Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
daftar
isi
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR /PRT/2006
TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG
BAGIAN I
I.1
PENGANTAR
MAKSUD DAN TUJUAN
I.1.1
Maksud
I-1
I.1.2
Tujuan
I-1
II.2
Umum
II.1.2
II.1.3
II-1
II-1
II-3
II-4
II.2.1
Umum
II-4
II.2.2
II.2.3
Tingkat Kompleksitas
II-8
II.2.4
Tingkat Permanensi
II-10
II.2.5
II-10
II.2.6
Zonasi Gempa
II.2.7
Lokasi
II.2.8
II-11
II.2.9
II-11
II-5
II-10
II-10
II.3
PERUBAHAN FUNGSI DAN/ATAU KLASIFIKASI
BANGUNAN
II-11
GEDUNG
II.3.1
Umum
II.3.2
12
II-11
II-
UMUM
III.2
III-1
III-1
III-1
III.2.2
1. Peruntukan Lokasi
III-1
III-4
III-14
III-14
2. Tata Ruang-dalam
III-19
III.2.4
III-24
III-31
1. Dampak penting
III-31
III-32
III-32
III-32
LINGKUNGAN (RTBL)
1. Tindak Lanjut RTRW dan/atau Rencana
Teknik
Ruang Kabupaten/Kota
2. Muatan Materi RTBL
3. Penyusunan RTBL
III-33
III-33
III-34
ii
III.2.5
III-35
IIIIII-37
GEDUN
G
1. Umum
2.
III-36
Persyaratan
III-37
III-37
a.
b.
III-39
c.
III-39
d.
Struktur
Struktur
Pembebanan
Struktur
Struktur
Bangunan
Bangunan
Pada
Bangunan
Gedung
Gedung
Gedung
Atas
Bangunan
Gedung
Bawah
Bangunan
Gedung
III-43
e. Keandalan Bangunan Gedung
45
3. Persyaratan Kemampuan Bangunan
Gedung
IIIIII-46
III-46
III-47
III-52
III-53
III-53
Gedun
g
1
0
III.3.2
III-58
III-58
III-59
III-60
III-60
a. Persyaratan Ventilasi
3. Persyaratan Sistem Pencahayaan
a. Persyaratan Pencahayaan
4. Persyaratan Sanitasi
III-60
III-60
III-61
III-61
III-62
a. Persyaratan Plambing
III-62
III-64
III-67
III-68
III-70
Gedun
g
III.3.3
PERSYARATAN KENYAMANAN
III-71
BANGUNAN GEDUNG
1. Umum
III-71
III-71
Hubungan Antarruang
a. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak
Dalam Bangunan Gedung
3. Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara
Dalam
III-71
III-71
Ruang
a. Persyaratan Kenyamanan Termal
Dalam
Ruang
III-71
III-
III.3.4
IIIIII-73
Tingkat Kebisingan
a. Persyaratan Getaran
III-74
b. Persyaratan Kebisingan
III-75
III-77
III-77
Bangunan Gedung
a. Persyaratan Kemudahan Hubungan
Horisontal Dalam Bangunan Gedung
b. Persyaratan Kemudahan Hubungan
Vertikal
III-77
III-77
III-78
IIIIII-79
dan
Manula
3. Persyaratan Kelengkapan Prasarana dan
Sarana
III-80
III-
BAGIAN I
PENGANTA
R
I.1.
dalam
pemanfaatan
rangka
bangunan,
proses
serta
perizinan
pelaksanaan
pemeriksaan
kelaikan
dan
fungsi
bangunan gedung.
I.1.2. Tujuan
Pedoman Teknis ini bertujuan untuk dapat terwujudnya bangunan
gedung sesuai fungsi yang ditetapkan dan yang memenuhi
persyaratan teknis, yaitu meliputi persyaratan peruntukan dan
intensitas bangunan, arsitektur dan lingkungan, serta keandalan
bangunan.
Adapun tujuan dari pengaturan per-bagian
adalah:
1.
Peruntukan Lokasi dan Intensitas Bangunan
Gedung:
a.
menjamin
bangunan
gedung
didirikan
berdasarkan
Bangunan
I-1
ketentuan wujud
I-2
b.
keseimbangan
dan
keserasian
bangunan
terhadap lingkungannya;
c. menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan
dengan
tidak
menimbulkan
dampak
negatif
terhadap
lingkungan.
3. Pengendalian Dampak Lingkungan
a.
keseimbangan
dan
keserasian
bangunan
terhadap lingkungannya;
b. menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan
lingkungan.
4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
a.
menjamin
bangunan
gedung
didirikan
berdasarkan
b.
c. mempertimbangkan
faktor
keselamatan,
kenyamanan,
b.
dari
kemungkinan
kehilangan atau
d.
e. menjamin
terpasangnya
instalasi
gas
secara
aman
menjamin
upaya
beroperasinya
peralatan
dan
i.
menjamin
dibangun
terwujudnya
sedemikian
bangunan
rupa
sehinga
gedung
yang
mampu
secara
menjamin
terpasangnya
instalasi
listrik
secara
cukup
terwujudnya
keamanan
bangunan
buatan
terselenggaranya
kegiatan
dalam
dalam
menunjang
bangunan
gedung
menjamin
upaya
beroperasinya
peralatan
dan
c. menjamin
cukup,
terpenuhinya
kebutuhan
pencahayaan
yang
menjamin
upaya
beroperasinya
peralatan
dan
menjamin
terwujudnya
kebersihan,
kesehatan
dan
menjamin
upaya
beroperasinya
peralatan
dan
nyaman
dari
menjamin
terwujudnya kehidupan
yang
menjamin
terwujudnya
bangunan
gedung
yang
tersedianya
aksesibilitas
bagi
penyandang
e. menjamin
tersedianya
aksesibilitas
bagi
penyandang
f.
BAGIAN II
FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN
GEDUNG
II-1
II-2
a.
bangunan
perkantoran:
perkantoran
pemerintah,
bangunan
perdagangan:
pasar,
pertokoan,
pusat
bangunan
wisata
dan
rekreasi: tempat
rekreasi,
dasar,
sekolah
lanjutan,
sekolah
c. bangunan
kebudayaan:
museum,
gedung
kesenian,
dan sejenisnya;
d.
bangunan
laboratorium:
laboratorium
fisika,
bangunan
pelayanan
umum:
stadion/hall
untuk
yang
diatur
dari
dan
konstruksi
disiapkan
bangunan
sesuai
oleh
gedung
peraturan
penyedia
yang
jasa
perencana
memiliki
perundang-undangan,
sertifikat
dalam
5.
pelaksanaan
(proyek)
pembangunan
kota,
6.
Fungsi
bangunan
gedung
diklasifikasikan
berdasarkan
zonasi
gempa,
lokasi,
ketinggian,
dan/atau
kompleksitas
meliputi:
kepemilikan.
2.
Klasifikasi
berdasarkan
bangunan gedung
tingkat
sederhana,
bangunan
gedung
tidak
Klasifikasi
bangunan
berdasarkan
gedung
tingkat
permanen,
permanensi
bangunan
meliputi:
gedung
semi
kebakaran
sedang,
dan
tingkat
risiko
kebakaran
rendah.
5. Klasifikasi berdasarkan zonasi gempa meliputi: tingkat zonasi
gempa yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
6. Klasifikasi berdasarkan lokasi meliputi: bangunan gedung di
lokasi padat, bangunan gedung di lokasi sedang, dan
bangunan gedung di lokasi renggang.
