Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum

Biokimia Umum

Hari/Tanggal
Waktu
PJP
Asisten

: Jumat/10 Mei 2013


: 13.00-16.00
: dr. Husnawati
: Deva Krisna K.
Dessy Ernalia
Syahrul Mustopa

MINERAL

Kelompok 14
Siti Zahrina
Hazyah Bahrina H.
Elisa Masimpan
M. Pauzi Lubis

B04120064
B04120070
B04120078
B04120080

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Pendahuluan
Mineral adalah nutrisi penting untuk pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Mineral dan vitamin bertindak secara timbal balik,
diperlukan vitamin agar mineral dapat bekerja dan sebaliknya. Perbedaan terbesar
antara vitamin dan mineral adalah bahwa mineral merupakan senyawa anorganik,
sedangkan vitamin organik. Mineral dapat diklasifikasikan menurut jumlah yang
dibutuhkan tubuh. Mineral utama (mayor) adalah mineral yang diperlukan lebih
dari 100 mg sehari, sedangkan mineral minor (trace elements) adalah yang
diperlukan kurang dari 100 mg sehari. Kalsium, tembaga, fosfor, kalium, natrium
dan klorida adalah contoh mineral mayor, sedangkan kromium, magnesium,
yodium, besi, flor, mangan, selenium dan zinc adalah contoh mineral minor.
Pembedaan jenis mineral tersebut semata-mata hanya berdasarkan jumlah yang
diperlukan, bukan kepentingan. Mineral minor tak kalah penting dibandingkan
mineral utama. Kekurangan mineral minor akan menyebabkan masalah kesehatan
yang serius (Winarno 1992).
Ketika pola makan sehat dan bervariasi, manusia akan mendapatkan
mineral yang cukup. Manfaat mineral untuk tubuh sangat banyak. Berbagai jenis
mineral yang ada memiliki fungsi masing-masing yang sangat penting untuk
tubuh kita. Sebagian besar mineral membantu untuk menjaga metabolisme dan
keseimbangan air dalam tubuh serta menjaga kesehatan tulang. Mineral yang baik
bagi tubuh adalah mineral organik yang hanya bisa didapatkan langsung dari
sayur dan buahbuahan atau secara tidak langsung dari daging hewan. Hal
tersebut dikarenakan tumbuhan dapat memproses mineral dari tanah melalui
fotosintesa dan mengubahnya menjadi zat organik ( Hardinsyah 2012).
Mineral memiliki berbagai manfaat. Diantaranya adalah boron, bermanfaat
untuk kesehatan tulang, menjaga fungsi otak, anti penuaan, menjaga kesehatan
seksual, mencegah kanker, mengobati penyakit alzheimer, dan nyeri otot.
Kalsium berfungsi untuk menjaga kesehatan tulang, mencegah artritis, menjaga
kesehatan gigi, berperan dalam penurunan berat badan, mencegah kanker usus
besar, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Tembaga bermanfaat untuk
fungsi otak, perawatan kulit, radang sendi, infeksi tenggorokan, kekebalan, dan
penyakit jantung. Yodium bermanfaat untuk perawatan rambut, menjaga

metabolisme tubuh, kehamilan, hingga pencegah kanker. Besi membantu


pembentukan hemoglobin, menjaga metabolisme tubuh, membantu mengatasi
anemia, dan menjaga fungsi otak. Magnesium bermanfaat untuk mencegah
tekanan darah tinggi, serangan jantung, kram, diabetes, asma, menjaga kesehatan
tulang, dan baik untuk masa kehamilan. Mangan berfungsi untuk menjaga
metabolisme tubuh, mencegah osteoporosis, kelelahan, peradangan, epilepsi,
menjaga fungsi otal dan alat reproduksi. Fosfor berfungsi untuk menjaga
kesehatan tulang, fungsi otak, perawatan gigi, metabolisme tubuh dan fungsi
seksual. Kalium berfungsi untuk mengatur tekanan darah, mencegah penyakit
jantung, gangguan otot, kram, gangguan ginjal, radang sendi, dan menjaga
ketersediaan air dalam tubuh. Natrium berfungsi untuk menjaga keseimbangan air
dalam tubuh, menjaga tubuh dari sengatan sinar matahari, menjaga fungsi otak,
anti penuaan, dan mencegah kram otot. Zinc berfungsi untuk perawatan kulit,
mencegah jerawat, perawatan mata dan rambut (Underwood 1999).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral yang
terdapat dalam tulang.
Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan

di Laboratorium

Biokimia,

Fakultas

Peternakan lantai 5 pada Hari Jumat, 10 Mei 2013 pukul 13.00-16.00.


Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pinggan porselin, mortar,
gelas piala 250 mL, corong plastik, kertas floroglusinol, tabung reaksi, penangas
air, pipet Mohr, pipet tetes, dan penjepit tabung. Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah tepung tulang, larutan HNO 3 10%, larutan NH4OH, larutan
AgNO3 2%, larutan HCl 10%, larutan BaCl2, larutan asam asetat 10%, larutan
amonium oksalat, urea 10%, pereaksi Molibdat, kristal amonium karbonat, kristal
amonium klorida, kristal dinatrium hidrogen fosfat, larutan amonium hidroksida,
larutan amonium tiosianat dan larutan kalium ferosianida.

Prosedur Percobaan
Pembuatan Abu Tulang. Sebanyak 3-5 gram tepung tulang dimasukan ke
dalam pinggan poreselin dan dipanaskan sampai terjadi abu. Hasil abu yang
berwarna kelabu didinginkan dan digerus di dalam mortar. Abu halus kembali
dipanaskan dalam pinggan porselin sampai putih. Abu putih dibiarkan hingga
dingin dan kemudian dipindahkan ke dalam gelas piala 250 mL. Ke dalam larutan
ditambahkan 50 mL HNO3 10% dan diaduk hingga rata. Pemanasan dilakukan
hingga abunya larut dan akuades ditambahkan sebanyak isi yang sama.
Penyaringan dilakukan dan ditambahkan NH4OH pekat ke dalam filtrat sampai
bereaksi basa. Adanya fosfat ditunjukkan dengan adanya endapan putih.
Penyaringan kembali dilakukan kemudian hasil filtrat dan endapan untuk diuji
secara terpisah.
Uji klorida. Sebagian filtrat diasamkan dengan larutan HNO3 10%. Ke
dalam filtrat asam ditambahkan larutan AgNO3. Adanya klor ditunjukkan dengan
endapan putih.
Uji sulfat. Sebagian filtrat diasamkan dengan larutan HCl 10%. Ke dalam
filtrat asam tersebut ditambahkan larutan BaCl2. Adanya sulfat ditunjukkan dengan
endapan putih.
Uji endapan. Pada endapan yang berada di kertas saring ditambahkan
larutan asam asetat 10%. Filtrat asam hasil pencucian endapan ditempatkan di
dalam gelas piala. Jumlahnya disesuaikan untuk pengujian.
Uji kalsium. Ke dalam 2 mL filtrat ditambahkan 1 mL amonium oksalat
1%. Adanya kalsium ditunjukkan dengan endapan putih.
Uji fosfat. Ke dalam 1 mL filtrat ditambahkan 1 mL larutan urea 10% dan
1 mL pereaksi molibdat khusus. Larutan dicampurkan hingga rata, kemudian
ditambahkan 1 mL larutan ferosulfat khusus.
Uji magnesium. Sisa filtrat dipanaskan sampai mendidih. Ke dalam filtrat
panas ditambahkan kristal amonium karbonat dan amonium klorida sedikit demi
sedikit. Endapan yang terbentuk disaring. Ke dalam filtrat ditambahkan kristal
dinatrium hidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida hingga basa. Adanya
magnesium ditandai dengan endapan putih. Pada sistem endapan yang tidak larut

dalam asam asetat di kertas saring ditambahkan sedikit larutan HCl 10%. Filtrat
asam klorida ini disimpan untuk pengujian berikutnya.
Uji besi. Ke dalam sedikit filtrat ditambahkan 1 mL larutan amonium
tiosianat hingga muncul warna merah. Ke dalam filtrat yang lain ditambahkan 1
mL larutan kalium ferosianida hingga terbentuk warna biru atau hijau. Adanya
besi ditandai dengan warna merah, biru, atau hijau.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Tabel Hasil Uji Kandungan dalam Tulang
Uji
Pembuatan abu tulang
Klorida
Sulfat
Kalsium
Fosfat
Magnesium
Besi (amonium)
Besi (kalium)

Hasil
+
+
+
+
+
+
+
+

Gambar 1.1 Hasil uji mineral (dari


kiri ke kanan: uji klorida, uji sulfat)

Keterangan
Endapan putih
Endapan putih
Endapan putih
Endapan putih
Endapan putih
Endapan putih
Kebiruan
Kemerahan

Gambar 1.2 Hasil uji mineral (dari


kiri ke kanan: uji kalsium, uji fosfat,
uji magnesium)

Gambar 1.4 Hasil uji besi (dari kiri ke kanan: uji besi dengan pereaksi kalium, uji
besi dengan pereaksi amonium)

Mineral merupakan bahan organik (unsur abu) yang mempunyai fungsi


fisiologis dalam tubuh. Mineral tersebut harus diperoleh dari diet makanan dan
minuman. Jumlah mineral yang harus tersedia bagi tubuh bervariasi, mulai dari

beberapa mikrogram sampai beberapa gram per hari. Mineral dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah
mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah 100 mg per hari. Mineral makro
terdapat 0.01% di dalam tubuh. Mineral mikro diperlukan tubuh kurang dari 100
mg per hari dan untuk menyusun tubuh diperukan kurang dari0.01% dari berat
badan total. Komposisi tulang sapi adalah berbagai mineral seperti besi, kalsium,
sulfat, fosfat, magnesium, dan klorida (Nasoetion 2008).
Uji klorida bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan unsur
klor di dalam tulang. Filtrat diasamkan dengan asam HNO 3 10% bertujuan untuk
memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat oleh senyawa
reaktif lain yang dapat bereaksi dengan mineral membentuk suatu endapan putih
dalam larutan. Senyawa AgNO3 merupakan garam yang dapat bereaksi dengan
klorida sehingga hasil pengujian klorida membentuk warna keruh bersama
AgNO3 menjadi senyawa AgCl dengan reaksi sebagai berikut, Cl- + AgNO3
AgCl + NO3 (endapan putih). Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat mineral
klorida dalam abu tulang.
Uji sulfat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan unsur
sulfat di dalam filtrat. Asam klorida yang dipakai dalam uji sulfat sebagai
katalisator. Barium klorida akan bereaksi bila ada sulfat dan membentuk barium
sulfat. Reaksi yang terjadi adalah SO42- + BaCl2

BaSO4 + 2Cl- (endapan

putih). Hasil menunjukkan bahwa terdapat mineral sulfat dalam abu tulang.
Uji kalsium bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya unsur kalsium pada
tulang. Pada filtrat digunakan amonium oksalat yang berfungsi sebagai pereaksi
sehingga terjadi penegndapan atau pemisahan kalsium dengan filtrat. Persamaan
reaksi untuk uji kalsium secara teoritis adalah: Ca + NH 4COOH CaCOOH
(endapan putih). Hasil menunjukkan bahwa terdapat kalsium dalam abu tulang.
Hasil uji fosfat akan menunjukkan tulang mengadung unsur fosfat atau
tidak dengan ditandai adanya warna biru pada hasil reaksi yang positif. Reaksi
yang terjadi adalah FeSO4 + PO4-3 Fe3(PO4)2 + SO4-2. Hasil menunjukkan bahwa
terdapat mineral fosfat dalam abu tulang.

Uji magnesium menggunakan kristal amonium karbonat dan amonium


klorida. Kristal-kristal tersebut akan bereaksi dengan magnesium dan membentuk
endapan putih. Endapan putih tersebut menunjukkan adanya magnesium. Reaksi
uji magnesium memiliki reaksi lengkap Mg + NaHPO 4 MgHPO4 +2Na. Hasil
menunjukkan bahwa terdapat mineral magnesium dalam abu tulang.
Filtrat hasil uji magnesium digunakan untuk uji besi. Reaksi uji besi
menggunakan amonium tiosanat dan amonium ferosianida. Amonium tiosanat
akan bereaksi dengan besi III membentuk persenyawaan berwarna merah.
Sedangkan amonium ferosianida akan bereaksi dengan besi II membentuk
persenyawaan bewarna hijau. Berikut adalah reaksi yang terjadi pada Fe2+, Fe+2 +
6NH4SCN [Fe(SCN)6]-3 + 6NH4+. Sedangkan pada Fe3+ reaksi yang terjadi
adalah 4Fe+3 + 3K4[Fe(CN)6] Fe4[Fe2(CN)6)]3 + 12K+ (Siswono 2001).

Simpulan
Berbagai mineral terkandung dalam tubuh, dalam percobaan ini, di dalam
tulang. Jenis-jenis mineral yang terdapat dalam tulang adalah klorida, sulfat,
fosfat, magnesium, besi, dan kalsium. Walaupun mineral yang dibutuhkan sangat
sedikit, keberadaannya mutlak ada agar tubuh dapat menjalankan fungsinya
dengan baik.
Daftar Pustaka
Hardinsyah .2012. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia.
Nasoetion Amini & Eva Damayanthi. 2008 Diktat Mata Kuliah Ilmu Gizi Dasar.
Bogor: IPB Press.
Siswono.

2001.

Mineral

dalam

kehidupan.

[Terhubung

berkala]

http//www.gizi.net. [diakses pada tanggal 15 Mei 2013].


Underwood E J, N F Suttle. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock Third
Edition. London : CABI Publishing.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai