Anda di halaman 1dari 24

Skenario3

Pembengkakankelenjarleher
(BlokDarahdanSistemLimfatik)
Kelompok:A.12
Ketua:ArifRahman

1102014038

Sekertaris:FazaAdityaKencana

1102014097

Anggota:AlyaNadhira

1102014015

DaraDikaWati

1102014065

FaridaCitra

1102014094

FrenjiAfrita

1102011109

InaDwiRahmanika

1102014127

InaRomantin

1102014128

IreneNovita
KinantiTyas

1102014133
1102014145

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi


2015/2016
PEMBENGKAKAN KELENJAR LEHER

Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan terdapat benjolan
pada leher kanan sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan semakin lama bertambah besar.
Keluhan disertai dengan demam terutama malam hari, berat badan menurun dan nyeri pada
benjolan tersebut.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan kelenjar getah bening di regio Colli
Dextra, satu buah, konsistensi sedikit keras, ukuran 3x3 cm, tidak ada tanda inflamasi dan nyeri
tekan. Ditemukan juga pembengkakan kelenjar getah bening di kedua ingual masing-masing satu
buah, ukuran 1x1 cm, konsistensi sedikit keras, tidak ada tanda inflamasi dan nyeri tekan.
Dokter meminta pasien untuk melakukan biopsi kelenjar getah bening untuk menegakkan
diagnosis dan pasien menyetujuinya.

Kata Sulit
Regio Colli Dextra:Daerah leher sebelah kanan.
Inguinal: Daerah pangkal paha.
Biopsi: Mengambil sepotong jaringan yang masih dalam keadaan hidup.

Pertanyaan
1. Mengapa tidak ada inflamasi dan nyeri tekan?
2. Mengapa ada benjolan pada Regio Colli Dextra dan Inguinal?
3. Mengapa demam tinggi pada malam hari?
4. Mengapa pada benjolan konsistensi sedikit keras?
5. Mengapa berat badan turun dan nyeri pada benjolan?
6. Mengapa benjolan semakin lama semakin besar?
7. Mengapa dokter melakukan biopsi pada kelenjar getah bening?
8. Apa diagnosis sementara pada skenario?
9. Apa diagnosis banding pada skenario?
10. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan?
11. Apa saja tatalaksana yang dilakukan?
12. Apa saja manifestasi pada skenario?

Jawaban
1. Pembekakan terjadi bukan karena adanya benda asing diluar melainkan karena
adanya kelainan limfosit yang aktif membelah.
2. Daerah tersebut merupakan daerah kelenjar getah bening yang besar dan teraba.
3. Karena metabolisme tubuh meningkat pada malam hari.
4. Karena limfosit berproliferasi dan menggumpal sehingga benjolan menjadi padat.
5. Nyeri: karena ada penekanan saraf karena adanya pembengkakan, berat badan
turun: karena terdapat nyeri menelan sehingga nafsu makan berkurang.
6. Karena sel limfosit berproliferasi/berkembang biak tidak terkendali sehingga
benjolan makin lama makin membesar.
7. Untuk membantu mengakkan diagnosis dengan cara mengambil cairan pada
benjolan.
8. Limfadenopati non hodgkin.
9. Limfoma hodgkin.
10. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
11. Radiotherapy dan kemotherapy.
12. - Pembesaran kelenjar getah bening

Demam pada malam hari

Hipotesis
Sel limfosit berproliferasi tidak terkendali sehingga menyebabkan penumpukan limfosit di
kelenjar getah bening sehingga terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang menyebabkan
terjadinya bengkak dan demam, sehingga diketahui dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang merupakan gejala limfadenopati.