7.
Klasifikasi
berdasarkan
gedung bertingkat
tinggi,
ketinggian
meliputi:
bangunan
gedung
bertingkat
bangunan
klasifikasi
bangunan
gedung
bangunan
ditentukan
gedung
atau
berdasarkan
bagian
fungsi
dari
yang
masing
bangunannya
dipisahkan
dengan
1b:
hostel,
3.
sementara
oleh
sejumlah
orang
yang
tidak
berhubungan, termasuk:
a. rumah asrama, rumah tamu, losmen; atau
b. bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel;
atau
c. bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah; atau
d. panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak; atau
e.
bagian
perawatan
kesehatan
karyawannya.
yang
dari
suatu
menampung
bangunan
karyawan-
yang
berada
didalam
suatu
bangunan
gedung
yang
dipergunakan
untuk
bangunan
gedung
yang
dipergunakan
penyimpanan, termasuk:
a.
tempat parkir umum;
atau
b. gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi
untuk dijual atau cuci gudang.
8. Klas 8: Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik,
dan/atau bengkel mobil
Adalah bangunan gedung laboratorium dan bangunan yang
dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produksi,
perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau
pembersihan
barang-barang
produksi
dalam
rangka
Klas
9a:
bangunan
gedung
perawatan
kesehatan,
sarana/prasarana
bangunan
gedung
yang
hunian
yang
Klas
10a:
bangunan
gedung bukan
klasifikasinya
disamakan
dengan
b.
1a,
1b,
9a,
9b,
10a
dan
10b
adalah
disain
bangunannya
prototipnya.
selama
Masa
10
penjaminan
(sepuluh)
tahun.
kegagalan
Termasuk
selama
10
(sepuluh)
tahun.
Termasuk
500 m ;
b.
Bangunan rumah tidak bertingkat, dengan luas di
2
atas 70 m ;
c. Bangunan gedung pelayanan kesehatan, seperti rumah
sakit klas
A, B, dan C;
d.
3. Bangunan gedung
khusus
Bangunan gedung khusus adalah bangunan gedung yang
memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam
perencanaan
dan
penyelesaian
pelaksanaannya
dan/atau
teknologi
memerlukan
khusus.
Masa
Wisma
c.
Bangunan gedung instalasi
nuklir;
d.
Bangunan
laboratorium;
gedung
e.
Bangunan
udara/laut/darat;
gedung
terminal
f.
Stasiun kereta
api;
g.
Stadion olah
raga;
h. Rumah tahanan dan lembaga pemasarakatan
(lapas);
i.
Gudang penyimpan bahan
berbahaya;
j.
II.2.7. Lokasi
Klasifikasi berdasarkan lokasi meliputi:
1. lokasi padat;
2. lokasi sedang; dan
3. lokasi renggang.
2.
Pemilik
dan
tidak
boleh
bertentangan
dengan
pemenuhan
persyaratan
bersangkutan.
5.
harus dilakukan
bangunan
gedung
dilakukan
oleh
pemerintah
daerah.
dilakukan
pendataan
oleh
pemerintah
daerah.
BAGIAN III
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN
GEDUNG
III.1. UMUM
Persyaratan
teknis
bangunan
gedung
meliputi
persyaratan
tata
Sedangkan
dan
pengendalian
dampak
Bangunan
gedung
harus
diselenggarakan
sesuai
ruang
dan
tata
bangunan
dari
lokasi
yang
bersangkutan.
b. Ketentuan tata ruang dan tata bangunan ditetapkan
melalui:
i.
ii.
iii.
c. Peruntukan
sedangkan
lokasi
merupakan
peruntukan
peruntukan
penunjangnya
utama
sebagaimana
pertimbangan
d.
Setiap
pihak
yang
tata
ruang
memperolehnya
secara
ketentuan
memerlukan
dan
tata
terbuka
keterangan
bangunan
melalui
atau
dapat
dinas
yang
terkait.
e. Keterangan atau ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir d meliputi keterangan tentang peruntukan lokasi
dan intensitas bangunan, seperti kepadatan bangunan,
ketinggian bangunan, dan garis sempadan bangunan.
f.
Dalam
hal
rencana-rencana
tata
ruang
dan
tata
mengadakan peninjauan
rencana
tata
ruang
daerah
yang
dan
seperlunya
terhadap
daerah.
g.
Bagi
belum
memiliki
RTRW,
RRTR,
Daerah
dapat
memberikan
persetujuan
Persetujuan
membangun
tersebut
bersifat
setempat dan
RTBL
Apabila
persetujuan
yang
telah
diberikan
dengan
resiko
Daerah
dapat
memberikan
persetujuan
v.
bersangkutan,
maka
bangunan
ii.
Tidak
mengganggu
kelancaran
arus
lalu
lintas
iv.
Tetap
memperhatikan
keserasian
bangunan
terhadap lingkungannya.
i.
prasarana
mendapatkan persetujuan
dengan
i.
dan
pertimbangan
jaringan
Kepala
kota
Daerah
sebagai berikut:
ii.
iii.
iv.
Penghawaan
memenuhi
dan
pencahayaan
persyaratan
bangunan
kesehatan
sesuai
telah
fungsi
bangunan; dan
v.
Memiliki
keamanan
sarana
dan
khusus
untuk
keselamatan
bagi
kepentingan
pengguna
bangunan.
j.
perlu
mendapatkan
persetujuan
Kepala
Daerah
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Telah
mempertimbangkan
kenyamanan,
kesehatan,
faktor
dan
keamanan,
aksesibilitas
bagi
pengguna bangunan.
k.
tegangan
tinggi
persetujuan
Kepala
perlu
Daerah
dengan
ii.
iii.
Letak
bangunan
melampaui
tidak
boleh
melebihi
atau
Setelah
mendapat
pertimbangan
teknis
dari
Bangunan
gedung
yang
didirikan
harus
ketentuan
tentang
Koefisien
iv.
Persyaratan
kinerja
dari
ketentuan
kepadatan
dalam
mencerminkan
dalam
menjamin
kesehatan
lain
wisata,
lain,
pelestarian
diberikan
kelonggaran
Daerah,
atau pembatasan
ketentuan tata
bangunan
lainnya dengan
Penetapan
besarnya
kepadatan
dan
ketinggian
intensitas
pembangunan,
kota,
daya
ii.
rencana
tata
bangunan
dan
pertimbangan
dan
setelah
Ketentuan
besarnya
KDB
dan
JLB/KLB
dapat
diperbarui sejalan
dengan
pertimbangan
perkembangan
Dengan
pertimbangan
kepentingan
ketertiban pembangunan,
menetapkan
rencana
umum
dan
perpetakan
dalam
suatu
lalu
persil
pertemuan
tersebut
garis
dan
lintas,
maka
tersebut
diukur
perpanjangan
luas
persil
lebar
dan
dari
titik
pada
sudut
diperhitungkan
atau
perpetakan dimungkinkan
pemecahan
dengan
memperhitungkan
keserasian
dan
keamanan
ketentuan
dan
keadaan lapangan,
lingkungan
serta
memenuhi
persyaratan
teknis
yang
telah
pemberian
dan
ditetapkan;
(5) Dimungkinkan
penerimaan
adanya
besaran
KDB/KLB
diantara
Dimungkinkan
adanya
penambahan
kompensasi
besarnya
KDB.
berupa
JLB/KLB
bagi
Penetapan
besarnya
KDB,
JLB/KLB
untuk
adalah
setelah
mempertimbangkan
keserasian,
dan persyaratan
teknis
keseimbangan
serta
mendengarkan
lantai
yang
diperhitungkan
sampai
batas
dinding terluar;
ii.
Luas
lantai
ruangan
beratap
yang
yang
sisi-sisinya
tingginya lebih
dari
Luas
lantai
ruangan
beratap
yang
bersifat
Overstek
maka
atap
yang
luas mendatar
melebihi
lebar
kelebihannya
1,50
tersebut
Teras
tidak
beratap
yang
mempunyai
tinggi
vi.
diperhitungkan
dalam
perhitungan
viii.
Dalam
perhitungan
KDB
dan
KLB,
luas
tapak
Batasan
perhitungan luas
ruang
bawah
tanah
Untuk
pembangunan
yang
berskala
terhadap
bangunan,
dan
total
total
seluruh
kawasan
KLB
adalah
lantai
dasar
luas
lantai
keseluruhan
m,
maka
ketinggian
Garis
Sempadan
Bangunan
ditetapkan
dalam
Dalam
seluruhnya
mendirikan
atau
memperbarui
pertimbangan
keamanan,
kesehatan,
garis sempadan
Pada
suatu
kawasan/lingkungan
yang
di
dalam
bangunan
Dalam
hal
garis
sempadan
pagar
dan
garis
Daerah
berwenang
pembebasan
sepanjang
dari
untuk
ketentuan
penempatan
mengganggu
memberikan
dalam
butir
bangunan
jalan
g,
tidak
dan
penataan
dapat
diperbarui
bangunan sekitarnya.
ix.
Ketentuan
dengan
besarnya
pertimbangan
GSB
perkembangan
kota,
Kepala
Daerah
dengan
pertimbangan
kenyamanan, juga
serta
samping
kiri
dan
tata
bangunan
dan
lingkungan,
dan
ii.
menetapkan
besarnya
garis
sempadan
mempertimbangkan
keamanan,
kesehatan
ditetapkan
pada
setiap
permohonan
perizinan
digunakan
sebagai
mendirikan bangunan.
iii.
Untuk
bangunan
yang
tempat
penyimpanan
bahan-bahan/benda-benda
lebih
lanjut
menetapkan
syarat-
Pada
daerah
intensitas
bangunan
samping
padat/rapat,
dan
belakang
dari
cm
kearah
untuk
membuat
dinding
batas
pada
bangunan
rumah
bebas
setengah
bangunan.
tinggal
samping,
rapat
tidak
sedangkan
f.
bebas
samping
dan
belakang
bebas
samping
dan
jarak
bebas
bangunan,
di
bawahnya
jarak bebas
di
sampai
mencapai
jarak
iii.
hal
salah
satu
dinding
yang
yang
lain
merupakan
bidang
terbuka
dalam
hal
kedua-duanya
memiliki
bidang
g. Pemisah di
Belakang
Gedung
i.
Halaman
muka
dari
suatu
bangunan
harus
memperhatikan
kenyamanan,
serta
keserasian
lingkungan.
ii.
iii.
Untuk
sepanjang
jalan
atau
kawasan
tertentu,
Dalam
hal
yang
khusus
Kepala
Daerah
dapat
butir
dan
ii,
dengan
setelah
GSJ
dan
antara
GSJ
dengan
GSB
vii.
lain
terhadap
ketentuan
Penggunaan
kawat
berduri
sebagai
pemisah
ix.
Tinggi
pagar
batas
pekarangan
sepanjang
rendah
setelah
mempertimbangkan
kota
harus
diadakan
pemagaran.
Pada
Kepala
Daerah
berwenang
untuk
menetapkan
bangunan
depan,
pada
samping
ruas-ruas
maupun
jalan
atau
pertimbangan
kenyamanan, kemudahan
hubungan
(aksesibilitas),
keserasian
sederhana,
guna
mengantisipasi
SEBAIKNYA
pemisaha
n struktur
pemisaha
n struktur
pemisaha
n struktur
ii.
iii.
Denah
bangunan
gedung
berbentuk
sentris
denah
memanjang
bangunan
dalam
yang
berbentuk
mengantisipasi
terjadinya
Atap
bangunan
konstruksi
dan
gedung
bahan
harus
yang
dibuat
ringan
dari
untuk
v.
Penempatan
bangunan
gedung
tidak
boleh
Pada
lokasi-lokasi
tertentu
Kepala
Daerah
Pada
jalan-jalan
tertentu,
perlu
ditetapkan
Bilamana
dianggap
perlu,
persyaratan
lebih
suatu
Kepala
Daerah
dengan
ix.
Bentuk
bangunan
gedung
harus
dirancang
Setiap
arsitektur
atau
bagi lingkungannya.
bangunan
gedung
yang
didirikan
Bangunan
samping
yang
didirikan
persil,
tampak
bersambungan
bangunan
atau
secara
sampai
pada
batas
bangunannya
harus
serasi
dinding
dengan
yang
telah
tampak
ada
di
sebelahnya.
xii.
Bentuk
bangunan
gedung
harus
dirancang
yang
lingkungannya.
nyaman
dan
serasi
terhadap
xiii.
xiv.
dirancang
kestabilan
dengan
struktur
dan
mempertimbangkan
ketahanannya
terhadap
gempa.
xv.
Syarat-syarat
lebih
lanjut
mengenai
sesuatunya
ditetapkan
yang
tersebut.
b. Tapak Bangunan
i.
Tinggi
rendah
(peil)
pekarangan
harus
dibuat
harus
memenuhi persyaratan
teknis
yang
Penambahan
lantai/tingkat
harus
memenuhi
atau
sedang
dan
memperhatikan
keindahan
dan
dibangun,
sejenisnya
keamanan,
keserasian
(3) ketentuan
penataan
diikuti dengan
bangunan
yang
memperhatikan
keselamatan,
keindahan
harus
keamanan,
dan
keserasian
lingkungan;
(4) perkecualian kelonggaran terhadap ketentuan
butir (2) di atas dapat diberikan untuk bangunan
perumahan
dan
memperhatikan
bangunan
sosial
keserasian
dengan
dan
arsitektur
harus
dirancang
lingkungan.
c. Bentuk Bangunan
i.
Bentuk
bangunan
sedemikian
gedung
rupa
dimungkinkan
sehingga
setiap
menggunakan
ruang-dalam
pencahayaan
dan
penghawaan alami.
ii.
atas tidak
bangunan
berlaku
apabila
sesuai
fungsi
penghawaan buatan.
iii.
iv.
v.
Aksesibilitas
bangunan
harus
Suatu
bangunan
letak,
ketinggian
dilengkapi
sebagai
gedung
dan
tertentu
berdasarkan
penggunaannya,
harus
pengaman
terhadap
lalu
lintas
udara
2. Tata Ruang-dalam
a. Ketentuan Umum
i.
ii.
Bidang-bidang
dinding
sebaiknya
membentuk
iii.
dari
permukaan
bawah
langit-langit
ke
permukaan lantai.
iv.
Ruangan
dalam
bangunan
harus
mempunyai
vi.
dari
permukaan
atas
lantai
sampai
vii.
Bangunan
atau
bagian
mengalami
perubahan
bangunan
perbaikan,
yang
perluasan,
bangunan
dapat
diizinkan
bangunan
dan dapat
menjamin
keamanan
Ruang
penunjang
dapat
ditambahkan
dengan
tidak
menyimpang
dari
penggunaan
utama bangunan.
x.
xi.
