Pembengkakankelenjarleher
(BlokDarahdanSistemLimfatik)
Kelompok:A.12
Ketua:ArifRahman
1102014038
Sekertaris:FazaAdityaKencana
1102014097
Anggota:AlyaNadhira
1102014015
DaraDikaWati
1102014065
FaridaCitra
1102014094
FrenjiAfrita
1102011109
InaDwiRahmanika
1102014127
InaRomantin
1102014128
IreneNovita
KinantiTyas
1102014133
1102014145
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan terdapat benjolan
pada leher kanan sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan semakin lama bertambah besar.
Keluhan disertai dengan demam terutama malam hari, berat badan menurun dan nyeri pada
benjolan tersebut.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan kelenjar getah bening di regio Colli
Dextra, satu buah, konsistensi sedikit keras, ukuran 3x3 cm, tidak ada tanda inflamasi dan nyeri
tekan. Ditemukan juga pembengkakan kelenjar getah bening di kedua ingual masing-masing satu
buah, ukuran 1x1 cm, konsistensi sedikit keras, tidak ada tanda inflamasi dan nyeri tekan.
Dokter meminta pasien untuk melakukan biopsi kelenjar getah bening untuk menegakkan
diagnosis dan pasien menyetujuinya.
Kata Sulit
Regio Colli Dextra:Daerah leher sebelah kanan.
Inguinal: Daerah pangkal paha.
Biopsi: Mengambil sepotong jaringan yang masih dalam keadaan hidup.
Pertanyaan
1. Mengapa tidak ada inflamasi dan nyeri tekan?
2. Mengapa ada benjolan pada Regio Colli Dextra dan Inguinal?
3. Mengapa demam tinggi pada malam hari?
4. Mengapa pada benjolan konsistensi sedikit keras?
5. Mengapa berat badan turun dan nyeri pada benjolan?
6. Mengapa benjolan semakin lama semakin besar?
7. Mengapa dokter melakukan biopsi pada kelenjar getah bening?
8. Apa diagnosis sementara pada skenario?
9. Apa diagnosis banding pada skenario?
10. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan?
11. Apa saja tatalaksana yang dilakukan?
12. Apa saja manifestasi pada skenario?
Jawaban
1. Pembekakan terjadi bukan karena adanya benda asing diluar melainkan karena
adanya kelainan limfosit yang aktif membelah.
2. Daerah tersebut merupakan daerah kelenjar getah bening yang besar dan teraba.
3. Karena metabolisme tubuh meningkat pada malam hari.
4. Karena limfosit berproliferasi dan menggumpal sehingga benjolan menjadi padat.
5. Nyeri: karena ada penekanan saraf karena adanya pembengkakan, berat badan
turun: karena terdapat nyeri menelan sehingga nafsu makan berkurang.
6. Karena sel limfosit berproliferasi/berkembang biak tidak terkendali sehingga
benjolan makin lama makin membesar.
7. Untuk membantu mengakkan diagnosis dengan cara mengambil cairan pada
benjolan.
8. Limfadenopati non hodgkin.
9. Limfoma hodgkin.
10. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
11. Radiotherapy dan kemotherapy.
12. - Pembesaran kelenjar getah bening
Hipotesis
Sel limfosit berproliferasi tidak terkendali sehingga menyebabkan penumpukan limfosit di
kelenjar getah bening sehingga terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang menyebabkan
terjadinya bengkak dan demam, sehingga diketahui dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang merupakan gejala limfadenopati.
Sasaran Belajar
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Limfadenopati
1.1. Definisi
1.2. Etiologi
1.3. Klasifikasi
1.4. Patofisiologi
1.5. Manifestasi Klinis
1.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding
1.7. Tatalaksana
1.8. Pencegahan
1.9. Komplikasi
1.10. Prognosis
L1. MM Limfadenopati
1.1. Definisi
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar
dari 1 cm. Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran
atau karakter kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula,
iliaka, atau poplitea dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear
dengan ukuran lebih besar dari 5 mm merupakan keadaan abnormal.
Berupa pembesaran kelenjar limfe, terjadi akibat adanya infiltrasi sel leukemik ke
dalam kelenjar limfe dan juga diduga adalah limfadenitis reaktif sebagai proses
pertahanan tubuh terhadap radang yang merupakan proses fisiologis tubuh.
Didefinisikan sebagai kelainan KGB dalam bentuk, ukuran, jumlah maupun konsistensi
yang disebabkan adanya infiltrasi sel-sel intrisik, sel-sel ekstrinsik atau adanya infiltrasi
sel-sel ganas.
Limfadenopati atau hiperplasia limfoid adalah pembesaran kelenjar limfe
sebagai respons terhadap proliferasi limfosit T dan limfosit B. limfadenopati biasanya
terjadi setelah infeksi suatu mikroorganisme. Limfodenopati regional merupakan
indikasi adanya infeksi local. Sedangkan limfadenopati generalisata biasanya
merupakan indikasi adanya infeksi sistemik seperti AIDS atau gangguan autoimun
seperti artritis rheumatoid atau lupus eritematosus sistemik. Biasanya limfadenopati
dapat mengindikasi adanya keganasan.
(Corwin, 2009)
1.2. Etiologi
1.3. Klasifikasi
Berdasarkan luas limfadenopati:
1
Lokalisata
Berdasarkan Tempat :
A Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya
meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma,sarkoidosis, tularemia, dan
sifilis sekunder.
B Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada
ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah
bening aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor
primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi,
hanya di kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear
dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas, yang bermetastasis ke
kelenjar getah bening ipsilateral.
C Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan.
Padapenelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko
palingtinggi
ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun.Limfadenopati supraklavikula
kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus.
Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan
abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).
D Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang
normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan
infeksi merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal
jarang disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva,
limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati
inguinal ditemukan pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra.
E Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit
autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab
jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat
disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut.
Limfadenopati sumber keganasan primer yang mungkin bermetastasis ke kelenjar
getah bening tersebut dan tindakan diseksi leher.
1.4. Patofisiologi
Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi.
Limfadenopati terjadi bila limfonodus local dan pembuluh darah mengalirkan materi
terinfeksi, yang tertangkap dalam jaringan folikular nodus. Peningkatan aliran limfatik
adalah karakteristik dari inflamasi local. BIla terjadi inflamasi pembuluh limfatik disebut
limfangitis dan bila inflamasi mempengaruhi limfonodus disebut limfadenitis. Sistem
limfe membantu mempertahankan infeksi tetap terlokalisasi dan terisolasi dari aliran
darah.
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular
darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya
bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan
yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan
peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama
seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan
interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama
peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan
sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe
menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang
dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat
menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer
ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular
dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh
kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam
tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat
melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah.
(Price, 1995; 39 - 40)
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang
kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung
darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap
terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan.
(Harrison, 1999; 372)
Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui operasi
dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat
untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah
operasi.
( Oswari, 2000; 240 )
Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan otak
dengan tekanan setempat yang tinggi.
( Oswari, 2000; 34 )
Pada awal pembiusan ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat,
pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah,
seperti biasa.
(Oswari, 2000; 35)
Beberapa plasma dan sel-sel (misalnya, sel-sel kanker, infeksi mikroorganisme)
dalam ruang interstitial, bersama dengan bahan tertentu seluler, antigen, dan partikel
asing memasuki pembuluh limfatik, menjadi cairan limfatik. Kelenjar getah bening
menyaring cairan limfatik dalam perjalanan ke sirkulasi vena sentral, menghilangkan selsel dan bahan lainnya. Proses penyaringan juga menyajikan antigen ke limfosit yang
terkandung dalam node. Respon imun dari limfosit ini melibatkan proliferasi sel, yang
dapat menyebabkan node untuk memperbesar (limfadenopati reaktif). Mikroorganisme
patogen dilakukan dalam cairan limfatik dapat langsung menginfeksi node, menyebabkan
limfadenitis (lihat Limfadenitis), dan sel-sel kanker dapat mengajukan dan berkembang
biak dalam kelenjar.
Penyebab
Keganasan
- Limfoma
Karakteristik
- Leukemia
Memar, splenomegali
- Neoplasma kulit
Biopsi lesi
- Sarkoma Kaposi
Biopsi lesi
- Metastasis
Bervariasi
primer
Infeksi
- Bruselosis
Diagnostik
Demam,
keringat
malam, Biopsi kelenjar
penurunan
berat badan, asimptomatik
tergantung
tumor Biopsi
- Cat-scratch disease
Demam,
menggigil,
asimptomatik
- CMV
Hepatitis,
pneumonitis, Antibodi CMV, PCR
asimptomatik,
infl uenza-like illness
HIV RNA
- Mononukleosis
- Faringitis
Kultur tenggorokan
- Rubela
Demam,
keringat
hemoptisis,
malam, Serologi
riwayat kontak
- Tuberkulosis
Demam,
gigitan
ulkus
pada
- Tularemia
- Demam tifoid
- Sifilis
- Hepatitis virus
Autoimun
Lupus
eritematosus Artitis simetris, kaku pada pagi Klinis,
ANA,ds
sistemik
hari, demam
hematologi
DNA,
LED,
- Artritis reumatoid
- Dermatomiositis
- Sindrom Sjogren
Demam,
strawberry
Tongue
Lain-lain/kondisi taklazim
- Penyakit Kawasaki
Perubahan
adenopati
kulit,
- Sarkoidosis
Hilar
Iatrogenik
- Serum sickness
- Obat
Limfadenopati asimptomatik
Penghentian obat
DIAGNOSIS BANDING
Pembesaran kelenjar limfe tanpa disertai nyeri, terutama di daerah leher dan di
bawah lengan
Dapat timbul demam malam hari dan keringat malam
Penurunan berat badan pada dtadium penyakit
(Corwin, 2009)
3. Limfadenitis tuberkulosis
Limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau
getah bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis (Ioachim, 2009).Apabila
peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher disebut dengan scrofula (Dorland,
1998).Limfadenitis pada kelenjar limfe di leher inilah yang biasanya paling sering
terjadi (Kumar, 2004). Istilah scrofula diambil dari bahasa latin yang berarti
pembengkakan kelenjar. Hippocrates (460-377 S.M.) menyebutkan istilah tumor
skrofula pada sebuah tulisannya (Mohaputra, 2009).
Limfadenitis
tuberkulosis
disebabkan
oleh
infeksi
Mycobacterium
tuberculosis.Mycobacteria tergolong dalam famili Mycobactericeae dan ordo
Actinomyceales.Basil TB adalah bakteri aerobik obligat berbentuk batang tipis lurus
berukuran sekitar 0,4 x 3 m dan tidak berspora.M. tuberculosismerupakan bakteri
tahan asam dan mudah mengikat pewarna Ziehl-Neelsen atau karbol fuksin
(Kumar, 2004)
Gambaran klinis:
Pembengkakan kelenjar limfe dapat terjadi secara unilateral atau bilateral, tunggal
maupun multipel.
Benjolan biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan
minggu sampai bulan, paling sering berlokasi di regio servikalis posterior dan
yang lebih jarang di regio supraklavikular
Menunjukkan gejala sistemik seperti demam, penurunan berat badan, fatigue dan
keringat malam.
bila berhubungandengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses
tubo-ovarian.
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma
jugadapatmenyebabkan limfadenopati.
Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit
Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat scratch, penyakit Castleman, Rhematoid arthritis dan Sistetmic lupus
erithematosus (SLE).
Kista ductus thyroglosuss : berada di garis tengah dan bergerak dengan menelan
Kista dermoid : benjolan di garis tengah dapat padat atau berisi cairan
1.7. Tatalaksana
Pengobatan limfadenopati kelenjar getah bening leher didasarkan kepada
penyebabnya.Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh dengan
sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi.Kegagalan
untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi
kelenjar getah bening.Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan.Kelenjar getah bening yang menetap atau bertambah
besar walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum
tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa
disebabkan oleh Staphyilococcus.aureusdan Streptococcus pyogenes (group A).
Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon
positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali
diagnosis dan penanganannya.Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya
abses dan evaluasi dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.
Terapi radiasi
2.
Radioterapi
3.
Limfadenitis tuberkulosis
Terapi farmakologis
Memiliki prinsip dan regimen obatnya yang sama dengan tuberkulosis
paru. Menurut panduan WHO, regimen pengobatan TB terdiri atas 2 fase,
yaitu fase awal dan fase lanjutan. Regimen ini ditulis dengan kode baku
sebagai berikut: angka di depan satu fase menunjukkan jangka waktu
pengobatan fase tersebut dalam bulan. Huruf menunjukkan obat dan angka
di belakang/di samping bawah huruf menunjukkan frekuensi pemberian
obat per minggu.Kalau tidak ada angka di belakang/di samping bawah
huruf, menunjukkan pemberian obat setiap hari/minggu. Di mana huruf R
artinya Rifampisin, huruf H artinya isoniazid, huruf Z artinya pirazinamid
dan huruf E artinya Etambutol. (Gunawan, 2007)
Berdasarkan beberapa pedoman pengobatan TB, terdapat perbedaan
pemberian regimen.Pedoman internasional dan nasional menurut WHO
memasukan limfadenitis TB dalam kategori III dan merekomendasikan
pengobatan selama 6 bulan dengan regimen 2HRZE/4RH atau
2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/6HE. American Thoracic society (ATS)
merekomendasikan pengobatan selama 6 bulan sampai 9 bulan, sedangkan
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengklasifikasikan
limfadenitis TB kedalam TB di luar paru dengan paduan obat
2RHZE/10RH. British Thoracic Society Research Committee and
Campbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan
dalam regimen 2RHE/7RH.
1.8. Pencegahan
Kehadiran penyakit limfadenopati ini dapat dicegah dengan cara menjaga
kebersihan. Mengingat penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus, kuman, bakteri dan
lainnya.Memastikan semua makanan dan minuman yang kita konsumsi bersih dan
higenis, menjaga kebersihan badan dengan rajin membersihkannya memakai sabun
secara teratur serta menjaga kebersihan tempat tinggal adalah beberapa tindakan yang
bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, melakukan gaya hidup sehat
juga dirasa perlu guna menjaga diri jauh dari penyakit ini.
1.9. Komplikasi
1.
Pembentukan abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan
terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan
setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan
nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya
tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal ini
merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih
lanjut.Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam
tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
2.
4.
1.10.
Daftar Pustaka