Sasaran Belajar
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Limfadenopati
1.1. Definisi
1.2. Etiologi
1.3. Klasifikasi
1.4. Patofisiologi
1.5. Manifestasi Klinis
1.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding
1.7. Tatalaksana
1.8. Pencegahan
1.9. Komplikasi
1.10. Prognosis

L1. MM Limfadenopati
1.1. Definisi
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar
dari 1 cm. Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran
atau karakter kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula,
iliaka, atau poplitea dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear
dengan ukuran lebih besar dari 5 mm merupakan keadaan abnormal.
Berupa pembesaran kelenjar limfe, terjadi akibat adanya infiltrasi sel leukemik ke
dalam kelenjar limfe dan juga diduga adalah limfadenitis reaktif sebagai proses
pertahanan tubuh terhadap radang yang merupakan proses fisiologis tubuh.
Didefinisikan sebagai kelainan KGB dalam bentuk, ukuran, jumlah maupun konsistensi
yang disebabkan adanya infiltrasi sel-sel intrisik, sel-sel ekstrinsik atau adanya infiltrasi
sel-sel ganas.
Limfadenopati atau hiperplasia limfoid adalah pembesaran kelenjar limfe
sebagai respons terhadap proliferasi limfosit T dan limfosit B. limfadenopati biasanya
terjadi setelah infeksi suatu mikroorganisme. Limfodenopati regional merupakan
indikasi adanya infeksi local. Sedangkan limfadenopati generalisata biasanya
merupakan indikasi adanya infeksi sistemik seperti AIDS atau gangguan autoimun
seperti artritis rheumatoid atau lupus eritematosus sistemik. Biasanya limfadenopati
dapat mengindikasi adanya keganasan.
(Corwin, 2009)

1.2. Etiologi

Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.


Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.
Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag.
Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik.
Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam penyakit
cadangan lipid.
(Harrison, 1999; 370)

1.3. Klasifikasi
Berdasarkan luas limfadenopati:
1

Generalisata : Limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.


Limfadenopati
generalisata
yang
persisten
(persistent
generalized
lymphadenopathy /PGL) adalah limfadenopati pada beberapa kelenjar getah bening
yang bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih
dari 50% Odha dan sering disebabkan oleh infeksi HIV sendiri. Batasan
limfadenopati pada infeksi HIV adalah sbb: Melibatkan sedikitnya dua kelompok
kelenjar getah bening. Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari
1cm dalam setiap kelompok, Berlangsung lebih dari satu bulan & Tidak ada infeksi
lain yang menyebabkannya Pembengkakan kelenjar getah bening ini bersifat tidak
sakit, simetris (kiri-kanan sama), dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang
dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk
kunci paha. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak
berwarna merah.

Lokalisata

: Limfadenopati pada 1 regio.

Berdasarkan Tempat :
A Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya
meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma,sarkoidosis, tularemia, dan
sifilis sekunder.

B Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada
ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah
bening aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor
primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi,
hanya di kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear
dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas, yang bermetastasis ke
kelenjar getah bening ipsilateral.

C Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan.
Padapenelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko
palingtinggi
ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun.Limfadenopati supraklavikula
kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus.
Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan
abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).

D Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang
normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan
infeksi merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal
jarang disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva,
limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati
inguinal ditemukan pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra.

E Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit
autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab
jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat
disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut.
Limfadenopati sumber keganasan primer yang mungkin bermetastasis ke kelenjar
getah bening tersebut dan tindakan diseksi leher.

1.4. Patofisiologi
Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi.
Limfadenopati terjadi bila limfonodus local dan pembuluh darah mengalirkan materi
terinfeksi, yang tertangkap dalam jaringan folikular nodus. Peningkatan aliran limfatik
adalah karakteristik dari inflamasi local. BIla terjadi inflamasi pembuluh limfatik disebut
limfangitis dan bila inflamasi mempengaruhi limfonodus disebut limfadenitis. Sistem
limfe membantu mempertahankan infeksi tetap terlokalisasi dan terisolasi dari aliran
darah.
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular
darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya
bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan
yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan
peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama
seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan
interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama
peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan
sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe
menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang
dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat
menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer
ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular
dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh
kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam
tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat
melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah.
(Price, 1995; 39 - 40)
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang
kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung
darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap
terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan.
(Harrison, 1999; 372)

Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui operasi
dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat
untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah
operasi.
( Oswari, 2000; 240 )
Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan otak
dengan tekanan setempat yang tinggi.
( Oswari, 2000; 34 )
Pada awal pembiusan ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat,
pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah,
seperti biasa.
(Oswari, 2000; 35)
Beberapa plasma dan sel-sel (misalnya, sel-sel kanker, infeksi mikroorganisme)
dalam ruang interstitial, bersama dengan bahan tertentu seluler, antigen, dan partikel
asing memasuki pembuluh limfatik, menjadi cairan limfatik. Kelenjar getah bening
menyaring cairan limfatik dalam perjalanan ke sirkulasi vena sentral, menghilangkan selsel dan bahan lainnya. Proses penyaringan juga menyajikan antigen ke limfosit yang
terkandung dalam node. Respon imun dari limfosit ini melibatkan proliferasi sel, yang
dapat menyebabkan node untuk memperbesar (limfadenopati reaktif). Mikroorganisme
patogen dilakukan dalam cairan limfatik dapat langsung menginfeksi node, menyebabkan
limfadenitis (lihat Limfadenitis), dan sel-sel kanker dapat mengajukan dan berkembang
biak dalam kelenjar.

1.5. Manifestasi Klinis

Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.


Sering keringat malam.
Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
Timbul benjolan di bagian leher.

Penyebab
Keganasan
- Limfoma

Karakteristik

- Leukemia

Memar, splenomegali

Pemeriksaan hematologi, aspirasi


sumsum tulang

- Neoplasma kulit

Lesi kulit karakteristik

Biopsi lesi

- Sarkoma Kaposi

Lesi kulit karakteristik

Biopsi lesi

- Metastasis

Bervariasi
primer

Infeksi
- Bruselosis

Diagnostik

Demam,
keringat
malam, Biopsi kelenjar
penurunan
berat badan, asimptomatik

tergantung

tumor Biopsi

Demam, menggigil, malaise

Kultur darah, serologi

- Cat-scratch disease

Demam,
menggigil,
asimptomatik

atau Diagnosis klinis, biopsi

- CMV

Hepatitis,
pneumonitis, Antibodi CMV, PCR
asimptomatik,
infl uenza-like illness

- HIV, infeksi primer

Nyeri, promiskuitas seksual

HIV RNA

Demam, malaise, splenomegali


Limfogranulomavenereum

Diagnosis klinis, titer MIF

- Mononukleosis

Demam, eksudat orofaringeal

Pemeriksaan hematologi, Monospot,


serologi EBV

- Faringitis

Ruam karakteristik, demam

Kultur tenggorokan

- Rubela

Demam,
keringat
hemoptisis,

malam, Serologi

riwayat kontak
- Tuberkulosis

Demam,
gigitan

ulkus

pada

tempat PPD, kultur sputum, foto toraks

- Tularemia

Demam, konstipasi, diare, sakit Kultur darah, serologi


kepala, nyeri perut, rose spot

- Demam tifoid

Ruam, ulkus tanpa nyeri

- Sifilis

Demam, mual, muntah, diare, Rapid plasma reagin


ikterus

- Hepatitis virus

Artritis, nefritis, anemia, ruam,


penurunan berat badan

Kultur darah, kultur sumsum tulang

Serologi hepatitis, uji fungsi hati

Autoimun
Lupus
eritematosus Artitis simetris, kaku pada pagi Klinis,
ANA,ds
sistemik
hari, demam
hematologi