Tata
ruang-dalam
untuk
bangunan
tempat
Bangunan
tempat
tinggal
sekurang-kurangnya
Bangunan
kantor
sekurang-kurangnya
memiliki
Bangunan
toko
ruang-ruang fungsi
sekurang-kurang
utama
yang
memiliki
mewadahi
iv.
Suatu
bangunan
gudang
sekurang-kurangnya
Suatu
bangunan
pabrik
sekurang-kurangnya
Perhitungan
ketinggian
bangunan,
apabila
jarak
ruang
lobby,
untuk
atau
ruang
viii.
ix.
Ruang
rongga
atap
hanya
apabila
penggunaannya
tidak
dapat
diizinkan
menyimpang
dari
xi.
atau
kegiatan
lain
yang
potensial
Setiap
penggunaan
ruang
rongga
atap
yang
xiii.
Setiap
bukaan
mengubah
bangunannya.
pada
sifat
ruang
dan
atap,
karakter
tidak
boleh
arsitektur
xiv.
Pada
ruang yang
penggunaannya menghasilkan
hawa
secukupnya,
kecuali
Cerobong
asap
dan/atau
gas
harus
dirancang
Tinggi
ruang-dalam
bangunan
tidak
boleh
Tinggi
lantai
dasar
suatu
bangunan
jalan,
dengan
memperhatikan
keserasian
lingkungan.
xviii. Apabila tinggi tanah pekarangan berada di bawah
titik ketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat
kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi yang
besar pada tanah asli suatu perpetakan, maka tinggi
maksimal lantai dasar ditetapkan tersendiri.
xix.
xx.
3. Keseimbangan,
dengan
Keserasian
dan
Keselarasan
keserasian
lingkungan bangunan
dan
gedung
keselarasan
adalah
dengan
perlakuan
pertimbangan
penyelenggaraan
bangunan
dari
suatu
dimaksudkan sebagai
kota.
Secara
ekologis
berkembangnya plasma
nutfah
hidup
(flora fauna
dan ekosistemnya).
ii.
iii.
RTHP
berfungsi
sebagai
tempat
tumbuhnya
unsur-unsur
iv.
v.
vi.
vii.
maka
dapat
dibuat
ketetapan
yang
dipertimbangkan
bangunan
perumahan
dan
dan
disesuaikan
untuk
bangunan
sosial
Setiap
perencanaan
bangunan
baru
harus
khusus
bangunan
yang
untuk
orientasi
tata
mempertimbangkan
letak
potensi
yang
ada,
dapat
ditetapkan
hal-hal
persyaratan
dengan
pencagaran sumber
xii. Ketinggian
bangunan
maksimum/minimum
dari
muka
jalan
lantai
ditentukan
dasar
untuk
dan
aspek
aksesibilitas,
serta
yang
terkait
sesuai
dengan
ketentuan
gerbang,
vegetasi
pagar
besar/pohon, bangunan
Bila
diperlukan
lansekap
dapat
jalan
ditetapkan
atau
ruas
karakteristik
jalan
dengan
ruang
sempadan
depan bangunan,
Koefisien
dengan
Dasar
Hijau
peruntukan
(KDH)
dalam
ditetapkan
rencana
sesuai
tata
ruang
setara
dengan
naiknya
ketinggian
Ruang
terbuka
hijau
mungkin
sebanyak
diperuntukkan
penghijauan/penanaman
demikian area
masih
pekarangan
parkir
tergolong
RTHP
di
atas
bagi
tanah.
dengan lantai
sejauh
Dengan
perkerasan
ditanami
pohon
KDH
tiap
tersendiri
klas
dapat
bangunan
ditetapkan
dalam
untuk
tiap-
kawasan-kawasan
(KTB)
peruntukan
ditetapkan
lahan,
berdasarkan
ketentuan
rencana
teknis,
dan
harus
meter
luar
tapak
berkedalaman sekurangnya 2
dari
permukaan
tanah
tempat
dapat
berupa
penanaman.
e. Hijau Pada Bangunan
i.
Daerah
Hijau
Bangunan
(DHB)
menyediakan
RTHP.
Luas
Tata Tanaman
i.
Pemilihan
dan
penggunaan
tanaman
pada
jenis-jenis
tertentu
yang
sistem
Penempatan
pengaruh
sehingga
pemakai.
tanaman
angin,
air,
memenuhi
harus
memperhitungkan
kestabilan
tanah/wadah
syarat-syarat
keselamatan
iii.
Untuk
memenuhi
fungsi
ekologis
khususnya
di
iv.
Untuk
pelaksanaan
kepentingan
tersebut
pada
Sistem
sirkulasi
yang
direncanakan
harus
harus
transportasinya.
Sistem
sirkulasi
yang
direncanakan
harus
kebakaran,
kendaraan
lainnya.
iv.
jalan,
rambu-rambu,
papan
informasi
elemen
(dapat
Penataan
jalan
tidak
penataan
pedestrian,
dapat
terpisahkan
penghijauan,
dan
dari
ruang
terbuka umum.
vi.
dalam
Rumija,
dan
termasuk
untuk
vii. Pemilihan
bahan
pelapis
jalan
dapat
viii. Jalur
utama
pedestrian
mempertimbangkan
keseluruhan,
sistem
harus
telah
pedestrian
aksesibilitas
terhadap
dan
secara
subsistem
aksesibilitas
Jalur
pedestrian
harus
berhasil
menciptakan
Penataan
pedestrian
terciptanya
harus
mampu
ruang
merangsang
yang
digunakan/manusiawi,
aman,
layak
nyaman,
dan
Elemen
(street
pedestrian
furniture)
harus
bangunan
bukan
rumah
hunian
parkir kendaraan
parkir
mengurangi
di
daerah
pekarangan
penghijauan
tidak
boleh
yang
telah
rumah
atau
ditetapkan.
xiv. Prasarana
parkir
bangunan
tidak
untuk
suatu
diperkenankan
mengganggu
Jumlah
kebutuhan
parkir
menurut
jenis
parkir
harus
dan
berorientasi
kepada
memudahkan
kendaraan.
xvii.
seperti
penghijauan.
untuk
jalan,
pedestrian
dan
h. Pertandaan (Signage)
i.
Penempatan
papan
iklan/reklame,
harus
(signage),
pertandaan
termasuk
membantu
karakter
orientasi
lingkungan
Kepala
ii.
Pencahayaan
yang
keserasian dengan
bangunan
iii.
dihasilkan
harus
pencahayaan
memenuhi
dari
dalam
Pencahayaan
yang
dihasilkan
menghindari
penerangan
ruang
dengan
telah
luar
yang
memperhatikan
pemeliharaan.
aspek
operasi
dan
menimbulkan
dampak
menimbulkan
dampak
tidak
penting
terhadap
tetapi
dilengkapi
diharuskan
dengan
melakukan
Upaya
lingkungan
adalah
bila
rencana
kegiatan
tersebut akan:
i.
menyebabkan
perubahan
pada
sifat-sifat
fisik
menyebabkan
perubahan
komponen lingkungan
kriteria
yang
mendasar
yang
pada
melampaui
ilmiah;
iii.
mengakibatkan
dan/atau endemik,
menurut
spesies-spesies
dan/atau
yang
langka
dilindungi
telah
dan
sebagainya)
perundang-undangan;
v.
merusak
atau
memusnahkan
benda-benda
dan
mengubah
atau
memodifikasi
areal
yang
vii.
atau
ilmu
potensi
pengetahuan
menimbulkan
dan
teknologi
dampak
penting
Lingkungan
lingkungannya
Pengelolaan
Lingkungan
yang
harus
(UKL)
dan
melakukan
Upaya
Upaya
Pemantauan
RTBL
menindaklanjuti
dan/atau rencana
rencana
teknik
ruang
tata
ruang
wilayah
kabupaten/kota, dan
kawasan,
dalam
rangka
Perwujudan Kesatuan
karakter; ii.
Kualitas Bangunan
Lingkungan
yang Berkelanjutan
b.
RTBL
digunakan
pengendalian
sebagai
panduan
dalam
ruang
suatu
pemanfaatan
lingkungan/kawasan.
bangunan
dan
lingkungan
merupakan
serta
rencana
peruntukan
lahan
mikro,
rencana
rencana
prasarana
dan
sarana
lingkungan,
rencana
gedung
dan
lingkungannya
bangunan
dan
lingkungan
berdasarkan
serta
ketentuan
memuat
program
investasi
jangka
pendek,
jangka menengah,
penataan
bangunan
lama
maupun
rencana
pengendalian
pengendalian
persyaratan
rencana
pelaksanaan
tata
bangunan
dan
merupakan
dan
pedoman
persyaratan-
lingkungan
yang
pengendalian pelaksanaan.
3. Penyusunan RTBL
a.
dan/atau
dengan
tingkat
masyarakat
sesuai
permasalahan
pada
b.
Penyusunan
RTBL
dilakukan
dengan
c.
bangunan
gedung
dan
lingkungan
yang
d.
perbaikan,
pembangunan
baru,
pengembangan
dan/atau
diterapkan pada:
i.
kawasan yang sudah
terbangun;
kembali,
pelestarian,
yang
ii.
iii.
dan/atau iv.
memperhatikan
keserasian
bangunan
terhadap lingkungannya.
2. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang
melintasi prasarana dan/atau sarana umum harus:
a. sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau
rencana teknik ruang kabupaten/kota, dan/atau RTBL;
b. tidak untuk fungsi hunian atau tempat tinggal;
c. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang
berada di bawah tanah;
d. memenuhi persyaratan kesehatan sesuai fungsi
bangunan; dan
e. memiliki sarana khusus untuk kepentingan
keamanan dan keselamatan bagi pengguna bangunan.
3. Pembangunan bangunan gedung di bawah dan/atau di atas
air harus:
a. sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau
rencana teknik ruang kabupaten/kota, dan/atau RTBL;
telah
mempertimbangkan
faktor
keselamatan,
tinggi,
dan/atau
menara
b.
telah
mempertimbangkan
faktor
keselamatan,
untuk
daerah
hantaran
udara
(transmisi)
pendapat
dari
tim
ahli
bangunan
keselamatan
bangunan
gedung
meliputi
persyaratan
kemampuan
bangunan
gedung
kelistrikan.
Bangunan
Setiap
bangunan
gedung,
strukturnya
harus
persyaratan
selama
direncanakan
(serviceability)
kelayanan
umur
dengan
layanan
mempertimbangkan
yang
fungsi
memikul
beban
diperhitungkan
Dalam
perencanaan
terhadap pengaruh
bangunan
maupun
struktur
gempa,
bangunan
semua
unsur
gedung
struktur
gedung,
harus
diperhitungkan
direncanakan,
kondisi strukturnya
apabila
terjadi
keruntuhan
Apabila
tanah
bangunan
lokasi
Untuk
menentukan
tingkat
keandalan
struktur
dilakukan
sesuai
rekomendasi
hasil
gedung
selalu
memenuhi
persyaratan
keselamatan struktur.
viii.
penggantian
struktur,
harus
dengan
pedoman
dan
berlaku.
ix.
tertib
dengan
mempertimbangkan
keselamatan
masyarakat
dan lingkungannya.
x.
Pemeriksaan
dilaksanakan
keandalan
secara
bangunan
berkala
sesuai
gedung
klasifikasi
harus
dilakukan
secara
berkala
sesuai
dengan
(2)
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
Konstruksi
beton
Perencanaan
mengikuti:
(1)
SNI
konstruksi
03-1734-1989
beton
beton
Tata
harus
cara
perencanaan
SNI
03-2847-1992
Tata
cara
penghitungan
SNI
03-3430-1994
dinding
struktur
Tata
cara
pasangan
perencanaan
blok
beton
SNI
03-3976-1995
atau
edisi
terbaru;
Tata
(5)
SNI
03-2834-2000
Tata
cara
pembuatan
(6)
SNI
03-3449-2002
pembuatan
Tata
campuran
cara
beton
rencana
ringan
dengan
untuk
beton
perencanaan
pracetak
dan
dan
pelaksanaan
prategang
harus
mengikuti:
(1) Tata
Konstruksi
Cara
Perencanaan
dan
Pelaksanaan
Pengujian
Perencanaan
dan
Tahan
Penentuan
Gempa
Parameter
Konstruksi
Beton
Sistem
dan
Material
Konstruksi
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
Konstruksi Baja
Perencanaan
mengikuti:
(1)
SNI
konstruksi
baja
harus
03-1729-2002
Tata
cara
perencanaan
(3)
Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi
Baja;
dan
(4)
Tata
Selama
Cara
Pemeliharaan
Pelaksanaan
Konstruksi.
Konstruksi
Baja
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
iii.
Konstruksi Kayu
Perencanaan
mengikuti:
(1)
konstruksi
kayu
harus
(2)
Tata
untuk
Cara
Perencanaan
Konstruksi
Kayu
Bangunan Gedung;
dan
(3)
Kayu; Dalam
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang belum
tertampung,
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
Konstruksi Bambu
Perencanaan
konstruksi
bambu
harus
memenuhi
konstruksi dengan
bahan
dan
konstruksi
dengan
perencanaan
suatu
bangunan
yang
harus
mengikuti:
(1) SNI
03-1736-1989
Tata
cara
perencanaan
untuk
pencegahan
bahaya
kebakaran
032394-1991
Tata
cara
perencanaan
032395-1991
Tata
cara
perencanaan
032397-1991
Tata
cara
perancangan
pembuatan
bangunan
rumah
dan
03-1735-2000
Tata
cara
perencanaan
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
Pondasi
Langsung
(1)
Kedalaman
pondasi
direncanakan
langsung
sedemikian
rupa
harus
sehingga
Perhitungan
daya
dukung
dan
penurunan
tanah
yang
ditemukan
dari
Pelaksanaan
pondasi
langsung
tidak
boleh
Pondasi
dalam
dalam
pada
umumnya
digunakan
Perhitungan
daya
dukung
dan
penurunan
tanah
yang
ditemukan
dari
(3)
diverifikasi
dengan
percobaan
pondasi dalam
dengan
penentuan
ahli
titik
lain
oleh
Bangunan.
(6)
Pelaksanaan
konstruksi
bangunan
gedung
terhadap
lingkungan
pada
masa
pelaksanaan konstruksi.
(7)
tepi
laut
yang
dapat
Dalam
hal
baja
terhadap korosi.
perencanaan
atau
metode
Apabila
perhitungan
struktur
menggunakan
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
e. Keandalan Bangunan
Gedung i.
Keselamatan Struktur
(1)
Untuk
menentukan
tingkat
keandalan
ketentuan
Tata
Cara
secara
dalam
berkala
sesuai
Pedoman/Petunjuk
Pemeriksaan
Keandalan
Bangunan Gedung.
