Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN HASIL PENELITIAN

ETNOGRAFI DESA KUDU BANJAR

Untuk Melaksanakan Tugas Ujian Sumatif Semester 1 Antropologi


Dosen Pengajar:
Drs. Yohanes Hanan Pamungkas, MM (196001011987011001)

Disusun Oleh:
Achmad Fatoni (14040284073)

Universitas Negeri Surabaya


Tahun Ajaran 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas
segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga pennyusun dapat menyelesaikan
laporan hasil penelitian ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu perjuangan
beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan laporan hasil penelitian ini adalah merupakan salah satu tugas ujian
sumatif semester 1 antropologi budaya. Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini,
tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil. Oleh
karena itu penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
banyak memberikan bantuan, dorongan serta motivasi sehingga laporan hasil penelitian ini
dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya

hanya

kepada

Allah

SWT

kita

kembalikan

semua

urusan

dan

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penyusun dan para
pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya,
amin.
Surabaya, 1 Januari 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................

1.3 Batasan Masalah ............................................................................................... 2


1.4 Tujuan Hasil Penelitian

.................................................................................

1.5 Manfaat Hasil Penelitian ..................................................................................

1.6 Metode Hasil Penelitian ...................................................................................

1.7 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 3


BAB II PEMBAHASAN
Etnografi Desa Kudu Banjar ..................................................................................... 4
2.1. Kondisi Geografis.............................................................................................. 4
2.2. Asal Mula dan Sejarah .....................................................................................

2.3. Demografi ........................................................................................................

2.4. Sosial Ekonomi ................................................................................................

10

2.5. Transportasi .....................................................................................................

12

2.6. Religi ................................................................................................................ 15


2.7. Kesenian dan Hiburan ...................................................................................... 17
2.8. Mata Pencaharian ............................................................................................. 18
2.9. Bahasa dan Dialek ............................................................................................ 20
2.10. Ilmu Pengetahuan ............................................................................................. 22
2.11. Kekerabatan ...................................................................................................... 24
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan dan Saran ....................

28

3.2. Daftar Pustaka ................ 29


BAB IV LAMPIRAN
4.1. Instrumen Etnografi
4.2. Bagan Organisasi
4.3. Gambar-Gambar Pendukung

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia terkenal dengan masyarakat yang memiliki kebudayaan yang
beraneka ragam. Pada setiap daerahnya, masyarakat kita mengembangkan kebudayaannya
masing-masing. Kebudayaan yang dikembangkan di daerah-daerah tersebut biasa disebut
dengan istilah kebudayaan lokal. Kebudayaan umat manusia yang bersifat lokal tersebut
memiliki tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Ke tujuh unsur tersebut adalah
Sistem Bahasa, Sistem Teknologi, Sistem Mata Pencaharian, Sistem Organisasi Sosial,
Sistem Pengetahuan, Sistem Religi, dan Sistem Kesenian
Di Kabupaten Jombang sendiri, pada tiap-tiap desanya memiliki kebudayaan yang
hampir berbeda-beda. Salah satu desa yang memiliki kebudayaaan yang khas di Jombang
adalah Desa Kudu Banjar. Untuk mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki oleh
Desa Kudu Banjar maka diperlukan adanya penelitian Etnografi agar dapat memahami
pandangan hidup dari sudut pandang Penduduk Asli atau pelaku kebudayaan terhadap
dunianya.
Kajian Etnografi yang dilakukan adalah untuk mengetahui tujuh unsur kebudayaan
universal yang ada di Desa Kudu Banjar. Namun dalam kajian berikut tidak membahas tujuh
unsur tersebut, melainkan disesuaikan dengan tabel yang berada di akhir bab.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana lokasi, lingkungan alam dan demografi Desa Kudu Banjar?
1.2.2. Bagaimana asal mula dan sejarah Desa Kudu Banjar?
1.2.3. Bagaimana demografi yang ada di desa Kudu Banjar?
1.2.4. Bagaimana kondisi sosial ekonomi Desa Kudu Banjar?
1.2.5. Bagaimana kondisi transportasi di Desa Kudu Banjar?
1.2.6. Bagaimana religi yang dianut oleh masyarakat Desa Kudu Banjar?
1.2.7. Bagaimana kesenian dan hiburan di Desa Kudu Banjar?
1.2.8. Bagaimana mata pencaharian keseharian di Desa Kudu Banjar?
1.2.9. Bagaimana bahasa dan dialek yang digunakan di Desa Kudu Banjar?
1.2.10. Bagaimana ilmu pengetahuan yang ada di Desa Kudu Banjar?
1.2.11. Bagaimana kekerabatan yang ada di Desa Kudu Banjar?

1.3. Batasan Masalah


1.3.1. Menjelaskan kondisi geografis Desa Kudu Banjar.
1.3.2. Menjelaskan Asal Mula dan Sejarah Desa Kudu Banjar
1.3.3. Menjelaskan demografi Desa Kudu banjar
1.3.4. Menjelaskan sosial ekonomi yang terjadi di Desa Kudu Banjar
1.3.5. Menjelaskan transportasi yang digunakan oleh masyarakat Desa Kudu banjar
1.3.6. Menjelaskan religi yang dianut dan diimani oleh masyarakat Desa Kudu Banjar
1.3.7. Menjelaskan kesenian dan hiburan yang ada di desa Kudu Banjar
1.3.8. Menjelaskan mata pencaharian keseharian masyarakat Desa Kudu Banjar
1.3.9. Menjelaskan bahasa & dialek yang dipakai oleh masyarakat Desa Kudu Banjar
1.3.10. Menjelaskan ilmu pengetahuan yang diketahui masyarakat Desa Kudu Banjar
1.3.11. Menjelaskan kekerabatan yang ada di Desa Kudu Banjar
1.4. Tujuan Hasil Penelitian
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan kepada
pembaca tentang unsur-unsur kebudayaan yang ada di Desa Kudu Banjar. Diantaranya :
1. Kondisi Geografis Desa Kudu Banjar.
2. Asal Mula dan Sejarah
3. Demografi
4. Sosial Ekonomi
5. Transportasi
6. Religi
7. Kesenian dan Hiburan
8. Mata Pencaharian
9. Bahasa dan Dialek
10. Ilmu Pengetahuan
11. Kekerabatan

1.5. Manfaat Hasil Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai unsur-unsur kebudayaan universal Desa


Kudu Banjar
2. Membantu pembaca untuk memahami unsur-unsur kebudayaan universal Desa Kudu Banjar.
3. Sebagai bahan pembanding bagi pihak yang ingin meneliti unsur-unsur kebudayaan universal
Desa Kudu Banjar
1.6. Metode Penulisan
Metode yang penyusun gunakan untuk laporan penelitian ini adalah metode observasi
dan metode interview, yaitu melakukan pengamatan di tempat dan melakukan wawancara
terhadap beberapa narasumber yang bersangkuatan.

