Anda di halaman 1dari 8

Bab 1

BERAGAMA SECARA DEWASA

BERAGAMA ISLAM DENGAN SADAR


Sebagian besar penganut agama di dunia ini merupakan hasil dari pengaruh
keturunan atau lingkungannya. Orang memeluk agama Islam, misalnya, karena ia
dilahirkan oleh orang tua yang beragama Islam pula. Begitu pula dengan orang
nasrani, karena ia dilahirkan oleh orang tua yang beragama nasrani pula.
Terkadang baik secara langsung maupun tidak langsung seorang muslim hidup
ditengah lingkungan yang tidak beragama Islam. Maka, dalam dirinya sering
timbul pertanyaan tentang kebenaran agama Islam yang dipeluknya
dibandingkan dengan agama yang dipeluk oleh orang lain.
Bila pertanyaan itu tidak terjawab dengan baik sering mendatangkan
bahwasannya semua agama itu mengajarkan kebaikan, dan dapat diambil
kesimpulan bahwa semua agama sama saja.
Pada zaman sekarang ini besarnya fasilitas alat komunikasi yang jika tidak
dipilih dengan benar akan menimbulkan banyak masalah. Akibatnya sering
terjadi pertemuan berbagai aliran diseluruh dunia yang dirasa ada yang kurang
menguntungkan.
Dengan demikian, pada saat seperti sekarang inilah dapat dirasakan benar
pentingnya peringatan Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al
Israa (17): 36,
Janganlah kamu mengikuti suatu pendirian tanpa pengetahuan yang
menyakinkan sebab pendengaran, penglihatan, dan hati masing-masing akan
dimintai pertanggungjawaban.
Maka orang akan menjadi tangguh dan yakin dalam menghadapi berbagai
macam tantangan terhadap keyakinan agamanya bahwasannya benar-benar atas
kesadarannya bukan pengaruh dari lingkungan sekitar ataupun dari keturunan.
DEFINISI AGAMA
Ilmu agama membedakan antara dua macam agama, yaitu agama wahyu dan
agama bukan wahyu. Agama wahyu sering disebut dnegna agama samawi,
agama langit atau agama profentis, yaitu agama yang berasal dari wahyu Allah
kepada para rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia. Agama wahyu
yang sampai sekarang masih ada ialah Yahudi, Kristen, dan Islam.

Agama bukan wahyu, bukan samawi, atau bukan profetis yaitu agama yang
berasal dari umat manusia. Agama bukan wahyu tidak mempunyai Nabi dan
kitab suci yang berasal dari wahyu Allah. Misalnya agama Majusi yang para
pemeluknya memuja dan menyembah api, agama Watsani yang para
pemeluknya memuja dan menyembah berhala dan patung, agama Shabiah yang
para pemeluknya memuja dan menyembah bintang atau benda langit. Termasuk
agama Hindu, Budha, Konghucu, Shinto.
Unsur terpenting dari agama pada umumnya ialah keyakinan tentang adanya
kenyataan lain dari kenyataan sekarang ini. Dr. Franz Dahler mendefinisikan
secara umum tentang agama:
Agama adalah hubungan manusia dengan sesuatu kekuasaan suci yang lebih
tinggi daripada dia, darimana ia merasa tergantung dan berusaha mendekatinya
Keyakinan tentang adanya kenyataan lain daripada adanya kenyataan ini.
KEBENARAN AGAMA
Batasan umum tentang agama tersebut dapat mencakup semua agama, baik
yang profetis maupun yang bukan profetis. Seorang muslim akan mencari
jawaban dari Al-Quran yang diyakini sebagai kitab Allah, demikian pula para
penganut agama Kristen dan Yahudi, masing-masing akan mencari jawaban
bersumber pada Injil dan Taurat.
Kita dapat mencoba juga mengajukan berbagai alternative rasional sebagai
berikut. Sanggupkah pikiran manusia menjangkau hakikat kenyataan kekuasaan
suci yang lebih tinggi daripada manusia? Pikiran manusia tidak dapat menjawab
dengan satu macam jawaban tentang siapa Dzat Yang Mahakuasa itu. Meskipun
demikian, dapat diakui juga bahwa hasil pemikiran manusia yang benar-benar
mendalam sering bersesuaian dengan ajaran wahyu, terutama dalam beberapa
hal yang menyangkut nilai-nilai moral, seperti: adil, kasih saying, jujur, pemurah.
Akal sering dipengaruhi factor lain yang justru membelokkannyha dari
kebenaran.
Berbeda halnya dengan agama profetis, agama yang berasal dari wahyu, yang
mengajarkan bahwa kebenaran agama bergantung kepada kehendak Tuhan
sendiri, tidak menjadi wewenang manusia untuk menentukannya. Timbullah satu
soal yang amat peka, yaitu mana dari tiga agama profetis itu yang benar, sesuai
dengan kehendak Tuhan sendiri?
Para penganut agama Yahudi hanya mau menyakini bahwa kitab Allah Taurat
sebagai kitab suci yang sah. Mereka tidak mau menyakini bahwa setelah kitab
Taurat masih ada kitab Allah yang lain, namun mereka tidak menyakini bahwa
setelah itu ada kitab Injil dan masih ada kitab suci Al-Quran yang juga berasal
dari Tuhan yang mewahyukan Taurat dan Injil.

Dengan demikian, Injil dan Al-Quran tidak memperoleh tempat dalam


keyakinan para penganut agama Yahudi dan Al-Quran tidak sepenuhnya
mendapat tempat dalam keyakinan para penganut agama Kristen.
Berbeda dengan penganut agama Islam yang diwajibkan oleh Allah untuk
beriman kepada semua kitab Alah, berimnan kepada para rasul Allah. Al-Quran
diturunkan Allah untuk menyatukan kebenaran yang terdapat dalam kitab Allah
sebelumnya.
Semua kitab Allah mempunyai tempat dalam keimanan para penganut agama
Islam. Misalnya, tentang ajaran tauhid, meng-Esakan Allah, mustahil terdapat
perbedaan antara ajaran wahyu yang disampaikan kepada Nabi Musa, kepada
Nabi Isa, dan kepada Nbai Muhammad. Dengan kata lain, tentang tauhid ini
mustahil terdapat perbedaan antara ajaran Allah yhang difirmankan dalam
Taurat, Injil, maupun Al-Quran. Andaikata ada perbedaan itu semua akibat dari
perbuatan manusia yang berbuat lancang terhadap kitab Allah.
Al-Quran adalah kitab Allah yang terakhir, tidak aka nada lagi kitab Allah yang
diturunkan, sudah pada tempatnyalah diadakan penegasan tentang agama mana
yang benar di sisi Allah, agama mana yang benar dan diridhai Allah agar jangan
sampai terjadi keraguan kemudian hari mengenai agama mana yang benar,
sesuai dengan kehendak Allah sendiri.
KEBENARAN AGAMA MENURUT ALQURAN
Kaum muslimin yakin benar-benar bahwa Al-Quran adalah kitab Allah SWT
yang terakhir yang diturunkan kepada rasul-Nya yang terakhir pula, untuk
member pedoman dan petunjuk hidup bagi segenap umat manusia sepanjang
masa. Dari Al-Quranlah diperoleh kepastian tentang kebenaran agama.
QS Al Baqarah (2): 147 menegaskan bahwa kebenaran itu datang dari Tuhan,
jangan sekali-kali diragukan. Demikian pula QS Ali Imran (3): 60 memberi
penegasan bahwa agama yang benar adalah yang datang dari Allah SWT.
Untuk me3ngajak mempercayai agama Islam, QS Al Baqarah (2): 256
melarang dilakukannya paksaan. Cukup diberikan keterangan yang dapat
membedakan dengan jelas antara agama yang benar dan yang tidak benar.
Menentukan kebenaran agama bukanlah menjadi wewengan manusia. Allah
sendirilah yang menentukan mana agama yang benar dan mana yang tidak
benar.
Agama yang benar yang dibawakan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup
para rasul-Nya itu ialah agama Islam, yang ditegaskan sebagai agama yang
diridai Allah SWT.

