dahak di trakea dan bronki,
kemudian merangsang pengeluaran dahak menuju faring.Efek samping: mual,
muntah, batu ginjal.

Agonis 2
Salbutamol (Ventolin, Asmacare)

Digunakan sebagai pilihan pertama obat asma.

Efek samping: tremor, sakit kepala, kram otot, mulut kering, serta aritmia.

Biasanya diberikan dalam bentuk MDI (metered dose inhaler), atau nebulizer supaya
efeknya lebih cepat. Dapat pula diberikan per oral dan juga intra vena.

Fenoterol (Berotec)

Efek samping meliputi tremor ringan pada otot rangka, palpitasi, takikardi, sakit
kepala, batuk, berkeringat.

Diberikan dalam bentuk MDI atau juga cairan untuk inhalasi (dihirup lewat
nebulizer).

Terbutaline (Bricasma)

Efek samping hampir sama dg efek samping fenoterol.

Dapat diberikan dalam bentuk tablet, infus, respule, atau juga turbuhaler.

Orciprenaline/metaproterenol (Alupent)

Efek samping: palpitasi, tremor di jari.

Dapat diberikan dalam bentuk tablet, dan MDI.

Salmeterol (Seretide, kombinasi salmeterol dg fluticasone)

Tergolong LABA (long acting beta adrenoceptor agonist)

Waktu kerja lebih lama (12 jam) daripada salbutamol (4-6 jam)

Hanya digunakan utk kasus severe persistent asthma yg sebelumnya pernah diterapi
dg salbutamol.

Biasanya salmeterol dikombinasikan dg kortikosteroid.

Formoterol (Symbicort, suatu kombinasi budesonide (golongan kortikosteroid) dg


formoterol)

Tergolong LABA (long acting beta adrenoceptor agonist)

Lebih cepat mula kerjanya dan lebih manjur dibanding salmeterol

Antikolinergik
Ipatropium bromida (Atrovent)

Mekanisme kerja: menghambat mAChR (reseptor asetilkolin muskarinik), shg terjadi


bronkodilasi.

Efek samping: mengantuk, mulut kering.

Biasanya diberikan dalam bentuk MDI, atau juga larutan inhalasi (hirup) utk
nebulizer.

Tiotropium bromida (Spiriva)

Digunakan untuk terapi pemeliharaan (maintenance) pasien dg penyakit paru


obstruktif kronik.

Mekanisme kerja sama dg ipatropium bromida, juga memiliki efek samping yang
sama.

Glukokortikoid
Budesonide (Pulmicort)

Tidak digunakan pada pasien dg TBC

Efek samping: candidiasis (tumbuhnya jamur candida) di mulut/tenggorokan,


perubahan sensasi indra pembau dan pengecap.

Tidak seperti steroid lainnya, budesonide memiliki efek sedikit pada poros
hipotalamik-pituitari-adrenal, hal ini menyebabkan budesonide tidak begitu
memerlukan tapering off (dikurangi perlahan) dosisnya sebelum dihentikan.

Deksametason

Kontraindikasi: infeksi parah, ulkus gastrointestinal, osteoporosis, sistemik TBC.

Efek samping: gastritis, osteoporosis

Tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi

Metilprednisolon
Prednison
Antagonis Leukotriene

Nama lain Leukast

Mekanisme kerja: menghambat leukotriene, yg merupakan senyawa yg diproduksi


sistem kekebalan tubuh. Leukotriene menyebabkan inflamasi pada asma dan
bronkitis, serta mengecilkan jalan pernafasan.

Antagonis leukotriene kurang efektif dibandingkan kortikosteroid dlm menangani


asma, shg kurang disukai.

Zafirlukast (Accolate

Tersedia dalam bentuk tablet Zileuton

Montelukast

ANTIHISTAMIN

Antihistamin adalah obat dengan efek antagonis terhadap histamin. Di pasaran banyak
dijumpai berbagai jenis antihistamin dengan berbagai macam indikasinya.
Antihistamin terutama dipergunakan untuk terapi simtomatik terhadap reaksi alergi
atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin berlebih. Penggunaan antihistamin
secara rasional perlu dipelajari untuk lebih menjelaskan perannya dalam terapi karena
pada saat ini banyak antihistamin generasi baru yang diajukan sebagai obat yang
banyak menjanjikan keuntungan.

Pada garis besarnya antihistamin dibagi dalam 2 golongan besar, yang menghambat
reseptor H1 dan yang menghambat reseptor H2. Yang lazim disebut antihistamin
adalah antagonis reseptor histamin H1 (AH1). Semua kelas antihistamin H1 struktur
kimianya menyerupai histamin. Antihistamin H1 dikelompokkan dalam AH1
tradisional atau konvensional (generasi I), dan AH1 non-sedatif (generasi I). Mereka
dibagi dalam beberapa subkelas.

EtilendiaminAntazolin, tripelanamin, pirilamin.

EtanolaminKarbinoksamin, difenhidramin, doksilamin.

AlkilaminKlorfeniramin, deksklorfeniramin, dimetinden, feniramin.

PiperazinSetirizin, homoklorsiklizin, hidroksizin, oksatomid.

PiperidinSiproheptadin.

FenotiasinPrometasin.

Lain-LainAkrivastin,

Yang termasuk golongan antihistamin generasi baru adalah setirizin, akrivastin,


astemizol, levokobastin, loratadin, dan terfenadin.

Farmakokinetik Absorbsi AH1 berjalan sangat cepat setelah pemberian secara oral
menyebabkan efek sistemik dalam waktu kurang dari 30 menit. Hepar merupakan
tempat metabolisme utama (70-90%), dengan sedikit obat yang diekskresi dalam urin
dalam bentuk yang tidak berubah.

Mekanisme kerja Antihistamin bekerja dengan cara kompetisi dengan histamin


untuk suatu reseptor yang spesifik pada permukaan sel. Hampir semua AH1

astemizol, azatadin,
mebhidrolin, terfenadin, ketotifen.

klemastin,

levokobastin,

loratadin,

mempunyai kemampuan yang sama dalam memblok histamin. Pemilihan antihistamin


terutama adalah berkenaan dengan efek sampingnya. Antihistamin juga lebih baik
sebagai pengobatan profilaksis daripada untuk mengatasi serangan. Mula kerja AH1
nonsedatif relatif lebih lambat; afinitas terhadap reseptor AH1 lebih kuat dan masa
kerjanya lebih lama. Astemizol, loratadin dan setirizin merupakan preparat dengan
masa kerja lama sehingga cukup diberi 1 kali sehari. Beberapa jenis AH1 golongan
baru dan ketotifen dapat menstabilkan sel mast sehingga dapat mencegah pelepasan
histamin dan mediator kimia lainnya; juga ada yang menunjukkan penghambatan
terhadap ekspresi molekul adhesi (ICAM-1) dan penghambatan adhesi antara
eosinofil dan neutrofil pada sel endotel. Oleh karena dapat mencegah pelepasan
mediator kimia dari sel mast, maka ketotifen dan beberapa jenis AH1 generasi baru
dapat digunakan sebagai terapi profilaksis yang lebih kuat untuk reaksi alergi yang
bersifat kronik.

Penggunaan klinis Antihistamin adalah obat yang paling banyak dipakai sebagai
terapi simtomatik untuk reaksi alergi yang terjadi. Semua jenis antihistamin sangat
mirip aktivitas farmakologinya. Pemilihan antihistamin terutama terhadap efek
sampingnya dan bersifat individual. Pada seorang pasien yang memberikan hasil
kurang memuaskan dengan satu jenis antihistamin dapat ditukar dengan jenis lain,
terutama dari subkelas yang berbeda

Efek yang tidak diinginkan

Mengantuk Antihistamin termasuk dalam golongan obat yang sangat aman

pemakaiannya. Efek samping yang sering terjadi adalah rasa mengantuk dan
gangguan kesadaran yang ringan (somnolen).

Efek antikolinergikPada pasien yang sensitif atau kalau diberikan dalam dosis besar.

Eksitasi, kegelisahan, mulut kering, palpitasi dan retensi urin dapat terjadi. Pada
pasien dengan gangguan saraf pusat dapat terjadi kejang.

DiskrasiaMeskipun

SensitisasiPada pemakaian topikal sensitisasi dapat terjadi dan menimbulkan

efek samping ini jarang,


menimbulkan diskrasia darah, panas dan neuropati.

tetapi

kadang-kadang

dapat

urtikaria, eksim dan petekie.


OBAT ADRENERGIK
Obat ini disebut juga golongan simpatomimetik amin. Efeknya paling sedikit melalui 2
sistem yang berbeda. Reseptor adrenergik berperan dalam konstriksi otot polos arteri, vena,
bronkus, sfingter kandung kencing serta relaksasi otot usus halus. Reseptor adrenergik
berperan sebaliknya dalam relasaksi otot polos bronkus, uterus, dan pembuluh darah. Konsep
adrenergik telah membedakan agonis 1 yang menimbulkan lipolisis dan stimulasi jantung
serta agonis 2 yang berperan pada bronkodilatasi, vasodilatasi, inhibisi pelepasan histamin,
tremor otot rangka.