1.7. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari kata pengantar, daftar isi, Bab I tentang
pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat,
metode, dan sistematika. Bab II yang berhubungan dengan Etnografi Desa Kudu Banjar yang
terdiri dari Kondisi Geografi, Asal Mula dan Sejarah, Demografi, Sosial Ekonomi,
Transportasi, Religi, Kesenian dan Hiburan, Mata Pencaharian, Bahasa dan Dialek, Ilmu
Pengetahuan, serta Kekerabatan. Bab III tentang kesimpulan dan saran-saran yang diakhiri
dengan daftar pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

Etnografi Desa Kudu Banjar


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etnografi /tnografi/ n 1 deskripsi tentang
kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup; 2 ilmu tentang pelukisan kebudayaan suku-suku
bangsa yang hidup tersebar di muka bumi. Dengan kata lain, etnografi adalah tulisan atau
laporan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian
lapangan (field work) selama sekian bulan atau sekian tahun.1 Tujuan dari etnografi adalah
untuk mengetahui kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat, dengan adanya
penelitian ini maka dapat diketahui apakah daerah tersebut sudah berbudaya maju ataukah
belum. Desa Kudu Banjar adalah merupakan desa yang mengalami perkembangan yang
sangat pesat dalam berbagai sektor diantaranya pendidikan, pertanian, kesehatan,
pembangunan, dan lain-lain. Namun dengan berkembangnya berbagai sektor tersebut ditak
mengakibatkan masyarakat melupakan jati diri mereka. Mereka tetap mempertahankan adat
yang telah mengakar kuat dalam masyarakat. Inilah keunikan masyarakat Desa Kudu Banjar
yang dimana mampu menyeimbangkan dalam hal adat dan modernisasi.

2.1. Kondisi geografis


Lokasi Desa Kudu Banjar terletak di wilayah administrasi Kecamatan Kudu,
Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Atau berada di letak astronomis 112,317921 Bujur
Timur dan 07,4272621 Lintang Selatan dan berada di letak geografis dengan perbatasan, di
sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumbernongko (Kecamatan Ngusikan), di sebelah
timur berbatasan dengan Desa Mernung, Desa Simowau, Desa Kemuning dan Desa Ketapang
Kuning (Kecamatan Ngusikan), di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Menturus
(Kecamatan Kudu), serta di sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumber Teguh
(Kecamatan Kudu). Total luas tanah di Desa Kudu Banjar keseluruhan adalah 2,53 Km, Desa
Kudubanjar terdiri dari 4 (empat) dusun, dan terbagi menjadi 10 Rukun Warga serta 26
Rukun Tetangga. 4 dusun yang terdapat di Desa Kudu Banjar yaitu :

1.
2.
3.
4.

Dusun Kudu
Dusun Ketapang Lor
Dusun Banjarejo
Dusun Ketapang Kidul

1 James P. Spradley, 2007, METODE ETNOGRAFI, (Yogyakarta, Tiara

Wacana), hlm. vii

Ditinjau dari komposisinya Dusun Kudu mempunyai penduduk terbanyak yang


berada di 3 wilayah RW dan tersebar di 16 wilayah RT. Dan ditinjau dari wilayah dusun,
dusun terluas adalah dusun Kudu yang berada di pusat pemerintahan Desa Kudu banjar.
Keadaan tanah yang ada di Desa Kudu Banjar subur, faktor penting yang mempengaruhi
tingkat kesuburan tanah adalah aliran sungai yang cukup besar dan hasil letusan gunung
kelud yang dimungkinkan terbawa aliran air Sungai Brantas dan pecah ke utara hingga
sampai ke Desa Kudubanjar.
Desa Kudu Banjar terletak di wilayah dataran rendah yang menuju ke perbukitan yang
terletak di utara, dengan iklim tropis sesuai dengan letak astronomis di atas dengan suhu ratarata 35C. Desa Kudu Banjar memiliki cuaca yang sama dengan negara Indonesia yakni
kemarau dan penghujan, musim kemarau terjadi pada antara April sampai Oktober, sedang
musim penghujan terjadi pada antara Oktober sampai April. Namun seiring perkembangan
zaman dan semakin memanasnya bumi karena efek Global Warming, maka musim mulai
berubah tidak tetap, kemarau terjadi pada Juni Sampai Nopember sedang penghujan terjadi
pada Desember sampai Mei. Curah Hujan di wilayah desa ini memiliki catatan yang hampir
sama dengan desa - desa lain di wilayah Kecamatan Kudu, Curah hujan tertinggi pada tahun
2010 adalah di bulan Maret sebanyak 17 hari hujan sedang curah hujan terendah adalah pada
bulan Juli sebanyak 3 hari hujan. Desa Kudu Banjar berada pada ketinggian antara <500
meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 0 yang dimana banyak ditumbuhi tanaman
pertanian, yang dimana didominasi dengan tebu, padi, dan jagung. Sedang hewan, terdapat
hewan-hewan ternak yang didominasi oleh sapi, kambing, dan ayam. Namun kebanyakan
penduduk lebih memilih menernak sapi, mereka menganggap bahwa sapi lebih
menguntungkan. Di Desa Kudu Banjar terdapat satu sungai dan satu buah kanal, sungai ini
bernama Sungai Marmoyo yang memiliki fungsi sebagai sumber air bagi masyarakat melalui
sumur-sumur di rumah-rumah warga dan irigasi sawah, sedang fungsi kanal untuk irigasi
sawah saja.

2.2. Asal Mula dan Sejarah


Desa Kudu Banjar memiliki sejarah yang cukup unik, karena nama desa berasal dari
sebuah tanaman yang mudah tumbuh di daerah dataran rendah dan berkhasiat obat, yakni
mengkudu.

Ceritera berawal dari adanya seseorang yang bernama Mbah Jenggot (hanya sebutan
oleh warga karena warga tidak mengenal nama asli beliau). Beliau adalah seorang pertapa
yang memiliki kesaktian yang tinggi, beliau mulai membabat hutan dari utara yakni dari
perbatasan Desa Kudu Banjar dengan Desa Sumbernongko sampai perbatasan Desa Kudu
Dengan Menturus, namun beliau terlalu luas dalam membabat hutan yakni ke selatan (sampai
Desa Menturus tepatnya Dusun Sido Karang), sehingga beliau membagi dua, sebelah selatan
dan sebelah utara. Sebelah selatan yang melewati batasnya dijadikan pekarangan yang kelak
akan berubah nama menjadi Desa Sido Karang, sedang sebelah utara dijadikan tempat
peristirahatan, dengan pusatnya di tengah-tengahnya sebuah sumur, yang sekarang dikenal
masyarakat Desa Kudu Banjar dengan Sumur Brumbon atau Sumur Bumbong. Di sekitarsekitar sumur ini kemudian, beliau menanam buah mengkudu yang banyak dan ditata secara
berbanjar, pohon mengkudu ini digunakan sebagai tempat berteduh dari panasnya sinar
matahari dan beristirahat ketika beliau tersebut lelah dalam perjalanan dari bertapanya atau
saat akan berangkat menuju pertapaan. Dengan adanya sumur Brumbon atau Bumbong ini
maka muncullah beberapa rumah disekitar sumur karena digunakan sebagai sumber air dan
lama kelamaan berkembang semakin banyaklah rumah-rumah di sekitar sumur dan akhirnya
menjadi sebuah desa, dengan nama Desa Kudu Banjar, yang diambilkan nama dari pohon
mengkudu (Jawa : Kudu / Pace) yang ditata secara berbanjar di sekitar area Sumur Brumbon,
jadi Kudu Banjar berarti Pohon mengkudu(Kudu) yang berbanjar-banjar. Dan yang diangkat
menjadi lurah pertama adalah Bapak Mertoprawiro, beliau adalah kakek dari Ibu Hani dan
nama beliau sekarang diabadikan sebagai nama jalan utama desa.

