Agama bukan wahyu, bukan samawi, atau bukan profetis yaitu agama yang
berasal dari umat manusia. Agama bukan wahyu tidak mempunyai Nabi dan
kitab suci yang berasal dari wahyu Allah. Misalnya agama Majusi yang para
pemeluknya memuja dan menyembah api, agama Watsani yang para
pemeluknya memuja dan menyembah berhala dan patung, agama Shabiah yang
para pemeluknya memuja dan menyembah bintang atau benda langit. Termasuk
agama Hindu, Budha, Konghucu, Shinto.
Unsur terpenting dari agama pada umumnya ialah keyakinan tentang adanya
kenyataan lain dari kenyataan sekarang ini. Dr. Franz Dahler mendefinisikan
secara umum tentang agama:
Agama adalah hubungan manusia dengan sesuatu kekuasaan suci yang lebih
tinggi daripada dia, darimana ia merasa tergantung dan berusaha mendekatinya
Keyakinan tentang adanya kenyataan lain daripada adanya kenyataan ini.
KEBENARAN AGAMA
Batasan umum tentang agama tersebut dapat mencakup semua agama, baik
yang profetis maupun yang bukan profetis. Seorang muslim akan mencari
jawaban dari Al-Quran yang diyakini sebagai kitab Allah, demikian pula para
penganut agama Kristen dan Yahudi, masing-masing akan mencari jawaban
bersumber pada Injil dan Taurat.
Kita dapat mencoba juga mengajukan berbagai alternative rasional sebagai
berikut. Sanggupkah pikiran manusia menjangkau hakikat kenyataan kekuasaan
suci yang lebih tinggi daripada manusia? Pikiran manusia tidak dapat menjawab
dengan satu macam jawaban tentang siapa Dzat Yang Mahakuasa itu. Meskipun
demikian, dapat diakui juga bahwa hasil pemikiran manusia yang benar-benar
mendalam sering bersesuaian dengan ajaran wahyu, terutama dalam beberapa
hal yang menyangkut nilai-nilai moral, seperti: adil, kasih saying, jujur, pemurah.
Akal sering dipengaruhi factor lain yang justru membelokkannyha dari
kebenaran.
Berbeda halnya dengan agama profetis, agama yang berasal dari wahyu, yang
mengajarkan bahwa kebenaran agama bergantung kepada kehendak Tuhan
sendiri, tidak menjadi wewenang manusia untuk menentukannya. Timbullah satu
soal yang amat peka, yaitu mana dari tiga agama profetis itu yang benar, sesuai
dengan kehendak Tuhan sendiri?
Para penganut agama Yahudi hanya mau menyakini bahwa kitab Allah Taurat
sebagai kitab suci yang sah. Mereka tidak mau menyakini bahwa setelah kitab
Taurat masih ada kitab Allah yang lain, namun mereka tidak menyakini bahwa
setelah itu ada kitab Injil dan masih ada kitab suci Al-Quran yang juga berasal
dari Tuhan yang mewahyukan Taurat dan Injil.
Satu hal yang perlu diperhatikan ialah Islam tidak membenarkan bila toleransi
diartikan mengakui kebenaran semua agama karena Allah telah menentukan
bahwa agama yang sah di sisi Allah adalah Islam, meskipun harus diakui juga
adanya kemungkinan segi kebenaran pada agama lain, baik yang profetis
maupun yang bukan profetis. Antara agama Islam dan agama nonprofetis, ada
kemungkinan terjadi persamaan dalam beberapa hal, terutama dalam nilai moral
seperti kasih sayang, jujur.
Selain itu, toleransi juga mempunyai batasan seperti dalam QS Al Kaafiruun
(109): 1-6, bahwa kompromi agama tidak mungkin dilakukan umat Islam, biarlah
dalam hal ibadah itu masing-masing melaksanakan sesuai dengan keyakinan
masing-masing.
Katakanlah, Hai orang yang kafir, (1)
Aku tidak akan menyembah sesembahan yang kamu sembah; (2)
Dan kamu pun tidak akan menyembah sesembahan yang aku sembah. (3)
Dan aku sama sekali tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (4)
Dan kamu pun tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (5)
Bagimu, agamamu dan bagiku, agamaku. (6)
Islam tidak membenarkan apabila umat Islam mengikuti acara keagaman
seperti Natalan, Galungan Waisak dan sebaginya.
Islam juga mengajarkan untuk berkerja sama dalam bidang masyarakat,
penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan korupsi, pemberantasan penyakit
social, pembangunan ekonomi dan sebagainya. Dalam hal kerjasama, bukan saja
antara umat Islam dengan umat beragama lai, tetapi juga antara umat Islam
sendiri QS Al Maaidah (5): 2 mengajarkan,
bertolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa;
jangan kamu bertolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran
Yang penting diperhatikan, dalam menentukan apakah sesuatu termasuk
kebajikan atau dosa harus dihadapkan kepada ajaran Al-Quran sendiri, bukan
ditentukan oleh manusia, sejalan dengan ketentuan bahwa yang berhak
menentukan kebenaran agama adalah Allah, bukan manusia.
Apabila sesuatu dipandang dosa dalam ajaran Islam, tetapi tidak dipandang
dosa menurut agama lain, bagi umat Islam, yang berlaku adalah ketentuan yang
terdapat dalam ajaran Islam.
CIRI KHUSUS AGAMA ISLAM
Bila kita mempelajari Al-Quran yang merupakan sumber utama ajaran agama
Islam itu, kita akan menjumpai penegasan tentang unsure universalitas dan
keabadian Islam yang benar-benar menyakinkan, dan dalam waktu yang sama
merupakan ciri khusus yang membedakan antara agama Islam dengan agama
lainnya.
Ciri khusus tersebut tersimpul dalam hal sebagai berikut:
1. Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yang sesuai dengan tuntunan
pembawaan watak manusia.
2. Islam adalah agama yang menempatkan akal manusia pada tempat yang
sebaik-baiknya.
3. Islam adalah agama yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang
berharga diri (berkepribadian); atas tanggung jawabnya, ia memperoleh
kebebasan menentukan pilihan menerima atau menolak agama Allah dan tidak
dibenarkan adanya diskriminasi antara sesame manusia serta diberi
keleluasaan memperkembangkan hidupnya dalam rangka mempertinggi
martabat umat manusia.