(2)
Perbaikan atau
perkuatan struktur
bangunan
keandalan
bangunan
gedung,
Pemeriksaan
keandalan
bangunan
gedung
dilakukan
secara
berkala
sesuai
dengan
semua
persyaratan
keamanan,
Bahan
yang
dibuat
atau
dicampurkan
di
(3)
yang
kekuatan
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
3. Persyaratan
Terhadap
Kemampuan
Bangunan
Gedung
Bahaya Kebakaran
a. Sistem Proteksi Pasif
Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal
dan rumah deret sederhana, harus mempunyai sistem
proteksi pasif terhadap
memproteksi
harta
bahaya
kebakaran
yang
sistem
proteksi
pasif
didasarkan
pada
terpasang,
dan/atau
jumlah
dan
kondisi
persyaratan
kinerja,
ketahanan
api
dan
kompartemenisasi
dan
pemisahan,
dan
pasif
tersebut
harus
03-1746-2000
Tata
cara
perencanaan
dan
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
sistem
proteksi
aktif
didasarkan
pada
Pemadam
(1)
Pusat
Kebakaran
Pengendalian
Asap
Pengendali
Pengendali
pengendalian
dan
pengarahan
selama
dilengkapi
sarana
alat
pengendali,
panel
yang
diperlukan
dalam
penanganan
kondisi kebakaran;
(ii)
tidak digunakan bagi keperluan lain,
selain:
(a)
(b)
kegiatan
lain
yang
berkaitan
dengan
(iii)
Konstruksi
Ruang
Pusat
Pengendali
Kebakaran
pada
keruntuhan
akibat
bahan
lapis
sejenisnya
penutup,
harus
pembungkus
memenuhi
atau
persyaratan
terhadap kebakaran;
(c)
peralatan
utilitas,
pipa,
saluran
udara
bukaan pada dinding, lantai atau langitlangit yang memisahkan ruang pengendali
dengan ruang- dalam bangunan dibatasi
hanya untuk pintu, ventilasi dan lubang
perawatan
lainnya,
yang
khusus
untuk
bukaan
pada
kebakaran, seperti
dan
dinding
pada
ruang
pengendali
lantai,
langit-langit
Pintu Keluar
(a)
Pintu
yang
menuju
harus
membuka
ke
ruang
arah
dan
pengendali
dalam
ruang
ditempatkan
dalam
menutupi jalan
masuk ke
ruang
pengendali tersebut.
(b)
umum
menuju
ke
Panel
indikator
kontrol
dan
kebakaran,
indikator
diperlukan
untuk
visual
semua
sakelar
yang
pompa
pengamanan
yang
dipasang
kebakaran
di
dalam
bangunan;
-
sebuah
meja
berukuran
cukup
Panel
indikator
pengendali
utama,
panel
sistem
keamanan
sistem
pengamatan,
bangunan,
dan
sistem
mempunyai
luas
lantai
tidak
kurang
jika
hanya
menampung
peralatan
ruang
bebas
di
sebagai
tambahan
luar
bangunan
yang
sesuai
seperti
ketentuan
untuk
yang
tangga
beroperasi
b)
otomatis
melalui
yang
dipasang
pada
bangunan;
c)
waktu
saluran
membentuk
udara
yang
dan
diproteksi
darurat
harus
sesuai
dipasang
ketentuan
dalam
yang
ruang
pusat
peralatan
pompa pengendali
sambungan-
seperti
springkler,
sambungan
pipa
motor
bakar,
pemipaan
tidak
dan
boleh
Tingkat
suara
(ambient)
dalam
ruang
peralatan
penanggulangan
melebihi
65
dbA
kebakaran
berlangsung
bila ditentukan
berdasarkan
ketentuan
didalam bangunan.
tingkat
kebisingan
Sistem proteksi
mengikuti:
(1)
SNI
aktif
tersebut
03-1745-2000
harus
Tata
cara
perencanaan
pencegahan
bahaya
kebakaran
pada
bangunan gedung;
(2)
SNI
03-3985-2000
Tata
cara
perencanaan,
SNI
03-3989-2000
dan
pemasangan
Tata
cara
sistem
perencanaan
springkler
otomatik
SNI
SNI
03-0712-2004
dalam
Sistem
manajemen
asap
besar.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung,
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
jalan
keluar
pemadaman
kebakaran
dan
meliputi
aksesibilitas
untuk
perencanaan
akses
pencegahan bahaya
pemasangan
sarana
jalan
perencanaan
keluar
untuk
jalan
keluar
dan
aksesibilitas
untuk
kebakaran
gedung; dan
pada
bangunan
rumah
dan
(2) SNI
03-1736-2000
pemasangan
Tata
sarana
cara
perencanaan
jalan
keluar
dan
untuk
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
Peringatan
Persyaratan
pencahayaan
keluar/eksit,
dan
dimaksudkan
sistem
untuk
darurat,
tanda
arah
peringatan
bahaya
Sistem
darura; ii.
pencahayaan
Tanda
arah
Sistem
Peringatan Bahaya.
Pencahayaan darurat, tanda arah keluar, dan sistem
peringatan bahaya dalam gedung harus mengikuti SNI
03-6573-2001
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
komunikasi
dalam
bangunan
gedung
keperluan
internal
bangunan
maupun
untuk
darurat
lainnya.
komunikasi
penempatannya
gedung
harus
dan
lain-lainnya,
mudah
diamati,
dan
merugikan
lingkungan
dan
dampak,
dan
harus
diamankan
terhadap
gangguan
seperti
hasil pengukuran
terhadap
EMC
genangan
air,
aman
mudah dikerjakan.
orang
(manhole) yang
menjadi jalan
diamankan
air masuk ke
dengan jalan
(2)
(3)
Ruang
PABX/TRO
sistem
telepon
harus
memenuhi persyaratan:
(i)
sinar
memenuhi
matahari
langsung,
persyaratan
untuk
serta
tempat
peralatan;
(ii) Tidak boleh digunakan cat dinding yang
mudah mengelupas;
(iii) Tersedia ruangan untuk petugas sentral
dan operator telepon.
(4)
Ruang
batere sistem
telepon harus
bersih,
sirkulasi
udara
cukup
dan
udara
keatas,
suara
menyampaikan
harus
dipasang
sistem
dan
instruksi
Sistem
peralatan
komunikasi
butir a
darurat
diatas
Kabel
instalasi
komunikasi
darurat
harus
(4)
untuk
kondisi
kondisi
daya
gangguan,
listrik
dengan
melayani dalam
normal
maupun
utama
kapasitas
waktu
yang
pada
mengalami
dan
dapat
cukup
sesuai
elpiji,
terdiri
dari
propane
(C3H8)
dan
dan
konstruksinya
penutup,
meter-gas
atau
atau
regulator
penutup,
harus ditempatkan
di luar bangunan.
(3) Pada instalasi untuk pembakaran, harus dilengkapi
dengan
peralatan
khusus
untuk
mendeteksi
dan
peraturan
berlaku
yang
konstruksinya mengikuti
dari
instansi
yang
(komersial)
berlaku dari
atau
mengikuti
instansi
ketentuan
yang
lainnya
peraturan
berwenang,
sepanjang
tidak
bertentangan.
(3)
Bila
pasokan
dari
beberapa
tabung
silinder
dari
instansi
yang
berwenang,
atau
silinder
yang
digabung
harus
tersebut
harus
ditempatkan
dalam
dinding
luar dari
bangunan
dan
120/120/120.