2.3. Demografi
Demografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang susunan,
jumlah, dan perkembangan penduduk; ilmu yang memberikan uraian atau gambaran statistik
mengenai suatu bangsa dilihat dari sudut sosial politik; ilmu kependudukan; berikut adalah
penjelasan mengenai jumlah penduduk, komposisi penduduk, mobilitas dan jumlah KK yang
ada di Desa Kudu Banjar:
Desa adalah suatu wilayah yang terdiri dari kumpulan keluarga yang memiliki
pemerintahan sendiri dimana kekuasaan tertinggi terletak di tangan Kepala Desa. Setiap desa
terdiri dari satuan dusun yang dikepalai oleh Kepala Dusun (kasun), sedang dusun terdiri dari

kumpulan beberapa Rukun Warga (RW), dan RW terdiri dari Rukun Tetangga. Begitu pula
Desa Kudu Banjar yang menerapkan sistem pemerintahan tersebut. Jumlah penduduk Desa
Kudu Banjar dengan total 3222 jiwa pada tahun 2010 dengan kepadatan penduduk 8,36
Jiwa/Km dan terbagi dalam 951 KK. Berdasarkan komposisi penduduk, umur dan kelamin
dapat diketahui jumlah penduduk dengan tabel berikut:
Umur
Laki-Laki
1-10
159 orang
11-20
190 orang
21-30
210 orang
31-40
240 orang
41-50
296 orang
51-60
272 orang
61-70
201 orang
70 ke atas
23 orang
Jumlah
1591
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)

Perempuan
157 orang
211 orang
208 orang
240 orang
298 orang
271 orang
233 orang
13 orang
1631

Jumlah
316
401
418
480
594
543
434
36
3222

Dari tabel dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah warga terbanyak berkisar antara
umur 41-50. Data tersebut terbagi lagi dalam penduduk tetap, penduduk pendatang, penduduk
migrasi, kelahiran dan kematian. Berikut pembagian berdasar status masyarakat Desa Kudu
Banjar:
Jenis Status
Jumlah Warga
Penduduk Tetap
3192 orang
Penduduk Pendatang
8 orang
Penduduk yang Pindah
10 orang
Penduduk yang Lahir
8 orang
Penduduk yang Meninggal
4 orang
Jumlah
3222 orang
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)

Prosentase
99,06%
0,24%
0,31%
0,24%
0,15%
100%

Dari tabel dapat disimpulkan pertambahan dan pengurangan penduduk yang lebih
banyak adalah pengurangan penduduk melalui penduduk yang pindah ke desa/kota lain
sebanyak 10 orang. Sedang menurut pertambahan penduduk, terjadi cukup sedikit
pertambahan dilihat dari pendatang dan kelahiran yang berjumlah 16 orang. Dengan adanya
penduduk yang banyak maka pemenuhan akan sandang, pangan, dan papan tidak dapat
dihindari, oleh karena itu seseorang membutuhkan pekerjaan dalam mewujudkan sandang,

pangan, dan papan tersebut. Dan berikut adalah pekerjaan-pekerjaan yang menjadi profesi
keseharian masyarakat Desa Kudu Banjar:
Jenis Pekerjaan
Jumlah Pekerja
Buruh Tani dan Petani
425 orang
Wiraswasta
305 orang
Pegawai Swasta
69 orang
PNS
28 orang
TNI/POLRI
5 orang
Jumlah
832 orang
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)

Prosentase
13,19%
9,46%
2,14%
0,86%
0,15%
25,80%

Tabel di atas hanya 25,80% dari total keseluruhan. Sedang yang belum dimasukkan
dalam data tersebut sebanyak 74,2% adalah penduduk bukan angkatan kerja, bukan angkatan
kerja di bagi menjadi dua yakni usia prasekolah dan sekolah serta penduduk usia 65 tahun ke
atas. Dengan banyak buruh tani dan petani, menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kudu
Banjar adalah masyarakat agraris yang bekerja sebagai petani dan tidak memiliki sawah
(buruh tani), pemilik sawah hanya dimiliki oleh golongan petani, namun tidak dapat
dipungkiri jika golongan lain memiliki sawah juga seperti pedagang, wiraswasta, dan PNS.
Mereka memiliki sawah digunakan sampingan hasil kerja agar penghasilan kerja dapat
maksimal. Dengan adanya perbedaan profesi kerja di Desa Kudu Banjar, tinggi rendahnya
profesi bisa berdasar dari tinggi rendahnya tigkat pendidikan pula di Desa Kudu Banjar.
Berikut adalah komposisi pendidikan di Desa Kudu Banjar:
Jenis Sekolah
PAUD
TK

Jumlah Sekolah
1
2

SD

SMP
1
SMA
1
Jumlah
7
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)

Nama Sekolah
PAUD Tunas Bangsa
TK KARTIKA IV-53
TK Linggar Jati
SDN Kudu Banjar 1
SDN Kudu Banjar 2
SMPN 1 Kudu
SMA Kosgoro
-

Dari tabel dapat diketahui jika di Desa Kudu Banjar sudah memiliki sarana desa yang
memadai, dimana sudah lengkap sarana pendidikan di Desa Kudu Banjar. Namun berikut ini
adalah jumlah lulusan yang ada di Desa Kudu Banjar, semakin tinggi lulusan pendidikan

maka semakin tinggi pula kesempatan kerja yang akan didapat. Namun tidak semua
pendidikan dapat menjamin kesempatan kerja yang layak, yang menjadi tolak ukur saat ini
adalah terampil atau tidaknya seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin terampil
dan rajin seseorang maka ia akan semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Berikut jumlah
lulusan di Desa Kudu Banjar:
Jenis Sekolah
Jumlah Lulusan
SD/MI
1085
SMP/MTs
330
SMA/SMK/MA
163
Universitas
56
Jumlah
1634
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)

Prosentase
33,67%
10,24%
5,05%
1,73%
50,71%

Di atas adalah merupakan tabel dari kelulusan yang berjumlah 50,71%, sedang yang
49,29% lagi berada pada penduduk yang masih sekolah, belum sekolah dan tidak tamat. Dari
tabel menunjukkan bahwa jumlah lulusan pendidikan terbanyak di SD, ini menunjukkan
bahwa tingkat kesadaran dalam menuntut ilmu kurang, semakin tinggi pendidikan maka akan
semakin bgaus kualitas suau desa. Begitu pula semakin tinggi pendidikan, maka akan
semakin rendah kesempatan untuk melakukan nikah pada usia dini. Namun tidak hanya itu
saja yang menyebabkan nikah usia dini, tapi juga karena faktor pergaulan bebas oleh generasi
muda yang mengakibatkan sebuah penikahan dini.
Sedang perbandingan keyakinan yang dianut oleh masyarakat Desa Kudu Banjar
dapat diketahui dari tabel berikut:
Agama
Jumlah Penduduk
Islam
3213
Kristen
4
Katolik
5
Hindu
Buddha
Kong Hu Chu
Jumlah
3222
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)

