Anda di halaman 1dari 26

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN


KONSEP SISWA KELAS X-4 SMAN-3 PALANGKA RAYA TAHUN AJARAN
2009/2010
PADA TOPIK IKATAN KIMIA

SKRIPSI

OLEH
AGUS TONI PUJIANTO
ACC 105 034

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Prestasi belajar merupakan suatu rangkaian penilaian atas hasil aktivitas
belajar dalam kegiatan pembelajaran pada waktu tertentu, baik berupa pengukuran
kuantitatif maupun kualutatif. Prestasi belajar terdiri dari kata prestasi dan belajar.
Prestasi adalah apa yang telah dapat diperoleh dengan jalan keuletan bekerja atau
hasil karya yang dicapai (Habeyb, S.F, 1983 : 296). Sedangkan belajar menurut H.
Roth dalam buku proses belajar mengajar (1983 :62) mengatakan bahwa Belajar
(dari segi ilmu mendidik) berarti perbaikan, perbaikan tingkah laku (memperoleh
tingkah laku baru) dan kecakapan. Dengan belajar terdapat perubahan-perubahan
(perbaikan) fungsi kejiwaan. James O. Whittaker dalam buku Psikologi Belajar
(Djamarah, Syaiful Bahri. 1999) merumuskan belajar sebagai proses di mana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach
dalam buku Psikologi Belajar (Djamarah, Syaiful Bahri. 1999) juga berpendapat
bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar
sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dalam aktivitas belajar
baik berupa penilaian angka-angka (kuantitatif) maupun penilaian kata-kata
(kualitatif) pada waktu tertentu.

Pemahaman konsep sebagai hasil belajar merupakan salah satu unsur


interaksi pembelajaran yang harus dimiliki sekaligus untuk membangkitkan gairah
belajar dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya. Jadi hubungan
antara prestasi dengan belajar adalah secara sederhana dapat dikatakan dengan
berusaha atau belajar akan didapatkan hasil yang akan dicapai sesuai dari usaha
belajarnya atau dengan kata lain prestasi merupakan hasil dari upaya belajar
sedangkan belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk mendapatkan
prestasi yang lebih baik.
Sebagian konsep dalam ilmu kimia pada umumnya merupkan sesuatu
abstrak, sehingga membuat siswa kesulitan untuk mempelajari ilmu kimia.
Kenyataan yang sering ditemui, ilmu kimia masih kurang disenangi oleh sebagian
besar siswa karena dianggap sulit dan membosankan. Alasan utama siswa merasa
kesulitan dalam mempelajari ilmu kimia adalah keabstrakan yang dimiliki ilmu
kimia, hal ini tidak terlepas dari ciri khas ilmu kimia itu sendiri. Sastrawijaya
(1988) mengatakan bahwa beberapa ciri khas kimia adalah bersifat abstrak dan
merupakan suatu penyederhanaan dari yang sesungguhnya. Hal yang sama juga
dikatakan oleh Nahum, dkk (2004) yang mengatakan bahwa struktur materi ilmu
kimia merupakan pembahasan dunia makroskopis terhadap dunia mikroskopis.
Alasan lain siswa merasa kesulitan dalam bidang kimia adalah penggunaan katakata yang tidak lazim setiap hari karena memiliki arti serta pengertian yang
berbeda (Ben Zvi, dkk dalam Septihartadi, 2002). Permasalahan lain yang timbul
dalam pembelajaran kimia adalah masalah waktu. Karena keterbatasan waktu,
maka tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak dapat tercapai secara maksimal.

Demi kelancaran kegiatan pembelajaran, seorang guru haruslah dapat


mempertimbangkan bagaimana agar kegiatan pembelajaran tersebut dapat berhasil
dengan baik, efektif dan efisien. Keberhasilan siswa tidak terlepas dari peranan
guru sebagai mediator dalam proses pembelajaran. Menurut Nasution S (1988:
36), suatu pembelajaran dikatakan berhasil baik, apabila pembelajaran itu
membangkitkan proses pembelajaran yang kreatif dan efisien. Untuk mengatasi
permasalahan ini, guru dituntut agar dapat mengajarkan ilmu kimia tersebut
dengan metode yang tepat agar tujuan yang ingin dicapai dapat terselesaikan
dengan sebaik-baiknya, salah satunya yaitu dengan penggunaan media
pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan salah satu alat bantu bagi guru dalam
menyajikan dan memperjelas materi pelajaran dan membantu siswa dalam
memahami apa yang disajikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Edmund
Faison (dalam Sudjana, 1989) tentang media pembelajaran, menunjukan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan media dapat meningkatkan prestasi siswa
dibandingkan tanpa mempergunakan media. Perkembangan ilmu dan teknologi
dewasa ini telah memberikan tempat bagi komputer sebagai salah satu media
pembantu manusia dalam mengerjakan berbagai hal, termasuk dalam bidang
pendidikan. Hal yang terus mendorong digunakannya komputer sebagai media
pembelajaran adalah kemampuan dari program komputer untuk memudahkan
analogi, ilustrasi, dan visualisasi terhadap materi yang abstrak (Rizal, 2006:3).
Salah satu indikator pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh
dikuasainya materi pelajaran oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap

materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan ketuntasan belajar. Dari hasil


penelitian yang dilakukan oleh Harvelin (2006) terhadap siswa kelas X SMA
Kristen Palangka Raya dengan menggunakan tes bentuk completion item test
pada topik ikatan kimia diperoleh hasil yang menunjukan bahwa pemahaman
siswa cukup rendah pada topik ikatan kimia. Hasil yang diperoleh dari penelitian
yang dilakukan Harvelin menunjukkan bahwa secara umum rata-rata kesulitan
siswa pada konsep ikatan kimia adalah sebesar 54,23%. Adapun urutan kesulitan
siswa antara lain, dalam mendefinisikan ikatan kimia sebesar 70,77%, dalam
menjelaskan ikatan ion sebesar 67,69%, dalam menjelaskan ikatan kovalen
koordinat sebesar 65,38%, dalam memahami konfigurasi elektron sebesar
45,00%, dalam menjelaskan ikatan kovalen sebesar 40,39%, dan dalam
menjelaskan ikatan kovalen rangkap sebesar 36,25%.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa topik ikatan kimia
cukup sulit dimengerti oleh siswa. Salah satu indikator kesulitannya yaitu
keabstrakan dalam proses berikatannya. Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan menggunakan Media pembelajaran
berbasis komputer.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : Penggunaan Media pembelajaran berbasis komputer Sebagai
Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa kelas X4SMAN-3 Palangka Raya Tahun Ajaran 2009/2010 pada Topik Ikatan Kimia.

1.2 Fokus Penelitian


Fokus penelitian ini adalah mengetahui peningkatan pemahaman konsep
siswa pada topik ikatan kimia melalui penggunaan Media pembelajaran berbasis
komputer sebagai sumber belajar pada siswa kelas X-4SMAN-3 Palangka Raya
Tahun Ajaran 2009/2010.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan
pemahaman konsep siswa kelas X SMAN-3 Palangka Raya tahun ajaran
2009/2010 setelah mengikuti pembelajaran tentang Ikatan Kimia

dengan

menggunakan Media pembelajaran berbasis komputer sebagai sumber belajar.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data mengenai
peningkatan pemahaman konsep siswa pada topik Ikatan Kimia

dengan

menggunakan Media pembelajaran berbasis komputer sebagai sumber belajar


pada siswa kelas X SMAN-3 Palangka Raya tahun ajaran 2009/2010.

1.5 Manfaat penelitian


1.

Bagi peneliti, dapat mengembangkan kemampuan akademik yang telah


diperoleh selama kuliah.

2.

Bagi siswa, dapat berfikir abstrak dan meningkatnya pemahaman konsep


siswa pada topik ikatan kimia.

3.

Bagi guru, dapat menjadi bahan pemikiran agar dapat melakukan variasi
pembelajaran kimia di sekolah.

4.

Bagi sekolah, sebagai masukan untuk dapat lebih mengembangkan


penggunaan media pembelajaran berbasis komputer.