Tabung-tabung
tersebut
dapat
(4) Pada
instalasi
dilengkapi
dengan
mendeteksi
otomatis
untuk
pembakaran,
peralatan
kebocoran
mematikan
harus
khusus
gas
untuk
yang
aliran
gas,
secara
dan tanda
DILARANG MEROKOK.
iv.
Pemeriksaan
pengujian.
Instalasi
gas
dan
beserta
kelengkapannya
harus
yang
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
4. Persyaratan
Terhadap
Kemampuan Bangunan
Gedung
oleh
diproteksi,
petir terhadap
termasuk
bangunan
gedung
i.
Perencanaan sistem proteksi
petir;
ii.
dan
iii.
Pemeriksaan
Pemeliharaan
dan
yang
belum
mempunyai
SNI,
serta instalasi
kebutuhan bangunan
aspek
keselamatan
keamanan
listrik
untuk
listrik,
memenuhi
dari
bahaya
listrik,
kelistrikan
i.
Perencanaan instalasi
listrik;
ii.
Jaringan distribusi
listrik;
iii.
listrik;
Beban
iv.
Sumber
listrik;
daya
v.
Transformator
distribusi;
vi. Pemeriksaan dan pengujian;
dan
harus
vii.
Pemeliharaan
Persyaratan
mengikuti:
sistem
kelistrikan
harus
(1)
SNI 04-0227-1994 Tegangan standar, atau edisi
terbaru;
(2) SNI 04-0225-2000 Persyaratan umum instalasi listrik
(PUIL
2000), atau edisi
terbaru;
(3)
(4)
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
kesehatan
bangunan
gedung
meliputi
Setiap
bangunan
ventilasi
gedung
harus
mempunyai
gedung
pelayanan
tempat
kesehatan
tinggal,
bangunan
khususnya
ruang
kelas,
dan
bangunan pelayanan
umum
Persyaratan
Persyaratan
teknis
sistem
ventilasi,
kebutuhan
(b)
SNI
03-6572-2001
Tata
cara
perancangan
Standar
tentang
tata
cara
perencanaan,
Standar
tentang
tata
cara
perencanaan,
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
dan/atau
pencahayaan
buatan,
termasuk
Bangunan
gedung
tempat
tinggal,
pelayanan
iv.
yang
dipersyaratkan
bangunan
mempertimbangkan
efisiensi,
gedung
sesuai
fungsi
dengan
Pencahayaan
buatan
yang
digunakan
untuk
Semua
sistem
pencahayaan
diperlukan untuk
dilengkapi
buatan,
pencahayaan
dengan
pengendali
kecuali
darurat,
manual,
yang
harus
dan/atau
Pencahayaan
alami
dan
buatan
diterapkan
pada
pencahayaan
harus
(2)
(3)
Dalam
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
belum
4. Persyaratan Sanitasi
a. Persyaratan Plambing Dalam Bangunan Gedung
i.
mempertimbangkan sumber
air
minum,
kualitas
air
bersih,
sistem
distribusi,
dan
dapat
diperoleh
dari
penampungannya.
ii.
Sumber
air
minum
sumber
iv.
Penampungan
air
minum
dalam
bangunan
Penampungan
air
minum
harus
memenuhi
dan
instalasi
Permenkes
perpipaannya
907/2002,
sedangkan
mengikuti
Pedoman
Plambing;
(2)
SNI
2000,
atau
edisi terbaru.
Dalam
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
direncanakan
dan
dipasang
dengan
jenis
air
air
pemilihan
dan
Pertimbangan
dan/atau
bentuk
dan/atau
pengaliran/pembuangan
penggunaan
(3)
limbah
tingkat
bahaya
air
limbah
harus
diproses
sesuai
dengan
SNI
teknis
air
limbah
harus
03-6481-2000
Sistem
plambing
2000,
SNI
03-2398-2002
Tata
cara
perencanaan
SNI
03-6379-2000
Spesifikasi
dan
Tata
dan
cara
perencanaan,
pemeliharaan
sistem
pemasangan,
pembuangan
air
Umum
Persyaratan ini
berlaku
wajib
untuk
fasilitas
fasilitas
bersalin.
(2)
semua
untuk
oksigen,
nitrous
oksida,
udara
tekan
Sistem
yang
sudah
ada
yang
tidak
yang
berwenang
medik
dipertimbangkan
pemasangan,
dalam
pengujian,
harus
perancangan,
pengoperasian
dan
spesifikasi
dan
ketentuan
dari
pihak
berwenang.
(2)
atau
cetakan
yang
ditempelkan
yang
Sebelum
digunakan
harus
dipastikan
isi
(1)
untuk
menyesuaikan
fiting
khusus
(2)
(3)
Harus
dilarang
penyimpanan
menyala, silinder
atau
yang
berisi
as
bahan
mudah
mudah
menyala
Diperbolehkan
pemasangan
rak
kayu
untuk
Bila
silinder
terbungkus
pada
saat
diterima,
Tutup
pelindung
katup
harus
dipasang
erat
pada
tempatnya
bila
silinder
sedang
tidak
penandaan
yang
digunakan.
(7)
Penggunaan
silinder
tanpa
Unit
penyimpan
cairan
dimakudkan memasok
fasilitas
harus
gas
kriogenik
ke
yang
dalam
(2)
(3)
(4)
sulit
terbakar,
langit-langit
sehingga
dan
semua
pintu
dinding,
lantai,
sekurang-kurangnya
Dilengkapi
dengan
lainnya
untuk
silinder,
baik
rak,
rantai,
mengamankan
yang
atau
pengikat
masing-masing
terhubung
maupun
tidak
Dipasok
dengan
daya
listrik
yang
memenuhi
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
mempertimbangkan
ketinggian permukaan
air
permeabilitas
tanah,
tanah,
drainase lingkungan/kota.
(2) Setiap
bangunan
gedung
dan
pekarangannya
ke
sebelum
jaringan
drainase
air
hujan
diperbolehkan
dengan
penyaluran
untuk
air
mencegah
hujan
harus
terjadinya
dipelihara
endapan
dan
penyaluran
air hujan
harus
(2)
SNI
03-2453-2002
sumur
resapan
Tata
air
cara
hujan
perencanaan
untuk
lahan
untuk
lahan
pekarangan,
atau
edisi
terbaru;
(4)
Standar
tentang
pemasangan,
tata
dan
cara
perencanaan,
pemeliharaan
sistem
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
Pembuangan
Air
Kotor,
Tempat
Sampah,
pembuangan
direncanakan
sampah
dan
mempertimbangkan
fasilitas
dipasang
padat
dengan
penampungan
dan
jenisnya.
ii. Pertimbangan
dalam bentuk
kotoran
fasilitas
penyediaan
dan sampah
bangunan
penampungan
gedung,
tempat
pada
yang
diwujudkan
penampungan
masing-masing
diperhitungkan
penempatan
pewadahan
dan/atau
masyarakat
kesehatan
dan lingkungannya.
Sumber
sampah
padat
permukiman
berasal
Setiap
bangunan
baru
dan/atau
perluasan
tidak
kesehatan
penghuni,
dan kenyamanan
masyarakat
dan
lingkungan
sekitarnya.
(3)
Bagi
pengembang
perumahan
wajib
dan
akhir
sampah bergabung
seperti
botol
bekas,
wadah
Sampah
plastik
padat
dan sebagainya.
kecuali
sampah
dari
rumah
(B3)
kesehatan
yang
sakit, laboratorium
penelitian,
pelayanan
Bahan
atau
harus
dibakar
fasilitas
dengan
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
Bahan
bangunan
gedung yang
digunakan
harus
menimbulkan
dampak
negatif
terhadap
lingkungan.
ii.