Agonis Adrenergik Obat ini terutama dipakai sebagai dekongestan hidung


karena efek vasokonstriksinya pada arteriol mukosa hidung yang melebar sehinga
memperbaiki ventilasi nasal dan jalan sinus. Dekongestan hidung hanya memperbaiki
gejala sementara pada rinitis alergik, vasomotor atau infeksi. Efeknya dapat
membantu kerja antibiotik pada otitis media. Indikasi lain adalah pada otitis media
serosa untuk menghilangkan obstruksi pada ostia tuba Eustachii. Pada waktu akut
diberikan dalam bentuk dekongestan topikal (uap, semprotan, atau tetes); lebih efektif
darpada preparat oral. Diberikan tidak lebih dari lima hari. Pada keadaan yang kronis
diberikan preparat oral, karena pemberian topikal lebih dari lima hari sel
menimbulkan efek kebalikan.

Agonis Adrenergik Banyak dipakai pada pengobatan asma karena


kemampuannya menimbulkan bronkodilatasi melalui reseptor beta adrenergik di
paru.Mengaktifkan kompleks reseptor -adenil siklase yang mengkatalisasi produksi
adenosine monofosfat (AMP) dari adenosine trifosfat (ATP), hingga mengakibatkan
peningkatan kadar cAMP dalam sel yang menyebabkan relaksasi otot polos bronkus.
Efek ini menyebabkan stabilisasi sel mast sehingga dapat mencegah pelepasan
mediator kimia. Katekolamin seperti epinefrin, selproterenol dan isoetarin tidak
efektif diberikan peroral oleh karena perusakan yang sangat cepat di saluran cerna.
Nonkatekolamin sebaliknya dari katekolamin, jenis ini efektif bila diberikan peroral
dan dapat bekerja lebih lama oleh karena lebih tahan terhadap enzim yang ada di
saluran cerna. Contohnya metaproterenol, terbutalin, fenoterol. Efek yang tidak
diinginkanObat agonis sel menimbulkan takikardia, palpitasi, gelisah, tremor,
nausea. dan muntah; kadang pusing, lemas, keringat dingin, dan sakit prekordial.
Jangan dipakai berlebihan terutama dalam bentuk inhalasi. Hindari pemakaian
adrenergik nonselektif pada pasien dengan hipertensi, tirotoksikosis, dan penyakit
jantung. Dalam hal tersebut pakailah agonis selektif 2 dan lebih baik lagi secara
inhalasi. Agonis adrenergik 2 secara inhalasi dapat menimbulkan efek samping yang
kurang dibandingkan dengan pemakaian sistemik yang sering menimbulkan tremor
dan palpitasi. Untuk mengatasi serangan asma akut dan mencegah exercise induced
asthma.

METILXANTIN

Teofilin merupakan salah satu obat utama untuk pengobatan asma akut maupun
kronik. Bekerja dengan menghalangi kerja enzim fosfodiesterase sehingga
menghindari perusakan cAMP dalam sel, antagonis adenosin, stimulasi pelepasan
katekolamin dari medula adrenal, mengurang; konsentrasi Ca bebas di otot polos,
menghalangi pembentukan prostaglandin, dan memperbaiki kontraktilitas diafragma.
Preparat cair diserap kurang lebih l/2 sampai 1 jam, tablet yang tak berlapis 2 jam, dan
preparat lepas lambat 4 sampai 6 jam.Teofilin dieliminasi dalam hati dan disekresi
dalam urin. Terdapat variasi individual dalam eliminasi teofilin. Harus diperhatikan
umur dan gemuknya seseorang.

Dosis oral. Oleh karena terdapat variasi antara setiap individu maka dosis harus
disesuaikan dengan melihat perbaikan klinis, efek samping, dan kadar pemeliharaan
dalam darah antara 10-20 g/ml. Dosis permulaan yang umum antara 10-16
mg/kgBB/hari, bilamana dosis akan ditingkatkan maka perlu monitorkadar teofilin

dalam plasma. Untuk preparat lepas lambat dosis seharinya lebih rendah dari preparat
biasa Bila tampak tanda intoksikasi maka dosis harus segera diturunkan.

Dosis intravena. Tujuan utama pemberian teofilin intravena adalah untuk secara cepat
mendapatkan kadar dalam plasma antara 10-20 sel/ml. Bila pasien belum mendapat
teofilin sebelumnya, diberikan loading dose 6 mg/kgBB selama 20-30 menit melaui
infus, selanjutnya diteruskan dengan dosis pemeliharaan.

Terdapat beberapa jenis preparat teofilin, yaitu dalam bentuk sirop yang bekerja cepat,
tablet, kapsul, tablet lepas lambat, dan kombinasi teofilin dengan obat lainnya. Dalam
memilih preparat yang akan dipakai, pertimbangkan hal seperti berikut. Adanya
alkohol dalam sirop dapat mengakibatkan efek samping bila dipakai terus-menerus,
jadi preparat ini sebaiknya hanya dipakai sebagai terapi permulaan untuk mengatasi
keadaan akut. Hindari kombinasi teofilin dengan obat lain dalam satu preparat karena
preparat jenis ini sering terjadi efek samping. Preparat lepas lambat sangat berguna
untuk pengobatan asma kronik sebab dapat diberikan dosis dua kali sehari sehingga
meningkatkan kepatuhan pasien.