DNA,

LED,

- Artritis reumatoid

Perubahan kulit, kelemahan otot


Proksimal

- Dermatomiositis

Keratokonjungtivitis, gangguan EMG, kreatin kinase serum, biopsi


ginjal, vaskulitis
otot

- Sindrom Sjogren

Demam,
strawberry
Tongue

Lain-lain/kondisi taklazim
- Penyakit Kawasaki
Perubahan
adenopati

Klinis, radiologi, faktor reumatoid,


LED,Hematologi

konjungtivitis, Uji Schimmer, biopsi bibir, LED,


Hematologi

kulit,

dispnea, Kriteria klinis

- Sarkoidosis

Hilar

ACE serum, foto toraks, biopsi paru/


kelenjar hilus

Iatrogenik
- Serum sickness

Demam, urtikaria, fatigue

Klinis, kadar komplemen

- Obat

Limfadenopati asimptomatik

Penghentian obat

1.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding


ANAMNESIS :
Lokasi, gejala penyerta, riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat, pekerjaan.
PEMERIKSAAN FISIK :
Ukuranya normal jika diameter < 0.5cm, jika > 1.5cm abnormal
Nyeri tekan umumnya akibat peradangan atau proses perdarahan.
Konsistensi nya jika keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat
seperti karet mengarahkan kepada Limfoma, jika lunak mengarah kapada
Infeksi, Fluktuatif mengarah kepada Abses.
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui ukuran,
bentuk, dan gambaran mikronodular.
2. Biopsi
Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan
operasi menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah
bening akan dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB memiliki nilai sensitifitas 98 %
dan spesifisitas 95 %.Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi
indikasi untuk dilaksanakan biopsy KGB.Biopsi dilakukan terutama bila terdapat
tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan.
3. Kultur
Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium yang
membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan diperlukan untuk
memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab infeksi.
4. CT Scan
CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk mengambil gambar
tubuh Anda untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan limfadenitis Anda.
Sebelum mengambil gambar, Anda mungkin akan diberi pewarna melalui IV di
pembuluh darah Anda agar dapat melihat gambar dengan jelas. CT Scan dapat
mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk melihat dalam tubuh
Anda.Dokter dapat menggunakan gambar ini untuk mencari penyebab limfadenitis.

DIAGNOSIS BANDING

1. Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)


Limfoma Hodgkin adalah kanker jaringan limfoid, biasanya pada kelenjar limfe
dan limpa.Penyakit ini adalah salah satu jenis kanker yang paling sering dijumpai
pada dewasa muda, terutama pria muda.Penyakit Hodgkin merupakan gangguan
klonal yang berasal dari satu sel abnormal.Populasi sel abnormal tampak diturunkan
dari sel B atau yang lebih jarang dari sel T atau monosit. (Corwin, 2009)
Walaupun tumor yang berasal dari sel T juga ditemukan (jarang), sekarang
disepakati bahwa, pada sebagian besar kasus limfoma Hodgkin adalah neoplasma sel
B pusat germinativum yang mengalami transformasi.
Prognosis setelah radioterapi dan kemoterapi agresif untuk pasien dengan
penyakit ini, termasuk mereka yang mengidap penyakit diseminata (stadium III dan
IV), umumnya sangat baik. (Kumar, 2007)
Gambaran klinis:

Pembesaran kelenjar limfe tanpa disertai nyeri, terutama di daerah leher dan di
bawah lengan
Dapat timbul demam malam hari dan keringat malam
Penurunan berat badan pada dtadium penyakit
(Corwin, 2009)

2. Limfoma maligna non-Hodgkin


Limfoma non-Hodgkin biasanya terjadi pada individu yang lebih lanjut dan
biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut dari limfoma Hodgkin.Limfoma
non-Hodgkin tidak terbatas pada satu kelompok kelenjar limfe seperti limfoma
Hodgkin, tetapi lebih menyebar luas melalui organ limfoid, termasuk kelenjar limfe,
hati, limpa, dan sumsum tulang.Penyebab limfoma non-Hodgkin masih belum jelas,
tetapi infeksi virus, termasuk infeksi HIV, tampaknya bertanggung jawab pada
beberapa kasus.Secara keseluruhan, limfoma non-Hodgkin memiliki prognosis yang
lebih buruk dari limfoma Hodgkin. (Corwin, 2009)
Gambaran klinis:

Pembesaran kelenjar limfe yang tidak nyeri


Splenomegali
Dapat timbul komplikasi saluran cerna
Demam, keletihan
Penurunan berat badan

Nyeri punggung dan leher disertai hiper-refleksia


(Corwin, 2009)