1.6 Penjelasan Istilah


1. Media adalah alat, metode ataupun teknik yang digunakan dalam rangka
mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dengan siswa dalam
pembelajaran ( hamalik Oemar, 1982).
2. Pemahaman konsep adalah eneraan konsep-konsep ke dalam suatu rangkaian
permasalahan dan tidak hanya untuk dihafal (Admin Wangmuba, 2009)
3. Sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau
situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa
belajar secara individual (Percival & Ellington, 1988).
4. Media pembelajaran berbasis komputer, yaitu suatu alat pembelajaran yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar
pendidik dan siswa dalam proses pembelajaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pandangan Umum Proses Pembelajaran


Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara
aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mujiono,
2002:7). Seorang guru memiliki tanggung jawab untuk membawa para siswanya
menuju pada satu taraf kematangan tertentu. Untuk mencapai hal ini, maka setiap
rencana, tindakan, keputusan dan penilaian yang dilaksanakan oleh seorang guru
harus bisa didudukkan dan dibenarkan dari sudut pelaksanaan tanggung jawab
tersebut.
Tanggung

jawab

tersebut

diwujudkan

seorang

guru

dengan

menyelenggarakan suatu proses pembelajaran yang mampu menciptakan suasana


belajar yang baik. Syarat-syarat agar proses belajar berjalan dengan baik
(Septihartadi, 2002) diantaranya:
1)

Ada kemauan dari siswa untuk belajar

2)

Siswa merasa tertarik dengan materi yang disajikan

3)

Siswa merasa tertarik dengan metode belajar yang dibawakan oleh guru

4)

Siswa harus mengalami kemajuan

5)

Siswa harus menghargai pelajaran yang disajikan

Secara keseluruhan dari pengalaman belajar, kita belajar 10 % dari yang


kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari
apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa yang kita katakan, dan 90 % dari apa
yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa, jika kita mengajar
dengan banyak ceramah, maka siswa akan mengingat hanya 20 % karena siswa
hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa untuk melakukan
sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90 %.
Kerucut Pengalaman Belajar
Yang kita ingat
10 %
20 %
30 %
50 %
70 %
90 %

Baca

Dengar
Lihat
Lihat dan dengar
Katakan
Katakan dan lakukan

Sheal, Peter (1989). How to Develop and Present Staff Training Courses. London: Kogan Page Ltd

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Belajar

2.2 Konsep
Banyak pengertian tentang konsep yang berkembang di kalangan ahli kognitif
dan pendidikan, misalnya saja, Hulse, Egeth dan Deese (dalam Suharnan,2005)
mendefinisikan konsep sebagai sekumpulan atau seperangkat sifat yang
dihubungkan oleh aturan-aturan tertentu. Konsep merupakan bayangan mental,
ide dan proses. Pembentukan konsep memerlukan ketajaman berpikir dalam
mengklasifikasikan objek atau ide (Solso, 2001). Walgito (1992) mengemukakan
bahwa konsep merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri-ciri
suatu objek atau kejadian. (misalnya konsep tentang manusia, segitiga, merah,

belajar, dsb). Dengan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau


pengertian, memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau
penggolongan benda-benda atau kejadian-kejadian. Zacks & Tversky (dalam
Santrock, 2007) mengatakan bahwa konsep adalah kategori-kategori yang
mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum.
Konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan
meringkas informasi (Hahn & Ramscar, dalam Santrock, 2007).
2.2.1

Proses Pembentukan Konsep


a) Pandangan Klasik
Dalam pembentukan konsep yang baru paling sedikit terdapat dua
komponen, yaitu mengidentifikasi sifat-sifat khusus yang dimiliki objekobjek; dan mempelajari bagaimana sifat-sifat itu dihubungkan melalui
aturan-aturan tertentu. Proses pembentukan konsep menurut pandangan ini
sangat menekankan pada segi aturan pembentuan suatu konsep.
b) Pandangan Modern
Pembentukan konsep mencakup dua tahapan proses, meliputi : a)
mula-mula seseorang membentuk representasi informasi (di dalam
ingatan)

mengenai

kelas

konsep

yang

diberikan,

kemudian

b)

mengembangkan keterampilan kognitif yang dibutuhkan bagi penggunaan


informasi yang telah direpresentasikan untuk mengevaluasi dimensi-

dimensi khusus, baik kesamaan maupun perbedaan di antara contohcontoh baru.