Reaksi yang merugikan mulai timbul bila dosis teofilin dalam darah telah melebihi 15
g/ml. Efek samping yang sering terjadi adalah muntah dan gangguan saraf pusat.

NATRIUM KROMOLAT

Obat ini mampu menghambat pelepasan mediator dari sel mast dan basofil sehingga
alergen yang masuk ke dalam badan tidak lagi menimbulkan reaksi alergi. Diperlukan
waktu 2-3 bulan untuk evaluasi efek natrium kromolat. Telah dilaporkan bahwa pada
waktu penghirupan obat ini dapat terjadi bronkokonstriksi, oleh karena itu dianjurkan
untuk memakai inhalasi 2 terlebih dahulu sebelum penggunaan obat ini.

Indikasi adalah untuk asma, rinitis alergik, konjungtivitis alergik, alergi makanan,
ulserasi mukosa (protokolitis, sariawan). Untuk rinitis alergik diberikan dalam bentuk
tetes hidung, untuk konyungtivitis alergik dalam bentuk tetes mata, dan untuk alergi
makanan diberikan peroral 30 menit sebelum makan.

OBAT ANTIKOLINERGIK

Asetilkolin berperan dalam bronkospasme. Atropin sulfat, beladona, dan skopolamin


efektif untuk mencegah bronkospame oleh metakolin, tetapi tidak untuk
bronkospasme oleh histamin.

Pada mulanya pemakaian aerosol atropin sangat terbatas oleh karena efek samping
seperti peninggian viskositas dan menurunnya jumlah sputum, orofaring jadi kering,
denyut jantung meningkat, sedasi, dan gangguan visus. Tetapi dengan preparat baru
(ipratropium bromide) yang dapat mengurangi efek samping tersebut maka obat ini
mulai banyak lagi dipakai, terutama untuk orang dewasa yang menderita asma
intrinsik atau asma bronkitis yang bronkospasmenya dipengaruhi oleh asetilkolin.

KORTIKOSTEROID

Kortikosteroid dikenal mempunyai efek yang kuat sebagai anti-inflamasi pada


penyakit artritis reumatoid, asma berat, asma kronik, penyakit inflamasi kronik dan
berbagai kelainan imunologik. Oleh karena efek anti inflamasi dan sebagai
immunoregulator, kortikosteroid memegang peranan penting pada pengobatan
medikamentosa penyakit alergi baik yang akut maupun kronik. Tetapi di samping
manfaatnya, karena efek sampingnya yang banyak juga menyebabkan penggunaan
kortikosteroid ini harus tepat guna dan tepat cara.

Kortikosteroid alamiah dan buatan secara garis besar terbagi dalam mineralokortikoid
dan glukokortikoid. Walaupun pada saat ini pada preparat yang baru semakin
diusahakan untuk hanya mempunyai efek glukokortikoid, tetap masih mempunyai
efek minerelokortikoid walaupun sedikit.

Walaupun tampaknya ada bermacam efek pada fungsi fisiologik, kortikosteroid


tampaknya mempengaruhi produksi protein tertentu dari sel. Molekul steroid
memasuki sel dan berikatan dengan protein spesifik dalam sitoplasma. Kompleks
yang terjadi dibawa ke dalam nukleus, lalu menimbulkan terbentuknya mRNA yang
kemudian dikembalikan ke dalam sitoplasma untuk membantu pembentukan protein
baru, terutama enzim, sehingga melalui jalan ini kortikosteroid dapat mempengaruhi
berbagai proses. Kortikosteroid juga mempunyai efek terhadap eosinofil, mengurangi
jumlah dan menghalangi terhadap stimulus. Pada pemakaian topikal juga dapat
mengurangi jumlah sel mast di mukosa. Kortikosteroid juga bekerja sinergistik
dengan agonis 2 dalam menaikkan kadar cAMP dalam sel.

Indikasi utama adalah untuk reaksi alergi akut berat yang dapat membahayakan
kehidupan, seperti status asmatikus, anafilaksis, dan dermalitis exfoliativa. Selain itu,
juga untuk reaksi alergi berat yang tidak membahayakan kehidupan tetapi sangat
mengganggu, misalnya dermatitis kontak berat, serum sickness, dan asma akut yang
berat. Indikasi lain adalah untuk penyakit alergi kronik berat sambil menunggu hasil
pengobatan konvensional, atau untuk mengatasi keadaan eksaserbasi akut pada pasien
yang memakai kortikosteroid dosis rendah jangka panjang, harus dinaikkan dosisnya
bila terjadi eksaserbasi.

Anda mungkin juga menyukai