Anda di halaman 1dari 50

WRAP UP

ANAK YANG LAMBAN


BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG

KELOMPOK A-11
Ketua
Sekretaris
Anggota

: Aulia Elma Azzahra


: Alya Nadhira
: Destia Nahla Iqmalia
Dewi Anindya
Andinnya Cesalia Putri
Bunga Fiskalina
Farhan Fauzan
Hana Nabila Ulfia
Kurnia Hasanah

(1102104049)
(1102014015)
(1102013075)
(1102013078)
(1102104024)
(1102014059)
(1102014093)
(1102014118)
(1102104146)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2016-2017

SKENARIO
ANAK YANG LAMBAN
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, dibawa ibunya ke puskesmas karena
menurut guru disekolah, pasien tidak dapat mengikuti pelajaran disekolah. Pasien
sering mendapatkan nilai yang jelek, padahal saat diterangkan oleh gurunya
pasien selalu tampak memperhatikan gurunya, pasien belum lancar membaca dan
menulis, pasien sudah lancar berbicara, dapat makan, mandi dan berpakaian
sendiri. Saat ini pasien masih duduk di kelas I SD karena tidak naik kelas.
Pasien kemudian dirujuk untuk penilaian Intelligence Question (IQ) dan
didapatkan nilai 55 yang menunjukkan pasien terdiagnosa sebagai retardasi
mental ringan. Pasien disarankan untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB),
tetapi ortu tidak melakukan hal tersebut karena masalah biaya.
Pasien berasal dari keluarga dengan tikat social ekonomi rendah, menempati
rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga. Sebagai
anak bungsu dari lima bersaudara, pasien banyak diasuh oleh kakak
perempuannya yang paling tua; kedua orang tua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu
buruh cuci, shingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan
kebutuhan nutrisi.
Dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelola Zakat-Infak-Shodaqoh
(ZIS), akhirnya orang tua pasien memasukan anaknya ke SLB sebagai tanggung
jawab dan wujud dari kewajiban orang tua kepada anak untuk mendapatkan
pendidikan khusus yang dilanjutkan dengan pendidikan ketrampilan, agar klien
dapat hidup mandiri, tidak tergantung dengan orang lain.

KATA SULIT
IQ

: Perbandingan kecerdasan kemampuan intelektual analis,nlogika dan rasio


seseorang
RM : Retardasi Mental adalah menurunnya fungsi intelektual secara
menyeluruh
dan langsung menimbulkan gangguan adaptasi sosial serta manifestasi
selama masa perkembangan

PERTANYAAN
1. Apakah tes IQ merupakan tes yang efektif untuk menilai kecerdasan
seseorang? Adakah tes lainnya?
2. Apa penyebab retardasi mental pada anak?
3. Apa hubungan nutrisi dengan anak yang mengalami retardasi mental?
4. Kriteria-kriteria apa saja yang dapat dibilang retardasi mental ringan?
5. Berapa nilai normal IQ?
6. Mengapa retardasi mental berpengaruh terhadap fungsi motorik dan pola
pikir?
7. Adakah hubungan tingkat sosial ekenomi rendah dengan anak retardasi
mental?
JAWABAN
1. Efektivitas relatif tergantung kondisi tubuh saat mengerjakan tes. Tidak
ada
2. Terkena toxo dan rubella saat hamil, hipotiroid, nutrisi yang buruk,
kelainan kromosom, hamil pada usia lanjut, post aterm dan asfiksia
3. Nutrisi yang buruk dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan
kognitif
4. Tergantung dari nilai IQ
5. > 70
6. karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental
yang menyebabkan fungsi motorik dan pola pikir juga terganggu
7. tingkat sosial ekonomi yang rendah berdampak kepada asupan nutrisi yang
buruk dan lingkungan sosial dan tempat tinggal yang kurang baik

HIPOTESA

Retardasi mental disebabkan oleh multifaktor pada pertumbuhan janin saat


kehamilan maupun pasca kehamilan, antara lain infeksi toxo dan rubella saat
hamil, hipotiroid, nutrisi yang buruk, kelainan kromosom, hamil pada usia lanjut,
post aterm, asfiksia dan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Hal-hal tersebut
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental
seseorang. Berat atau ringannya keadaan ini dapat dinilai dari hasil tes IQ.

SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental


LO 1.1. Definisi
LO 1.2. Epidemiologi
LO 1.3 Etiologi
LO 1.4 Klasifikasi
LO 1.5 Manifestasi Klinis
LO 1.6 Diagnosis & Diagnosis Banding
LO 1.7 Tatalaksana
LO 1.8 Pencegahan
LO 1.9 Prognosis
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Kewajiban
Orang Tua Terhadap Anak

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental

LO 1.1 Definisi
Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh
secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan
bermanifestasi selama masa perkembangan.
a. Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah
kemampuan mental yang tidak mencukupi.
b. Carter CH (dikutip dari Toback C.) megatakan retardasi mental
adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal.
c. Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat
fumgsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala
dalam penyusuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa
perkembangan.
d. Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan
hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atai IQ (Intelegence Quotient).
IQ adalah MA/CA x 100%
M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test.
C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ
dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara
berfikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, demikian
pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah
kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai
tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada
penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling meninjol adalah
kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah
lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah
umur 18 tahun. Karena gejala tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut
retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.

LO 1.2 Epidemiologi

Sekitar 3% populasi umum mempunyai kuotien intelegensi (IQ) kuranf


dari 2 simpang baku di bawah mean. Telah diperkirakan bahwa 80 90% individu
dalam populasi dengan retardasi mental berfungsi dalam kisaran ringan,
sementara hanya 5% populasi dengan retardasi mental yang gangguannya berat
sampai sangat berat. Prevalensi retardasi mental ringan berbanding terbalik
dengan status social ekonomi, sementara ketidakmampuan sedang sampai berat
terjadi dengan frekuensi yang sama pada hampir semua kelompok pendapatan.
Karena diagnosis retardasi mental didasarkan pada penilaian perilaku penyesuaian
diri dan tidak ganya pada IQ, maka epidemiologinya juga bervariasi sejalan
dengan siklus hidup. Insidens retardasi yang pada mulanya dilaporkan meningkat
sejalan dengan usia, jumlahnya meningkat dengan tajam pada awal tahun tahun
sekolah dan menurun pada akhir masa remaja ketika individu dengan gangguan
ringan menyelesaikan pendidikan formalnya dan berasimilasi ke dalam kehidupan
dewasa normal. Identifikasi anak dengan retardasi ringan pada masa prasekolah paling lazim dipercepat dengan perhatian pada perkembangan bahasanya.
LO 1.3. Etiologi
Terdapat banyak penyebab cacat mental, seperti penyakit yang diderita
semasa kehamilan, terusakan dalam metabolisme, penyakit pada otak polamal,
dan yang tidak baik, dan perawatan yang tidak sesuai. Laporan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memaparkan bahwa 30% dari anak-anak yang cacat
mental serius disebabkan oleh ketidaknormalan genetik, seperti down syndrom,
25% disebabkan oleh cerebrum palsy, 30% disebabkan oleh meningitis dan
masalah pranatal sedangkan 15% sisanya belum dapat ditemakan. 9 faktor yang
menjadi penyebab timbulnya cacat mental: penyakit yang disebabkan minuman
keras, trauma, metabolisme atau pola makan yang tidak baik dan penyakit dalam
otak, pengaruh saat masa kehamilan yang tidak diketahui, kromosom yang
abnormal, gangguan semasa kehamilan, gangguan psikiatris dan pengaruh
Iingkungan.
Anak yang mengalami retardasi mental dapat disebabkan beberapa faktor
diantara faktor genetik atau juga kelainan dalam kromosom, faktor ibu selama
hamil dimana terjadi gangguan dalam gizi atau penyakit pada ibu seperti rubella,
atau adanya virus lain atau juga faktor setelah lahir dimana dapat terjadi
kerusakan otak apabila terjadi infeksi seperti terjadi meningitis, ensefalitis, dan
lain-lain.
Etiologi retardasi mental menggambarkan pengaruh kait-mengkait antara
faktor bakat (turunan) dan faktor lingkungan. Penyebab atau yang dicurigai
sebagai penyebab retardasi mental (RM) antara faktor bakat (turunan) dan faktor
lingkungan. Dalam mengkaji etiologi retardasi mental perlu disimak 3 faktor
berikut, yaitu:
a. Predisposisi genetik, termasuk kepekaan yang dipengaruhi oleh faktor
genetik terhadap agens atau faktor ekologis.
b. Faktor lingkungan yang dapat mengganggu organisme yang sedang
tumbuh, misalnya keadaan nutrisi, radiasi, dan juga keadaan lingkungan
psikososial.