2.4. Sosial Ekonomi

Prosentase
99,72%
0,12%
0,16%
0%
0%
0%
100%

Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Kudu banjar dapat dijelaskan melalui
berbagai jenis, seperti pemanfaatan tanah, yakni pembagian luas tanah menjadi beberapa
bagian dan memiliki fungsi tersendiri, pola pembagian kerja berdasar kepada umur dan seks,
sistem bagi hasil, organisasi sosial yang ada di masyarakat, struktur pemerintahan desa,
stratifikasi, serta tempat-tempat berkumpulnya orang untuk memlaksanakan kegiatan ekonmi.
Berikut akan dijelaskan sesuai yang di atas:
Luas tanah di Desa Kudu Banjar keseluruhan 2,53 Km, dengan pembagian sebagai
berikut:
Pemanfaatan Tanah
Pemukiman/perumaha

Prosentase
8,16%

n
Sawah dan Tegalan
81,67%
Pekarangan
9,68%
Makam
0,39%
Lain-lain
0,1%
Jumlah
100,00%
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)

Luas Tanah
20.500 ha
205.000 ha
24.360 ha
1.500 ha
0,375 ha
251.360 ha

Dengan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Desa Kudu Banjar merupakan
desa potensi pertanian pangan yang terlihat dari luasnya tanah untuk sawah dan tegalan.
Tumbuhan yang potensi pertanian pangan di Desa Kudu Banjar adalah padi dan jagung, yang
banyak memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan di wilayah
Kecamatan Kudu dan sekitarnya. Hal ini bisa dilihat dari produksi padi setiap musim panen
raya yang mengalami kenaikan prosentase produksi tonase gabah kering setiap sub round
musim tanam. Tekstur tanah di Desa ini lampungan yang berwarna hitam.
Dengan kondisi alam yang merupakan tanah potensi pertanian pangan, maka akan
membutuhkan banyak tenaga kerja untuk menggarap sawah yang luas. Dengan adanya
pembagian kerja maka akan terjadinya keseimbangan dalam hal pekerjaan. Berikut adalah
pola pembagian kerja berdasarkan umur dan seks:
Berdasar umur dan seks:
Umur
0-10
11-20
21-30
31-40

Laki-Laki
- orang
73 orang
210 orang
240 orang

Perempuan
- orang
95 orang
208 orang
240 orang

41-50
296 orang
51-60
272 orang
61-70
134 orang
70 ke atas
- orang
Jumlah
1225
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)

298 orang
271 orang
128 orang
- orang
1240

Dari data di atas menunjukkan bahwa potensi kerja penduduk berada pada kisaran
umur 11-20 sampai 61-70. Menurut detail dari Desa Kudu Banjar menjelaskan bahwa potensi
kerja dimulai dari umur 18 sampai 65 Sedang sisanya adalah bukan angkatan kerja. Namun
umur produktif di atas kebanyakan bekerja di luar desa sebagai petani, peternak, pekerja
pabrik, wiraswasta, ataupun pegawai pemerintah, sedang yang bukan angkatan kerja yang
berumur antara umur 1 sampai 18 tidak bekerja, melainkan masih belum produktif dan
belajar disekolah. Meski kadang mereka bekerja menggarap sawah-sawah orang tua mereka
sendiri (membantu menanam sampai memanen).
Desa Kudu Banjar mengunakan sistem waktu dan hari dalam teknik bagi hasil. Jika
seorang pekerja buruh tani bekerja sehari penuh dari jam 07.00 sampai 11.00 WIB, maka
total hasil satu hari adalah Rp 14.000,00. Total ini sama antara pekerja buruh tani laki-laki
maupun perempuan.
Terdapat pula organisasi-organisasi di Desa Kudu Banjar, seperti:
a. Karang Taruna
Karang Taruna adalah organisasi para pemuda atau remaja yang ada di desa
atau kelurahan. Karang taruna berfungsi sebagai wadah pembinaan para pemuda
desa atau kelurahan tersebut. Tugas utamanya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
positif seperti kesenian, olahraga, bakti sosial. dll.
b. Badan permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebuah lembaga yang dibentuk
untuk membantu pengaturan dan penyelenggaraan pemerintahan desa. Tugasnya
membuat dan melaksanakan peraturan desa, menyusun anggaran pendapatan dan
belanja desa, menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat.
c. Pos Layanan Terpadu
Pos Layanan Terpadu (Posyandu) didirikan oleh masyarakat untuk
memberikan layanan terpadu kepada warga masyarakatnya, khususnya kesehatan
balita. Kegiatan di posyandu meliputi pemeriksaan kesehatan bayi, penimbangan
bayi, pemberian makanan tambahan, dll.
d. PKK

PKK adalah suatu organisasi di bawah pemerintahan desa yang semua


anggotanya adalah perempuan ibu rumah tangga. Fungsi dari PKK adalah
mengajarkan kepada para ibu rumah tangga bagaimana menjadi ibu rumah tangga
yang mampu merawat anak dengan baik, serta dapat menjadi perempuan mandiri
yang dapat meringankan pekerjaan sang suami.
e. Kelompok Tani
Kelompok tani adalah suatu organisasi yang bertujuan untuk memaksimalkan
produksi tanaman pangan yang ditanam oleh masyarakat Desa Kudu Banjar.
Fungsi organisasi ini adalah untuk memudahkan petani dalam mencari pupuk,
pestisida, dan obat-obatan lain yang dapat memaksimalkan produksi tanaman. Di
organisasi ini juga terdapat koperasi tani yang berfungsi untuk menyimpan uang
yang akan digunakan untuk membeli pupuk, pestisida, dan lain-lain.
f. Rukun Tetangga
Rukun Tetangga (RT) tujuan dari pembentukan organisasi ini adalah untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat sekitarnya. Misalnya, pelayanan
pembuatan KTP, atau urusan administrasi lainnya.
g. Rukun Warga
RW merupakan gabungan dari beberapa RT. RW dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah RW tersebut. RW dipimpin
oleh seorang ketua RW yang dipilih oleh ketua-ketua RT atau perwakilan dari
warga RT yang tergabung dalam wilayah RW tersebut.
Sedang mengenai tempat perekonomian, terdapat beberapa toko sedang dan kecil dan
warung yang berada di desa ini. Berikut rinciannya:
Jenis Toko
Toko Bangunan
Toko Keperluan seharihari
Toko Peralatan Sekolah
Warung Makanan

Jumlah
2 Toko
8 Toko

Letak
Banjar Rejo dan Kudu
Ketapang Lor, Ketapang

3 Toko
17 Warung

Kidul dan Kudu


Ketapang Lor dan Kudu
Ketapang Lor, Ketapang
Kidul, Banjar Rejo dan
Kudu

2.5. Transportasi
Sebelum adanya transportasi, manusia hanya mengandalkan tenaga manusia dalam
mengangkut barang. Mereka mengangkut barang dengan cara digendong (di bawa dengan
kain dan barang berada di punggung), disunggi (barang di atas kepala), dicangking (barang
dibawa dengan tangan), dan lain-lain. Namun setelah adanya transportasi tradisional, seperti
andong atau dokar dan cikrak. Maka secara tidak langsung manusia membutuhkan adanya
jalan untuk memudahkan dalam mengangkut barang dengan transportasi tradisonal. Dahulu
jalan hanya berupa tanah yang kanan kirinya ditumbuhi rumput, namun semakin
berkembangnya zaman maka kondisi jalan akan semakin baik dengan di digantinya dengan
makadam dan aspal. Kondisi ini terjadi di Desa Kudu Banjar, berikut sarana dan prasarana
fisik beserta kondisi jalan di Desa Kudu Banjar:
Sarana & Prasarana
Sekolah
Tempat Ibadah