2.2.2

Tarap Perkembangan Konsep

Individu mengalami taraf atau tingkatan dalam perkembangan konsepkonsepnya. Tingkatan ini tersusun berdasarkan pada tingkatan perkembangan
kognitif (konsep Piaget) yang telah dicapai oleh individu tersebut. Adapun
tingkatan-tingkatan tersebut antara lain :
a) Taraf Konkret
Individu telah mencapai tingkatan konkret apabila ia mengenal atau
mempersepsi suatu objek yang telah ditemukan pada waktu sebelumnya.
Langkah pertama dalam pencapaian taraf ini adalah menghampiri suatu
objek dan mempresentasikannya secara internal. Selanjutnya ia mulai
membedakannya dari objek-objek lain, kemudian menyimpan informasi
yang dilihatnya dalam mental imajinasi dan mengenal atau mengingat
masing-masing objek apabila ia mengalaminya kembali dikemudian hari.
Tahap konkret ini pada umumnya dialami oleh bayi-bayi berusia beberapa
bulan atau satu tahun, meskipun mereka belum berkembang dari segi
bahasanya (Solso, 2001)

b) Taraf Identitas

Suatu konsep dicapai apabila individu mengenal suatu objek yang


serupa dengan apa yang pernah ia temukan sebelumnya, sehingga ia
mampu membedakan dan menggeneralisasikan objek tersebut dengan
objek yang lainnya.
c) Taraf Klasifikasi
Taraf klasifikasi adalah kelanjutan dari taraf identitas. Pada taraf ini
individu mampu mengklasifikasikan sejumlah besar contoh yang berbeda
dari kelas yang sama, walaupun masih belum mampu memberikan alasan
yang akurat tentang klasifikasi tersebut.
d) Taraf Formal
Konsep pada taraf formal telah dicapai apabila individu dapat
memberi nama suatu konsep beserta contoh-contohnya secara tepat, baik
nama intrinsik maupun definisi atribut-atribut yang dapat diterima oleh
masyarakat, serta mampu memberikan alasan-alasan yang menjadi dasar
pendefinisiannya.
2.3 Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar,
baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa
dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar
memiliki fungsi :

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untukmengefektifkan-pembelajaran-siswa/.
1)

Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat


laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik
dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat
lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

2)

Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,


dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b)
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.

3)

Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:


(a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)
pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi oleh penelitian.

4)

Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan


kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih
kongkrit.

5)

Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan


antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang
sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

6)

Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan


menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.

Secara garis besarnya, menurut Degeng (1990:83) terdapat dua jenis sumber
belajar yaitu:
1)

Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni


sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai
komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang
terarah dan bersifat formal.

2)

Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization),


yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan
pembelajaran

dan

keberadaannya

dapat

ditemukan,

diterapkan

dan

dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran


Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat
berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan
sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat,
pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi,
film, slides, gambar, animasi, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief,
candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras,
komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin,
mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik:
disikusi,

seminar,

pemecahan

masalah,

simulasi,

permainan,

sarasehan,

percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan:
ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum,
kantor dan sebagainya.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untukmengefektifkan-pembelajaran-siswa/.
2.4 Media Pembelajaran
Media merupakan alat, metode dan tehnik yang digunakan dalam rangka
lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar pendidik dan siswa dalam
proses pendidikan dan pembelajaran disekolah. Menurut Heinich, dkk (1982)
kata MEDIA merupakan bentuk jamak dari kata MEDIUM (bahasa latin)
yang secara harfiah berarti PERANTARA (between) yaitu perantara sumber
pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Dalam proses pembelajaran,
media ini dapat diartikan sebagai berikut :
http://kazzuya.wordpress.com/2009/11/14/media-pembelajaran-dalam-pendidikan/
1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran (Schramm,1977).
2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku,
film, video, slide, animasi dan sebagainya (Bringgs, 1977).
3) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk
teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969).
Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan wahana dari pesan atau

informasi yang oleh sumber pesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan
(siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan
tepat sesuai dengan tujuannya. Pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah
pesan/materi pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses
belajar pada diri siswa. Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat
merangsang timbulnya proses/dialog mental pada diri siswa. Dengan perkataan
lain, terjadinya komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung
tentunya antara siswa dengan penyalur pesan (guru). Dengan demikian kita dapat
mengatakan bahwa proses belajar-mengajar telah terjadi. Media pembelajaran
tersebut berhasil menyalurkan pesan/bahan ajar apabila kemudian terjadi
perubahan

tingkah

laku

(behavioral

change)

pada

diri

siswa.

Media dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, perhatian dan kemauan murid, sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada murid-murid yang bersangkutan.

2.5 Topik, Kompetensi Dasar, serta Indikator Pembelajaran Ikatan Kimia


Materi ikatan kimia yang dipelajari di SMA berdasarkan KBK meliputi
pengertian ikatan kimia, konfigurasi elektron, ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan
kovalen koordinat, dan ikatan kovalen polar.
2.5.1

Pengertian Ikatan Kimia


Atom-atom di alam cenderung bergabung dengan atom yang lain untuk
membentuk molekul. Pada proses penggabungan atom-atom tersebut terdapat
gaya yang bekerja sehingga antara atom-atom atau ion-ion tersebut dapat terikat

satu sama lain. Gaya yang bekerja pada gabungan atom atau ion sehingga
keadaannya menjadi lebih stabil disebut dengan ikatan kimia (Purba, 2004: 141;
Sutresna, 1994: 147-164; Sudarmo; 2004: 39).
2.5.2

Konfigurasi Elektron
Di antara atom di alam hanya atom gas mulia yang stabil. Dalam proses
penggabungan atom yang mengalami perubahan adalah elektron-elektronnya.
Oleh karena pada dasarnya elektron mempunyai sifat yang sama, maka dapat
disimpulkan bahwa kestabilan suatu atom ditentukan oleh konfigurasi elektron
atom tersebut. Menurut teori Oktet dari Kossel dan Lewis bahwa konfigurasi
elektron atom-atom akan stabil bila elektron terluarnya sebanyak 8 elektron atau 2
elektron (khusus He).
Usaha untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil dapat dicapai dengan cara:
1) Melepaskan sebagian elektron (pada kulit terluarnya) sehingga terbentuk ion
positif yang bermuatan sebesar jumlah elektron yang dilepaskan.
2) Menerima elektron (dari atom lain) sehingga terbentuk ion negatif yang
bermuatan sebesar jumlah elektron yang ditariknya.
3) Penggunaan bersama pasangan elektron diantara atom yang berikatan
sehingga terbentuk sepasang elektron yang saling dipinjamkan.

2.5.3

Ikatan Ion
Ikatan ion terbentuk akibat gaya tarik menarik elektrostatik antara ion
positif dengan ion negatif yang saling berikatan atau bisa dikatakan sebagai ikatan
yang terjadi antara atom yang mudah melepaskan elektron dengan atom yang
mudah menerima elektron.

Atom-atom yang mudah melepaskan elektron adalah atom yang


mempunyai kecenderungan besar melepaskan elektron yaitu atom dari unsurunsur golongan IA (kecuali H) dan golongan IIA.
Atom-atom yang mudah menerima elektron adalah atom dengan
kecenderungan menerima elektron besar yaitu atom dengan jumlah elektron
valensi besar. Atom-atom tersebut merupakan atom-atom dari unsur golongan
VIA dan VIIA.
2.5.4

Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan antara dua atau lebih atom unsur yang sejenis
atau berbeda didasarkan pada pemakaian elektron valensi bersama. Ikatan kovalen
terjadi akibat ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk
melepaskan elektron (ketidakmampuan membentuk ion positif). Ketidakmampuan
melepaskan elektron terjadi pada atom-atom nonlogam. Atom nonlogam hanya
memiliki kecenderungan untuk menerima elektron, sehingga jika masing-masing
atom nonlogam berikatan maka terbentuk pasangan elektron yang dipakai
bersama. Ditinjau dari jumlah elektron yang dipakai bersama atau jumlah ikatan
antara atom, maka ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang
melibatkan dua pasang elektron yang dipakai bersama. Ikatan kovalen rangkap
tiga adalah ikatan kovalen yang melibatkan tiga pasang elektron yang dipakai
bersama.

2.5.5

Ikatan Kovalen Koordinat


Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan kovalen antara atom-atom, namun
pasangan elektron yang dipakai bersama berasal dari salah satu atom.