c. Waktu terjadinya pemaparan, saat terjadinya pemaparan dapat


memengaruhi beratnya kerusakan.
Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum
umur 4 tahun sangat memepengaruhi perkembangan otak dan dapat juga
mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki
gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan
bergizi, intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.
Beberapa penyebab retardasi mental yang dapat dicegah atau diobati
Selain penyebab di atas, masih banyak penyebab retardasi mental yang dapat
dicegah dan diobati dan cukup banyak pula yang penyebabnya sampai saat ini
belum dapat diobati. Di antara penyebab yang dapat dicegah yaitu asfiksia lahir
dan trauma lahir, infeksi, malnutrisi berat dan defisiensi yodium.
Faktor Resiko terjadinya Retardasi Mental:
Faktor Prenatal
Penggunaan berat alkohol pada perempuan hamil dapat menimbulkan
gangguan pada anak yang mereka lahirkan yang disebut dengan fetal alcohol
syndrome. Faktor-faktor prenatal lain yang memproduksi retardasi mental adalah
ibu hamil yang menggunakan bahan-bahan kimia, dan nutrisi yang buruk
Penyakit ibu yang juga menyebabkan retardasi mental adalah sifilis,
cytomegalovirus, dan herpes genital. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan
oksigen dan cidera kepala, menempatkan anak pada resiko lebih besar terhadap
gangguan retardasi mental. Kelahiran premature juga menimbulkan resiko
retardasi mental dan gangguan perkembangan lainnya. Infeksi otak, seperti
encephalitis dan meningitis juga dapat menyebabkan retardasi mental. Anak-anak
yang terkena racun, seperti cat yang mengandung timah, juga dapat terkena
retardasi mental.
Faktor Psikososial
Seperti lingkungan rumah atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak
memberikan stimulasi intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari orang tua
dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi
mental.
Anak-anak dalam keluarga yang miskin mungkin kekurangan mainan,
buku, atau kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara
yang menstimulasi secara intelektual akibatnya mereka gagal mengembangkan
keterampilan bahasa yang tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk belajar
keterampilan-keterampilan yang penting dalam masyarakat kontemporer. Bebanbeban ekonomi seperti keharusan memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat
menghambat orang tua untuk meluangkan waktu membacakan buku anak-anak,
mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan mereka pada permainan kreatif.
Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan intelektual dapat berulang
dari generasi ke generasi.
Kasus yang berhubungan dengan aspek psikososial disebut sebagai
retardasi budaya-keluarga (cultural-familial retardation). Pengaruh cultural yang

mungkin memberikan kontribusi terhadap gangguan ini termasuk penganiayaan,


penelantaran, dan deprivasi sosial.

Faktor Biologis
1. Pengaruh genetik
Kebanyakan peneliti percaya bahwa di samping pengaruh-pengaruh
lingkungan, penderita retardasi mental mungkin dipengaruhi oleh gangguan gen
majemuk (lebih dari satu gen). Salah satu gangguan gen dominan yang disebut
tuberous sclerosis, yang relatif jarang, muncul pada 1 diantara 30.000 kelahiran.
Sekitar 60% penderita gangguan ini memiliki retardasi mental. Phenyltokeltonuria
(PKU) merupakan gangguan genetis yang terjadi pada 1 diantara 10.000 kelahiran
(Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2002). Gangguan ini disebabkan metabolisme
asam amino Phenylalanine yang terdapat pada banyak makanan. Asam
Phenylpyruvic, menumpuk dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada sistem
saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.
2. Pengaruh kromosomal
Jumlah kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah 46 baru
diketahui 50 tahun yang lalu. Tiga tahun berikutnya, para peneliti menemukan
bahwa penderita Sindroma Down memiliki sebuah kromosom kecil tambahan.
Semenjak itu sejumlah penyimpangan kromosom lain menimbulkan retardasi
mental telah teridentifikasi yaitu Down syndrome dan Fragile X syndrome.
a. Down syndrome
Sindroma down, merupakan bentuk retardasi mental kromosomal
yang paling sering dijumpai, di identifikasi untuk pertama kalinya oleh
Langdon Down pada tahun 1866. Gangguan ini disebabkan oleh adanya
sebuah kromosom ke 21 ekstra dan oleh karenanya sering disebut dengan
trisomi 21. (Durand, 2007). Anak retardasi mental yang lahir disebabkan
oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma
mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 60, dan rata-rata mereka
memliki IQ 30 50. Abnormalitas kromosom yang paling umum
menyebabkan retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai oleh
adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan
kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi
47. Anak dengan sindrom down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik
tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil
yang mengarah ke bawah pada kulit dibagian ujung mata yang
memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil, dan
berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang
melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak
proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri
anak dengan sindrom down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi

mental dan banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti


gangguan pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan.
b. Fragile X syndrome
Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental
yang diwariskan. Gangguan ini merupakan bentuk retardasi mental paling
sering muncul setelah sindrom down (Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid,
2003). Gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh,
sehingga disebut Fragile X syndrome. Sindrom ini mempengaruhi laki-laki
karena mereka tidak memiliki kromosom X kedua dengan sebuah gen
normal untuk mengimbangi mutasinya. Laki-laki dengan sindrom ini
biasanya memperlihatkan retardasi mental sedang sampai berat dan
memiliki angka hiperaktifitas yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap
2.000 laki-laki lahir dengan sindrom ini.
Menurut PedomanPenggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 faktor-faktor
penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut:
a) Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada
perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan
terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya
menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat terjadi karena masuknya
rubella, sifilis, toksoplasma, dll. Ke dalam tubuah ibu yang sedang
mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya
racun atau obat yang semestinya dibutuhkan.
b) Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Ruda paksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper
radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat
mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental. Pada waktu proses
kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga
timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan
oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel
korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
c) Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein),
gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini.
Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4
tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan
retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan
gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun
anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang
rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.

d) Penyakit otak yang nyata


Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa
reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst.
Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan
penderita mengalamai keterbelakangan mental.
e) Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan,
tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan
defek congenital yang tak diketahui sebabnya.
f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun
bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma
down yang dulu sering disebut mongoloid.
g) Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang
berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya
kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38
minggu.
h) Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa
yang berat pada masa kanak-kanak.
i) Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak
terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata
juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.
LO 1.4 Klasifikasi
Menurut nilai IQ-nya (Swaiman, 1989):
Nilai IQ
Sangat superior

130 atau lebih

Superior

120-129

Diatas rata-rata

110-119

Rata-rata

90-110

Dibawah rata-rata

80-89

Retardasi mental borderline

70-79

Retardasi mental ringan (mampu didik)

52-69

Retardasi mental sedang (mampu latih)

36-51

Retardasi mental berat

20-35

Retardasi mental sangat berat

Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe
ringan masih mampu didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan
retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan
bimbingan seumur hidupnya.
Retardasi Mental Taraf Perbatasan

Intelligence Quotient: 68 - 85 (keadaan bodoh/bebal)

Patokan social: Tidak dapat bersaing dalam mencari nafkah

Patokan pendidikan: Beberapa kali tak naik kelas di SD


Retardasi Mental Ringan
a. Intelligence Quotient: 52 67 (debil/moron/keadaan tolol)
b. Patokan sosial: Dapat mencari nafnah sendiri dengan mengerjakan sesuatu
yang sederhana dan mekanistis.
c. Patokan pendidikan: Dapat dididik dan dilatih tetapi pada sekolah khusus
(SLB). Tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal sebelum
mulai bersekolah.
Retardasi Mental Sedang
a. Intelligence Quotient: 36 51 (taraf embisil/keadaan dungu)
b. Patokan sosial: Tidak dapat mencari nafkah sendiri. Dapat melakukan
perbuatan untuk keperluan dirinya (mandi, berpakaian, makan, dst.).
c. Patokan pendidikan: Tidak dapat dididik, hanya dapat dilatih. Memiliki
kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan
motorik yang normal
Retardasi Mental Berat
a. Intelligence Quotient: 20 35
b. Patokan sosial: Tidak dapat mencari nafkah sendiri. Kurang mampu
melakukan perbuatan untuk keperluan dirinya. Dapat mengenal bahaya.
c. Patokan pendidikan: Tidak dapat dididik, dapat dilatih untuk hal-hal yang
sangat sederhana.
Umumnya memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam
pengendalian sensori motor. Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktifitas

secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang
parah menjadikan mereka relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya
memberikan sedikit stimulasi
Retardasi Mental Sangat Berat
a. Intelligence Quotient: Kurang dari 20 (idiot/keadaan pander)
b. Patokan social: Tidak dapat mengurus diri sendiri dan tidak dapat
mengenal bahaya. Selama hidup tergantung dari pihak lain.
c. Patokan pendidikan: Tidak dapat dididik dan dilatih Membutuhkan
supervisi total dan sering kali harus diasuh sepanjang hidup mereka.
Sebagian besar mengalami abnormalitas fisik yang berat serta kerusakan
neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemanapun.
Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi:
a. Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun
mentalnya cukup berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan
anak ini perlu perawatan yang terus menerus da kelainan ini dapat terjadi
pada kelas sosial tinggi ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang
menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari pertolongan karena
mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
b. Tipe sosial budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak
dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga
disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah,
mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini
kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Orang tua dari
anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya, mereka
mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog,
karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak
tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental
ringan.
Klasifikasi menurut faktor sosial dan pendidikan sebagai berikut:
a. Bodoh atau bebal, bila IQ 65-85, taraf perbatasan, tidak sanggup bersaing
mencari nafkah dan beberapa kali tidak naik kelas di SD.
b. Debilitas (keadaan tolol), bila IQ 52-64, termasuk kategori retardasi
mental ringan, dapat mencari nafkah secara sederhana dalam keadaan baik,
dapat dididik dan dilatih di sekolah khusus.
c. Imbisilitas (keadaan dungu), bila IQ 35-51 (retardasi mental sedang)
atau IQ 20-35 (retardasi mental berat), mengenal bahaya, ridak bisa
mencari nafkah, tidak dapat dididik dan dilatih.
d. Idiosi (keadaan pandir) jika IQ kurang dari 20, termasuk golongan
retardasi mental sangat berat, tidak mengenal bahaya, tidak dapat
mengurus diri sendiri, tidak dapat dididik dan dilatih.

LO 1.5 Manifestasi Klinis


Tingkatan Retardasi Mental

Tingkat

Kisaran
IQ

Ringan

52-68

Modera
t

36-51

Kemampuan
Usia Prasekolah
(sejak lahir-5
tahun)
Bisa
membangun
kemampuan
sosial dan
komunikasi
Koordinasi
otot sedikti
terganggu
Seringkali
tidak
terdiagnosis
Bisa
berbicara dan
belajar
Kesadaran
sosial kurang
Koordinasi
otot cukup

Kemampuan
Masa Dewasa
(21 tahun
keatas)
Biasanya bisa
Bisa
mencapai
mempelajari
kemampuan
pelajaran kelas
kerja dan
6 pada akhir
bersosialisasi
usia belasan
yang cukup,
tahun
tetapi ketika
Bisa
mengalami stres
dibimbing ke
sosial ataupun
arah pergaulan
ekonomi,
sosial
memerlukan
Bisa dididik
bantuan
Bisa
Bisa
mempelajari
memenuhi
beberapa
kebutuhannya
kemampuan
sendiri
sosial dan
dengan
pekerjaan
melakukan
Bisa belajar
pekerjaan
bepergian
yang tidak
sendiri di
terlatih atau
tempat-tempat
semi terlatih
yang
dibawah
dikenalnya
pengawasan
dengan baik
Memerlukan
pengawasan
dan
Kemampuan
Usia Sekolah (620 tahun)

bimbingan
ketika
mengalami
stres sosial
maupun
ekonomi yang
ringan

Berat

20-35

Sangat
berat

19 atau
kurang

Bisa
mengucapkan
Bisa
beberapa kata
memelihara
Mampu
diri sendiri
Bisa berbicara
mempelajari
dibawah
atau belajar
kemampuan
pengawasan
berkomunikasi
untuk
Dapat
Bisa
menolong
melakukan
mempelajari
diri sendiri
beberapa
kebiasaan
Tidak
kemampuan
hidup sehat
memiliki
perlindungan
yang
kemampuan
diri dalam
sederhana
ekspresif atau
lingkungan
hanya sedikit
yang
Koordonasi
terkendali
jelek
f. Memiliki
a. Sangat
d. Memiliki
beberapa
terbelakang
beberapa
koordinasi
b. Koordinasi
koordinasi
otot dan
ototnya
otot
berbicara
sedikit sekali
e. Kemungkinan g. Bisa merawat
c. Mungkin
tidak dapat
diri tetapi
memerlukan
berjalan aau
sangat
perawatan
berbicara
terbatas
khusus
h. Memerlukan

Anak-anak cacat mental berbeda dari anak-anak lain dalam aspek berikut:
Proses kognitif (terbatas dan menghambat prestasi dalam bidang akademis);

Pemerolehan dan penggunaan bahasa: kurang benar dalam hal struktur dan
maknanya; Kemampuan fisik dan motorik (termasuk penglihatan dan
pendengaran serta penggunaan motorik ringan); Ciri-ciri pribadi dan sosial
(kurang daya konsentrasi, bermasalah dalam tingkah laku).
Adapun cici cirri yang lainnya yaitu lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi
bahasa, Gagalnya melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala
diatas atau dibawah normal (kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari
ukuran normal), Kemungkinan lambatnya pertumbuhan Kemungkinan tonus otot
abnormal (lebih sering tonus otot lemah).
Kelainan tubuh anak pada retardasi mental:
a. Kelainan pada mata:
1. Katarak: Sindrom Cockayne, Sindrom Lowe, Galactosemia, Sindrom Down,
Kretin, Rubella Pranatal, dll.
2. Bintik cherry-merah pada daerah macula: Mukolipidosis, Penyakit NiemannPick, Penyakit Tay-Sachs
3. Korioretinitis: Lues congenital, Penyakit Sitomegalovirus, Rubella Pranatal
4. Kornea keruh: Lues Congenital, Sindrom Hunter, Sindrom Hurler, Sindrom
Lowe
b. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik: Defisiensi glikogen sinthesa, Hipersilinemia,
Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV,
dan VI, Phenyl ketonuria, Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal: Arginosuccinic asiduria, Hiperammonemia I
dan II, Laktik asidosis, dll.
c. Kelainan kulit Bintik caf-au-lait: Atakasia-telengiektasia, Sindrom bloom,
Neurofibromatosis, Tuberous selerosis
d. Kelainan rambut
a. Rambut rontok: Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih: Atrofi progresif serebral hemisfer, Ataksia
telangiectasia, Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus: Hipotiroid, Malnutrisi
e. Kepala
1 Mikrosefali
2 Makrosefali: Hidrosefalus, Neuropolisakaridase, Efusi subdural

6. Perawakan pendek: Kretin, Sindrom Prader-Willi


7. Distonia: Sindrom Hallervorden-Spaz
LO 1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan,
yaitu untuk mengetahui penyebab kelainan ini organik atau non organik, apakah
kelainannya dapat diobati/tidak dan apakah ada faktor genetik/tidak. Dengan
melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunakan DDST
(Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat.
Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya,
sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur enam tahun
dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat
diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang
cacat, mencari masalah lingkungan/faktor non organik lainnya dimana
diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang
gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. (Depkes, 2005)
Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa
dari orang tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan
anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan psikologik, bila perlu diperiksa
juga di laboratorium, diadakan evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi
psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping
retardasi mental.1
Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik,
melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang
berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang
tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk
diagnosis yang pasti harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan
berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa
sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental dapat
ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk
kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien dengan retardasi
mental sangat mudah dikenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar,
gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah tampak tumpul.
Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu:
Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira
70 atau dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.
Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi,
kemampuan menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan,
kesehatan dan keamanan.
Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

ANAMNESIS
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam
diagnosis adalah membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak
normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan
terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam
membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan
emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa
anak. Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain:
Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip,
terkejut, atau menggerakkan bagian tubuh.
Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya
saat berbicara padanya.
Kapan bayi mulai mengeluarkan suara aaaggh
Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling
atau mencari ke arah suara
Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
Mengikuti perintah satu langkah, seperti beri ayah sepatu atau ambil
koran
Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti
mata, hidung, telinga.
American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti
perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata,
mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang
panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi
sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas
pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan
spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan
keinginannya.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan
gejala-gejala gangguan bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti
kata dan kalimat. Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk
yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7
tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran
memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual
seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.

Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam


pengucapan, yaitu berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya
kemampuan untuk memproduksi suara.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi
pengulangan atau perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi
pada anak laki-laki
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh,
dengan perhatian khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya
riwayat retardasi mental; hubungan darah pada orang tua; dan gangguan herediter.
Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang sosialkultural
pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien. Serta dilakukan
anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:
Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang
bukan anjuran dokter?
Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
Riwayat perkembangan anak?
Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
Latar belakang sosiokultural?
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari
gangguan bahasa dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali
telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William (facies Elfin, perawakan
pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lainlain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan
gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pata,
pataka.
Cara Pengukuran Pertumbuhan
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
pertumbuhan, maka dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian
dibandingkan dengan parameter yang sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:
1 Tinggi badan
2 Berat badan
3 Lingkar lengan
4 Lingkar kepala
5 Lingkar dada
6 Lingkar abdomen

Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang


sering ditemukan pada pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
a. Kepala: Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b. Rambut: Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah
c. Mata: mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d. Hidung
: jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil,
cuping melengkung ke atas, dll
e. Mulut: bentuk V yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
f. Geligi: odontogenesis yang tdk normal
g. Telinga: keduanya letak rendah; dll
h. Muka: panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher: pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan: jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen: terdapat beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia: mikropenis, testis tidak turun, dll
m. Kaki: jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
PEMERIKSAAN PENUNJANG
BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
Merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang
dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak)
sebagai respon terhadap stimulus auditorik.
Gangguan neurologis sering terjadi pada retardasi mental seperti gangguan
kejang terjadi pada 10 % dari semua orang retardasi mental. Gangguan pada
motorik dimanifestasikan oleh kelainan pada tonus (spastisitas atau hipotonia),
refleks (hiperrefleksia), dan gerakan involunter (koreoatetosis). Derajat
kecacatan yang lbih kecil ditemukan dalam kelambanan dan koordinasi yang
buruk.
Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran yang ringan.
Gangguan visual dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep
ruang, pengenalan rancangan, dan konsep citra tubuh. Dilakukan pemeriksaan
sinar-x tengkorak, pemeriksaan tomografi computer (CT) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) untuk menghubungkan patologi sistem saraf pusat
dengan retardasi mental, pembesaran kepala, dicurigai adanya kelainan otak
yang luas, dicurigai adanya tumor intra kranial, kejang local.
Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk menentukan adanya gejala
kejang yang dicurigai, kesulitan mengerti bahasa yang berat.

Pemeriksaan Audiometric
Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil
dan untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada
4 kategori pengukuran dengan audiometri:

Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang


dilakukan dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus
bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah
sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan
di ruangan yang tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan
yang berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan terhadap respon yang
diperlihatkan anak.
Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang
dilakukan sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk
meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia mendengar
bunyi.
Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah
disusun dalam silabus dalam daftar yang disebut : phonetically
balance word LBT (PB List). Anak diminta untuk mengulangi
kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini
dilihat apakah anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna
pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak dalam
pembicaraan seharihari dan untuk menilai pemberian alat bantu
dengar (hearing aid).
Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.

CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan


gambaran area otak yang abnormal.

Timpanometri
Digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system
osikular. Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling
dikenal yaitu skala Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ
verbal, IQ performance, dan IQ gabungan.
Skala intelegensi Wechsler untuk anak II: penyelesaian susunan
gambar. Tes ini terdiri dari satu set gambar-gambar objek yang umum,
seperti gambar pemandangan. Salah satu bagian yang penting
dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon dinilai
sebagai benar atau salah.
Skala intelegensi Wechsler untuk anakIII: mendesain balok. Anak
diberikan pola bangunan dua dimensi dan kemudian diminta untuk
membuat replikanya menggunakan kubus dua warna. Respon dinilai
sebagai benar atau salah.

Tes Laboratorium
Pada tes laboratorium retardasi mental yang digunakan adalah
pemeriksaan urin dan darah untuk mencari gangguan actorti. Kelainan enzim
pada gangguan kromosom, terutama sindrom down.
Amniosentesis yaitu pengambilan cairan actort dari ruang amnion secara
trans-abdominal antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, digunakan untuk

kelainan kromosom bayi terutama sindrom Down. Sel cairan amnion, yang
terbanyak berasal dari janin, dibiakkan untuk pemeriksaan sitogenetik dan
biokimiawi. Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita hamil di atas usia
35 tahun.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS; chorionic villi sampling) adalah
tehnik skrining yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini
dilakukakn pada usia kehamilan 8 dan 10 minggu, yang 6 minggu lebih awal
dibandingkan amniosentesis. Hasilnya tersedia dalam waktu yang singkat
(beberapa jam/hari), jika kehamilan abnormal, keputusan untuk mengakhiri
kehamilan dapat dilakukakan dalam trimester pertama. (Soetjiningsih, 1995)

Pemeriksaan Psikologis
Dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman. Tes Gesell, Bayley,
dan Cattell adalah tes yang sering digunakan untuk bayi. Tes Bender Gestalt
dan Benton Visual Retention test juga digunakan untuk anak retardasi mental.
Disamping itu, pemeriksaan psikologi harus menilai kemampuan actortic,
motorik, actortic, dan kognitif. Informasi tentang actor motivasional,
emosional, dan interpersonal juga penting.

Pemeriksaan lainnya:
1. Kromosomal kariotipe
Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
Terdapat beberapa kelainan kongenital
Genital abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
Gejala kejang yang dicurigai
Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
Pemebesaran kepala yang progresif
Tuberous sklerosis
Dicurigai kelainan otak yang luas
Kejang lokal
Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
Kelainan pendengaran tipe sensorineural
Neonatal hepatosplenomegali
Petechie pada periode neonatal
Chorioretinitis
Mikroptalmia
Kalsifikasi intrakranial
Mikrosefali
5. Serum asam urat

Choreoatetosis
Gout
Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
Asidosis metabolik
Kejang mioklonik
Kelemahan yang progresif
Ataksia
Degenerasi retina
Ophtalmoplegia
Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
Hepatomegali
Tuli
Kejang dini dan hipotonia
Degenerasi retina
Ophtalmoplegia
Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
Anamnesis adanya pika
Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
Gerakan involunter
Sirosis
Cincin Kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
1 Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
2 Gagal tumbuh
3 Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
4 Warna rambut yang tidak biasa
5 Mikrosefali
6 Asidodis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma amonia
a. Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
b. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
c. Atrofi N. Optikus
d. Degenerasi retina
e. Sereberal ataksia yang berulang
f. Mioklonus
g. Hepatosplenomegali

h. Kulit yang kasar dan lepas-lepas


i. Kejang
j. Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
k. Kiposis
l. Anggota gerak yang pendek
m. Badan yang pendek
n. Hepatosplenomegali
o. Kornea keruh
p. Gangguan pendengaran
q. Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
r. Katarak
s. Hepatomegali
t. Kejang
16. Urin ketoacid
u. Kejang
v. Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
w. Muntah-muntah
x. Isapan bayi pada saat menyusu lemah
y. Gejala disfungsi autonomik
(Sumber: Soetjiningsih. (1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan sensorik terutama buta dan tuli
Gangguan perkembangan spesifik (kelambatan satu aspek perkembangan;
bicara, aleksia, agrafia, afasia)
Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan;
autisme, infantile, skizofrenia yang timbul pada masa anak)
Penyakit fisik yang kronis yang kesulitan belajar (untuk retardasi mental
ringan)
LO 1.7 Tatalaksana
FARMAKOLOGI
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik
(selalu bergerak, konsentrasi kurang dan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat
yang sering digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk
menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya:
1. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
2. Imipramin dosis 1,5 mg/kg/hari
Efek sampingan kedua obat diatas dapat menimbulkan convulsi
3. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala
hyperkinetik

Obat-obatan untuk konvulsi:


a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejala gangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir)
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik)
c. Cofein: baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar:
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.
Minum kopi tiap pagi bisa menurunkan gejala hyperkinetik, karena kopi
mengandung Cofein.
NON FARMAKOLOGI
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang
tuanya. Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual,
psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan (merubah lingkungan anak yang
tidak menguntungkan bagi anak tersebut). Walaupun tak akan dapat
menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan obatobatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan
hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang
sungguh dari pihak terapis (yang mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksikoreksi terhadap hubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga
ketekunan dan kesadaran dalam merawat anak-anak dengan retardasi mental serta
melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapat tingkah laku anak
maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun
lingkungannya (teman-teman disekitarnya).
Pendekatan Medis
Penggunaan Ritalin efektif untuk mengurangi perilaku antisosial pada
anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan tingkah laku.
Pendekatan Behavioral
Pendekatan ini mendasarkan pada prosedur operant conditioning.
Misalnya, Program penanganan residential, yang menetapkan aturan dengan jelas
terhadap anak-anak. Mereka akan diberikan reward untuk perilaku yang tepat dan
hukuman untuk perilaku yang tidak tepat.
Pendekatan Kognitif-Behavioral