Jumlah
7
3 Masjid

Kondisi
Baik
Baik

Komunikasi

7 Mushola
2342 Pengguna Telepon

Tv dan Radio

Seluar
46 Radio

Baik

Air Bersih dan Sanitasi

754 Tv
415 Pompa Bor

Baik
Baik

68 Sumur Gali

Baik

754 Pemilik Jamban

Baik

Keluarga

Kesehatan

Kantor

754 Septietank

Baik

2 Drainase
4 Posyandu

Baik
Baik

2 Bidan Umum

Baik

- Dokter Umum

Baik

1 Ponkesdes
Kepala Desa

Baik
Baik

KUA

Baik

DIKBUD
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)

Baik

Tabel di atas menunjukkan sarana dan prasarana di Desa Kudu Banjar, semua sarana
dan prasarana dalam kondisi baik dan dapat dipakai dengan layak. Berikut adalah sarana dan
prasarana lain yang penting, yakni jalan. Jalan di Desa Kudu Banjar terbagi atas beberapa
jenis beserta kondisi yakni:
Jenis Jalan
Aspal

Jumlah
5

Bahan Jalan
Aspal

Makadam

Tanah dan Batuan

Paving

Paving

Kondisi
3 Baik
2 Rusak
- Baik
2 Rusak
8 Baik
1 Rusak

(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)


Dengan adanya jalan yang banyak dan baik, maka dapat dipastikan jika jumlah
pengguna kendaraan juga banyak. Berikut rincian jumlah kendaraan di Desa Kudu Banjar:
Jenis Transportasi
Jumlah
Sepeda
1332
Sepeda Motor
1902
Mobil dan Sejenisnya
44
Truk
6
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)

Pemilik Per KK
948
948
23
6

Dari tabel dapat disimpulkan bahwa penggunaan kendaraan bermotor lebih banyak. Ini
disebabkan karena masyarakat membutuhkan kendaraan yang lebih cepat agar semua
pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat pula.

2.6. Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi
religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia
percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang

dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu


melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubunganhubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang
menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial
berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari
bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada
zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.
Di atas pada bab demografi telah dijelaskan mengenai jumlah dan komposisi agama
yang di anut oeh masyarakat Desa Kudu Banjar. Sedangkan berikut adalah penjelasan
mengenai hari-hari besar agama dan jenis-jenis upacara tradisional:
1. Maulid Nabi Muhammad SAW
Peringatan ini terdapat banyak acara di daerah-daerah lain, namun di Desa
Kudu Banjar hanya mengadakannya dengan acara syukuran dengan membawa nasi
yang berlauk mi, ayam, tahu, tempe, dan kulupan. Semua ini di letakkan di piring atau
nampan yang dialasi daun pisang dan ditutupi daun pisang pula. Setelah itu, semua
orang laki-laki yang mewakili setiap rumah membawa nasi dan lauk tersebut ke balai
desa dengan membawa uang sebesar Rp. 1.000,00 untuk iuran. Iuran ini digunakan
untuk kegiatan membangun tempat ibadah, biaya kematian seseorang, dan lain-lain.
Setelah sampai di balai desa dan semua orang laki-laki yamg menjadi wakil setiap
rumah berkumpul, maka acara dimulai dengan sederhana dengan sambutan kasun,
kepala desa, dan yeng terakhir berdoa bersama yang dipimpin oleh mudin dengan
harapan semoga desa selalu selamat, gemah ripah loh jinawi, serta semakin lama
semakin meningkat pula kesejahteraan desa.
2. Isra Miraj
Sama seperti maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan Isra Miraj hanya dilakukan
dengan tasyakuran di balai desa.
3. Hari Raya Idul Fitri
Hari Raya Idul Fitri adalah merupakan hari raya yang di tunggu-tunggu oleh
semua orang. Dimana semua orang saling meminta maaf dan saling bersilaturahmi
secara anjang sana. Begitu pula Desa Kudu Banjar yang selalu mempertahankan
budaya mereka, yakni melakukan anjang sana dalam merayakan hari raya. Tidak di
rumah saja saat bertemu mayarakat, kadang di jalan pun bertemu dan saling meminta

maaf. Ini adalah merupakan budaya yang patut dicontoh dan dilestarikan. Dimulai
dengan menunggu keputusan dari Kementerian Agama RI mengenai jatuhnya bulan
syawal. Setelah mendengar keputusan Kementerian Agama RI, maka seluruh
masyarakat mengumandangkan takbir sampai sholat Ied pada pagi hari. Masyarakat
biasanya mengumandangkan takbir di masjid dan mushola, namun ada juga yang
sambil mengelilingi kecamatan dengan kendaraan bermotor.
Yang mengumandangkan takbir di mushola kebanyakan kaum laki-laki baik
anak-anak maupun dewasa. Saat malam sudah larut sekitar pukul 10.00 ke atas, ada
beberapa warga yang dengan ikhlas memberi makanan ringan maupun nasi dan
minuman sebagai teman untuk takbiran. Takbiran dilaksanakan sampai masuknya
sholat ied, kemudian sholat ied 2 rakaat dan di akhiri dengan ceramah oleh khotib.
Setelah selesai sholat ied semua orang berjabat tangan dan saling meminta maaf.
Namun saling meminta maaf ini dilakukan lagi di rumah dengan anjang sana.
Biasanya anak-anak yang sudah berkeluarga akan pergi kerumah orang tua mereka
untuk meminta maaf.
Setelah tujuh hari bulan syawal (hari raya idul fitri), maka dilanjutkan lagi
dengan hari raya ketupat. Dimana semua orang membuat ketupat dan lepet.
Selanjutnya ketika malam hari setelah sholat maghrib, semua orang laki-laki yang
menjadi wakil setiap rumah membawa ketupat tersebut ke balai desa. Acara ini sama
dengan maulid nabi Muhammad SAW di Desa Kudu Banjar.
4. Hari Raya Idul Adha
Hari Raya Idul Adha di Desa Kudu Banjar sama dengan Idul Fitri, namun
setelah sholat ied acara dilanjutkan dengan menyebelih hewan kurban yang
disediakan panitia kurban di masjid. Dan ada juga yang menyumbangkan hewan
kurban untuk disembelih oleh panitia kurban masjid.

2.7. Kesenian dan Hiburan


Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian
etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional.
Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai
benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung,
ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada

kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses


pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal
tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni
drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief,
seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan
instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu,
terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui
indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah
wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern
adalah film, lagu, dan koreografi.
Desa Kudu Banjar saat ini memiliki satu kesenian yang masih
berdiri, yakni kuda lumping. Kuda lumping dengan nama Kuda Jaya Mulya
berdiri pada 13 april 2010 dengan pimpinan bapak Gito. Saat ini
berjumlah 28 orang anggota yang mengikuti kesenian ini. Kuda Jaya Mulya
sudah beberapa kali pentas dibeberapa desa, dan yang terakhir di Desa
Menturus. Latihan seni kuda lumping ini jarang dilakukan, biasanya
dilakukan mendekati pementasan mereka. Mereka biasa membawakan
kesenian kuda lumping dengan berbagai atraksinya di akhir. Sedang di
awal acara, diawali dengan tarian-tarian seperti tarian prajurit membawa
tombak, dan jatilan. Acara kuda lumping pimpinan bapak Gito ini biasanya
dimulai pada pukul 21.00 sampai pukul 01.00 pagi.
Profil Kuda Jaya Mulya:
Nomor Induk

: 556 / KL. 42 / 415.36 / 2014

Nama Organisasi : Kuda Jaya Mulya


Nama Pimpinan

: Gito

Tanggal Berdiri

: 13 April 2010

Alamat

: Dsn. Kudu, Ds. Kudubanjar, Kec. Kudu, Kab.

Jombang
Jumlah Anggota

: 28 Orang

Namun sebelum puasa Ramadhan 1435 atau tahun 2014, terdapat


satu kesenian lagi yang berdiri yakni Ludruk. Ludruk ini bernama Sekar
Budhaya, Ludruk ini berdiri pada pertengahan tahun 2000, dengan
pemimpin kesenian bapak Riyadi. Ludruk ini adalah merupakan salah satu
ludruk di Desa Kudu Banjar, namun saat ini tidak ada lagi dikarenakan
meninggalnya bapak Riyadi karena penyakit Diabetes, sedang anak beliau
tidak dapat melanjutkan kesenian ayahnya. Dengan demikian, maka
hilanglah sudah kesenian ludruk khas yang terdapat di Desa Kudu Banjar.

2.8. Mata Pencaharian


Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi
fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata
pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok
masyarakat

atau

sistem

perekonomian

mereka

untuk

mencukupi

kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara


lain
a.
b.
c.
d.
e.

Berburu dan meramu;


Berternak;
Bercocok tanam di ladang;
Menangkap ikan;
Bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi
suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya,
pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan
di

daerah

pedesaan

yang

relatif

belum

terpengaruh

oleh

arus

modernisasi.
Telah dijelaskan dalam demografi dan sosial ekonomi bahwa
sebagian besar masyarakat Desa Kudu Banjar adalah seorang buruh tani
dan petani. Berikut adalah keseharian para buruh tani dan petani Desa
Kudu Banjar.

Buruh tani Desa Kudu Banjar selalu menghargai waktu, mereka


selalu tepat waktu dalam berbagai hal, salah satunya bangun pagi.
Mereka rata-rata bangun pada waktu subuh atau sekitar pukul 04.15 WIB,
dan mereka melaksanakan sholat subuh secara berjamaah di Musholamushola di sekitar rumah mereka. Setelah mereka sholat subuh, mereka
bersiap

akan

berangkat

ke

sawah,

yang

buruh

tani

perempuan

menyiapkan makanan, sedang buruh tani laki-laki menyiapkan alat-alat


yang akan dibawa ke sawah. Setelah pukul 05.00 WIB mereka mulai
berangkat dan pulang sebelum dhuhur atau sekitar jam 11.00 WIB. Dan
kadang kembali bekerja lagi pada pukul 13.00 WIB sampai pukul 17.00
WIB. Mereka mengerjakan sawah para petani atau para pemilik sawah
tergantung musim. Bila musim tanam mereka akan bekerja sebagai
penanam padi, memanen padi, dan memisahkan padi dari tangkainya.
Sedang pada masa kemarau, kadang mereka sebagai ahli bubut sawah
(menyiangi sawah/mencabuti rumput), atau kadang mereka menjadi
penanam

jagung.

setelah

pukul

17.00

WIB

mereka

pulang

dan

membersihkan diri. Setelah itu, mereka bersantai di rumah dengan


bercanda ria dengan keluarga, serta kadang mengajari anak mereka
mengenai matematika dan bahasa Jawa.

2.9. Bahasa dan Dialek


Bahasa
kebutuhan

merupakan

sosialnya

sarana

untuk

bagi

berinteraksi

manusia
atau

untuk

memenuhi

berhubungan

dengan

sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut


dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan
manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman
tentang

fenomena

sosial

yang

diungkapkan

secara

simbolik,

dan

mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada


bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam
analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan
manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah

deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku
bangsa yang bersangkutan beserta variasi-variasi dari bahasa itu. Ciri-ciri
menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara
membandingkannya

dalam

klasifikasi

bahasa-bahasa

sedunia

pada

rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat


menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena
daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang
sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi
perkembangan bahasa sering terjadi.
Desa Kudu Banjar berada di wilayah adsministrasi Jawa Timur,
sehingga bahasa yang umum digunakan di desa ini adalah bahasa Jawa
dengan dialek Jombangan. Bahasa Jawa Jomabng atau Biasa disebut
Dialek Jombang, Boso Jombangan, atau Dialek Jombangan adalah sebuah
dialek

jawa

yang

dituturkan

di

daerah

Jombang

dan

sekitarnya

(Kabupaten/Kota Mojokerto, sebagian wilayah di Kediri seperti Pare dan


Kandangan, Lamongan, sebagian daerah di Nganjuk seperti Kertososno).
Dialek ini dituturkan banyak memiliki pengaruh Dialek Surabaya yang terkenal egaliter dan
blak-blakan. Selain itu, bahasa ini merupakan peralihan dari dua dialek Bahasa Jawa, antara
Dialek

Surabaya

dan

Dialek

Mataraman.

Beberapa

kawasan

yang

berbatasan

dengan Nganjuk dan Kediri memilki pengaruh Dialek Mataraman yang banyak memiliki
kesamaan dengan Bahasa Jawa Tengahan. Salah satu ciri khas yang membedakan Dialek
Surabaya dengan Dialek Mataram adalah penggunaan kata arek (sebagai pengganti
kata bocah) dan kata cak (sebagai pengganti kata mas).Berikut adalah perbedaanperbedaan sedikit bahasa di desa Kudu Banjar dan beberapa desa yang
lain di sekitarnya, seperti:
Jawa

Desa Kudu Banjar

Desa Ketapang Kuning

Pitk
Pirng

Pitk
Pirng

dan Kidul
Ptk
Prng

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sistem bahasa yang digunakan oleh Desa
Kudu Banjar dengan desa yang lain terdapat perbedaan dalam hal pelafalan bahasa. Namun

pelafalan yang berbeda ini tidak membuat setiap desa saling mengolok-olok tapi melainkan
semakin mempererat tali silaturahmi.
Di Desa Kudu Banjar mengenal sistem tingkatan dalam menggunakan bahasa, sama
seperti bahasa Jawa lainnya yang membagi bahasa Jawa menjadi 3 tingkatan, dimana yang
paling dasar sampai tertinggi sebagai berikut:
1. Basa Jawa Ngoko
Bahasa jawa pada tingkatan ini merupakan paling dasar dalam bahasa Jawa,
meskipun masih ada bahasa yang lebih rendah lagi yakni basa kasaran (tidak
digunakan di Desa Kudu Banjar). Basa jawa ngoko adalah bahasa yang hanya
boleh digunakan oleh orang yang sederajat, seperti antar teman. Bahasa ini tidak
diperkenankan digunakan kepada orang yang lebih tua, atau yang dihormati.
Karena mereka menganggap bahwa bahasa ngoko ini jika digunakan kepada orang
yang lebih tua adalah tidak sopan.
2. Basa Jawa Krama Madya
Terdapat bahasa yang lebih tinggi dari basa ngoko, yaitu basa jawa krama
madya. Bahasa krama madya ini biasa digunakan oleh orang yang derajatnya lebih
tua dari ego, namun tidak digunakan kepada orang yang dihormati.
3. Basa Jawa Krama Inggil
Terdapat pula bahasa tertinggi yang digunakan oleh masyarakat Desa Kudu
banjar yakni krama inggil, meski terdapat bahasa yang lebih tinggi lagi yang
disebut krama kratonan namun bahasa ini tidak digunakan oleh masyarakat.
Bahasa ini digunakan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang dituakan,
atau bawahan kepada atasan, atau bisa pula rakyat kepada pemimpin
pemerintahan.
Berikut beberapa contoh bahasa jawa ngoko, krama madya, dan kromo inggil,
beserta penggunaan:
Bahasa Indonesia

Bahasa Jawa

Bahasa Jawa

Bahasa Jawa

Kamu, anda
Makan
Beli

Ngoko
Kowe
Mangan
Tuku

Krama Madya
Sampean
Nedho
Tumbas

Krama Inggil
Panjenengan
Dhahar
Mundhut

Penggunaan bahasa jawa ngoko, krama madya, dan krama inggil sebagai
berikut:
Mbak, kamu hendak pergi kemana? (bahasa Indonesia)

Kum, kowe arep nang ndi? (Ngoko)


Mbak, sampen arep ten pundi? (Krama Madya)
Bu, panjenengan badhe tindak pundi? (Krama Inggil)

2.10. Ilmu Pengetahuan


Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan
sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat
abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat
luas

batasannya

karena

mencakup

pengetahuan

manusia

tentang

berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya


Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem
kalender pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang
sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan
aktivitas pertaniannya. Pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah
digunakan sejak ribuan tahun lalu. Sistem pranatamangsa digunakan
untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau.
Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai
mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya
karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa
alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai
nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus
mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk
menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut
diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila
mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai
jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat
alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri-ciri bahan mentah
yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan
selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuhtumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya.
Menurut

Koentjaraningrat,

setiap

pengetahuan mengenai, antara lain:

suku

bangsa

di

dunia

memiliki

a. Alam sekitarnya;
b. Tumbuhan yang

tumbuh

di

sekitar

daerah

tempat

tinggalnya;
c. Binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d. Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda

dalam

lingkungan;
e. Tubuh manusia;
f. Sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. Ruang dan waktu.
Namun dari ketujuh pengetahuan di atas, akan dibahas menjadi empat pengetahuan
dasar, yakni:
a. Tempat-tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat sekitar
Ada satu tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat Desa Kudu Banjar,
yakni sumur Brumbon atau sumur Bumbong. Sumur ini adalah satu-satunya
sumur tertua di Desa Kudu Banjar. Dibangun oleh pertapa sakti, orang-orang biasa
menyebut beliau dengan sebutan Mbah Jenggot. Tempat ini terdapat sebuah
sumur, dan pohon beringin besar yang berada di sebelah selatan sumur, serta
sebuah patung Ganesha (penduduk sekitar menyebutnya patung Gajah Biru). Di
tempat ini biasanya diadakan selamatan, bagi orang yang hendak melakukan
hajatan, seperti nikah atau khitan. Yang dibawa ke tempat ini adalah nasi tumpeng
beserta lauk, merang (batang padi yang sudah kering), dupa, dan bunga.
b. Teknologi
Seiring perkembangan zaman maka setiap manusia akan senantiasa
mengikutinya dengan cepat. Begitu pula masyarakat Desa Kudu Banjar yang
sudah mengerti akan perkembangan teknologi. Sesuai dengan tabel di atas
mengenai sarana dan prasarana menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kudu
Banjar adalah masyarakat yang mengikuti perkembangan zaman, namun sampai
sekarang mereka juga tidak melupakan adat yang mengakar kuat di masyarakat.
c. Obat-obatan
Obat adalah penawar penyakit. Masyarakat Desa Kudu Banjar mengenal betul
akan tanaman-tanaman yang berkhasiat obat. Mereka menanam tanaman obat
keluarga di pekarangan mereka dengan berbagai tanaman. Seperti daun sirih hijau,
daun sirih merah, binahong, temu lawak, jahe, serai, dan lain-lain. Mereka
memanfaatkan itu semua sebagai obat yang menyehatkan. Mereka juga mengenal
jamu, salah satu minuman terkenal di Indonesia yang sudah di resmikan UNESCO

sebagai warisan dunia milik Indonesia. Di Desa Kudu Banjar terdapat seseorang
yang menjual jamu keliling. Beliau bernama ibu ...... beliau menjajakan jamunya
dengan sepeda ontel.
d. Lingkungan.
Masyarakat Desa Kudu Banjar juga mengenal lingkungan mereka. Mereka
mengetahui kapan akan adanya musim tanam dan panen. Mereka mengetahui
lingkungan ini dengan pranatamangsa yang telah di jelaskan di atas.

2.11. Kekerabatan
Kekerabatan berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia:
kerabat n 1 yg dekat (pertalian keluarga); sedarah sedaging: masih -- dng engkau; 2 keluarga; sanak
saudara: kaum --; 3 keturunan dr induk yg sama yg dihasilkan dr gamet yg berbeda;
-- angkat Antr kerabat yg berdasarkan adat atau hukum tt adopsi yg berlaku dl suatu masyarakat;
-- kawin Antr kerabat berdasarkan ikatan perkawinan;
-- kerja sekelompok petugas sepekerjaan yg tergabung sementara untuk melaksanakan tugas yg sama;
-- sebagian Ikn keturunan yg hanya mempunyai satu induk sama;
-- sedarah Antr kerabat berdasarkan hubungan darah;
berkerabat v mempunyai hubungan keluarga: ia masih ~ denganku;
kekerabatan n 1 perihal berkerabat; 2 Ling hubungan antara dua bahasa atau lebih yg diturunkan dr
sumber yg sama

Sistem kekerabatan di dalam masyarakat Desa Kudu Banjar, sama seperti masyarakat
Jawa pada umumnya yaitu bilateral, dimana lingkungan pergaulan individu dalam masyarakat
meliputi kerabat dari pihak ayah maupun kerabat dari pihak ibu mereka. Jadi dalam sistem
kekerabatan ini hubungan anak dengan sanak kandung pihak ayah sederajat dengan hubungan
anak terhadap sanak kandumg pihak ibu.
Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga batih yang dalam istilah
antropologi disebut dengan istilah nuclear family yang agggotanya terdiri ayah (suami) , ibu
(istri) dan anak-anaknya yang belum kawin. Ayah berkedudukan sebagai kepala keluarga,
tetapi ada kalanya seorang ibupun dapat menjadi kepala keluarga. Hal ini akan terjadi apabila
suami meninggal dumia Disamping keluarga batih, di Desa Kudu Banjar juga dapat kita
jumpai bentuk kelompok kekerabatan yang disebut sanak sedulur.