Ayat Al-Quran yang diturunkan terakhir, QS Al Maidah (5): 3 menegaskan


bahwa Islam merupakan agama yang telah disempurnakan Allah dan yhang
diridai-NYa untuk menjadi agama yang dianut oleh segenap umat manusia.
Pada hari ini Aku telah sempurnakan agama kamu, Aku pun telah
menyempurnakan nikmat-Ku untuk kamu. Aku telah rida bahwa Islam menjadi
agama yang kamu anut
Untuk memperoleh penjelasan yang dimaksud dengan pengertian Islam dalam
penegasan QS Ali Imran (3): 19 tersebut, dijumpai antara lain penegasan QS Al
Baqarah (2): 132 tentang Nabi Ibrahim a.s. yang berpesan kepada putranya,
demikian pula Nabi Yaqub a.s. yang berwasiat kepada putranya bahwa untuk
mereka telah dipilihkan Allah satu agama yang harus mereka pegang teguh, dan
jangan sampai mereka mati kecuali dalam keadaan muslimun, menyerah diri
kepada Allah semata-mata.
Ibarahim memesankan agama yang dibawanya kepada anak-anaknya,
demikian pula Yaqub, sambil berkata, Wahai anakku, sesungguhnya, Allah telah
memilih agama itu untuk kamu semua; maka, janganlah kamu mati melainkan
dalam keadaan menyerah diri kepada Allah.
Yang dimaksud dengan kata muslimun adalah agar dianut anak keturunannya
itu adalah agama Islam.
Selanjutnya QS Ali Imron (3): 67 menegaskan pula bahwa Nabi Ibrahim bukan
seorang pengikut Yahudi maupun Nasrani, beliau adalah seorang muslim yang
erat condong kepada kesucian, bukan pula termasuk golongan orang musyrik
yang menyekutukan Tuhan. QS. Asy Syuuraa(42): 13 menegaskan pula bahwa
agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad adalah juga agama yang
diwahyukan kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Islam yang dibawa Nabi Muhammad
SAW bukan agama baru, tetapi merupakan mata rantai terakhir dari rentetan
agama yang diturunkan Allah kepada para rasul sebelumnya.
Karena Islam merupakan mata rantai terakhir dari rentetan agama yang
diwahyukan Allah kepada para rasul yang terdahulu, tidak heranlah jika di dalam
Al-Quran terdapat ajaran yang telah disebutkan juga didalam kitab wahyu
sebelumnya sebab semuanya sama-sama berasal dari Allah SWT.
Dengan diutusnya Nabi Muhammad, penutup para Rasul Allah itu, berarti
agama yang diwahyukan kepada para rasul sebelumnya telah disempurnakan.
Maka, setelah Nabi Muhammad SAW diutus dan setelah Al-Quran diturunkan,
agama Islam yang sah disisi Allah adalah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad
SAW dan kitab Allah yang dinyatakan berlaku adalah Al-Quran.