Penanganan anak dengan gangguan tingkah laku dilakukan dengan Terapi


Kognitif Behavioral, yaitu melatih anak dengan gangguan tingkah laku untuk
berpikir bahwa konflik sosial adalah masalah yang dapat diselesaikan dan bukan
merupakan tantangan terhadap kejantanan mereka, yang harus dibuktikan dengan
kekerasan. Anak-anak ini dilatih menggunakan keterampilan calming self talk,
yaitu teknik untuk berpikir & berbicara kepada diri sendiri, tujuannya adalah
menghambat perilaku impulsif, mengendalikan kemarahan, dan mencoba solusi
yang tidak mengandung kekerasan dalam menghadapi konflik sosial.
Pendekatan Keluarga-Lingkungan (Family Ecological Approach)
Pendekatan ini dikembangkan oleh Hanggeler, yang didasarkan pada teori
ekologis dari Urie Bronfenbrenner. Pendekatan ini meyakini bahwa anak berada
dalam berbagai sistem sosial (keluarga, sekolah, hukum, komunitas, dll). Ia
menekankan bahwa anak-anak/remaja yang melanggar peraturan itu
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem sosial yang berinteraksi dengan
mereka. Teknik yang digunakan adalah berusaha mengubah hubungan anak
dengan berbagai sistem, untuk menghentikan perilaku dan interaksi yang
mengganggu.
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak dengan orang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat
sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan
anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orang tua anak dengan
retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah
sikap orang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat
diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu, anak retardasi mental lainnya,
seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk mengurangi sikap rendah diri,
perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak ibu lain yang
mengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan
demikian ibu dapat bersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya
serta dapat merencanakan program yang baik bagi anaknya. Di luar negeri social
worker yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut diatas
LO 1.8 Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan
gangguan yang disertai dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk (1)
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum
tentang retardasi mental, (2) usaha terus menerus dari profesional bidang
kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan
masyarakat (3) aturan yang memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak
yang optimal 4) eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan
system saraf pusat. Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan
insidensi retardasi mental dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetik
retardasi mental. (Kaplan, 2008)

Pencegahan primer juga dapat di lakukan dengan perbaikan sosio ekonomi


dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan
persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan di atas 40 tahun
dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anakanak)
2. Pencegahan Sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka
dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
Penyakit metabolik dan endokrin yang menurun seperti Phenil Keton Uria (PKU),
hipertiroidisme bisa diobati secara efektif pada stadium dini.
3. Pencegahan Tersier
Meliputi pendidikan pasien atau latihan khusus, disalurkan ke Sekolah
Luar Biasa (SLB) yang sesuai. Bagi yang gelisah, hiperaktif atau destruktif dapat
diberi: Methylphenidate diberi pagi hari dengan dosis tergantung berat badan dan
dimulai dengan dosis yang rendah sampai mencapai dosis maksimum 20mg/hari
(1x per hari). Bila ada gejala kejang, diberi obat anti kejang. Konseling untuk
orang tua. (Soetjiningsih, 1995)
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis
dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh
karena mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki
anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai sekarang
belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang
dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.
Konsultasi iasic akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada
orang tua dari anak retardasi mental mengenai penyebab terjadinya retardasi
mental. Vaksinasi MMR secara dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella
sebagai salah satu penyebab retardasi mental.
Setiap wanita hamil yang berumur >35 tahun dianjurkan untuk
menjalankan amniosentesis dan pemeriksaan vili korion, karena mereka memiliki
risiko melahirkan bayi yang menderita Sindrom Down. USG juga dapat
membantu menemukan adanya kelainan otak. Untuk mendeteksi Sindrom Down
dan spina bifida juga bias dilakukan pengukuran kadar alfa-protein serum.
Tindakan pencegahan lainnya yang dapat di lakukan untuk mencegah retardasi
mental:
Genetik. Penyaringan prenatal (sebelum lahir) untuk kelainan genetik dan
konsultasi genetik untuk keluarga- keluarga yang memiliki resiko dapat
mengurangi angka kejadian retardasi mental yang penyebabnya adalah
factor genetik.
Sosial. Program sosial pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan
menyelenggarakan pendidikan yang baik dapat mengurangi angka
kejadian retardasi mental ringan akibat kemiskinan dan status ekonomi
yang rendah.

Keracunan. Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam dan


merkuri serta racun lainnya akan mengurangi retardasi mental akibat
keracunan. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan efek dari pemakaian
alkohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat mengurangi angka
kejadian retardasi mental.
Infeksi. Pencegahan rubella merupakan contoh yang baik dari program
yang berhasil untuk mencegah salah satu bentuk retardasi mental.
Kewaspadaan yang konstan (misalnya yang berhubungan dengan kucing,
toksoplasmosis, dan kehamilan) membantu mengurangi retardasi mental
akibat toksoplasmosis.
Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan
dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan.
Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan
awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini: perawatan
prenatal, pengawasan kesehatan reguler, pelayanan dukungan keluarga.

LO 1.9 Prognosis
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya
lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya.
Anak dengan dengan retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa
penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan
orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan
masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.
Pada anak dengan retardasi mental berat, gejalanya telah dapat terlihat
sejak dini. Retardasi mental ringan tidak selalu menjadi gangguan yang
berlangsung seumur hidup. Seorang anak bisa saja pada awalnya memenuhi
kriteria retardasi mental saat usianya masih dini, namun seiring dengan
bertambahnya usia, anak tersebut dapat saja hanya menderita gangguan
perkembangan (gangguan komunikasi, autisme, slow learner-intelejensia ambang
normal). Anak yang didiagnosa dengan retardasi mental ringan di saat masa
sekolah, mungkin saja dapat mengembangkan perilaku adaptif dan berbagai
keterampilan yang cukup baik sehingga mereka tidak dapat lagi dikategorikan
menderita retardasi mental ringan, atau dapat dikatakan efek dari peningkatan
maturitas menyebabkan anak berpindah dari satu kategori diagnosis ke kategori
lainnya (contohnya, dari retardasi mental sedang menjadi retardasi mental ringan).
Beberapa anak yang didiagnosis dengan gangguan belajar spesifik atau gangguan
komunikasi dapat berkembang menjadi retardasi mental seiring dengan
berjalannya waktu. Ketika masa remaja telah dicapai, maka diagnosis biasnya
telah menetap.
Prognosis jangka panjang dari retardasi mental tergantung dari penyebab
dasarnya, tingkat defisit adaptif dan kognitif, adanya gangguan perkembangan dan
medis terkait, dukungan keluarga, dukungan sekolah/masyarakat, dan pelayanan
dan training yang tersedia untuk anak dan keluarga. Saat dewasa, banyak
penderita retardasi mental yang mampu memenuhi kebutuhan ekonmi dan
sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin saja membutuhkan supervisi secara
periodik, terutama di saat mengalami masalah sosial maupun ekonomi.

Kebanyakan penderita dapat hidup dengan baik dalam masyarakat, baik secara
mandiri maupun dalam supervisi. Angka harapan hidup tidak terpengaruh oleh
adanya retardasi mental ini.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja
o Periode Pertumbuhan Anak dan Remaja
Kecepatan pertumbuhan anak melambat setelah tahun pertama kehidupan.
Pada umur setahun berat badan anak menjadi 3 kali BB lahir, tetapi pada umur 2
tahun BB anak hanya 4 kali BB lahir. Panjang badan anak bertambah 50% pada
umur setahun, namun panjang badan lahir baru tercapai pada umur 4 tahun. Pada
anak yang baru sembuh dari suatu penyakit atau anak mengalami kekurangan gizi
akan mengalami pertumbuhan yang lambat.
Anak membutuhkan nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan tulang,
gigi, otot dan darah. Anak mempunyai risiko mengalami malnutrisi apabila anak
terlalu lama nafsu makannya buruk, asupan makanan yang terbatas atau makanan
yang terlalu encer. Energi dibutuhkan oleh anak untuk keperluan metabolisme
basal, pertumbuhan dan aktifitas. Komposisi makanan pada masa ini dianjurkan
terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-15% protein dan 25-30% lemak. Dalam
menghitung kebutuhan energi pada anak normal lebih baik berdasarkan kebutuhan
energi per kg BB dan jenis kelamin anak.Anak umur 1 3 tahun mempunyai
risiko mengalami anemia defisiensi besi. Keadaan ini disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan, dan akibat dari diet
anak yang tidak cukup mengandung energi. Kalsium dibutuhkan untuk
mineralisasi tulang dan mempertahankan pertumbuhan tulang. Kebutuhan kalsium
tergantung pada kemampuan absorpsi dan faktor diet seperti jumlah protein,
vitamin D dan fosfor. Vitamin D diperlukan untuk absorpsi kalsium dan deposisi
kalsium di tulang.
Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Defisiensi seng dapat
mengakibatkan gagal tumbuh, penurunan nafsu makan atau pengecapan, dan
penyembuhan luka yang lambat. Kebutuhan seng adalah 10 mg/hari.
Faktor faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah:
Keluarga
Media
Teman sebaya
Penyakit
Masalah makanan yang sering terjadi pada masa anak adalah:
Obesitas
Kurang gizi
Defisiensi besi
Defisiensi vitamin A
Karies gigi
Alergi makanan

