SKRIPSI
OLEH
AGUS TONI PUJIANTO
ACC 105 034
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
dengan
dengan
2.
3.
Bagi guru, dapat menjadi bahan pemikiran agar dapat melakukan variasi
pembelajaran kimia di sekolah.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jawab
tersebut
diwujudkan
seorang
guru
dengan
2)
3)
Siswa merasa tertarik dengan metode belajar yang dibawakan oleh guru
4)
5)
Baca
Dengar
Lihat
Lihat dan dengar
Katakan
Katakan dan lakukan
Sheal, Peter (1989). How to Develop and Present Staff Training Courses. London: Kogan Page Ltd
2.2 Konsep
Banyak pengertian tentang konsep yang berkembang di kalangan ahli kognitif
dan pendidikan, misalnya saja, Hulse, Egeth dan Deese (dalam Suharnan,2005)
mendefinisikan konsep sebagai sekumpulan atau seperangkat sifat yang
dihubungkan oleh aturan-aturan tertentu. Konsep merupakan bayangan mental,
ide dan proses. Pembentukan konsep memerlukan ketajaman berpikir dalam
mengklasifikasikan objek atau ide (Solso, 2001). Walgito (1992) mengemukakan
bahwa konsep merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri-ciri
suatu objek atau kejadian. (misalnya konsep tentang manusia, segitiga, merah,
mengenai
kelas
konsep
yang
diberikan,
kemudian
b)
Individu mengalami taraf atau tingkatan dalam perkembangan konsepkonsepnya. Tingkatan ini tersusun berdasarkan pada tingkatan perkembangan
kognitif (konsep Piaget) yang telah dicapai oleh individu tersebut. Adapun
tingkatan-tingkatan tersebut antara lain :
a) Taraf Konkret
Individu telah mencapai tingkatan konkret apabila ia mengenal atau
mempersepsi suatu objek yang telah ditemukan pada waktu sebelumnya.
Langkah pertama dalam pencapaian taraf ini adalah menghampiri suatu
objek dan mempresentasikannya secara internal. Selanjutnya ia mulai
membedakannya dari objek-objek lain, kemudian menyimpan informasi
yang dilihatnya dalam mental imajinasi dan mengenal atau mengingat
masing-masing objek apabila ia mengalaminya kembali dikemudian hari.
Tahap konkret ini pada umumnya dialami oleh bayi-bayi berusia beberapa
bulan atau satu tahun, meskipun mereka belum berkembang dari segi
bahasanya (Solso, 2001)
b) Taraf Identitas
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untukmengefektifkan-pembelajaran-siswa/.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Secara garis besarnya, menurut Degeng (1990:83) terdapat dua jenis sumber
belajar yaitu:
1)
2)
dan
keberadaannya
dapat
ditemukan,
diterapkan
dan
seminar,
pemecahan
masalah,
simulasi,
permainan,
sarasehan,
percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan:
ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum,
kantor dan sebagainya.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untukmengefektifkan-pembelajaran-siswa/.
2.4 Media Pembelajaran
Media merupakan alat, metode dan tehnik yang digunakan dalam rangka
lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar pendidik dan siswa dalam
proses pendidikan dan pembelajaran disekolah. Menurut Heinich, dkk (1982)
kata MEDIA merupakan bentuk jamak dari kata MEDIUM (bahasa latin)
yang secara harfiah berarti PERANTARA (between) yaitu perantara sumber
pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Dalam proses pembelajaran,
media ini dapat diartikan sebagai berikut :
http://kazzuya.wordpress.com/2009/11/14/media-pembelajaran-dalam-pendidikan/
1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran (Schramm,1977).
2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku,
film, video, slide, animasi dan sebagainya (Bringgs, 1977).
3) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk
teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969).
Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan wahana dari pesan atau
informasi yang oleh sumber pesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan
(siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan
tepat sesuai dengan tujuannya. Pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah
pesan/materi pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses
belajar pada diri siswa. Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat
merangsang timbulnya proses/dialog mental pada diri siswa. Dengan perkataan
lain, terjadinya komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung
tentunya antara siswa dengan penyalur pesan (guru). Dengan demikian kita dapat
mengatakan bahwa proses belajar-mengajar telah terjadi. Media pembelajaran
tersebut berhasil menyalurkan pesan/bahan ajar apabila kemudian terjadi
perubahan
tingkah
laku
(behavioral
change)
pada
diri
siswa.
Media dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, perhatian dan kemauan murid, sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada murid-murid yang bersangkutan.
satu sama lain. Gaya yang bekerja pada gabungan atom atau ion sehingga
keadaannya menjadi lebih stabil disebut dengan ikatan kimia (Purba, 2004: 141;
Sutresna, 1994: 147-164; Sudarmo; 2004: 39).