Untuk menyakinkan kesempurnaan bahwa Al-Quran telah mencakup ajaran


kitab Allah sebelumnya, diperoleh dari penegasan Al-Quran sendiri misalnya
dalam QS Ali Imran (3): 64 disebutkan pula seruan kepada Ahli Kitab untuk
kembali kepada ajaran yang sama antara yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dan yang diwahyukan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa, yaitu:
menyembah hanya kepada Allah semata, jangan menyekutukan sesuatu
manusia. Seruan semacam ini antara lain untuk menyakinkan bahwa isi Al-Quran
tentang hal yang prinsipiil sama dengan yang diajarkan dalam Taurat dan Injil,
yang berarti bahwa beriman kepada Al-Quran tidak meninggalkan ajaran Taurat
dan Injil, karena Al-Quran telah mencakup ajaran kitab Allah sebelumnya.
Misalnya tentang Ke-Esaan Tuhan Allah SWT yang di dalam QS Al Ikhlas
(112):1-4 disebutkan dengan amat tandas.
Katakanlah Muhammad, Allah Maha Esa; (1)
Allah tempat hamba meminta; (2)
Allah tidak beranak dan tidak pula beribu bapak, (3)
Tidak ada seorang pun yang menyamai-Nya. (4)
Ajaran tauhid ialah yang menjadi pokok ajaran wahyu yang bersifat mutlak,
tidak mungkin mengalami perubahan dan perkembangan dalam masa apapun.
Semua rasul Allah membawakan ajaran tauhid yang sama, dan inilah yang
menjadi inti ajaran Islam yang membedakan dengan ajaran agama lainnya yang
tidak berasal dari wahyu Allah SWT.
AJARAN ISLAM (AL-QURAN) TENTANG TOLERANSI
Meskipun Al-Quran member penegasan bahwaIslam adalah satu-satunya
agama yang diterima Allah SWT tetapi kita dilarang melakukan pemaksaan
kepada siapapun untuk memeluk agama sebagaimana dinyatakan dalam QS Al
Baqarah (2):256. Selain itu manusia diberi kebebasan sepenuhnya untuk
menentukan sendiri pilihannya, apakah menerima kebenaran Islam atau
menolaknya sebagaimana diajarkan dalam QS Al Kahfi (18): 29. Inilah kunci
ajaran toleransi dalam Islam.
Tentang apakah seseorang mau menerima kebenaran agama Islam atau tidak,
banyak ayat Al-Quran yang mengajarkan bahwa seseorang menentukan pilihan
beragama Islam bersesuaian dengan petunjuk Allah yang diberikan kepadanya.
Orang lain tidak akan mampu memberi petunjuk kepada siapapun yang
disenanginya agar memeluk Islam sebab petunjuk itu hanyalah di tangan Allah
sendiri. Dalam QS Al Anaam (6): 125 terdapat keterangan bahwa barang siapa
dikehendaki Allah memperoleh petunjuk dilapangkan-Nya dadanya untuk
memeluk agama Islam, dan barang siapa dikehendaki Allah mengalami

kesesatan, disempitkan-Nya dadanya, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.


Dengan penegasan yang disebutkan terakhir ini, terhadap orang yang
menentukan pilihan berpegang agama selain Islam, Islam tidak mengizinkan
kaum muslimin untuk menaruh kebencian dan bersikap bermusuhan sebab
mereka memang belum dikehendaki Allah untuk memperoleh petunjuk.
Umat Islam diperingatkan juga agar jangan mencaci maki yang dipertuhan
selain oleh mereka yang masih memuja dan menyembah selain Allah sebab
mencaci maki serupa itu akan mengakibatkan timbulnya keinginan membalas
dari mereka untuk mencaci maki Allah (QS Al Anaam (6): 108). Selain itu, juga
diperingatkan jangan berdiskusi dengan kaum Ahli Kitab melainkan dengan jalan
yang sebaik-baiknya (QS Al Ankabuut (29): 46).
Islam mewajibkan kaum muslimin hidup damai dan berbuat baik, termasuk
berbuat kebaikan kepada para penganut agama lain yang tidak bersikap
memusuhi umat Islam ialah member kesempatan untuk melakukan ibadah
dengan rasa aman dan nyaman. Akan tetapi umat Islam tidak diperbolehkan
makan minum yang di larang oleh Allah SWT.
Perlu kita sadari bahwa Islam adalah agama rahmat bagi penghuni alam
seluruhnya, sebagaimana ditegaskan dalam QS Al Anbiyaa (21): 107,
Tiadalah Aku utus engkau (ya Muhammad), melainkan untuk menjadi tanda
kasih sayang-Ku bagi semesta alam.
Islam mengajarkan toleransi dalam pergaulan yaitu dengan memelihara rasa
hormat terhadap pemeluk agama yang dibicarakan, menjaga sopan santun. Satu
hal yang amat penting yaitu ajaran bersikap toleran dan menghormati keyakinan
umat agama lain, sering diidentikkan dengan ajaran yang mengajarkan bahwa
sedaya agami sami kemawon (semua agama sama saja). Maksud ajaran tersebut
bahwa semua agama mengajarkan hidup baik, baik agama Kristen, Katholik,
Budha, Hindu.
Islam secara tandas memberi penegasan bahwa agama yang benar di hadirat
Allah hanyalah Islam. Islam mewajibkan penganutnya bersikap hormat terhadap
keyakinan agama lain, dan berbuat baik serta berlaku adil terhadap penganut
agama lain, selagi mereka tidak bersikap memusuhi Islam. Tetapi Islam tidak
pernah mengajarkan untuk mengakui kebenaran agama selain Islam. Al-Quran
yang merupakan kitab Allah yang terakhir itu ada penegasan tentang kebenaran
agama untuk member kepastian bahwa yang berwenang menentukan kebenaran
agama hanyalah Tuhan sendiri. Tuhan bersifat mutlak, sedang manusia relatif.
Kebenaran agama adalah hal yang mutlak, oleh karenanya harus ditentukan oleh
Tuhan yang mutlak pula.
PRAKTEK TOLERANSI