3. Limfadenitis tuberkulosis
Limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau
getah bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis (Ioachim, 2009).Apabila
peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher disebut dengan scrofula (Dorland,
1998).Limfadenitis pada kelenjar limfe di leher inilah yang biasanya paling sering
terjadi (Kumar, 2004). Istilah scrofula diambil dari bahasa latin yang berarti
pembengkakan kelenjar. Hippocrates (460-377 S.M.) menyebutkan istilah tumor
skrofula pada sebuah tulisannya (Mohaputra, 2009).
Limfadenitis
tuberkulosis
disebabkan
oleh
infeksi
Mycobacterium
tuberculosis.Mycobacteria tergolong dalam famili Mycobactericeae dan ordo
Actinomyceales.Basil TB adalah bakteri aerobik obligat berbentuk batang tipis lurus
berukuran sekitar 0,4 x 3 m dan tidak berspora.M. tuberculosismerupakan bakteri
tahan asam dan mudah mengikat pewarna Ziehl-Neelsen atau karbol fuksin
(Kumar, 2004)

Gambaran klinis:

Pembengkakan kelenjar limfe dapat terjadi secara unilateral atau bilateral, tunggal
maupun multipel.
Benjolan biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan
minggu sampai bulan, paling sering berlokasi di regio servikalis posterior dan
yang lebih jarang di regio supraklavikular
Menunjukkan gejala sistemik seperti demam, penurunan berat badan, fatigue dan
keringat malam.

4. Limfadenitis kronik non spesifik


Merupakan radang kronis dari kelenjar limfe yang sering terjadi sekunder
terhadap suaturadang menahun ditempat lain. Misalnya radang kronis di tonsil
akanberakibat limfadenitis di kelenjar limfe leher.
Limfadenitis kronik nonspesifik itu sendiri dapat terjadi karena:
Infeksi virus: yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagianatas
sepertiRinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus,Respiratory
Syncytial
Virus,
Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.
Infeksi bakteri: peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus
betahemolitikus
Grup
Aatau
stafilokokus
aureus.
Bakteri
anaerob

bila berhubungandengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses
tubo-ovarian.
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma
jugadapatmenyebabkan limfadenopati.
Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit
Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat scratch, penyakit Castleman, Rhematoid arthritis dan Sistetmic lupus
erithematosus (SLE).

Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat


timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid.
Obat-obatan
lainnyaseperti
allupurinol,atenolol, captopril,carbamazepine,cephalosporin,emas,
hidralazine,
penicillin,pirimetamine,quinidine,sulfonamida, sulindac.

Benjolan di leher sering kali di salah artikan sebagai limfadenopati :

Gondongan : pembesaran kelenjar parotis akibat infeksi virus

Kista ductus thyroglosuss : berada di garis tengah dan bergerak dengan menelan

Kista dermoid : benjolan di garis tengah dapat padat atau berisi cairan

Hemangioma : kelainan pembuluh darah sehingga timbul benjolan berisi jalinan


pembuluh darah.

1.7. Tatalaksana
Pengobatan limfadenopati kelenjar getah bening leher didasarkan kepada
penyebabnya.Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh dengan
sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi.Kegagalan
untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi
kelenjar getah bening.Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan.Kelenjar getah bening yang menetap atau bertambah

besar walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum
tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa
disebabkan oleh Staphyilococcus.aureusdan Streptococcus pyogenes (group A).
Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon
positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali
diagnosis dan penanganannya.Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya
abses dan evaluasi dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.

Penatalaksanaan menurut penyakit :


1.

Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)

Kemoterapi dengan multiobat

Terapi radiasi

Transplantasi sumsum tulang

Terapi berdasarkan target biologis, seperti penggunaan reseptor spesifik


antibodi, penghambat jalur antiapoptotik, dan induksi sitotoksitas spesifik,
dapat ditoleransi dengan lebih baik oleh pasien dan memiliki komplikasi
jangka panjang yang lebih sedikit.
(Corwin, 2009)

2.