2.5.6

Ikatan Kovalen Polar


Pada pembentukan ikatan kovalen tidak terjadi adanya kutub listrik antara
ion positif dan ion negatif seperti pada ikatan ion, sebab terjadinya ikatan karena
pemakaian pasangan elektron bersama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya
ada senyawa yang berikatan kovalen, tetapi dapat tertarik oleh medan listrik. Hal
ini menunjukkan bahwa ikatan kovalen ada yang menimbulkan kutub-kutub
muatan listrik.
Terjadinya kutub listrik dalam ikatan kovalen disebut dengan peristiwa
polarisasi ikatan. Peristiwa terjadinya polarisasi ikatan ini disebabkan adanya
perbedaan kekuatan gaya tarik terhadap pasangan elektron yang digunakan
bersama. Besarnya kekuatan gaya tarik elektron yang digunakan bersama dari
suatu atom dinyatakan sebagai harga keelektronegatifan.
Contoh:
Hx

H
x

(a) nonpolar

Cl

(b) polar

Pada contoh (a), kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti


simetris terhadap kedua atom H. Dalam molekul H 2 tersebut elektronnya tersebar
secara homogen. Ikatan seperti itu disebut ikatan nonpolar. Pada contoh (b),
pasangan elektron ikatan tertarik lebih dekat ke atom Cl, karena Cl mempunyai
daya tarik elektron lebih besar daripada H. Akibatnya, pada HCl terjadi polarisasi,
yaitu atom Cl lebih negatif daripada atom H. ikatan seperti itu disebut dengan
ikatan polar.

2.6 Kerangka Berpikir


Ilmu kimia merupakan ilmu abstrak, keabstrakan tersebut yang sering
membuat seseorang atau siswa enggan untuk menyenangi pelajaran kimia.
Kendala lain yang sering ditemukan dalam pembelajaran kimia yaitu model atau
metode pembelajaran yang dilakukan adalah metode konvesional, hal tersebut
juga membuat siswa bosan dan jenuh sehingga membuat siswa tidak terkesan
terhadap pelajaran yang diterimanya. Dalam proses pembelajaran ilmu kimia
sumber belajar yang sesuai dengan substansi materi pembelajaran sangat
diperlukan agar tujuan dari proses pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.
Media memiliki fungsi yang begitu penting untuk mengkongkritkan materi
pembelajaran. Media pembelajaran yang berupa sumber belajar berbasis komputer
adalah media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar terjadi. Kemampuan seorang
guru kimia dalam pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar berbasis
komputer

diharapkan

dapat

membantu

meningkatkan

pembelajaran dan meningkatkan pemahaman konsep siswa.

kualitas

proses

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian Kulitatif. Penelitian kulitatif berusaha

mengungkap gejala secara menyeluruh, dan sesuai dengan konteks melalui


pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai
instrumen utama.

3.2

Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-4SMAN-3 Palangka Raya

tahun ajaran 2009/2010.

3.3

Tahap-tahap Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan serta tahap analisis data. Penjelasan setiap tahap penelitian
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi perizinan, observasi sekolah, pembuatan media,
dan ui coba pemanfaatan media pembelajaran berbasis komputer. Perizinan
kegiatan penelitian diawali dengan pengajuan kepada Dekan FKIP UNPAR
yang diketahui oleh Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Ketua

Jurusan Pendidikan MIPA. Kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan


Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya.
Tahapan berikutnya dilanjutkan dengan observasi ke sekolah tempat
dilakukannya penelitian. Observasi bertujuan untuk mengetahui keadaan
sekolah, kurikulum yang digunakan, dan bagaimana proses pembelajaran yang
terjadi di sekolah sasaran, terutama kelas X-3.
Setelah melakukan observasi sekolah, tahap selanjutnya adalah penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang berlaku untuk pokok bahasan ikatan kimia di kelas X yaitu
menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Langkah-langkah
pembelajaran disesuaikan dengan acuan atau karakteristik metode atau strategi
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran pada dua kelas
dengan menggunakan media pembelajaran berbasis komputer. Kedua kelas
tersebut dijadikan sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol atau
kelas pembanding. Artinya, kedua kelas tersebut mendapat perlakuan yang
sama yaitu menggunakan media pembelajaran berbasis komputer. Proses
pembelajaran dilakukan pada pokok bahasan yang sama yaitu ikatan kimia
dan pokok bahasan ini dianggap cocok menggunakan media pembelajaran
berbasis komputer. Masing-masing kelas tersebut sebelum pembelajaran
diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki masing-

masing siswa. Selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dilakukan juga


pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa,
dan yang paling penting adalah pengamatan terhadap konsep abstrak yang
diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan akhir yang dilakukan adalah pelaksanaan postes. Kegiatan ini
bertujuan untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa setelah diberikan
pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis komputer. Soal tes
pemahaman konsep yang digunakan adalah soal tes pemahaman konsep yang
sama dengan yang dipergunakan dalam pengumpulan data pretes.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan

data

dilakukan

dengan

melakukan

pembelajaran

menggunakan media berbasis komputer sebagai sumber belajar pada kelas X4SMAN-3 Palangka Raya. Saat pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang pengamat (observer) yaitu
satu guru bidang studi kimia di sekolah dan satu orang mahasiswa Program Studi
Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNPAR. Setelah embelajaran
selesai dilakukan tes pemahaman konsep dan pengambilan data respon siswa
terhadap pembelajaran menggunakan angket.
Pengumpulan data pemanfaatan media pembelajaran dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara pemberian tes pada siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran berlangsung (pretes dan postes).

Untuk memperoleh data pemanfaatan media pembelajaran berbasis


komputer pada penelitian ini diperlukan alat (instrumen) pengumpulan data, yaitu:
1)

Soal Tes Pemahaman Konsep


Tes Pemahaman Konsep diberikan pada siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran berlangsung yang digunakan untuk mengetahui pemahaman
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes ini berupa test tertulis
berbentuk essay yang telah divalidasi oleh satu validator yang ditunjuk oleh
Ketua Program Studi Pendidikan Kimia..

2)

Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran menggunakan media


pembelajaran berbasis komputer. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana pengelolaan pembelajaran menggunakan media pembelajaran
berbasis komputer di dalam kelas.

3)

Lembar pengamatan aktivitas siswa digunakan untuk mengamati


aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis komputer, instrumen ini diisi oleh dua pengamat yang
duduk di tempat memungkinkan untuk mengikuti dan mengamati seluruh
pembelajaran dari awal hingga berakhirnya proses pembelajaran.

4)

Angket, yaitu cara pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan


yang

disampaikan

kepada

responden

secara

tertulis.

Angket

akan

dipergunakan adalah angket tertutup, artinya alternatif jawaban sudah


disediakan oleh peneliti dan responden hanya memilih salah satu alternatif
jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya. Angket yang akan digunakan

berupa angket respon siswa dan angket respon guru terhadap pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran sebagai sumber belajar.

3.5 Teknik Analisis data


Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a)

Peneliti mengolah data pretes dan postes untuk mengetahui skor masingmasing siswa kemudian mendeskripsikan data pretes dan postes tersebut.

b)

Peneliti mendeskripsikan peningkatan pemahaman konsep siswa pada


setiap indikator hasil belajar dengan membandingkan presentase peningkatan
penguasaan konsep pretes dengan postes.

c)

Peneliti mendeskripsikan aktivitas siswa yang dapat mendorong siswa


terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan aktivitas siswa yang dapat
meningkatkan pemahaman siswa.

d)

Peneliti mendeskripsikan hasil respon siswa secara keseluruhan agar


diketahui bahwa respon siswa tersebut sangat mempengaruhi peningkatan
hasil belajar siswa.

e)

Peneliti mendeskripsikan jawaban siswa pada saat pretes dan postes serta
membandingkan jawaban siswa tersebut agar dapat diketahui adanya
peningkatan pemahaman konsep siswa.

f)

Peneliti mendeskripsikan penyebab peningkatan pemahaman konsep yang


didapat oleh siswa untuk tiap indikator atau tiap butir soal.

3.6 Rancangan Penelitian


Penelitian yang dilaksanakan yaitu penelitian yang memanfaatkan media
pembelajaran berbasis komputer sebagai sumber belajar untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa. Rancangan penelitian ini adalah rancangan eksperimen
yaitu pretes - perlakuan(pembelajaran) - postes. Pretes dilakukan untuk melihat
kemampuan awal siswa, dan ini sebagai nilai awal untuk membandingkan hasil
postes. Setelah pretes selesai kemudian dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan Media pembelajaran berbasis komputer sebagai sumber belajar,
selama mengikuti pembelajaran siswa diberikan LKS untuk menuntun siswa
menemukan konsep sendiri mengenai materi yang disampaikan. Tahapan terakhir
yaitu mengadakan postes melihat hasil peningkatan konsep siswa.
Desain penelitian yang akan dilakukan terlihat pada gambar 3.1

PRETES

PEMBELAJARAN

Gambar 3.1 Desain penelitian

POSTES

Anda mungkin juga menyukai