Penggunaan
bahan
bangunan
yang
aman
bagi
kesehatan,
aman
berbahaya/
beracun
gedung.
iii.
menghindari
pantulan
timbulnya
efek
silau
dan
menghindari
timbulnya
efek
peningkatan
Menggunakan
bahan-bahan
bangunan
yang
ramah lingkungan.
iv.
Harus
menggunakan
bahan
bangunan
yang
Umum
Persyaratan
kenyamanan
kenyamanan
ruang
gerak
bangunan
dan
gedung
hubungan
meliputi
antarruang,
fungsi
ruang,
harus
jumlah
pengguna,
(2)
sirkulasi antarruang horizontal dan
vertikal; dan
(3)
persyaratan keselamatan dan
kesehatan.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung,
atau
yang
belum
mempunyai
SNI,
gedung
harus
mempertimbangkan
ii.
Untuk
mendapatkan
tingkat
temperatur
kelembaban udara
di
dilakukan
dengan
dalam
ruangan
dan
dapat
mempertimbangkan:
(1)
fungsi
bangunan
gedung/ruang,
jumlah
penghematan
energi
dan
ramah lingkungan
Persyaratan kenyamanan termal dalam ruang harus
mengikuti:
(1)
SNI
03-6389-2000
Konservasi
energi
selubung
(3)
(4)
Dalam
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
ii.
(1)
gubahan
bukaan,
massa
bangunan,
rancangan
pemanfaatan
potensi
ruang
luar
bangunan
(2)
keberadaan
bangunan
gedung
yang
ada
harus
Standar
dipenuhi
kenyamanan
persyaratan
pandangan
teknis,
(visual)
yaitu
pada
bangunan gedung.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan
standar baku dan/atau pedoman teknis.
Umum
(1) Persyaratan ini menyangkut paparan manusia
terhadap getaran dan kejut dari seluruh badan
pada
bangunan
kenyamanan
penghuninya.
gedung
dan
berkenaan
gangguan
dengan
terhadap
(2) Respon
dasar
manusia
terhadap
getaran
terhadap
keadaan dengan
menimbulkan
tingkat
getaran
getaran
adalah
suatu
yang
tidak
gangguan
bagi
kesehatan
dan
kenyamanan
dari
dalam
ii.
getaran
Respon subyektif juga merupakan fungsi dari sifat
getaran. Sifatnya dapat ditentukan sesuai dengan sifat
getaran yang diukur:
(1) Getaran dapat menerus, denan magnituda yang
berubah, atau tetap terhadap waktu;
(2) Getaran dapat terputus-putus, dengan
magnituda tiap kejadian yang berubah maupun
tetap terhadap waktu.
(3) Getaran dapat bersifat impulsif, seperti
dalam kejut.
Waktu
iii.
paparan
Waktu paparan pada penghuni yang terpengaruh
mungkin juga perlu dievaluasi. Waktu penghunian
bangunan gedung harus dicatat.
iv.
pada
bangunan
gedung
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
cacat
gangguan
pendengaran.
tersebut
perlu
Untuk
memproteksi
dirancang
lingkungan
perancangan
harus
memasukkan
Bahan
bangunan
dan
pelayanan
yang
Komponen
bangunan
yang
dapat
menahan
Komponen
bangunan
yang
dapat
mencegah
iii.
pada
volume
ruang
tersebut.
reverberasi
yang
direkomendasikan
Waktu
mengacu
ke
pada
mempertimbangkan
bangunan
jenis
gedung
kegiatan,
harus
penggunaan
berada pada
bangunan
bangunan gedung.
v.
menimbulkan
terhadap
dampak
lingkungannya dan/atau
Untuk
kenyamanan
terhadap
kebisingan
pada
hal
masih
ada
persyaratan
lainnya
yang
Kemudahan
hubungan
ke,
dari,
dan
di
dalam
fasilitas
dan
mempertimbangkan
horizontal
akses
tersedianya
hubungan
bangunan
gedung,
antarruang-dalam
evakuasi,
aksesibilitas
termasuk
bagi
semua
orang,
iv.
Setiap
gedung
dan
persyaratan
gedung
harus
memenuhi
tersebut.
v. Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan
dipertimbangkan berdasarkan besaran ruang, fungsi
ruang, dan jumlah pengguna ruang.
vi. Arah
bukaan
daun
pintu
dalam
suatu
ruangan
Setiap
bangunan
gedung
bertingkat
harus
memadai
bangunan
untuk
gedung
terselenggaranya
tersebut
tangga,
berupa
ram,
fungsi
tersedianya
lif,
tangga
iii.
iv.
menyediakan
sarana
hubungan
sosial
fasilitas
vertikal
dan
dan
bagi
budaya
kelengkapan
semua
orang,
vi. Setiap
bangunan
gedung yang
menggunakan lif
diatur
biasa
atau
lif
barang
yang
bangunan
tunggal
dan
menyediakan
gedung,
rumah
sarana
kecuali
deret
rumah
sederhana,
evakuasi bagi
tinggal
harus
semua orang
dan
jalur
evakuasi
yang
dapat
menjamin
sistem
peringatan
bahaya
bagi
Setiap
tunggal
bangunan
dan
menyediakan
gedung,
kecuali
rumah
deret
fasilitas
dan
rumah
tinggal
sederhana,
harus
aksesibilitas
untuk
Fasilitas
dan
aksesibilitas
meliputi
toilet,
tempat
Penyediaan
fasilitas
dan
aksesibilitas
disesuaikan
Sarana
Bangunan Gedung
a.
tempat
parkir,
tempat
sampah,
serta
fasilitas
Persyaratan
kelengkapan
prasarana
dan
sarana
akses
lingkungan
untuk
pencegahan
bahaya
SNI
03-1746-2000
Tata
cara
perencanaan
dan
SNI
03-6573-2001
Tata
cara
perancangan
sistem
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO
Mengingat
Menetapkan
BAB 1
KETENTUAN
UMUM Bagian
Kesatu Pengertian
Pasal
1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.
2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai
pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung.
3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan
gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif
dan persyaratan teknisnya.
4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
5. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung.
6. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok
orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
gedung.
7. Pengguna bangunan
gedung adalah
pemilik
bangunan
gedung,
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau
mengelola bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan.
8. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan
lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,
termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung.
9. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah
perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
menteri.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah,
kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
Bagian
Kedua
Maksud, Tujuan dan
Lingkup
Pasal
2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan
gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna
bangunan
gedung,
serta
efisien,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini
meliputi
persyaratan teknis bangunan gedung.
fungsi,
klasifikasi
dan
BAB II
FUNGSI, KLASIFIKASI, DAN PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian
Kesatu
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal
3
(1) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai:
a. Fungsi dan penetapan fungsi bangunan gedung;
b. Klasifikasi bangunan gedung; dan
c. Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi bangunan gedung.
(2) Rincian fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
tercantum pada lampiran, yang merupakan satu kesatuan dalam peraturan
ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi pemerintah,
dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam Peraturan ini.
Bagian
Kedua
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung
meliputi:
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
Bagian
Ketiga
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
Pasal
5
(1)
(2)
(3)
Pasal
6
(1)
(2)
(3)
Terhadap aparat
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan/atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
pihak-pihak
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
yang
DJOKO
KIRMANTO