Limfoma maligna non-Hodgkin

Kemoterapi yang agresif digunakan untuk penyakit tahap lanjut

Kemotrapi konservatif mungkin digunakan untuk pertumbuhan limfoma


yang lambat

Radioterapi

Pembedahan untuk mengangkat tumor yang berukuran besar

Pada praktik mutakhir, kombinasi obat yang diketahui sebagai CHOP


(siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin dan prednison) ditambah
radioterapi adjuvant telah digunakan. Untuk pasien yang berusia kurang
dari 61 tahun yang menderita limfoma sel-B luas yang terlokalisasi,
regimen intensif dengan kombinasi obat lainnya. ACVBP (doksorubisin,
siklofosfamid, vindesin, bleomisin, prednison) tampak lebih kuat dari
CHOP.
(Corwin, 2009)

3.

Limfadenitis tuberkulosis

Terapi non farmakologis adalah dengan pembedahan

Pembedahan tidaklah merupakan suatu pilihan terapi yang utama,


karena pembedahan tidak memberikan keuntungan tambahan
dibandingkan terapi farmakologis biasa.
Namun pembedahan dapat dipertimbangkan seperti prosedur dibawah ini:
-

Biopsy eksisional: Limfadenitis yang disebabkan oleh atypical


mycobacteria bisa mengubah nilai kosmetik dengan bedah eksisi.
Aspirasi
Insisi dan drainase

Terapi farmakologis
Memiliki prinsip dan regimen obatnya yang sama dengan tuberkulosis
paru. Menurut panduan WHO, regimen pengobatan TB terdiri atas 2 fase,
yaitu fase awal dan fase lanjutan. Regimen ini ditulis dengan kode baku
sebagai berikut: angka di depan satu fase menunjukkan jangka waktu
pengobatan fase tersebut dalam bulan. Huruf menunjukkan obat dan angka
di belakang/di samping bawah huruf menunjukkan frekuensi pemberian
obat per minggu.Kalau tidak ada angka di belakang/di samping bawah
huruf, menunjukkan pemberian obat setiap hari/minggu. Di mana huruf R
artinya Rifampisin, huruf H artinya isoniazid, huruf Z artinya pirazinamid
dan huruf E artinya Etambutol. (Gunawan, 2007)
Berdasarkan beberapa pedoman pengobatan TB, terdapat perbedaan
pemberian regimen.Pedoman internasional dan nasional menurut WHO
memasukan limfadenitis TB dalam kategori III dan merekomendasikan
pengobatan selama 6 bulan dengan regimen 2HRZE/4RH atau
2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/6HE. American Thoracic society (ATS)
merekomendasikan pengobatan selama 6 bulan sampai 9 bulan, sedangkan
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengklasifikasikan
limfadenitis TB kedalam TB di luar paru dengan paduan obat
2RHZE/10RH. British Thoracic Society Research Committee and
Campbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan
dalam regimen 2RHE/7RH.

Ada 2 (dua) kategori Obat Anti Tuberkulosa (OAT):


a. OAT Utama (first-line Antituberculosis Drugs), yang dibagi menjadi dua
(dua) jenis berdasarkan sifatnya yaitu:

Bakterisidal: termasuk dalam golongan ini adalah isoniazid atau


isonikotinil hidrazid (INH), rifampisin, pirazinamid dan
streptomisin.
Bakteriostatik, yaitu etambutol.

b. OAT sekunder (second Antituberculosis Drugs)


Terdiri dari asam paraaminosalisilat (PAS), ethionamid, sikloserin,
kanamisin dan kapreomisin.OAT sekunder ini selain kurang efektif juga
lebih toksik, sehingga kurang dipakai lagi.
Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan,
maka prinsip--prinsip yang dipakai adalah: Menghindari penggunaan
monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk
kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat
sesuai dengan kategori pengobatan.Hal ini untuk mencegah timbulnya
kekebalan terhadap OAT.
4.

Limfadenitis kronik non spesifik


Penatalaksanaan yang spesifik pada limfadenitis tidak ada.Limfadenitis
dapat terjadi setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang
disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus atau Staphylococcus.Terkadang
juga dapat disebabkan oleh infeksi seperti tuberculosis atau cat scratch disease
(Bartonella).Oleh karena itu, untuk mengatasi limfadenitis adalah dengan
mengeliminasi penyebab utama infeksi yang menyebabkan limfadenitis.
Limfadenitis biasanya ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas
yang bersangkutan dan pemberitan antibiotik, penderita limfadenitis mungkin
mengalami pernanahan sehingga memerlukan insisi dan penyaliran.Limfadenitis
spesifik, misalnya oleh jamur atau tuberculosis, biasanya memerlukan biopsi atau
biakan untuk menetapkan diagnosis.
Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:
-

Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri


Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam
Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan

Pengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi


bakteri, biasanya diberikan antibiotic per-oral (melalui mulut) atau intravena
(melalui pembuluh darah). Untuk membantu mengurangi rasa sakit, kelenjar
getah bening yang terkena bisa dikompres hangat.
Biasanya jika infeksi telah diobati, kelenjar akan mengecil secara perlahan dan
rasasakit akan hilang. Kadang-kadang kelenjar yang membesar tetap keras
dantidak lagi terasa lunak pada perabaan.Pembesaran KGB biasanya disebabkan

oleh virus dan sembuh sendiri,walaupun pembesaran KGB dapat berlangsung


mingguan.
Pengobatan pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) adalah antibiotik
oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25 mg/kgBB
empat kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotik golongan penicillin
dapat diberikan cephalexin 25 mg/kg (sampai dengan 500 mg) tiga kali sehari
atau erythromycin 15 mg/kg (sampai 500 mg) tiga kalisehari.

1.8. Pencegahan
Kehadiran penyakit limfadenopati ini dapat dicegah dengan cara menjaga
kebersihan. Mengingat penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus, kuman, bakteri dan
lainnya.Memastikan semua makanan dan minuman yang kita konsumsi bersih dan
higenis, menjaga kebersihan badan dengan rajin membersihkannya memakai sabun
secara teratur serta menjaga kebersihan tempat tinggal adalah beberapa tindakan yang
bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, melakukan gaya hidup sehat
juga dirasa perlu guna menjaga diri jauh dari penyakit ini.
1.9. Komplikasi
1.

Pembentukan abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan
terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan
setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan
nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya
tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal ini
merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih
lanjut.Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam
tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.

2.

Selulitis (infeksi kulit)

Selulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan


jaringan di bawah kulit.Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam
pembuluh getah bening dan aliran darah.Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar
ke seluruh tubuh.
3.

Sepsis (septikemia atau keracunan darah)


Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau mengancam
nyawa, yang ditemukan dalam hubungan dengan infeksi yang diketahui atau
dicurigai (biasanya namun tidak terbatas pada bakteri-bakteri)

4.

Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang disebabkan oleh TBC)


Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah
bening, padat / keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat
pula sudah terjadi perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak
seperti abses tetapi tidak nyeri.Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya sulit
sembuh oleh karena keluar secara terus menerus sehingga seperti fistula.Fistula
merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system / daya tahan
tubuh setiap individual.
Prognosis

1.10.

Prognosis untuk pemulihan adalah baik jika segera diobati dengan


antibiotik.Dalam kebanyakan kasus, infeksi dapat dikendalikan dalam tiga atau
empat hari.Namun, dalam beberapa kasus mungkin diperlukan waktu beberapa
minggu atau bulan untuk pembengkakan menghilang, panjang pemulihan
tergantung pada penyebab infeksi.Penderita dengan limfadenitis yang tidak
diobati dapat mengembangkan abses, selulitis, atau keracunan darah (septikemia),
yang kadang-kadang fatal.

Daftar Pustaka

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter%20II.pdf (5 November
2014, 11.00 WIB).
http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_209Pendekatan%20Diagnosis
%20Limfadenopati.pdf
Oehadian, Amaylia.2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati Indonesia:IDI
Reksodiputro AH, Irawan C. Limfoma non-hodgkin. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid
2 edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.1251-60
Sumantri R, Penyakit hodgkin. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 2 edisi ke 5. Jakart:
Interna Publishing; 2009.h.1262-5

Anda mungkin juga menyukai