Gizi pada masa prasekolah

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok


masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut:

Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti
bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering
muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1
tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30
hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam
hari tidak diperhitungkan
Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap
perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi
makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U
(Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan
berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung
pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu .
Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk
Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan
menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang
lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada
umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun.
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan

status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator
status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi
tubuh (Soekirman, 2000).
Prinsip Gizi Pada Remaja Dan Dewasa
Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam
proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi
kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi
endokrin. Pada saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi
tubuh. Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth
Spurt) baik tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt,
kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.
Growth Spurt:
Anak perempuan: antara 10 dan 12 tahun
Anak laki-laki: umur 12 sampai 14 tahun.
Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama
melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi
oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penelitian membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari
20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti,
makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk
mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi
lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa
dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya,
seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskan mendapatkan kebutuhan zat
gizi yang lebih dari biasanya.
o Jenis Gizi Anak Dan Remaja
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.
Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan,
bayi, anak-anak, masa remaja, hingga usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu
komponen gizi mikro yang memiliki peranan penting dalam proses tumbuh
kembang khususnya pada anak.
Fungsi zat-zat gizi
Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak antara
lain adalah:
Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan
sebagai sumber energi untuk membentuk sel-sel otak baru.
Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang
berperan penting bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa
pengantar pesan dari sel otak satu ke sel otak yang lain.
Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku
pembentuk sel-sel otak baru. Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari

lemak. Jenis asam lemak yang paling utama adalah asam lemak tidak
jenuh rantai panjang, contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak
omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut, seperti ikan kod.
Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja
otak, menunjang kerja sistem imun dan sistem saraf pusat.

Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.


Vitamin D menjaga kesehatan tulang dan gigi.
DHA 224 mg/5 ml membantu perkembangan sel-sel otak.
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas
dari pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang
optimal, harus memenuhi aneka zat gizi yang diperlukan. Apalagi, ilmu
pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak berusia dua
tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi makanan bergizi
lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.
Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak,
diantaranya adalah kelompok asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi,
kelompok vitamin B, dan seng (Zn).
Asam Lemak Tidak Jenuh
Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak
anak. Bahkan diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak
itu. Yang termasuk asam lemak tak jenuh itu adalah:
DHA (asam dokosaheksaenoat) atau omega-3. Berperan besar dalam
perkembangan sel saraf, otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 dapat
mengganggu perkembangan sistem saraf. Akibatnya, terjadi gangguan
pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.
AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu
pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu sebagai
pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh,
termasuk ke otak.
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan
makanan, asam lemak ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam,
minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.
Kalori dan Protein
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak
tumbuh optimal dan akan mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan.
Kalori dibutuhkan dalam proses metabolisme otak, sementara protein berperan
dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumber-sumber kedua zat
gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan produk olahannya, minyak
ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
Zat Besi

Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di
mana mengangkut dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta
berperan dalam pembentukan eritrosit di dalam sumsum tulang belakang. Sistem
imun yang berfungsi dengan baik adalah tanda cukupnya zat besi dalam tubuh.
Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur, serealia, dan sayuran
berwarna hijau tua.
Kelompok Vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan
otak anak, yaitu B1, B3, B6, dan B12. Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam
jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja sel-sel saraf, B6 berperan
dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh dalam proses
penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk
senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan
pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan
daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga membantu pembentukan eritrosit.
Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, ayam,
daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran berwarna hijau.
Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam
sel. Selain itu, seng juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh,
termasuk otak. Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap perkembangan
kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat dalam daging,
hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

Jenis Nutrisi

Fungsi

Sumber

Air

Pelarut untuk pertukaran seluler


Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh
Mengatur suhu tubuh
Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan
dan perbaikan jaringan
Menjaga keseimbangan osmotik
Membentuk
hemoglobin,
nukleoprotein,
glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi
Sebagai sumber energi
Membentuk glikogen dan lemak
Membantu pembentukan asam amino
Sebagai sumber cadangan energi
Melindungi pembuluh darah, saraf, dan organorgan tubuh
Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar
Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K

Air, makanan

Protein

Karbohidrat
Lemak

Susu, telur, daging,


kacang-kacangan,
padi-padian
Susu,
padi-padian,
buah, sirup, tepung,
sayuran
Susu, mentega, telur,
daging, ikan, minyak
sayur

Memperlambat proses pengosongan lambung

Jenis Vitamin

Fungsi

Vitamin A

Penglihatan
Perkembangan dan pemeliharaan
epitel
Diferensiasi sel-sel epitel

Vitamin B
Thiamine
Riboflavin

Niasin
Asam
Pantothenat
Piridoksin
Asam Folat
Kobalamin

Vitamin C

Vitamin D

Vitamin E
Vitamin K

Sumber
Susu, telur, buah,
jaringan sayur, cod & halibut
liver oil

Sebagai
koenzim
dalam
metabolisme
karbohidrat
Konduksi membran dan saraf
Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan
FMN
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
dehidrogenase
Merupakan komponen dari hampir semua zatzat pembawa elektron dalam sel hidup
Berperan dalam berbagai proses metabolisme
Sebagai bagian dari koenzim A dan protein
pembawa asil
Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan
piridiksamine fosfat
Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam
metabolisme asam amino, purin, dan nukleat
Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA
Sebagai antioksidan yang mempengaruhi
redoks potensial tubuh
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen
Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor
neurotransmitter asetilkolin
Homeostasis kalsium dalam plasma
Mengatur sintesis protein yang mengatur
transpor Ca
Pembentukan garam Ca di jaringan yang
membutuhkan
Sebagai antioksidan alam paling kuat
Berperan dalam metabolisme selenium
Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X
Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat
reaksi karboksilase pada hati

Padi-padian,
ragi,
jeroan
Susu, telur, daging,
kacang-kacangan
Ikan tuna dan halibut,
daging, sereal gandum
Kuning telur, susu,
kacang-kacangan
Daging, ikan, tepung
kedelai, ragi
Sayuran hijau, kacangkacangan, telur, ikan
Telur, susu
Kacang-kacangan,
sayuran hijau, buahbuahan

Minyak ikan
kuning telur

laut,

Minyak
biji-bijian,
buah, sayur, lemak
Sayuran hijau, sereal,
susu, telur

Jenis Mineral

Fungsi

Sumber

Kalsium

Membentuk struktur tulang dan gigi


Membantu proses kontraksi otot dan kerja
jantung
Membantu koagulasi darah
Membantu keseimbangan asam basa
Membentuk HCl lambung
Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin
Merupakan komponen pembentuk molekul
vitamin B12 dan eritropoietin
Penting untuk produksi sel darah merah,
transferin, dan hemoglobin
Membantu penyerapan besi
Membentuk struktur gigi dan tulang
Merupakan komponen pembentuk hormon T3
dan T4
Membentuk struktur hemoglobin, enzim
oksidatif, sitokrom C, dan katalase
Membentuk struktur tulang dan gigi
Iritabilitas otot dan saraf
Kation intraseluler
Berperan dalam aktivasi enzim
Metabolisme karbohidrat
Komponen enzim santin oksidase
Mobilisasi feritin dalam hati
Membantu pembentukan tulang dan gigi
Struktur nukleus dan sitoplasma sel
Berperan dalam kontraksi otot
Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh
Kofaktor glutation peroksidase
Unsur pokok protein seluler
Berperan dalam pembentukan melanin
Berperan dalam menjaga tekanan osmotik
Menjaga keseimbangan asam basa
Unsur pokok enzim

Susu, sayur
salmon, kerang

Klorida
Khromium
Kobalt
Tembaga
Fluorin
Iodium
Besi
Magnesium
Mangan
Molibdenum
Fosfor
Kalium
Selenium
Sulfur
Natrium
Seng
(Nelson, 1999)

hijau,

Garam, daging, susu,


telur
Ragi
Tersebar luas
Hati, tiram, daging,
ikan, butir padi, kacang
Air, makanan laut
Garam, makanan laut
Hati, daging, kuning
telur, sayuran hijau
Biji-bijian,
kacang,
daging, susu
Sayuran
bijian
Sayuran

hijau,

biji-

Susu, kuning telur,


kacang-kacangan
Tersebar luas
Sayuran, daging
Makanan berprotein
Garam, susu, telur
Daging, susu, kacang

Makanan yang Mempengaruhi Kecerdasan


Mempunyai anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi merupakan
dambaan setiap orang tua. Untuk mendapatkan kecerdasan anak yang optimal
sebaiknya orangtua memperhatikan beberapa hal, yang pertama yaitu pemberian

Asi eksklusif, kemudian kecukupan zat gizi, lingkungan yang sehat dan nyaman
serta suasana keluarga yang harmonis. Berikut ini adalah 7 makanan yang baik
untuk kecerdasan anak:
Ikan salmon yaitu sumber asam lemak omega-3-DHA and EPA- yang keduanya
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak anak.
Telur, kuning telur padat kandungan kolin yaitu zat yang membantu
perkembangan daya ingat.
Kacang tanah, merupakan sumber vitamin E. Vitamin ini membantu otak dan
sistem saraf dalam penggunaan glukosa untuk kebutuhan energi.
Susu dan yoghurt, protein dan vitamin B tinggi yang terkandung di dalamnya
sangat penting untuk pertumbuhan jaringan otak, neurotransmitter dan enzim.
Daging sapi tanpa lemak, selain mengandung zat besi daging sapi juga dapat
memelihara daya ingat dan kecerdasan anak.
Gandum murni, serat pada gandum, dapat membantu mengatur pelepasam
glukosa dalam tubuh, selain itu juga mengandung vitamin B yang berfungsi
memelihara kesehatan sistem saraf. Gandum juga mempunyai kemampuan untuk
mendukung kebutuhan sediaan glukosa dari tubuh yang sifatnya konstan.
Strawberry, cherry, blueberry. Buah-buahan ini kaya antioksidan kadar tinggi,
khususnya vitamin C. Biji dari buah berry kaya asam lemak omega-3 yang sangat
penting untuk kecerdasan otak. Secara umum, semakin kuat warnanya, semakin
banyak nutrisinya.
Peranan dan Pengaruh Gizi dalam Perkembangan Inteligensi
Periode emas. Proses perkembangan otak anak terdiri dari serangkaian
tahapan yang telah dimulai sejak di dalam kandungan. Tepatnya, ketika kehamilan
memasuki trimester ke-3. Tahapan itu berlanjut setelah anak lahir dan
perkembangan yang berlangsung hingga usia 2 tahun merupakan periode emas
atau periode pacu tumbuh otak.
Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%.
Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%.
Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%.
Pada umur 10 mencapai 99%.
Faktor genetik hanya berperan 30-40% dalam menentukan perkembangan
otak dan tingkat kecerdasan anak. Selebihnya, yang berperan adalah faktor
lingkungan, pemenuhan kebutuhan berbagai zat gizi yang diperlukan untuk
menunjang proses perkembangan otak anak.
DHA merupakan bahan baku pembentuk 60% asam lemak esensial otak,
yang memiliki fungsi penting, yaitu membentuk sel-sel saraf otak, melindungi
serabut saraf otak, dan memelihara fungsi otak serta indera penglihatan (terutama
retina).
Dari berbagai kajian ilmiah menunjukkan bahwa kekurangan zat besi
dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan serta sel otak. Kekurangan kadar Hb
dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lalai dan cepat capai.
Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktifitas kerja
serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.

o Penilaian Status Gizi


Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 24 tahun, sedangkan
menurut Monks (1992) masa remaja berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan
pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18
tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi
remaja adalah aktivitas fisik. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga
memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda
perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal
setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber
karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah: beras, terigu dan hasil
olahannya (mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung,
gula, dan lain-lain.
Protein
Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses
pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja,
kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena
memasuki masa pertumbuhan yang lebih cepat. Pada akhir masa remaja,
kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena
perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0gr/kgBB/hari.
AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan
dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.
Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi
muscular, skeletal/kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan
masa anak dan dewasa. Lebih dari 20% pertumbuhan tinggi badan dan sekitar
50% massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja
dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg
untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil
olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan
lain-lain.
Zat Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan
cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume
darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan
besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama
disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan
perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki.
Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau dengan kehilangan
besi yang meningkat, akan mengalami anemia defisiensi besi.

Seng (Zink)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,
terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja
dan dewasa muda perempuan serta laki-laki.
Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena
pertumbuhan dan perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi
meningkat, maka kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang
berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2
dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan
vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang
cukup. Dan vitamin A, C dan E untuk pembentukan dan penggantian sel.
Kebutuhan Gizi Bayi
Kalori
100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka
kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal.
Protein
1,5-2 gram per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram
maka kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram.
Karbohidrat
50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari. Bila kebutuhan kalori
sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400 : 4 = 100 gram.
Lemak
20 persen dari total kalori. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka
20%-nya = 160 : 40 = 40 gram.
Kebutuhan Gizi pada Balita
Beda orang dewasa dengan balita
Gula & Garam
Jika anak sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi
garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa
sehari atau kurang dari 1 gram. Porsi makan anak juga berbeda dengan
orang dewasa. Anak membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap
gizi dalam jumlah lebih kecil namun sering.
Kebutuhan Energi & Nutrisi
Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta
vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi anak setiap hari.
Susu Pertumbuhan
Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita.
Sedikitnya balita butuh 350 ml/12 oz per hari.

Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 2035% lemak, dan sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak
memerlukan asupan energi sebanyak 100 kkal.
Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk
otak adalah lemak. Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak
dan margarin.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan


oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini
merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi
(Sunarti, 2004).
Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita
sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu:
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga
diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap
anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan
sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga
yang membutuhkan.
Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh.
Jika dilihat dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Untuk ukuran massa jaringan: Pengukuran berat badan, tebal lemak
dibawah kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya

sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan menggambarkan keadaan


sekarang.
Untuk ukuran linier: pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar
dada. Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya
tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status
gizi anak adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan
Menurut Umur (TB/U), Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan
gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat
badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Berdasarkan sifat-sifat
ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu
indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U
lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional
status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan
kekurangan yang perlu mendapat perhatian.
Kelebihan indeks BB/U yaitu:
Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).
Kelemahan dari indek BB/U adalah:
Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema.
Memerlukan data umur yang akurat.
Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan
anak pada saat penimbangan.
Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau
menimbangkan anaknya karena seperti barang dagangan.
2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan
pertumbuhan skeletal. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru
akan tampak pada saat yang cukup lama.
Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu:
Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.
Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama
bila anak mengalami keadaan takut dan tegang.

3. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan
perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Komposisi tubuh
mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat
mass) (Riyadi, 2004).
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks
antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
anak sekolah.
Rumus IMT:
Klasifikasi Status IMT
Gizi =
Berdasarkan
Antropometri
BB (kg) : (TB
(m) x TB (m))
Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi
diperlukan ukuran baku (reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri
WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar antopometri untuk anak dan
remaja di dunia.
Indeks BB/U
a. Normal : -2 SD s/d 2 SD
b. Kurang : -3 SD s/d < -2 SD
c. Sangat Kurang : < -3 SD

Indeks TB/U
a. Normal : -2 SD s/d 2
SD
b. Pendek : -3 SD s/d < -2
SD
c. Sangat pendek : < -3 SD

Indeks IMT/U
a. Sangat gemuk : > 3 SD
b. Gemuk : > 2 SD s/d 3 SD
c. Normal : -2 SD s/d 2
SD
d. Kurus : -3 SD s/d < -2
SD
e. Sangat kurus : < -3 SD

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan
dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation
score = z). Menurut Waterlow, et al, gizi anak-anak dinegara-negara yang
populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan presentil,
sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under
nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen
terhadap median baku rujukan.
Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U,
BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Indeks yang digunakan
No
Interpretasi
BB/U
TB/U
BB/TB
1
2
3