2.5.2
Konfigurasi Elektron
Di antara atom di alam hanya atom gas mulia yang stabil. Dalam proses
penggabungan atom yang mengalami perubahan adalah elektron-elektronnya.
Oleh karena pada dasarnya elektron mempunyai sifat yang sama, maka dapat
disimpulkan bahwa kestabilan suatu atom ditentukan oleh konfigurasi elektron
atom tersebut. Menurut teori Oktet dari Kossel dan Lewis bahwa konfigurasi
elektron atom-atom akan stabil bila elektron terluarnya sebanyak 8 elektron atau 2
elektron (khusus He).
Usaha untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil dapat dicapai dengan cara:
1) Melepaskan sebagian elektron (pada kulit terluarnya) sehingga terbentuk ion
positif yang bermuatan sebesar jumlah elektron yang dilepaskan.
2) Menerima elektron (dari atom lain) sehingga terbentuk ion negatif yang
bermuatan sebesar jumlah elektron yang ditariknya.
3) Penggunaan bersama pasangan elektron diantara atom yang berikatan
sehingga terbentuk sepasang elektron yang saling dipinjamkan.
2.5.3
Ikatan Ion
Ikatan ion terbentuk akibat gaya tarik menarik elektrostatik antara ion
positif dengan ion negatif yang saling berikatan atau bisa dikatakan sebagai ikatan
yang terjadi antara atom yang mudah melepaskan elektron dengan atom yang
mudah menerima elektron.
Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan antara dua atau lebih atom unsur yang sejenis
atau berbeda didasarkan pada pemakaian elektron valensi bersama. Ikatan kovalen
terjadi akibat ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk
melepaskan elektron (ketidakmampuan membentuk ion positif). Ketidakmampuan
melepaskan elektron terjadi pada atom-atom nonlogam. Atom nonlogam hanya
memiliki kecenderungan untuk menerima elektron, sehingga jika masing-masing
atom nonlogam berikatan maka terbentuk pasangan elektron yang dipakai
bersama. Ditinjau dari jumlah elektron yang dipakai bersama atau jumlah ikatan
antara atom, maka ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang
melibatkan dua pasang elektron yang dipakai bersama. Ikatan kovalen rangkap
tiga adalah ikatan kovalen yang melibatkan tiga pasang elektron yang dipakai
bersama.
2.5.5
2.5.6
H
x
(a) nonpolar
Cl
(b) polar
diharapkan
dapat
membantu
meningkatkan
kualitas
proses
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian Kulitatif. Penelitian kulitatif berusaha
3.2
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-4SMAN-3 Palangka Raya
3.3
Tahap-tahap Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan serta tahap analisis data. Penjelasan setiap tahap penelitian
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi perizinan, observasi sekolah, pembuatan media,
dan ui coba pemanfaatan media pembelajaran berbasis komputer. Perizinan
kegiatan penelitian diawali dengan pengajuan kepada Dekan FKIP UNPAR
yang diketahui oleh Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Ketua
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran pada dua kelas
dengan menggunakan media pembelajaran berbasis komputer. Kedua kelas
tersebut dijadikan sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol atau
kelas pembanding. Artinya, kedua kelas tersebut mendapat perlakuan yang
sama yaitu menggunakan media pembelajaran berbasis komputer. Proses
pembelajaran dilakukan pada pokok bahasan yang sama yaitu ikatan kimia
dan pokok bahasan ini dianggap cocok menggunakan media pembelajaran
berbasis komputer. Masing-masing kelas tersebut sebelum pembelajaran
diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki masing-
data
dilakukan
dengan
melakukan
pembelajaran
menggunakan media berbasis komputer sebagai sumber belajar pada kelas X4SMAN-3 Palangka Raya. Saat pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang pengamat (observer) yaitu
satu guru bidang studi kimia di sekolah dan satu orang mahasiswa Program Studi
Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNPAR. Setelah embelajaran
selesai dilakukan tes pemahaman konsep dan pengambilan data respon siswa
terhadap pembelajaran menggunakan angket.
Pengumpulan data pemanfaatan media pembelajaran dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara pemberian tes pada siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran berlangsung (pretes dan postes).
2)
3)
4)
disampaikan
kepada
responden
secara
tertulis.
Angket
akan
berupa angket respon siswa dan angket respon guru terhadap pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran sebagai sumber belajar.
Peneliti mengolah data pretes dan postes untuk mengetahui skor masingmasing siswa kemudian mendeskripsikan data pretes dan postes tersebut.
b)
c)
d)
e)
Peneliti mendeskripsikan jawaban siswa pada saat pretes dan postes serta
membandingkan jawaban siswa tersebut agar dapat diketahui adanya
peningkatan pemahaman konsep siswa.
f)
PRETES
PEMBELAJARAN
POSTES