Bentuk kelompok kekerabatan ini dalam ilmu antropologi disebut kindred. Kindred
ini merupakan suatu kesatuan kaum kerabat yang anggotanya terdiri dari saudara sekandung,
saudara sepupu dari pihak ayah maupun ibu, paman-paman dan bibi-bibi baik dari pihak ayah
maupun ibu, kakak ayah maupun kakak ibu, serta saudara-saudara dari pihak suami maupun
istri.
Tetapi dalam kenyataannya biasanya mereka yang bertempat tinggal berdekatan saja
yang mampak nyata sebagai anggota kindred. Anggota kindred akan berkumpul bila salah
seorang anggotanya mengadakan upacara didalam lingkaran hidup individu, misalnya pada
saat kelahiran, khitanan, perkawinan, kematian dan lain sebagainya.
Istilah kekerabatan yang dipakai oleh masyarakat Desa Kudu Banjar sama dengan
istilah kekerabatan yang dipakai oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Masyarakat Desa
Kudu Banjar mengenal klasifikasi kekerabatan berdasarkan generasi (keturunan ), seperti
orang Jawa pada umumnya.
Generasi keatas:
1.

Wong tuwa-tiyang sepuh(orang tua bapak/ibu);

2.

Embah(kakek-nenek);

3.

Buyut;

4.

Canggah;

5.

Wareng;

6.

udheg udheg;

7.

Gantung siwur;

8.

Gropak senthe;

9.

Debog bosok;

10.

Galih asem.

Generasi kebawah:
1.

Anak / putra;

2.

Putu / wayah;

3.

Buyut;

4.

Canggah.

5.

Wareng.

6.

idheg udheg,

7.

Gantung siwur.

8.

Gropak senthe,

9.

Debog bosok.

10.

Galih asem,
Disamping istilah-istilah kekerabatan yang berdasarkan generasi-generasi tersebut,

masyarakat Desa Kudu Banjar juga mengenal istilah kekerabatan untuk menyebut seseorang
di dalam kelompok kerabatannya, adalah sebagai berikut :

Istilah mbahkung/simbah kakung/mbah lanang diberikan ego untuk menyebut orang


tua laki-laki ayah atau ibu.

Istilah simbah putri/mbah wedok/mbahdok diberikan ego untuk menyebut orang tua
perempuan ayah atau ibu.

Istilah Ibu/simbok/mak/biyung diberikan ego untuk menyebut orang tua perempuan


ego.

Istilah bapak/pak diberikan ego untuk menyebut orang tua laki-laki ego.

Istilah adi/adik / thole/le diberikan ego untuk memanggil kepada saudara laki-laki
muda ego.

Istilah genduk/ndhuk/adi diberikan ego untuk memanggil saudara perempuan muda


ego.

Istilah kakang/kang/mas/cak/cacak diberikan ego untuk memanggil saudara laki-laki


yang lebih tua dari pada ego.

Istilah mbakyu/yu/mbak diberikan ego untuk memanggil saudara perempuan yang


lebih tua dari pada ego.

Istilah pakdhe/siwa/pakpuh untuk menyebut kakak laki- laki ayah atau ibu ego.

Istilah mbokdhe/budhe/siwa/bupuh untuk menyebut kakak perempuan ayah atau ibu


ego.

Istilah pak cilik/paklik/paman/lik untuk menyebut adik laki-laki ayah atau ibu ego.

Istilah mbok cilik/mboklik/bibek/bek untuk menyebut adik perempuan ayah atau ibu
ego.

Disamping istilah-istilah kekerabatan tersebut diatas, masyarakat Desa Kudu


Banjar juga mengenal istilah kekerabatan yang berdasar batas keanggotaan dari kelompok
kerabatnya, adalah sebagai berikut:
Istilah keponakan diberikan kepada anak saudara laki-laki atau saudara perempuan ego.
Istilah nak sanak/nak ndulur untuk menyebut saudara sepupu ego. Istilah misanan diberikan
kepada cucu-cucu saudara sekandung ayah atau ibu ego, ((generasi yang sama-sama satu
buyut dengan ego). Kemudian didalam masyarakat Desa Kudu Banjar juga dikenal istilah
kekerabatan yang berdasar ikatan perkawinan istilah kekerabatan ini adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Istilah bojo/garwo untuk menyebut suami atau isteri ego;


Istilah morotuwo untuk menyebut ayah/ibu dari suami/istrl ego;
Istilah mantu untuk menyebut suami/istri anak ego;
Istilah besan untuk menyebut orang tua menantu ego;
Istilah ipe untuk menyebut saudara sekandung suami/istri ego dan suami istri saudara

sekandung ego;
f. Istilah pripean untuk menyebut suami/istri ipe ego.

BAB III
Simpulan
Suatu negara dengan negara lain pasti memiliki adat dan aturan yang berbeda, begitu
pula desa. Sesuai dengan peribahasa dalam bahasa Jawa Negara mawa tata, Desa mawa
cara yang artinya setiap desa atau bahkan negara, memiliki tata aturan, adat dan hukum
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kegiatan yang dimana berusaha
mengetahui karakteristik suatu daerah. Desa Kudu Banjar adalah desa yang terletak di
Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Dengan jumlah penduduk 3222 pada
tahun 2010. Etnografi Desa Kudu Banjar adalah salah satu upaya untuk mengetahui
bagaimana suatu adat dan tata aturan dalam masyarakat desa , khususnya Desa Kudu Banjar.
Etnografi Desa Kudu banjar ini dapat membantu pemerintah dalam mengatasi semua
masalah kesejahteraan masyarakat. Seperti daftar tabel yang memberikan informasi mengenai
berapa jumlah penduduk dan jumlah sarana dan prasarana. Pemeritah akan dengan mudah
memutuskan, apa yang dibutuhkan oleh desa tersebut. Dan manfaat lain etnografi ini adalah
menunjukkan bahwa negara Indonesia ini kaya akan budaya dan adta istiadat, meski mereka
masih mepertahankan adat tetapi mereka tetap dapat mengikuti perkembangan zaman yang
semakin maju.

Saran
Hendaknya adanya penelitian lanjutan yang dimana dapat memberikan informasi
secara detail mengenai Desa Kudu Banjar. Dan hendaknya pemerintah kabupaten
memberikan dorongan terhadap program ini karena dapat membantu pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan di Desa Kudu Banjar, serta mampu memberikan kebutuhan apa
saja yang perlu dibutuhkan oleh masyarakat Desa Kudu banjar.
Tidak hanya Desa Kudu Banjar saja, tapi melainkan daerah lain pula. Terutama daerah
terpencil yang jauh dari kota. Dengan adanya demikian maka kemakmuran, kesejahteraan,
dan keamanan dapat tercipta dengan sendirinya. Jadi perlu diadakan penelitian etnografi
serupa yang dilakukan oleh pemerintah daerah serta diawasi pula oleh pemerintah agar sesuai
dengan harapan pemerintah

Daftar Pustaka
Kantor Balai Desa Kudu Banjar
KBBI

offline

(Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

Luar

Jaringan)

mengacu

pada

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/
Raffles, Thomas Stamford. 2014. The History of Java (edisi hard cover) . Yogyakarta: Narasi

Anda mungkin juga menyukai