Rendah
Rendah
Rendah
Normal
Normal
Normal
Tinggi

Rendah
Tinggi
Normal
Normal
Tinggi
Rendah
Tinggi

Normal
Rendah
Rendah
Normal
Rendah
Tinggi
Normal

Normal, dulu kurang gizi


Sekarang kurang ++
Sekarang kurang +
Normal
Sekarang kurang
Sekarang lebih, dulu kurang
Tinggi, normal

Tinggi
Rendah
Tinggi
Obese
Tinggi
Normal
Tinggi
Sekarang lebih, belum obese
Keterangan: untuk ketiga indeks (BB/U, TB/U, BB/TB) :
Rendah: < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal: -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi: > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan


mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan
(NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang
Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus:
Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas


2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas
serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti
yang terlihat pada tabel 2.
Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai
berikut
Diketahui BB= 60 kgTB=145 cm
Umur: karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHONCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15
tahun
Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS
Age
Standard Deviations
Yr mth -3sd
-2sd
-1sd
Median +1sd
+2sd
15 0
31.6
39.9
48.3
56.7
69.2
81.6
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHS
Stature
Standard Deviations
Cm
-3sd
-2sd
-1sd
Median +1sd
+2sd
145
0 24.8
28.8
32.8
36.9
43.0
49.2
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS
Stature
Standard Deviations
Yr mth
-3sd
-2sd
-1sd
Median +1sd
+2sd
15
0 144.8
152.9
160.9
169.0
177.1
185.1
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

+3sd
94.1

+3sd
55.4

+3sd
193.2

Jadi untuk indeks BB/U adalah


= Z Score = (60 kg 56,7) / 8.3 = + 0,4 SD
= status gizi baik
Untuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = (145 kg 169) / 8.1 = - 3.0 SD
= status gizi pendek
Untuk Indeks BB/TB adalah
= Z Score = ( 60 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD
= status gizi gemuk
AKG Remaja
Uraian
Energi (kcal)
Protein (g)
Kalsium (mg)
Besi (mg)
Vit. A (RE)
Vit. E (mg)
Vit B1 (mg)
Vit C (mg)
Folat (mg)

Perempuan
13- 15 th 16 19 th

20 - 45 th

2100
62
700
19
500
8
1,0
60
130

2200
48
600
26
500
8
1,0
60
150

2000
51
600
25
500
8
1,0
60
150

Laki laki
13 - 15 16 - 19 th
th
2400
2500
64
66
700
600
17
23
600
700
10
10
1,0
1,0
60
60
125
165

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Kewajiban


Orang Tua Terhadap Anak
Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap
sebagai harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua.
Sebagai amanah anak harus dijaga sebaik mungkin oleh yang memegangnya,
yaitu orang tua. Anak adalah manusia yang memiliki nilai kemanusiaan yang tidak
bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.
Anak mempunyai hak untuk hidup.
Allah berfirman:

Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami


akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka. (QS. Al-Anam:
151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai
kewajiban agar anak tetap bisa hidup betapapun susahnya kondisi
ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan kepada kita bahwa

20 - 45 th
2800
55
500
13
700
10
1,2
60
170

Allah SWT pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun
sang anak, asalkan berusaha.

Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil,
sebagaimana firman Allah (QS Al Baqarah: 233)




{233}
Artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan
tubuh yang lebih baik. Seorang ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya
sampai 2 tahun penuh, kecuali ada alasan yang dapat diterima
oleh hukum Islam. Menyusui anak sampai dua tahun ini akan
menumbuhkan pengaruh positif terhadap sang anak baik secara fisik
maupun secara jiwani.

Memberi Nama yang Baik


Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, Sesungguhnya
kewajiban orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni:
pertama, memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya
dengan Al-Quran dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw
bersabda, Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat
dengan nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian. (HR
Abu Dawud) Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah
sebuah doa. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak kita
berperilaku baik sesuai dengan namanya.

Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan aqiqah adalah; menyembelih
kambing untuk (bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu,
pada hari ketujuhnya. Rasulullah s.a.w. bersabda; Tiap-tiap seorang anak
tergadai dengan aqiqahnya. Disembelih (aqiqah) itu buat dia pada hari
yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia. (Diriwayatkan oleh
Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits
dari Samurah).

Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang
ibu muslimah. Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak
yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para sahabatnya yang mulia.
Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada

anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang


diberikan Allah kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa
perkara lainnya, seperti mencucikan pakaiannya atau membersihkan
badannya saja. Bahkan mendidik anak itu mencakup perkara yang luas,
mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan menggantikan
kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi
bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka
sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita
muslimah adalah orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah
ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada anakanaknya.

Memberi makan dan keperluan lainnya


Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisan pun berkewajiban
demikian. Rasulullah SAW bersabda: Cukup berdosa orang yang
menyia-nyiakan (tanggung jawab) memberi makan keluarganya. (HR
Abu Daud)

Memberi rizqi yang thayyib


Rasulullah SAW bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya
adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah,
tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik. HR Al Hakim.

Mendidik anak tentang agama


Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh
dengan baik maka mereka akan menyebabkannya masuk surga. (HR Al
Bukhary ). Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah SAW
bersabda; Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu
saja, dia akan tetap bengkok. Namun apabila anda luruskan sekaligus, dia
akan patah.

Mendidik anak untuk sholat


Rasulullah SAW bersabda; Suruhlah anak anakmu sholat bila
berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur
sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka (putra putri).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai
setelah anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak
belum juga mau mengerjakan sholat, boleh dipukul dengan pukulan
ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas atau menyakitkan.

Mendidik anak tentang adab yang baik


Islam mengutamakan pendidikan mental. Taqwa itu ada disini,
kata Rasulullah seraya menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia
adalah sumber yang menentukan baik buruknya perilaku seseorang.

Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik


Berkata shahabat Aly RA; Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya
mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu.

Memberi pengajaran Al-Quran


Rasulullah SAW bersabda; Sebaik baik kalian adalah barang siapa
yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya. Nabi SAW bersabda; Ilmu
itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan. Adapun yang tiga
macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat (Al-Quran) yang muhkamat, ilmu
tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. (HR Ibnu
Majah).

Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis


Rasulullah SAW bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya
adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah,
tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik. HR Al Hakim.

Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan


Rasulullah SAW bersabda; Jagalah kebersihan dengan segala
usaha yang mampu kamu lakukan. Sesungguhnya Allah SAW menegakkan
Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak akan masuk sorga kecuali orang
yang memelihara kebersihan. (HR At Thabarany).

Memberikan pengajaran ketrampilan


Rasulullah SAW bersabda; Sebaik baik makanan adalah hasil
usaha tangannya sendiri. Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan;
Mengapa tidak kau ajarkan padanya (anak itu) menenun sebagaimana dia
telah diajarkan tulis baca? (HR An- Nasai).

Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan,
doakan dia selalu, agar menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan
lemah lembut, sabarlah menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi
segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah membentak apalagi
memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah
dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun. Seorang datang
kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini?
Nabi SAW. menjawab; Kau memberinya nama yang baik, memberi adab

yang baik dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). (HR At
Tuusy )

Memberi kasih sayang


Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya
materi baik berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi
yang lebih dari pada itu adalah adanya perhatian dan rasa kasih sayang
yang tulus dari kedua orang tua. Rasulullah SAW bersabda; Bukanlah
dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan (bukan
dari golongan kami) orang yang tidak menghormati yang lebih tua. (HR
At Tirmidzi).

Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah.
Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan.
Doakan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu
menunggu memasuki usia senja. Bila muncul rasa khawatir tidak
mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah berjanji
akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang
dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, Kawinkanlah anak-anak kamu
(yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari
hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka
itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan
kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya. (QS. An-Nur:32)

DAFTAR PUSTAKA
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta:
Karisma.
Pedoman penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke 5 (PPDGJ-V). 2005.
Departemen Kesehatan RI.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2008). Pedoman
Pelaksanaan Manajemen Sekolah Khusus Tunanigra (SLB-C). Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Pemeriksaan
Kemampuan Fungsional Penyandang Cacat untuk Sekolah dan Melamar Kerja.
Jakarta.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin. (1999). Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1 Edisi 15.
Jakarta: EGC.
Moersintowati. B, Narendra. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia.
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta: Fikr Rabbani Group.
Phyllis A. Balch CNC. (2000). Prescription for Nutritional Healing. USA: New
York
Toback C. Mental Retardation in Psichological Handbook: A guidline for
pediatric health care provider, 1st. Ed. Exterpa Medica Co. Singapore, p 100-109.

Anda mungkin juga menyukai