mengandung banyak serat-serat dan bekas kayu tanaman. Tanah gambut kurang
subur, sehingga hasil tanaman rendah. Di samping tanahnya asam, air tanahnya
juga asam. Jika pirit dalam lapisan tanah mineral di bawah gambut terkena
udara,maka air dapat menjadi lebih asam lagi. Air bisa mengalir dengan mudah di
dalamgambut, bahkan bisa bocor ke luar melalui tanggul sehingga petakan sawah
cepatmenjadi kering bila tidak diairi secara teratur. Sulit membuat lapisan olah
untuk menahan air di dalam petak sawah. Gambut yang selalu basah biasanya
masih"mentah" sehingga zat-zat yang dibutuhkan tanaman tidak tersedia. Untuk itu
gambut ini perlu dimatangkan agar lebih bermanfaat untuk tanaman.
Berdasarkan ketebalannya, gambut dibedakan menjadi empat tipe :
1. Gambut Dangkal, dengan ketebalan 0.5 1.0 m
2. Gambut Sedang, memiliki ketebalan 1.0 2.0 m
3. Gambut Dalam, dengan ketebalan 2.0 3.0 m
4. Gambut Sangat Dalam, yang memiliki ketebalan melebihi 3.0 m
Sedangkan berdasarkan kematangannya, gambut dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu :
1. Fibrik : bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasi atau sedikit mengalami
dekomposisi
2. Hemik : apabila tingkat dekomposisinya sedang
3. Saprik : apabila bahan vegetasi aslinya mengalami tingkat dekomposisi lanjut/
tinggi.
Tanah gambut umumnya memiliki kesuburan yang rendah, ditandai dengan
pH rendah (masam), ketersediaan sejumlah unsur hara makro (K, Ca, Mg, P) dan
mikro (Cu, Zn, Mn, dan B) yang rendah, mengandung asam-asam organik yang
beracun, serta memiliki Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang tinggi tetapi Kejenuhan
Basa (KB) rendah. KTK yang tinggi dan KB yang rendah menyebabkan pH rendah
dan sejumlah pupuk yang diberikan ke dalam tanah relative sulit diambil oleh
tanaman. Tingkat kesuburan tanah gambut dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara
umum, gambut yang berasal dari tumbuhan berbatang lunak lebih subur dari pada
gambut yang berasal dari tumbuhan berkayu. Gambut yang lebih matang lebih
subur dari pada gambut yang belum matang. Gambut yang mendapat luapan air
sungai atau air payau lebih subur dari pada gambut yang hanya memperoleh
luapan atau curahan air hujan. Gambut yang terbentuk di atas lapisan liat/lumpur
lebih subur dari pada yang terdapat di atas lapisan pasir. Gambut dangkal lebih
subur dari pada gambut dalam. Untuk mengatasi masalah kandungan asam-asam
organik yang beracun biasanya dilakukan drainase dengan membuat saluran
drainase intensif atau saluran cacing. Sedangkan untuk mengatasi masalah
kesuburan lainnya digunakan pupuk (makro dan mikro) dan bahan amelioran. Pupuk
mikro digunakan pada tanah gambut dengan kedalaman lebih dari 1 m. Bahan
amelioran adalah bahan yang mampu memperbaiki atau membenahi kondisi fisik
dan kesuburan tanah. Beberapa contoh bahan amelioran yang sering digunakan
adalah kapur, tanah mineral, pupuk kandang, kompos, dan abu. Tanah gambut yang
sangat tidak subur (contoh: gambut sangat dalam, gambut di atas pasir kuarsa)
membutuhkan amelioran dan pupuk yang sangat banyak. Akibatnya, biaya yang
dikeluarkan untuk usahatani tidak sebanding dengan produksi yang dihasilkan.
Sifat Fisik Tanah
Gambut Sifat fisik tanah gambut merupakan faktor yang sangat menentukan
tingkat produktivitas tanaman yang diusahakan pada lahan gambut, karena
menentukan kondisi aerasi, drainase, daya menahan beban, serta tingkat atau
potensi degradasi lahan gambut. Dalam pemanfaatan lahan gambut untuk
pertanian, karakteristik atau sifat fisik gambut yang penting untuk dipelajari adalah
kematangan gambut, kadar air, berat isi (bulk density), daya menahan beban
(bearing capacity), penurunan permukaan tanah (subsidence).
1. Kematangan Gambut
Kematangan gambut diartikan sebagai tingkat pelapukan bahan organik yang
menjadi komponen utama dari tanah gambut. Kematangan gambut sangat
menentukan tingkat produktivitas lahan gambut, karena sangat berpengaruh
terhadap
tingkat
kesuburan
hara.
Ketersediaan hara pada lahan gambut yang lebih matang relatif lebih tinggi
dibandingkan lahan gambut mentah. Struktur gambut yang relatif lebih
matang juga lebih baik, sehingga lebih menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman.
Oleh
karena
itu,
tingkat
kematangan
gambut
merupakan
menyebabkan gambut mampu menyerap air dalam jumlah yang relatif tinggi.
menyatakan air yang terkandung dalam tanah gambut bisa mencapai 3003.000% bobot keringnya, jauh lebih tinggi dibanding dengan tanah mineral
yang kemampuan menyerap airnya hanya berkisar 20-35% bobot keringnya.
kadar air gambut pada kisaran yang lebih rendah yaitu 100-1.300%, yang
artinya gambut mampu menyerap air 1 sampai 13 kali bobotnya.
3. Berat Isi (Bulk Density)
Berat isi (bulk density) atau sering disebut juga dengan istilah berat volume
merupakan sifat fisik tanah yang menunjukkan berat massa padatan dalam
suatu volume tertentu. Berat isi atau BD umumnya dinyatakan dalam satuan
g cm-3 atau kg dm-3 atau t m -3 . BD merupakan sifat fisik tanah yang paling
sering dianalisis, karena bisa dijadikan gambaran awal dari sifat fisik tanah
lainnya seperti porositas, bearing capacity, dan potensi daya menyimpan air.
Tanah dengan nilai BD relatif rendah umumnya mempunyai porositas yang
tinggi, sehingga potensi menyerap dan menyalurkan air menjadi tinggi,
namun jika nilai BD terlalu rendah menyebabkan tanah mempunyai daya
menahan beban (bearing capacity) yang rendah.
4. Subsiden
Subsiden (subsidence) atau penurunan permukaan lahan merupakan kondisi
fisik yang sering dialami lahan gambut yang telah didrainase. Proses drainase
menyebabkan air yang berada di antara massa gambut mengalir keluar
(utamanya bagian air yang bisa mengalir dengan kekuatan gravitasi), akibat
proses ini gambut mengempis atau mengalami penyusutan. Subsiden juga
bisa
terjadi
akibat
massa
gambut
mengalami
pengerutan
akibat
berkurangnya air yang terkandung dalam bahan gambut. Proses lainnya yang
menyebabkan penurunan permukaan gambut adalah proses pelapukan
(dekomposisi).
5. Daya Menahan Beban (Bearing Capacity)
Daya menahan beban (bearing capacity) gambut yang tergolong rendah
merupakan
karakteristik
tanah
gambut
yang
sering
menjadi
faktor
tanah
gambut.
Oleh
karena
itu
drainase
selain
bertujuan
untuk
terjadi
defisiensi.
Pembentukan
senyawa
organik-metalik