Disusun Oleh:
Achmad Fatoni (14040284073)
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas
segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga pennyusun dapat menyelesaikan
laporan hasil penelitian ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu perjuangan
beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan laporan hasil penelitian ini adalah merupakan salah satu tugas ujian
sumatif semester 1 antropologi budaya. Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini,
tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil. Oleh
karena itu penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
banyak memberikan bantuan, dorongan serta motivasi sehingga laporan hasil penelitian ini
dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya
hanya
kepada
Allah
SWT
kita
kembalikan
semua
urusan
dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penyusun dan para
pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya,
amin.
Surabaya, 1 Januari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................
.................................................................................
10
12
28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia terkenal dengan masyarakat yang memiliki kebudayaan yang
beraneka ragam. Pada setiap daerahnya, masyarakat kita mengembangkan kebudayaannya
masing-masing. Kebudayaan yang dikembangkan di daerah-daerah tersebut biasa disebut
dengan istilah kebudayaan lokal. Kebudayaan umat manusia yang bersifat lokal tersebut
memiliki tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Ke tujuh unsur tersebut adalah
Sistem Bahasa, Sistem Teknologi, Sistem Mata Pencaharian, Sistem Organisasi Sosial,
Sistem Pengetahuan, Sistem Religi, dan Sistem Kesenian
Di Kabupaten Jombang sendiri, pada tiap-tiap desanya memiliki kebudayaan yang
hampir berbeda-beda. Salah satu desa yang memiliki kebudayaaan yang khas di Jombang
adalah Desa Kudu Banjar. Untuk mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki oleh
Desa Kudu Banjar maka diperlukan adanya penelitian Etnografi agar dapat memahami
pandangan hidup dari sudut pandang Penduduk Asli atau pelaku kebudayaan terhadap
dunianya.
Kajian Etnografi yang dilakukan adalah untuk mengetahui tujuh unsur kebudayaan
universal yang ada di Desa Kudu Banjar. Namun dalam kajian berikut tidak membahas tujuh
unsur tersebut, melainkan disesuaikan dengan tabel yang berada di akhir bab.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana lokasi, lingkungan alam dan demografi Desa Kudu Banjar?
1.2.2. Bagaimana asal mula dan sejarah Desa Kudu Banjar?
1.2.3. Bagaimana demografi yang ada di desa Kudu Banjar?
1.2.4. Bagaimana kondisi sosial ekonomi Desa Kudu Banjar?
1.2.5. Bagaimana kondisi transportasi di Desa Kudu Banjar?
1.2.6. Bagaimana religi yang dianut oleh masyarakat Desa Kudu Banjar?
1.2.7. Bagaimana kesenian dan hiburan di Desa Kudu Banjar?
1.2.8. Bagaimana mata pencaharian keseharian di Desa Kudu Banjar?
1.2.9. Bagaimana bahasa dan dialek yang digunakan di Desa Kudu Banjar?
1.2.10. Bagaimana ilmu pengetahuan yang ada di Desa Kudu Banjar?
1.2.11. Bagaimana kekerabatan yang ada di Desa Kudu Banjar?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
Dusun Kudu
Dusun Ketapang Lor
Dusun Banjarejo
Dusun Ketapang Kidul
Ceritera berawal dari adanya seseorang yang bernama Mbah Jenggot (hanya sebutan
oleh warga karena warga tidak mengenal nama asli beliau). Beliau adalah seorang pertapa
yang memiliki kesaktian yang tinggi, beliau mulai membabat hutan dari utara yakni dari
perbatasan Desa Kudu Banjar dengan Desa Sumbernongko sampai perbatasan Desa Kudu
Dengan Menturus, namun beliau terlalu luas dalam membabat hutan yakni ke selatan (sampai
Desa Menturus tepatnya Dusun Sido Karang), sehingga beliau membagi dua, sebelah selatan
dan sebelah utara. Sebelah selatan yang melewati batasnya dijadikan pekarangan yang kelak
akan berubah nama menjadi Desa Sido Karang, sedang sebelah utara dijadikan tempat
peristirahatan, dengan pusatnya di tengah-tengahnya sebuah sumur, yang sekarang dikenal
masyarakat Desa Kudu Banjar dengan Sumur Brumbon atau Sumur Bumbong. Di sekitarsekitar sumur ini kemudian, beliau menanam buah mengkudu yang banyak dan ditata secara
berbanjar, pohon mengkudu ini digunakan sebagai tempat berteduh dari panasnya sinar
matahari dan beristirahat ketika beliau tersebut lelah dalam perjalanan dari bertapanya atau
saat akan berangkat menuju pertapaan. Dengan adanya sumur Brumbon atau Bumbong ini
maka muncullah beberapa rumah disekitar sumur karena digunakan sebagai sumber air dan
lama kelamaan berkembang semakin banyaklah rumah-rumah di sekitar sumur dan akhirnya
menjadi sebuah desa, dengan nama Desa Kudu Banjar, yang diambilkan nama dari pohon
mengkudu (Jawa : Kudu / Pace) yang ditata secara berbanjar di sekitar area Sumur Brumbon,
jadi Kudu Banjar berarti Pohon mengkudu(Kudu) yang berbanjar-banjar. Dan yang diangkat
menjadi lurah pertama adalah Bapak Mertoprawiro, beliau adalah kakek dari Ibu Hani dan
nama beliau sekarang diabadikan sebagai nama jalan utama desa.
2.3. Demografi
Demografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang susunan,
jumlah, dan perkembangan penduduk; ilmu yang memberikan uraian atau gambaran statistik
mengenai suatu bangsa dilihat dari sudut sosial politik; ilmu kependudukan; berikut adalah
penjelasan mengenai jumlah penduduk, komposisi penduduk, mobilitas dan jumlah KK yang
ada di Desa Kudu Banjar:
Desa adalah suatu wilayah yang terdiri dari kumpulan keluarga yang memiliki
pemerintahan sendiri dimana kekuasaan tertinggi terletak di tangan Kepala Desa. Setiap desa
terdiri dari satuan dusun yang dikepalai oleh Kepala Dusun (kasun), sedang dusun terdiri dari
kumpulan beberapa Rukun Warga (RW), dan RW terdiri dari Rukun Tetangga. Begitu pula
Desa Kudu Banjar yang menerapkan sistem pemerintahan tersebut. Jumlah penduduk Desa
Kudu Banjar dengan total 3222 jiwa pada tahun 2010 dengan kepadatan penduduk 8,36
Jiwa/Km dan terbagi dalam 951 KK. Berdasarkan komposisi penduduk, umur dan kelamin
dapat diketahui jumlah penduduk dengan tabel berikut:
Umur
Laki-Laki
1-10
159 orang
11-20
190 orang
21-30
210 orang
31-40
240 orang
41-50
296 orang
51-60
272 orang
61-70
201 orang
70 ke atas
23 orang
Jumlah
1591
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)
Perempuan
157 orang
211 orang
208 orang
240 orang
298 orang
271 orang
233 orang
13 orang
1631
Jumlah
316
401
418
480
594
543
434
36
3222
Dari tabel dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah warga terbanyak berkisar antara
umur 41-50. Data tersebut terbagi lagi dalam penduduk tetap, penduduk pendatang, penduduk
migrasi, kelahiran dan kematian. Berikut pembagian berdasar status masyarakat Desa Kudu
Banjar:
Jenis Status
Jumlah Warga
Penduduk Tetap
3192 orang
Penduduk Pendatang
8 orang
Penduduk yang Pindah
10 orang
Penduduk yang Lahir
8 orang
Penduduk yang Meninggal
4 orang
Jumlah
3222 orang
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)
Prosentase
99,06%
0,24%
0,31%
0,24%
0,15%
100%
Dari tabel dapat disimpulkan pertambahan dan pengurangan penduduk yang lebih
banyak adalah pengurangan penduduk melalui penduduk yang pindah ke desa/kota lain
sebanyak 10 orang. Sedang menurut pertambahan penduduk, terjadi cukup sedikit
pertambahan dilihat dari pendatang dan kelahiran yang berjumlah 16 orang. Dengan adanya
penduduk yang banyak maka pemenuhan akan sandang, pangan, dan papan tidak dapat
dihindari, oleh karena itu seseorang membutuhkan pekerjaan dalam mewujudkan sandang,
pangan, dan papan tersebut. Dan berikut adalah pekerjaan-pekerjaan yang menjadi profesi
keseharian masyarakat Desa Kudu Banjar:
Jenis Pekerjaan
Jumlah Pekerja
Buruh Tani dan Petani
425 orang
Wiraswasta
305 orang
Pegawai Swasta
69 orang
PNS
28 orang
TNI/POLRI
5 orang
Jumlah
832 orang
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)
Prosentase
13,19%
9,46%
2,14%
0,86%
0,15%
25,80%
Tabel di atas hanya 25,80% dari total keseluruhan. Sedang yang belum dimasukkan
dalam data tersebut sebanyak 74,2% adalah penduduk bukan angkatan kerja, bukan angkatan
kerja di bagi menjadi dua yakni usia prasekolah dan sekolah serta penduduk usia 65 tahun ke
atas. Dengan banyak buruh tani dan petani, menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kudu
Banjar adalah masyarakat agraris yang bekerja sebagai petani dan tidak memiliki sawah
(buruh tani), pemilik sawah hanya dimiliki oleh golongan petani, namun tidak dapat
dipungkiri jika golongan lain memiliki sawah juga seperti pedagang, wiraswasta, dan PNS.
Mereka memiliki sawah digunakan sampingan hasil kerja agar penghasilan kerja dapat
maksimal. Dengan adanya perbedaan profesi kerja di Desa Kudu Banjar, tinggi rendahnya
profesi bisa berdasar dari tinggi rendahnya tigkat pendidikan pula di Desa Kudu Banjar.
Berikut adalah komposisi pendidikan di Desa Kudu Banjar:
Jenis Sekolah
PAUD
TK
Jumlah Sekolah
1
2
SD
SMP
1
SMA
1
Jumlah
7
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)
Nama Sekolah
PAUD Tunas Bangsa
TK KARTIKA IV-53
TK Linggar Jati
SDN Kudu Banjar 1
SDN Kudu Banjar 2
SMPN 1 Kudu
SMA Kosgoro
-
Dari tabel dapat diketahui jika di Desa Kudu Banjar sudah memiliki sarana desa yang
memadai, dimana sudah lengkap sarana pendidikan di Desa Kudu Banjar. Namun berikut ini
adalah jumlah lulusan yang ada di Desa Kudu Banjar, semakin tinggi lulusan pendidikan
maka semakin tinggi pula kesempatan kerja yang akan didapat. Namun tidak semua
pendidikan dapat menjamin kesempatan kerja yang layak, yang menjadi tolak ukur saat ini
adalah terampil atau tidaknya seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin terampil
dan rajin seseorang maka ia akan semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Berikut jumlah
lulusan di Desa Kudu Banjar:
Jenis Sekolah
Jumlah Lulusan
SD/MI
1085
SMP/MTs
330
SMA/SMK/MA
163
Universitas
56
Jumlah
1634
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)
Prosentase
33,67%
10,24%
5,05%
1,73%
50,71%
Di atas adalah merupakan tabel dari kelulusan yang berjumlah 50,71%, sedang yang
49,29% lagi berada pada penduduk yang masih sekolah, belum sekolah dan tidak tamat. Dari
tabel menunjukkan bahwa jumlah lulusan pendidikan terbanyak di SD, ini menunjukkan
bahwa tingkat kesadaran dalam menuntut ilmu kurang, semakin tinggi pendidikan maka akan
semakin bgaus kualitas suau desa. Begitu pula semakin tinggi pendidikan, maka akan
semakin rendah kesempatan untuk melakukan nikah pada usia dini. Namun tidak hanya itu
saja yang menyebabkan nikah usia dini, tapi juga karena faktor pergaulan bebas oleh generasi
muda yang mengakibatkan sebuah penikahan dini.
Sedang perbandingan keyakinan yang dianut oleh masyarakat Desa Kudu Banjar
dapat diketahui dari tabel berikut:
Agama
Jumlah Penduduk
Islam
3213
Kristen
4
Katolik
5
Hindu
Buddha
Kong Hu Chu
Jumlah
3222
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)
Prosentase
99,72%
0,12%
0,16%
0%
0%
0%
100%
Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Kudu banjar dapat dijelaskan melalui
berbagai jenis, seperti pemanfaatan tanah, yakni pembagian luas tanah menjadi beberapa
bagian dan memiliki fungsi tersendiri, pola pembagian kerja berdasar kepada umur dan seks,
sistem bagi hasil, organisasi sosial yang ada di masyarakat, struktur pemerintahan desa,
stratifikasi, serta tempat-tempat berkumpulnya orang untuk memlaksanakan kegiatan ekonmi.
Berikut akan dijelaskan sesuai yang di atas:
Luas tanah di Desa Kudu Banjar keseluruhan 2,53 Km, dengan pembagian sebagai
berikut:
Pemanfaatan Tanah
Pemukiman/perumaha
Prosentase
8,16%
n
Sawah dan Tegalan
81,67%
Pekarangan
9,68%
Makam
0,39%
Lain-lain
0,1%
Jumlah
100,00%
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)
Luas Tanah
20.500 ha
205.000 ha
24.360 ha
1.500 ha
0,375 ha
251.360 ha
Dengan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Desa Kudu Banjar merupakan
desa potensi pertanian pangan yang terlihat dari luasnya tanah untuk sawah dan tegalan.
Tumbuhan yang potensi pertanian pangan di Desa Kudu Banjar adalah padi dan jagung, yang
banyak memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan di wilayah
Kecamatan Kudu dan sekitarnya. Hal ini bisa dilihat dari produksi padi setiap musim panen
raya yang mengalami kenaikan prosentase produksi tonase gabah kering setiap sub round
musim tanam. Tekstur tanah di Desa ini lampungan yang berwarna hitam.
Dengan kondisi alam yang merupakan tanah potensi pertanian pangan, maka akan
membutuhkan banyak tenaga kerja untuk menggarap sawah yang luas. Dengan adanya
pembagian kerja maka akan terjadinya keseimbangan dalam hal pekerjaan. Berikut adalah
pola pembagian kerja berdasarkan umur dan seks:
Berdasar umur dan seks:
Umur
0-10
11-20
21-30
31-40
Laki-Laki
- orang
73 orang
210 orang
240 orang
Perempuan
- orang
95 orang
208 orang
240 orang
41-50
296 orang
51-60
272 orang
61-70
134 orang
70 ke atas
- orang
Jumlah
1225
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)
298 orang
271 orang
128 orang
- orang
1240
Dari data di atas menunjukkan bahwa potensi kerja penduduk berada pada kisaran
umur 11-20 sampai 61-70. Menurut detail dari Desa Kudu Banjar menjelaskan bahwa potensi
kerja dimulai dari umur 18 sampai 65 Sedang sisanya adalah bukan angkatan kerja. Namun
umur produktif di atas kebanyakan bekerja di luar desa sebagai petani, peternak, pekerja
pabrik, wiraswasta, ataupun pegawai pemerintah, sedang yang bukan angkatan kerja yang
berumur antara umur 1 sampai 18 tidak bekerja, melainkan masih belum produktif dan
belajar disekolah. Meski kadang mereka bekerja menggarap sawah-sawah orang tua mereka
sendiri (membantu menanam sampai memanen).
Desa Kudu Banjar mengunakan sistem waktu dan hari dalam teknik bagi hasil. Jika
seorang pekerja buruh tani bekerja sehari penuh dari jam 07.00 sampai 11.00 WIB, maka
total hasil satu hari adalah Rp 14.000,00. Total ini sama antara pekerja buruh tani laki-laki
maupun perempuan.
Terdapat pula organisasi-organisasi di Desa Kudu Banjar, seperti:
a. Karang Taruna
Karang Taruna adalah organisasi para pemuda atau remaja yang ada di desa
atau kelurahan. Karang taruna berfungsi sebagai wadah pembinaan para pemuda
desa atau kelurahan tersebut. Tugas utamanya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
positif seperti kesenian, olahraga, bakti sosial. dll.
b. Badan permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebuah lembaga yang dibentuk
untuk membantu pengaturan dan penyelenggaraan pemerintahan desa. Tugasnya
membuat dan melaksanakan peraturan desa, menyusun anggaran pendapatan dan
belanja desa, menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat.
c. Pos Layanan Terpadu
Pos Layanan Terpadu (Posyandu) didirikan oleh masyarakat untuk
memberikan layanan terpadu kepada warga masyarakatnya, khususnya kesehatan
balita. Kegiatan di posyandu meliputi pemeriksaan kesehatan bayi, penimbangan
bayi, pemberian makanan tambahan, dll.
d. PKK
Jumlah
2 Toko
8 Toko
Letak
Banjar Rejo dan Kudu
Ketapang Lor, Ketapang
3 Toko
17 Warung
2.5. Transportasi
Sebelum adanya transportasi, manusia hanya mengandalkan tenaga manusia dalam
mengangkut barang. Mereka mengangkut barang dengan cara digendong (di bawa dengan
kain dan barang berada di punggung), disunggi (barang di atas kepala), dicangking (barang
dibawa dengan tangan), dan lain-lain. Namun setelah adanya transportasi tradisional, seperti
andong atau dokar dan cikrak. Maka secara tidak langsung manusia membutuhkan adanya
jalan untuk memudahkan dalam mengangkut barang dengan transportasi tradisonal. Dahulu
jalan hanya berupa tanah yang kanan kirinya ditumbuhi rumput, namun semakin
berkembangnya zaman maka kondisi jalan akan semakin baik dengan di digantinya dengan
makadam dan aspal. Kondisi ini terjadi di Desa Kudu Banjar, berikut sarana dan prasarana
fisik beserta kondisi jalan di Desa Kudu Banjar:
Sarana & Prasarana
Sekolah
Tempat Ibadah
Jumlah
7
3 Masjid
Kondisi
Baik
Baik
Komunikasi
7 Mushola
2342 Pengguna Telepon
Tv dan Radio
Seluar
46 Radio
Baik
754 Tv
415 Pompa Bor
Baik
Baik
68 Sumur Gali
Baik
Baik
Keluarga
Kesehatan
Kantor
754 Septietank
Baik
2 Drainase
4 Posyandu
Baik
Baik
2 Bidan Umum
Baik
- Dokter Umum
Baik
1 Ponkesdes
Kepala Desa
Baik
Baik
KUA
Baik
DIKBUD
(Sumber: Kudu Banjar dalam angka 2010)
Baik
Tabel di atas menunjukkan sarana dan prasarana di Desa Kudu Banjar, semua sarana
dan prasarana dalam kondisi baik dan dapat dipakai dengan layak. Berikut adalah sarana dan
prasarana lain yang penting, yakni jalan. Jalan di Desa Kudu Banjar terbagi atas beberapa
jenis beserta kondisi yakni:
Jenis Jalan
Aspal
Jumlah
5
Bahan Jalan
Aspal
Makadam
Paving
Paving
Kondisi
3 Baik
2 Rusak
- Baik
2 Rusak
8 Baik
1 Rusak
Pemilik Per KK
948
948
23
6
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa penggunaan kendaraan bermotor lebih banyak. Ini
disebabkan karena masyarakat membutuhkan kendaraan yang lebih cepat agar semua
pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat pula.
2.6. Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi
religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia
percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang
maaf. Ini adalah merupakan budaya yang patut dicontoh dan dilestarikan. Dimulai
dengan menunggu keputusan dari Kementerian Agama RI mengenai jatuhnya bulan
syawal. Setelah mendengar keputusan Kementerian Agama RI, maka seluruh
masyarakat mengumandangkan takbir sampai sholat Ied pada pagi hari. Masyarakat
biasanya mengumandangkan takbir di masjid dan mushola, namun ada juga yang
sambil mengelilingi kecamatan dengan kendaraan bermotor.
Yang mengumandangkan takbir di mushola kebanyakan kaum laki-laki baik
anak-anak maupun dewasa. Saat malam sudah larut sekitar pukul 10.00 ke atas, ada
beberapa warga yang dengan ikhlas memberi makanan ringan maupun nasi dan
minuman sebagai teman untuk takbiran. Takbiran dilaksanakan sampai masuknya
sholat ied, kemudian sholat ied 2 rakaat dan di akhiri dengan ceramah oleh khotib.
Setelah selesai sholat ied semua orang berjabat tangan dan saling meminta maaf.
Namun saling meminta maaf ini dilakukan lagi di rumah dengan anjang sana.
Biasanya anak-anak yang sudah berkeluarga akan pergi kerumah orang tua mereka
untuk meminta maaf.
Setelah tujuh hari bulan syawal (hari raya idul fitri), maka dilanjutkan lagi
dengan hari raya ketupat. Dimana semua orang membuat ketupat dan lepet.
Selanjutnya ketika malam hari setelah sholat maghrib, semua orang laki-laki yang
menjadi wakil setiap rumah membawa ketupat tersebut ke balai desa. Acara ini sama
dengan maulid nabi Muhammad SAW di Desa Kudu Banjar.
4. Hari Raya Idul Adha
Hari Raya Idul Adha di Desa Kudu Banjar sama dengan Idul Fitri, namun
setelah sholat ied acara dilanjutkan dengan menyebelih hewan kurban yang
disediakan panitia kurban di masjid. Dan ada juga yang menyumbangkan hewan
kurban untuk disembelih oleh panitia kurban masjid.
: Gito
Tanggal Berdiri
: 13 April 2010
Alamat
Jombang
Jumlah Anggota
: 28 Orang
atau
sistem
perekonomian
mereka
untuk
mencukupi
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi
suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya,
pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan
di
daerah
pedesaan
yang
relatif
belum
terpengaruh
oleh
arus
modernisasi.
Telah dijelaskan dalam demografi dan sosial ekonomi bahwa
sebagian besar masyarakat Desa Kudu Banjar adalah seorang buruh tani
dan petani. Berikut adalah keseharian para buruh tani dan petani Desa
Kudu Banjar.
akan
berangkat
ke
sawah,
yang
buruh
tani
perempuan
jagung.
setelah
pukul
17.00
WIB
mereka
pulang
dan
merupakan
sosialnya
sarana
untuk
bagi
berinteraksi
manusia
atau
untuk
memenuhi
berhubungan
dengan
fenomena
sosial
yang
diungkapkan
secara
simbolik,
dan
deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku
bangsa yang bersangkutan beserta variasi-variasi dari bahasa itu. Ciri-ciri
menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara
membandingkannya
dalam
klasifikasi
bahasa-bahasa
sedunia
pada
jawa
yang
dituturkan
di
daerah
Jombang
dan
sekitarnya
Surabaya
dan
Dialek
Mataraman.
Beberapa
kawasan
yang
berbatasan
dengan Nganjuk dan Kediri memilki pengaruh Dialek Mataraman yang banyak memiliki
kesamaan dengan Bahasa Jawa Tengahan. Salah satu ciri khas yang membedakan Dialek
Surabaya dengan Dialek Mataram adalah penggunaan kata arek (sebagai pengganti
kata bocah) dan kata cak (sebagai pengganti kata mas).Berikut adalah perbedaanperbedaan sedikit bahasa di desa Kudu Banjar dan beberapa desa yang
lain di sekitarnya, seperti:
Jawa
Pitk
Pirng
Pitk
Pirng
dan Kidul
Ptk
Prng
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sistem bahasa yang digunakan oleh Desa
Kudu Banjar dengan desa yang lain terdapat perbedaan dalam hal pelafalan bahasa. Namun
pelafalan yang berbeda ini tidak membuat setiap desa saling mengolok-olok tapi melainkan
semakin mempererat tali silaturahmi.
Di Desa Kudu Banjar mengenal sistem tingkatan dalam menggunakan bahasa, sama
seperti bahasa Jawa lainnya yang membagi bahasa Jawa menjadi 3 tingkatan, dimana yang
paling dasar sampai tertinggi sebagai berikut:
1. Basa Jawa Ngoko
Bahasa jawa pada tingkatan ini merupakan paling dasar dalam bahasa Jawa,
meskipun masih ada bahasa yang lebih rendah lagi yakni basa kasaran (tidak
digunakan di Desa Kudu Banjar). Basa jawa ngoko adalah bahasa yang hanya
boleh digunakan oleh orang yang sederajat, seperti antar teman. Bahasa ini tidak
diperkenankan digunakan kepada orang yang lebih tua, atau yang dihormati.
Karena mereka menganggap bahwa bahasa ngoko ini jika digunakan kepada orang
yang lebih tua adalah tidak sopan.
2. Basa Jawa Krama Madya
Terdapat bahasa yang lebih tinggi dari basa ngoko, yaitu basa jawa krama
madya. Bahasa krama madya ini biasa digunakan oleh orang yang derajatnya lebih
tua dari ego, namun tidak digunakan kepada orang yang dihormati.
3. Basa Jawa Krama Inggil
Terdapat pula bahasa tertinggi yang digunakan oleh masyarakat Desa Kudu
banjar yakni krama inggil, meski terdapat bahasa yang lebih tinggi lagi yang
disebut krama kratonan namun bahasa ini tidak digunakan oleh masyarakat.
Bahasa ini digunakan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang dituakan,
atau bawahan kepada atasan, atau bisa pula rakyat kepada pemimpin
pemerintahan.
Berikut beberapa contoh bahasa jawa ngoko, krama madya, dan kromo inggil,
beserta penggunaan:
Bahasa Indonesia
Bahasa Jawa
Bahasa Jawa
Bahasa Jawa
Kamu, anda
Makan
Beli
Ngoko
Kowe
Mangan
Tuku
Krama Madya
Sampean
Nedho
Tumbas
Krama Inggil
Panjenengan
Dhahar
Mundhut
Penggunaan bahasa jawa ngoko, krama madya, dan krama inggil sebagai
berikut:
Mbak, kamu hendak pergi kemana? (bahasa Indonesia)
batasannya
karena
mencakup
pengetahuan
manusia
tentang
Koentjaraningrat,
setiap
suku
bangsa
di
dunia
memiliki
a. Alam sekitarnya;
b. Tumbuhan yang
tumbuh
di
sekitar
daerah
tempat
tinggalnya;
c. Binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d. Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda
dalam
lingkungan;
e. Tubuh manusia;
f. Sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. Ruang dan waktu.
Namun dari ketujuh pengetahuan di atas, akan dibahas menjadi empat pengetahuan
dasar, yakni:
a. Tempat-tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat sekitar
Ada satu tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat Desa Kudu Banjar,
yakni sumur Brumbon atau sumur Bumbong. Sumur ini adalah satu-satunya
sumur tertua di Desa Kudu Banjar. Dibangun oleh pertapa sakti, orang-orang biasa
menyebut beliau dengan sebutan Mbah Jenggot. Tempat ini terdapat sebuah
sumur, dan pohon beringin besar yang berada di sebelah selatan sumur, serta
sebuah patung Ganesha (penduduk sekitar menyebutnya patung Gajah Biru). Di
tempat ini biasanya diadakan selamatan, bagi orang yang hendak melakukan
hajatan, seperti nikah atau khitan. Yang dibawa ke tempat ini adalah nasi tumpeng
beserta lauk, merang (batang padi yang sudah kering), dupa, dan bunga.
b. Teknologi
Seiring perkembangan zaman maka setiap manusia akan senantiasa
mengikutinya dengan cepat. Begitu pula masyarakat Desa Kudu Banjar yang
sudah mengerti akan perkembangan teknologi. Sesuai dengan tabel di atas
mengenai sarana dan prasarana menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kudu
Banjar adalah masyarakat yang mengikuti perkembangan zaman, namun sampai
sekarang mereka juga tidak melupakan adat yang mengakar kuat di masyarakat.
c. Obat-obatan
Obat adalah penawar penyakit. Masyarakat Desa Kudu Banjar mengenal betul
akan tanaman-tanaman yang berkhasiat obat. Mereka menanam tanaman obat
keluarga di pekarangan mereka dengan berbagai tanaman. Seperti daun sirih hijau,
daun sirih merah, binahong, temu lawak, jahe, serai, dan lain-lain. Mereka
memanfaatkan itu semua sebagai obat yang menyehatkan. Mereka juga mengenal
jamu, salah satu minuman terkenal di Indonesia yang sudah di resmikan UNESCO
sebagai warisan dunia milik Indonesia. Di Desa Kudu Banjar terdapat seseorang
yang menjual jamu keliling. Beliau bernama ibu ...... beliau menjajakan jamunya
dengan sepeda ontel.
d. Lingkungan.
Masyarakat Desa Kudu Banjar juga mengenal lingkungan mereka. Mereka
mengetahui kapan akan adanya musim tanam dan panen. Mereka mengetahui
lingkungan ini dengan pranatamangsa yang telah di jelaskan di atas.
2.11. Kekerabatan
Kekerabatan berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia:
kerabat n 1 yg dekat (pertalian keluarga); sedarah sedaging: masih -- dng engkau; 2 keluarga; sanak
saudara: kaum --; 3 keturunan dr induk yg sama yg dihasilkan dr gamet yg berbeda;
-- angkat Antr kerabat yg berdasarkan adat atau hukum tt adopsi yg berlaku dl suatu masyarakat;
-- kawin Antr kerabat berdasarkan ikatan perkawinan;
-- kerja sekelompok petugas sepekerjaan yg tergabung sementara untuk melaksanakan tugas yg sama;
-- sebagian Ikn keturunan yg hanya mempunyai satu induk sama;
-- sedarah Antr kerabat berdasarkan hubungan darah;
berkerabat v mempunyai hubungan keluarga: ia masih ~ denganku;
kekerabatan n 1 perihal berkerabat; 2 Ling hubungan antara dua bahasa atau lebih yg diturunkan dr
sumber yg sama
Sistem kekerabatan di dalam masyarakat Desa Kudu Banjar, sama seperti masyarakat
Jawa pada umumnya yaitu bilateral, dimana lingkungan pergaulan individu dalam masyarakat
meliputi kerabat dari pihak ayah maupun kerabat dari pihak ibu mereka. Jadi dalam sistem
kekerabatan ini hubungan anak dengan sanak kandung pihak ayah sederajat dengan hubungan
anak terhadap sanak kandumg pihak ibu.
Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga batih yang dalam istilah
antropologi disebut dengan istilah nuclear family yang agggotanya terdiri ayah (suami) , ibu
(istri) dan anak-anaknya yang belum kawin. Ayah berkedudukan sebagai kepala keluarga,
tetapi ada kalanya seorang ibupun dapat menjadi kepala keluarga. Hal ini akan terjadi apabila
suami meninggal dumia Disamping keluarga batih, di Desa Kudu Banjar juga dapat kita
jumpai bentuk kelompok kekerabatan yang disebut sanak sedulur.
Bentuk kelompok kekerabatan ini dalam ilmu antropologi disebut kindred. Kindred
ini merupakan suatu kesatuan kaum kerabat yang anggotanya terdiri dari saudara sekandung,
saudara sepupu dari pihak ayah maupun ibu, paman-paman dan bibi-bibi baik dari pihak ayah
maupun ibu, kakak ayah maupun kakak ibu, serta saudara-saudara dari pihak suami maupun
istri.
Tetapi dalam kenyataannya biasanya mereka yang bertempat tinggal berdekatan saja
yang mampak nyata sebagai anggota kindred. Anggota kindred akan berkumpul bila salah
seorang anggotanya mengadakan upacara didalam lingkaran hidup individu, misalnya pada
saat kelahiran, khitanan, perkawinan, kematian dan lain sebagainya.
Istilah kekerabatan yang dipakai oleh masyarakat Desa Kudu Banjar sama dengan
istilah kekerabatan yang dipakai oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Masyarakat Desa
Kudu Banjar mengenal klasifikasi kekerabatan berdasarkan generasi (keturunan ), seperti
orang Jawa pada umumnya.
Generasi keatas:
1.
2.
Embah(kakek-nenek);
3.
Buyut;
4.
Canggah;
5.
Wareng;
6.
udheg udheg;
7.
Gantung siwur;
8.
Gropak senthe;
9.
Debog bosok;
10.
Galih asem.
Generasi kebawah:
1.
Anak / putra;
2.
Putu / wayah;
3.
Buyut;
4.
Canggah.
5.
Wareng.
6.
idheg udheg,
7.
Gantung siwur.
8.
Gropak senthe,
9.
Debog bosok.
10.
Galih asem,
Disamping istilah-istilah kekerabatan yang berdasarkan generasi-generasi tersebut,
masyarakat Desa Kudu Banjar juga mengenal istilah kekerabatan untuk menyebut seseorang
di dalam kelompok kerabatannya, adalah sebagai berikut :
Istilah simbah putri/mbah wedok/mbahdok diberikan ego untuk menyebut orang tua
perempuan ayah atau ibu.
Istilah bapak/pak diberikan ego untuk menyebut orang tua laki-laki ego.
Istilah adi/adik / thole/le diberikan ego untuk memanggil kepada saudara laki-laki
muda ego.
Istilah pakdhe/siwa/pakpuh untuk menyebut kakak laki- laki ayah atau ibu ego.
Istilah pak cilik/paklik/paman/lik untuk menyebut adik laki-laki ayah atau ibu ego.
Istilah mbok cilik/mboklik/bibek/bek untuk menyebut adik perempuan ayah atau ibu
ego.
sekandung ego;
f. Istilah pripean untuk menyebut suami/istri ipe ego.
BAB III
Simpulan
Suatu negara dengan negara lain pasti memiliki adat dan aturan yang berbeda, begitu
pula desa. Sesuai dengan peribahasa dalam bahasa Jawa Negara mawa tata, Desa mawa
cara yang artinya setiap desa atau bahkan negara, memiliki tata aturan, adat dan hukum
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kegiatan yang dimana berusaha
mengetahui karakteristik suatu daerah. Desa Kudu Banjar adalah desa yang terletak di
Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Dengan jumlah penduduk 3222 pada
tahun 2010. Etnografi Desa Kudu Banjar adalah salah satu upaya untuk mengetahui
bagaimana suatu adat dan tata aturan dalam masyarakat desa , khususnya Desa Kudu Banjar.
Etnografi Desa Kudu banjar ini dapat membantu pemerintah dalam mengatasi semua
masalah kesejahteraan masyarakat. Seperti daftar tabel yang memberikan informasi mengenai
berapa jumlah penduduk dan jumlah sarana dan prasarana. Pemeritah akan dengan mudah
memutuskan, apa yang dibutuhkan oleh desa tersebut. Dan manfaat lain etnografi ini adalah
menunjukkan bahwa negara Indonesia ini kaya akan budaya dan adta istiadat, meski mereka
masih mepertahankan adat tetapi mereka tetap dapat mengikuti perkembangan zaman yang
semakin maju.
Saran
Hendaknya adanya penelitian lanjutan yang dimana dapat memberikan informasi
secara detail mengenai Desa Kudu Banjar. Dan hendaknya pemerintah kabupaten
memberikan dorongan terhadap program ini karena dapat membantu pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan di Desa Kudu Banjar, serta mampu memberikan kebutuhan apa
saja yang perlu dibutuhkan oleh masyarakat Desa Kudu banjar.
Tidak hanya Desa Kudu Banjar saja, tapi melainkan daerah lain pula. Terutama daerah
terpencil yang jauh dari kota. Dengan adanya demikian maka kemakmuran, kesejahteraan,
dan keamanan dapat tercipta dengan sendirinya. Jadi perlu diadakan penelitian etnografi
serupa yang dilakukan oleh pemerintah daerah serta diawasi pula oleh pemerintah agar sesuai
dengan harapan pemerintah
Daftar Pustaka
Kantor Balai Desa Kudu Banjar
KBBI
offline
(Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
Luar
Jaringan)
mengacu
pada
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/
Raffles, Thomas Stamford. 2014. The History of Java (edisi hard cover) . Yogyakarta: Narasi