PENDAHULUAN
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di
epitelum (tubuli) seminefri dibawah kontrol hormon gonadothropin dan hipofisis
(pituitaria bagian depan). Tubuli seminefri ini terdiri atas sel setroli dan sel
germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogonial,
fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13-14 hari
(Yuwanta, 2004). Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa
(tunggal : spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan, yaitu
testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang
bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati
sebuah proses
adalah
tahap
awal
dari
secara meiosis menjadi spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa
disingkat proses pembelahan sel dari spermatogonium menjadi spermatid.
b. Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi
sperma yang dewasa. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan
membutuhkan waktu selama 2 hari. Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan golgi,
axon ema dan kondensasi DNA, 2) Pembentukan cap akrosom, 3) pembentukan
bagian ekor, 4) Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel Sertoli.
c. Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli
ke lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum
memiliki kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini
ditranspor dalam cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju
epididimis karena kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak dalam
saluran epidimis namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan
karena motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot
saluran.
Ada dua fase atau tahap spermatogenesis :
1)
bagian tengah sperma mempunyai panjang satu setengah sampai dua kali panjang
kepala, 10,0 sampai 15,0 mikron dan diameter sekitar 1,0 mikron pada semua
species. Ekor spermatozoa adalah 35,0 sampai 45,0 mikron panjang dan 0,4
sampai 0,8 mikron diameter. Panjang keseluruhan spermatozoa pada hewan
peliharaan mencapai 50 sampai 70 mikron.
Permukaan sperma dibungkus oleh suatu membran lipoprotein. Apabilaa
sel tersebut mati, permeabilitas membrannya meninggi, terutama di daerah
pangkal kepala, dan hal ini merupakan dasar pewarnaan semen yang membedakan
sperma hidup dari yang mati. Zat warna yang umum dipakai adalah eosin atau
merah Kongo terhadap latar belakang hitam dari negrosin.
Kepala Sperma
Kepala spermatozoa berbentuk oval memanjang, lebar, dan datar pada satu
pandangan dan sempit pada pandangan lain dengan bagian paling tebal pada
pangkal kepala yang melangsing ke apex yang tipis. Kepala sperma terisi
sepenuhnya dngan materi inti, kromosom, terdiri dari DNA yang bersenyawa
dengan protein. Informasi genetic yang dibawa oleh spermatozoa diterjemahkan
dan disimpan di dalam molekul DNA.
Bagian anterior selubung inti atau selubung dalam akrosom dimodifisier
untuk membentuk perforatorium yang kurang berkembang pada sperma hewanhewan peliharaan dibandingkan dengan pada sel-sel sperma tikus. 60% bagian
anterior nukleus dan perforatorium ditutup oleh selubung akrosom yang
mempunyai struktur seperti kantong berdinding rangkap setebal kira-kira 0,1
mikron dan mengandung suatu bahan akrosomal. 40% nukleus di posterior zona
ekuatorial dibungkus oleh selubung inti posterior atau post nuclear cap. Perbedaan
struktur selubung akrosom dan selubung inti posterior mengungkapkan perbedaan
afinitas zat warna pada kedua selubung tersebut. Lapisan luar selubung akrosom
atau galea capitis dapat tanggal secara spontan di dalam caput epididymis karena
istirahat kelamin yang lama, secara buatan in vitro, atau selama pembuahan,
mungkin sebagai suatu langkah kea rah kapasitasi sperma. Penanggalan terjadi
karena pemecahan selubung sel dan selubung luar akrosom pada daerah ekuatorial
yang mengekspos bahan akrosomal yaitu enzim-enzim seperti hyaluronidase
dan/atau zona lysin di antara kedua selubung akrosom yang bersama peroratorium
penting untuk penerobosan dinding ovum.
Ekor Sperma
Ekor sperma yang panjang (40-50 mikron) dapat dibagi atas 3 bagian,
bagian tengah, bagian utama, dan bagian ujung, dan berasal dari sentriol
spermatid selama spermiogenesis. Ia memberi gerak maju kepada spermatozoa
dengan gelimbang-gelombang yang dimulai di daerah implantasi ekor-kepala dan
berjalan kea rah distal sepanjang ekor bagaikan pukulan cemeti.
Ujung anteruir bagian tengah yang berhubungan dengan kepala dikenal
sebagai daerah implantasi. Pemisah kepala dari ekor dapat terjadi di daerah ini,
satu keadaan yang ditemukan pada sapi dengan defek-defek herediter spesifik atau
apabila testes dipanasi atau jika hewan tersebut menderita demam. Di bawah
mikroskop elektron terlihat bahwa daerah implantasi mengandung centriol
proksimal. Bagian tengah ekor merupakan bagian yang memberikan energi untuk
kehidupan dan pergerakan spermatozoa oleh proses-proses metabolic yang
berlangsung di dalam helix mitokondria. Bagian ini kaya akan phospholipid,
lescithin, dan plasmalogen.
Inti ekor atau axial core terdiri atas dua serabut sentral dikelilingi oleh
suatu cintin konsentrik terdiri atas 9 ibril rangkap yang berjalan dari daerah
imlantasi sampai bagian ujung ekor, suatu pola yang umum ditemukan pada cilia
dan flagella. Di bagian tengah ekor, kesebelas fibril tersebut di atas dikelilingi lagi
oleh 9 fibril yang lebih kasar. Pada bagian utama ekor, kesembilan fibril terluar
yang kasar makin menipis dan akhirnya menghilang, meninggalkan kesebelas
serabut inti ekor. Bagian utama ekor mengandung sebagian besar mekanisasi daya
gerak spermatozoa. Pada bagian ujung ekor yang pendek inti ekor tidak
mempunyai selubung dan fibril luar yang sembilan tidak ada.
3.
4.
5.
letaknya dekat sekali dengan permukaan sel, sehingga setiap saat dapat
dilepaskan ke medium sekitarnya (Partodhardjo, 1985).
B. Plasma Semen
Plasma seminal merupakan campuran sekresi dai epididimis , vasdeferns, vesica
seminalis, dan kelenjar cowper. Jika dilihat satu persatu dari masing-masing organ
yang mensekresikan cairan masing-masing maka dapat dilihat sebagai berikut.
1. Epididimis : mensekresikan Glyceylphosphorylholine (GPC).
2. Ampula : mensekresikan substansi tereduksi diantaranya adalah fruktosa
dan asam sitrat.
3. Vesikula seminalis : Sekresi dari kelenjar ini merupakan sekresi terbesar,
sekitar 80 % dari keseluraham air mani. Dan merupakan sumber utama
fruktosa dan sukrosa pengeluaran dikendalikan oleh hormone jantan.
Fruktosa berasal dari gula darah. Dan sekresi tersebut normal bila banyak
asam sitrat, karena hewan yang dikastrasi prosuksi asam sitrat akan
menurun.
4. Prostate : Merupakan sumber antaglutin. Prostate juga mengeluarkan
alkalin sebagai sumber dari bau semen (Vandemark, 1985)
Plasma seminal banyak sekali menandung bahan organic, inorganic, dan air. Zat
organic relative lebih banyak dibandingkan dengan lainnya. Unsur-unsur itu
antara lain :
1. Phosphorylcholine dan glyserylphosphorylcholine
Phosphorylcholine terdapat terutama pada semen manusia, sedangkan
glyserylphosphorylcholine terdapat terutama pada hewan. Phosphorylcholine pada
domba sifatnya sangat labil, apabila meninggalkan tubuh cepat peca dan berubah
menjadi asam phosphate dan choline. Apabila glyserylphosphorylcholine (GPC)
berbeda lagi, zat organic ini sangat stabil, GPC dipecahkan oleh enzim-enzim
yang terdapat pada saluran reproduksi betina, dari pemecahan tersebut diperoleh
energy yang dipergunakan untuk mengarungi saluran reproduksi betina dan
fertilisasi.
1. Asam Sitrat, asam ini terutama disekresikan oleh glandula vesika
seminalis, asam sitrat merupakan komponen dari suatu buffer.
2. Inositol, terdapat banyak pada babi, namun inositol ini buka merupakan
sumber energy.
3. Sorbitol, Sorbitol merupakan gula alcohol, dapat masuk kedalam proses
pembakaran dan akan pecah menjadi fruktosa, dan selanjutnya fruktosa
akan berubah menjadi energy.
10
4. Fruktosa, fruktosa ini berasl dari glukosa darah dan disekresikan dari
vesika seminalis. Pada kuda konsentrasi fruktosa dalam semen sangat
sedikit, sedangkan pada anjing hamper tidak ada, tetapi pada domba, sapi,
dan kambinng konsentrasi fruktosa dalam semennya sangat tinggi.
5. Ergothioneine, merupakan nitrogen basa yang mengandun unsur S.
Terdapat dalam konsentrasi kecil pada kuda dan babi. Proses pembentukan
pada kuda di ampula, sedangkan pada babi di vesika seminalis, untuk
fungsinya belum diketahui.
Selain zat organic, plasma semen juga mengandung zat non-organik, diantaranya
adalah K, Ca dan bikarbonat yang relative tinggi kadarnya dibandingkan yang ada
diseluruh tubuh (Partodihardjo, 1985).
Makroskopis
Volume dan konsentrasi. Volume semen yang baik adalah pada domba dan sapi
adalah sedikit tetapi mempunyai konsentrasi sperma yang banyak. Sedangkan
volume pada pejantan kuda dan babi biasanya mempunyai volume yang banyak,
tetapi konsentrasi spermanya sedikit.
sapi
kuda
babi
domba
Konsentrasi secara mikroskopik juga bisa dilihat dari jarak antara sperma yang
satu dengan sperma yang lain
Densum : Jarak antara dua kepala sperma kurang dari panjang satu kepala,
jumalh spermanya rata-rata 1000-2000 juta/ml.
Semi Densum : Jaraknya 1-1,5 kepala sperma, jumlah 500-1000 juta
sel/ml
Rarum : Jaraknya lebih dari satu kepala atau satu sperma, jumlah 200-500
juta/ml
11
Warna, warna semen pada sapi adalah putih krem, jika semen berwarna kuning
maka semen tersebut mengandung pigmen riboflavin, sedangkan jika semen
berwarna hijau kekuningan maka semen tersebut mengandung bakteri
pseudomonas aeruginosa. Sedangakan jika semen mengandung gumpalan maka
semen tersebut mengandung nanah, dan jika semen tersebut terdapat warna merah
maka semen tersebut terdapt darah dari ureter, dan jika semn tersebut berwarna
kecoklatan maka semen tersebut terkontaminasi dengn kotoran.
Konsistensi
Jika semen berwarna krem, maka konsentrasi spermanya adalah 1000 juta-2000jt
sel/ml
Jika semen seperti susu encer maka konsentrasi sperma adalah 500-600 jt sl/ml
Dan jika semen tersebut cair berawan dan keruh, maka semen tersebut
berkonsentrasi 100 jt sel/ml.
pH pada sapi dan domba rata-rata 6,8. Sedangkan pada kuda dan babi rata-rat 7,4.
2. Mikroskopik
Jika dilihat dari segi motilitas (persentase sperma yang bergerak lurus kedepan
dalam satu bidang pandangan) sperma yang baik adalah bergerak progesif,
klasifikasi untuk hewannya adalah sebgai berikut
sapi umumnya :
50-80%
kuda umumnya :
48-75%
babi umumnya :
80-90%
domba umumnya :
60-70%
Dan jika dilihat dari gerakan individual maka ada yang progesif, regresif, sirkuler,
fibrasi dan amotil (tidak bergerak). Dan yang bagu adalah progesif yaitu bergerak
kedepan.
Gerakan masa dapat dilihat dari grakan keseluruhan dari sperma dalam semen.
keseluruhan sperma yang baik adalah bergerak berpusar dan diberi nilai (+++).
Sedangkan untuk (++) semen cukup baik, karena menandakan gerakan gelombang
12
cepat dan membentuk pusaran. Jika (+) sama seperti (++) namun gerakan
gelombangnya lambat. Dan jika 0 maka tidak ada gerakan sama sekali.
Apabila dilihat dari morfologinya, semen dengan kualitas tinggi adalah yang
mempunyai sisi abnormal 5-15 %, sedangkan kualitas sedang 10-20 % dan
kualitas rendah lebih dari 30 %. Jika dilihat dari sisi hewannya, abnormalitas
sperma sapi harus kurang 20 %, domba 14 %, sedangkan babi 17 %.
Selain itu semua, juga bisa dilihat viabilitas atau persentase jumlah spermatozoa
yang hidup atau mati dalam 100 spermatozoa. Dalam percobaan dengan
pewarnaan corbolfushin eosin atau eosin negrosin atau formol saline, sperma yang
mati akan menunjukkan warna (biasanya ungu), sedangkan sperma yang hidup
tidak akan menunjukkan warna.
13
III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Fawcett, Don W. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC 423-501.
Junqueira, L. C., Jose Carneiro, Robert O. K. 2007. Histologi Dasar edisi ke-8. Jakarta:
EGC. Hal 419-432.
Partodiharjo, Soebadi. 1980. Pemulia Biakkan Ternak Sapi. PT Gramedia, Jakarta.
Toelihere, Mozes R. 1977. Fisiologi Reproduksi Hewan Ternak. Bandung :Penerbit
Angkasa.
Toelihere, Mozes R. 1977. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Bandung :Penerbit
Angkasa.
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Kanisius
15