Satu hal yang perlu diperhatikan ialah Islam tidak membenarkan bila toleransi
diartikan mengakui kebenaran semua agama karena Allah telah menentukan
bahwa agama yang sah di sisi Allah adalah Islam, meskipun harus diakui juga
adanya kemungkinan segi kebenaran pada agama lain, baik yang profetis
maupun yang bukan profetis. Antara agama Islam dan agama nonprofetis, ada
kemungkinan terjadi persamaan dalam beberapa hal, terutama dalam nilai moral
seperti kasih sayang, jujur.
Selain itu, toleransi juga mempunyai batasan seperti dalam QS Al Kaafiruun
(109): 1-6, bahwa kompromi agama tidak mungkin dilakukan umat Islam, biarlah
dalam hal ibadah itu masing-masing melaksanakan sesuai dengan keyakinan
masing-masing.
Katakanlah, Hai orang yang kafir, (1)
Aku tidak akan menyembah sesembahan yang kamu sembah; (2)
Dan kamu pun tidak akan menyembah sesembahan yang aku sembah. (3)
Dan aku sama sekali tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (4)
Dan kamu pun tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (5)
Bagimu, agamamu dan bagiku, agamaku. (6)
Islam tidak membenarkan apabila umat Islam mengikuti acara keagaman
seperti Natalan, Galungan Waisak dan sebaginya.
Islam juga mengajarkan untuk berkerja sama dalam bidang masyarakat,
penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan korupsi, pemberantasan penyakit
social, pembangunan ekonomi dan sebagainya. Dalam hal kerjasama, bukan saja
antara umat Islam dengan umat beragama lai, tetapi juga antara umat Islam
sendiri QS Al Maaidah (5): 2 mengajarkan,
bertolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa;
jangan kamu bertolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran
Yang penting diperhatikan, dalam menentukan apakah sesuatu termasuk
kebajikan atau dosa harus dihadapkan kepada ajaran Al-Quran sendiri, bukan
ditentukan oleh manusia, sejalan dengan ketentuan bahwa yang berhak
menentukan kebenaran agama adalah Allah, bukan manusia.
Apabila sesuatu dipandang dosa dalam ajaran Islam, tetapi tidak dipandang
dosa menurut agama lain, bagi umat Islam, yang berlaku adalah ketentuan yang
terdapat dalam ajaran Islam.
CIRI KHUSUS AGAMA ISLAM

Bila kita mempelajari Al-Quran yang merupakan sumber utama ajaran agama
Islam itu, kita akan menjumpai penegasan tentang unsure universalitas dan
keabadian Islam yang benar-benar menyakinkan, dan dalam waktu yang sama
merupakan ciri khusus yang membedakan antara agama Islam dengan agama
lainnya.
Ciri khusus tersebut tersimpul dalam hal sebagai berikut:
1. Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yang sesuai dengan tuntunan
pembawaan watak manusia.
2. Islam adalah agama yang menempatkan akal manusia pada tempat yang
sebaik-baiknya.
3. Islam adalah agama yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang
berharga diri (berkepribadian); atas tanggung jawabnya, ia memperoleh
kebebasan menentukan pilihan menerima atau menolak agama Allah dan tidak
dibenarkan adanya diskriminasi antara sesame manusia serta diberi
keleluasaan memperkembangkan hidupnya dalam rangka mempertinggi
martabat umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai